Anda di halaman 1dari 4

 SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KERAJAAN TIDORE

Kerajaan Tidore termasuk salah satu kerajaan bercorak Islam terbesar yang terletak di
Maluku.Menurut tradisi sejarah, kerajaan ini memiliki akar yang sama dengan Kerajaan Ternate.
Pasalnya, Syahjati atau Muhammad Naqil, yang mendirikan Kerajaan Tidore adalah saudara
Mashur Malamo, pendiri Kerajaan Ternate.Ketika didirikan pada abad ke-11, kerajaan ini belum
bercorak Islam. Agama Islam baru masuk dan berkembang pada akhir abad ke-15.

Sejak awal didirikan pada 1081 hingga masa pemerintahan raja keempat, agama dan letak pusat
kekuasaan Kerajaan Tidore belum dapat dipastikan.Barulah pada periode pemerintahan Kolano
Balibunga, sumber sejarah Kerajaan Tidore mulai sedikit menguak lokasinya.

Pada 1495, diketahui bahwa kerajaan ini berpusat di Gam Tina dengan Sultan Ciriliati atau Sultan
Djamaluddin sebagai rajanya.Sultan Ciriliati, yang masuk Islam berkat dakwah seorang ulama dari
Arab, diketahui sebagai raja atau kolano pertama yang memakai gelar sultan.Dengan masuknya
Islam ke Kerajaan Tidore, berbagai aspek kehidupan masyarakat baik di bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budayanya pun ikut terpengaruh.

Sepeninggal Sultan Ciriliati, singgasana diwariskan ke Sultan Al Mansur (1512-1526 M), yang
kemudian memindahkan ibu kota kerajaan ke Tidore Utara, lebih dekat dengan Kerajaan Ternate.

Dalam sejarahnya, Kerajaan Tidore memang mengalami beberapa kali pemindahan pusat
pemerintahan karena berbagai sebab.Letak ibu kotanya yang terakhir adalah di Limau Timore,
yang kemudian berganti nama menjadi Soa-Sio hingga saat ini.

 MASA KEJAYAAN KERAJAAN TIDORE

Kejayaan Kesultanan Tidore terjadi pada masa Sultan Saifuddin (1657-1689 M) yang berhasil
membawa kemajuan hingga Tidore disegani oleh kerajaan-kerajaan lain di Kepulauan Maluku.
Masa keemasan Kesultanan Tidore juga dirasakan di era kepemimpinan Sultan Nuku pada awal
abad ke-19.

Sultan Nuku memperluas wilayah kekuasaan Tidore sampai ke Papua bagian Barat, Kepulauan Kei,
Kepulauan Aru, bahkan sampai Kepulauan Pasifik. Sejarah hidup Sultan Nuku (1797-1805 Masehi)
amat heroik. Memimpin Kesultanan Tidore di Maluku Utara, ia berulangkali mengalahkan VOC
atau Belanda. Sultan Nuku tak pernah kalah.

Sejarah hidup Sultan Nuku (1797-1805 Masehi) amat heroik. Memimpin Kesultanan Tidore di
Maluku Utara, ia berulangkali mengalahkan VOC atau Belanda. Sultan Nuku tak pernah kalah.
Lahir pada 1738 dengan nama Muhammad Amiruddin di Soasiu, Tidore, Maluku Utara, Pangeran
Nuku adalah pangeran putra kesayangan Sultan Muhammad Mashud Jamaluddin yang bertakhta
sejak 1757.

Tanggal 11 November 1781, Pangeran Nuku diangkat sebagai pemimpin oleh para pendukungnya
di tanah pelarian, Halmahera bagian selatan, dengan gelar Sri Maha Tuan Sultan Amiruddin
Syaifuddin Syah Kaicil Paparangan.

Pangeran Nuku -yang seharusnya menjadi pewaris takhta yang sah- kala itu memang dalam
pelarian akibat polemik internal yang terjadi di Kesultanan Tidore dan diperkeruh dengan campur
tangan VOC.

Nuku tidak hanya dibantu oleh raja-raja kecil di sebagian kawasan Indonesia timur saja. Ia juga
melibatkan orang-orang Mindanao (kini termasuk wilayah Filipina) dan mendapat bantuan dari
Inggris yang memang menjadi pesaing terkuat Belanda. Gelar “Kaicil Paparangan” berarti “Raja
Perang” tersemat dalam nama Nuku.

Itu berarti bahwa Nuku siap berperang demi menuntut haknya dan mengusir kaum penjajah dari
Maluku Utara. Tak hanya itu, Sultan Nuku juga berhasil menyatukan Ternate dan Tidore untuk
menghadapi penjajah Belanda yang dibantu Inggris. Kegemilangan mengusir bangsa asing
membuat Kesultanan Tidore mencapai kemajuan dengan pesat.

 DAFTAR RAJA/SULTAN TIDORE


o Kolano Syahjati
o Kolano Bosamawange
o Kolano Syuhud alias Subu
o Kolano Balibunga
o Kolano Duko adoya
o Kolano Kie Matiti
o Kolano Seli
o Kolano Matagena
o 1334-1372: Kolano Nuruddin
o 1372-1405: Kolano Hasan Syah
o 1495-1512: Sultan Ciriliyati alias Djamaluddin
o 1512-1526: Sultan Al Mansur
o 1526-1535: Sultan AmiruddinIskandarZulkarnain
o 1535-1569: Sultan KiyaiMansur
o 1569-1586: Sultan Iskandar Sani
o 1586-1600: Sultan GapiBaguna
o 1600-1626: Sultan Zainuddin
o 1626-1631: Sultan Alauddin Syah
o 1631-1642: Sultan Saiduddin
o 1642-1653: Sultan Saidi
o 1653-1657: Sultan Malikiddin
o 1657-1674: Sultan Saifuddin
o 1674-1705: Sultan Hamzah Fahruddin
o 1705-1708: Sultan Abdul FadhlilMansur
o 1708-1728: Sultan HasanuddinKaicilGarcia
o 1728-1757: Sultan Amir Bifodlil Aziz MuhidinMalikulManan
o 1757-1779: Sultan Muhammad MashudJamaluddin
o 1780-1783: Sultan Patra Alam
o 1784-1797: Sultan Hairul Alam KamaluddinAsgar
o 1797-1805: Sultan Nuku
o 1805-1810: Sultan ZainalAbidin
o 1810-1821: Sultan Motahuddin Muhammad Tahir
o 1821-1856: Sultan Achmadul Mansur Sirajuddin Syah
o 1856-1892: Sultan AchmadSyaifuddinAlting
o 1892-1894: Sultan AchmadFatahuddinAlting
o 1894-1906: Sultan AchmadKawiyuddinAlting
o 1947-1967: Sultan Zainal Abidin Syah
o 1999-2012: Sultan Djafar Syah
o 2012-sekarang : Sultan Husain Syah
 RUNTUHNYA KERAJAAN TIDORE

Di tengah suasana damai dan makmur, Sultan Nuku berpulang pada 14 November 1805 dalam
usia 67 tahun. Pemimpin berjuluk The Lord of Fortune mewariskan masa-masa emas Kesultanan
Tidore sebagai negeri yang diberkati dan berdaulat. Sepeninggal Sultan Nuku, Belanda berusaha
kembali mengincar Tidore.

Hal ini diperparah dengan banyanya polemik internal yang membuat Kesultanan Tidore akhirnya
jatuh dalam penguasaan Belanda. Seiring kemerdekaan Indonesia pada 1945, Kesultanan Tidore
bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tidore, tepatnya Sofifi, ditetapkan
sebagai ibu kota Provinsi Maluku Utara.

Anda mungkin juga menyukai