2. Istana Surosowan
- Merupakan kediaman para sultan Banten, dari Sultan
Maulana Hasanuddin hingga Sultan Haji.
- Istana ini dibangun pada tahun 1552.
BUKTI SEJARAH KESULTANAN BANTEN
4. Benteng Spellwijk
- Dibangun sekitar tahun 1585.
- Dahulunya digunakan sebagai menara pemantau yang
berhadapan langsung dengan Selat Sunda dan sekaligus
berfungsi sebagai penyimpanan meriam-meriam dan alat
pertahanan lainnya.
SILSILAH RAJA KESULTANAN BANTEN
Maulana Ratu Syarifah Sultan Arif Zainul
Hasanuddin Fa t i m a h Asyiqin Al-Qadiri
(1552-1570) (1747-1750) (1753–1773)
Sultan Abul
M a u l a n a Yu s u f Sultan Mafakhir
(1570-1580) A b u l Fa t h i Muhammad
Muhammad Syifa Aliuddin
Z a i n u l A r i fi n (1773-1799)
(1733-1747)
Maulana
Muhammad S u l t a n A b u l Fa t h
(1580-1596) Muhammad
Sultan
Abul Mahasin Muhyiddin
Muhammad Zainul Zainussalihin
Sultan Abu Abidin (1799-1803)
Al-Mafakhir (1690-1733)
Mahmud
Abdulkadir
Sultan Abul
(1596-1647)
Nashar Muhammad
Sultan Ishaq
A b u Fa d h l Zainulmutaqin
M u h a m m a d Ya h y a (1803-1808)
Sultan Abu
(1687–1690)
Al-Ma’ali Ahmad
(1647-1651)
Sultan Muhammad
Sultan Abu bin Muhammad
Nashar Muhyiddin
Sultan Ageng
Abdul Qahar Zainussalihin
Tirt ayasa
/Sultan Haji (1809-1813)
(1651-1682)
(1683-1687)
PEMERINTAHAN KESULTANAN BANTEN
Kesultanan Banten berada di ujung barat pulau Jawa dan tepi Selat Sunda.
Daerah itu merupakan daerah yang sangat strategis. Jalur itu adalah jalur lalu
lintas perdagangan dan pelayaran dari berbagai bangsa di dunia.
Selain di bidang perdagangan, pada kawasan pedalaman pembukaan sawah
mulai diperkenalkan. Asumsi ini berkembang karena pada waktu itu di
beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak, perekonomian masyarakatnya
ditopang oleh kegiatan perladangan, sebagaimana penafsiran dari naskah
sanghyang siksakanda ng karesian yang menceritakan adanya istilah pahuma
(peladang), panggerek (pemburu) dan panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini
jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga dengan nama peralatanya
seperti kujang, patik, baliung, kored dan sadap.
Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667
pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan
pertanian. Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan
menggunakan tenaga sebanyak 16 000 orang.
PEREKONOMIAN KESULTANAN BANTEN
Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa selain
Kerajaan Demak, Kasepuhan Cirebon, Giri Kedaton, dan Mataram Islam.
Kehidupan sosial rakyat Banten berlandaskan ajaran-ajaran yang berlaku
dalam agama Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa,
kehidupan sosial masyarakat Banten semakin meningkat dengan pesat
karena sultan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Usaha yang
ditempuh oleh Sultan Ageng Tirtayasa adalah menerapkan sistem
perdagangan bebas dan mengusir VOC dari Batavia.
Menurut catatan sejarah Banten, Sultan Banten termasuk keturunan
Nabi Muhammad SAW sehingga agama Islam benar-benar menjadi
pedoman hidup rakyat. Meskipun agama Islam mempengaruhi
sebagian besar kehidupan Kesultanan Banten, namun penduduk
Banten telah menjalankan praktek toleransi terhadap keberadaan
pemeluk agama lain. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya sebuah
klenteng di pelabuhan Banten pada tahun 1673.
KEHIDUPAN BUDAYA KESULTANAN
BANTEN
Pada tahun 1596, VOC datang ke Indonesia dan mendarat di pelabuhan Banten. Karena
sikap VOC tidak bersahabat, mereka diusir dari Banten dan menetap di Jayakarta.
Mereka menetap cukup lama dan pada tahun 1619, VOC mengubah nama Jayakarta
menjadi Batavia. Kedudukan VOC pun semakin kuat di Batavia. Kuatnya kekuasaan VOC
di Batavia, awalnya merupakan persaingan ekonomi bagi Banten. Lambat laun
persaingan tersebut berubah menjadi persaingan politik. Sultan Ageng Tirtayasa yang
memerintah Kesultanan Banten pada saat itu sangat membenci Belanda dan
memerintahkan untuk melaksanakan perang gerilya, serta merampok aset Belanda di
Batavia. Akibatnya, VOC merasa kewalahan menghadapi Banten.
Pada tahun 1808 Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1808 - 1810),
memerintahkan pembangunan Jalan Raya Pos untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan
Inggris. Daendels memerintahkan Sultan Banten untuk memindahkan ibu kotanya ke Anyer dan
menyediakan tenaga kerja untuk membangun pelabuhan yang direncanakan akan dibangun di Ujung
Kulon.
Sultan menolak perintah Daendels, sebagai jawabannya Daendels memerintahkan penyerangan atas Banten
dan penghancuran Istana Surosowan. Sultan beserta keluarganya disekap di Puri Intan (Istana
Surosowan) dan kemudian dipenjarakan di Benteng Speelwijk. Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq
Zainulmutaqin kemudian diasingkan dan dibuang ke Batavia.