Anda di halaman 1dari 5

EVALUASI TERHADAP LKPJ PEMERINTAH KOTA AMBON

TAHUN ANGGARAN 2020

I. Umum.
Semangat Pemerintah Kota Ambon untuk menjalankan roda perekonomian Kota
Ambon, tampaknya butuh didorong dengan cepat, dikontrol dengan efektif serta dievaluasi
secara kontinu, sebagai sebuah asas pembangunan yang harus tetap berprinsip pada 3 hal,
yakni mengkonstruksi potensi, memproporsi Sumber daya serta mengefektifikan
manajemen kontrol.
Setelah melalui telaah dan analisis, ternyata dipahami bahwa, pelaksanaan APBD
tahun Anggaran 2020 memiliki dinamika dan sangat berbeda dengan tahun-tahun
sebelummnya.
Dengan capaian Makro yang dialami oleh kota Ambon pada periode Tahun 2020
mengharuskan pemerintah kota Ambon harus hat-hati dalam merencanakan program
prioritas yang mampu menjadi pendorong efektif bagi laju pertumbuhan ekonomi. Angka
pertumbuhan yang mencapai -1.95% adalah kondis terburuk yang dialami kota ambon,
bahkan pada saat krisis 98-pun tidak sampai mencapai angka pertumbuhan yang demikian.
Memang dampak Covid-19 tidak dapat terelakkan, akan tetapi paling tidak kondisi ini
menjadi pembelajaran bagi pemrintah kota Ambon agar tahun 2021 harus menyiapkan
skim ekonomi yang jitu untuk mengantisipasi dampak resesi ekonomi akibat pandemic ini,
agar tidak lebih terpuruk lagi.
APBD Tahun 2020 memang menyisihkan persoalan-persoalan fiskal yang cukup rumit
untuk dibijaki sebagai upaya meningkatkan kualitas dan pelayanan pemerintah daerah
melalui OPD/SKPD.
Sejalan dengan itu, pada saat ini, ingin disampaikan bahwa APBD Tahun Anggaran
2020 sesungguhnya berada pada keadaan yang sangat memilukan. Hal ini karena :
1. Target pendapatan dalam APBD tidak dalam posisi confident.
2. Terjadi anomali ketika menggunakan pendekatan evaluatif untuk menilai
kemungkinan penambahan target PAD sebagai sebuah keberhasilan belanja modal
dalam mengungkit (leveraging) PAD, khususnya yang terealiasai dan tercapai
outcome-nya pada tahun anggaran sebelumnya ternyata terkoreksi oleh
rasionalisasi terhadap OPD akibat kebijakan refocusing anggaran karena Dapak
Covid-19.
Atas dasar itu, kami menilai bahwa pemerintah daerah dalam menetapkan skala
prioritas pembangunan pada tahun 2020 dengan kebijakan Pendapatan Daerah dengan
1
target pendapatan Rp.1.275.569.386.433.06 yang terealisasi sebesar Rp.
1.085.364.377.633.56 (85.09%) yang bersumber dari realisasi PAD sebesar RP.
124.054.903.865.56. Kemudian dana perembangan hanya mencapai 826.090.354.477.00
dan lain-lain Pendapatan yang sah sebesar Rp. 135.219.119.291.
Sementara kebijakan belanja dengan target mencapai Rp. 1.280.231.341.599.06
dengan realisasi sebesar Rp. 1.060.901.335.039.29
Gambaran umum tersebut adalah sebuah kondisi dimana fakta-fakta fiskal yang
terjadi didaerah ini ternyata :
1. Jika ditelusuri secara mendalam pada APBD 2020, dengan menggunakan
prioritas pembangunan tahun 2020 sebagai basis dalam memahami postur
anggaran APBD 2020, maka dapat dipahami bahwa melambatnya
perekonomian daerah di tahun 2020 ini cukup berasalan.
2. Memang diakui dalam kondisi pandemic, terjadi dinamika pembangunan
yang luar biasa baik yang dikaitkan dengan kondisi social kemasyarakatan
maupun kondisi ekonomi, sehingga cukup memberikan dampak terhdap
keuangan daerah.
3. bahwa pemerintah daerah perlu menyiapkan instrumen yang baik untuk
menjaga stabilitas keungan dengan persoalan-persolan yang berhubungan
dengan permasalahan kesejahteraan di Kota Ambon.
4. Ternyata Pelaksanaan APBD 2020 tidak sejalan dengan kebijakan
pemerintah daerah dalam mendorong perubahan pada beberapa aspek yang
di korelasikan dengan beberapa asumsi misalnya, pada target peningkatan
PAD melalui pajak dan retribusi daerah yang selama ini sebagai prime
target penerimaan daerah, bisa berkemampuan untuk menjaga konsistensi
kontribusnya dalam membangun sektor produktif.
5. Perlu adanya langkah-langkah strategi dan upaya apa yang dilakukan
pemerintah daerah dalam menjaga kemandirian daerah, menjaga
proposionalitas PAD dengan dana perimbangan yang selama ini belum dilihat
jelas kerangkanya
Melalui proses telaah dokumen LKPJ Walikota terhadap pelaksaan APBD Tahun
Anggaran 2020, kajian dan telaah yang komprehensif terhadap isi dan jabaran LKPJ,
kemudian menemukan beberapa permasalahan substantif yang harus dijawab dan di
selesaikan secara baik oleh pemerintah daerah Kota Ambon/sebagai lembaga eksekutif.
Secara umum kajian dan telaah yang dilakukan enemukan bahwa :
1. Minimnya kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah adalah konsekuensi
dari ketidakmampuan SKPD sebagai leading sektor kegiatan-kegiatan yang
2
berpotensi menghasilkan PAD. Oleh krena itu, pemerintah daerah secara
khusus dapat memaksimalkan beberapa Dinas sebagai salah satu penghasil
PAD yang bisa diandalkan antara lain :
a) Dinas Pariwisata.
b) Dinas Perikanan dan Kelautan
c) Dinas Pertanian
d) Perindustrian dan Perdagangan
e) Serta Leading sector pengelolah Pajak dan retribusi daerah.
2. Efektifitas pembangunan di Kota Ambon tidak bisa lepas dari pengelolaan
Pendapatan asli daerah (PAD) yang juga merupakan cermin kemandirian
suatu daerah dan penerimaan murni daerah yang merupakan modal utama
bagi daerah dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan di
daerahnya. Oleh karena itu Pemerintah Daerah perlu melakukan upaya
dalam mengoptimalkan dan memanfaatkan kekayaan daerah dan
meningkatkan pendapatan asli daerah jika dibandingkan dengan tingginya
belanja daerah yang tidak sesuai dengan penerimaan keuangan daerah
termasuk dari pendapatan pajak dan retribusi.
3. Keberhasilan suatu daerah dapat dilihat dari PAD dan kemakmuran
rakyatnya. Sehingga kemandirian suatu daerah dapat dilihat dari seberapa
besar kontribusi PAD terhadap APBD daerah tersebut. Pada prinsipnya
semakin besar sumbangan PAD terhadap APBD akan menunjukkan semakin
kecil ketergantungan daerah terhadap pusat.
4. Tantangan untuk pengelolaan dan peningkatan PAD di Kota Ambon dimana
kontribusi masyarakat kota Ambon cukup tinggi maka program kegiatan
seharusnya lebih banyak berdampak langsung kepada masyarakat untuk
peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, jangan sampai
masyarakat justru dijadikan obyek dari pendapatan asli daerah sehingga
pemerintah daerah perlu menyiapkan peraturan daerah yang memadai
dalam melindungi hak-hak warga.
5. Pada aspek belanja, prinsipnya semua komponen yang masuk dalam atribut
belanja yang mengalami perubahan peningkatan akan menjadi unsur
penentu defisit, karena dipastikan mengurangi penerimaan daerah. Namun
penting untuk menjadi catatan bahwa perubahan yang presentasinya diatas
50% harus diboboti dengan perencanaan yang matang, agar kondisi
keuangan daerah tidak terlalu mengalami konstaksi yang luar biasa seperti
saat ini.
3
6. Beberapa perubahan pada belanja daerah memiliki nilai yang sangat besar
dalam berkontribusi terhadap Defisit daerah. Oleh karena itu, agar
sebelumnya harus dimatangkan dari sisi perencanaan yang baik, agar tidak
berkonsekuensi terhadap defisit.
Secara khusu hasil telaah ini kemudian merekomendasikan beberapa aspek penting
untuk dilakukan perbaikan dan menjadi perhatian untuk dalam merumuskan kebijakan pda
tahun anggaran selanjutnya.
Rekomendasi tersebut terdiri dari :
1. Pada URUSAN Komunikasi dan informasi
Terkait dengan Dinas komunikasi dna informasi, Persandian, kami menemukan
bahwa :
a. Pada kegiatan penyediaan jasa komunikasi, dimana target pembayaran
Tagihan jaringan internet selama 12 sebesar Rp 1.999.600.000.- yang baru
terealisasi Rp. 1.551.941.234. artinya semestinya beban hutang yang dimiliki
Rp. 447.658.766.00. Namun dalam dokumen hanya tercatat Hutang Tagihan
pada Astinet hanya sebesar Rp.156.857.199.
b. Pada kegiatan Pembangunan Aplikasi SIMPEG dengan kegiatan Perangkat TIK
target anggaranya sebesar Rp. 1.540.321.640. sementara realisasinya sebesar
Rp. 19.411.000. Namun dalam document LKPJ tidak terdapat penjelasan
terkait sisa anggaran sebesar Rp 1.520.910.640,00 yang belum terpakai.
(hal 283)
c. Nilai akumulasi kerjasam antar media tertera dalam dokumen sebesar Rp.
1.856.000.000, tetapi tidak dirincikan besaran nilai kerjasama masing masing
media dengan nilai nominalnya dalam document LKPJ (Hal. 285-287)

2. URUSAN KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH


Pada prinsipnya kegiatan Dinas Koperasi sangat jauh dari harapan untuk
mendorong pengembangan dan pemberdayaan UKM dan Koperasi. Tidak adanya
program-program yang berkorelasi langsung dengan tujuan utama Koperasi.
Hampir keseluruhan kegiatan koperasi tidak berorientasi pada pemberdayaan.
Sebagai contoh, ketidak efektifan perencanaan program di Dinas Koperasi adalah
program revitalisasi kelembagaan koperasi bagi pelaku koperasi. Apa outputnya
dan dampaknya terhadap pemberdayaan UKM dan Koperasi?
3. URUSAN KEUANGAN
a. BADAN PENGELOLAH KEUANGAN DAN ASET DAERAH)

4
1. Pada kegiatan rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah target
biaya perjalanan dinas luar daerah selama 12 bulan anggarannya sebesar
Rp. 59.660.000.00 dengan realisasi anggarannya untuk 12 bulan
perjalanan dinas sebesar Rp. 12 775.000. Keterangan document ini sangat
tidak realistis, perlu karena apakah bisa rapat-rapat koordinasi dan
konsultasi ke luar daerah selama 12 bulan bisa dengan alokasi biaya
perjalannya per ulan sebesar Rp. 1.064.583,33 (hal. 723)
2. Untuk kegiatan penyusunan Rancangan
- Perwali tentang Penjabaran APBD 2021 dengan anggaran sebesar
Rp.322.679.800, dengan realisasi Rp.322.679.800,
- Perda tentang perubaan APBD Tahun 2020 dengan realisasi sebesar Rp.
269.44.850 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 250.551.404
- Perwali tentang penjabaran APBD 2020 target anggaran
Rp.333.281.800.00 dengan realiasi anggaran Rp. 333.281.800.00
- Perda pertanggungjawaban APBD tahun 2019 sebesar Rp.344.449.950
dengan realisasi anggaran Rp. 322.257.950.00
- Perwali tentang penjabaran pertanggungjawaban APBD 2019 sebesar
Rp. 349.999.850, dengan realisasi sebesar Rp349.999.850.

Besaran biaya yang ada sangat fantastis. Apakah besaran biaya tersebut sudah termasuk
didalamnya honorarium. Apakah sudah sesuai dengan tarif honorarium dalam Standar
Satuan Harga (SSH) Tahun 2019. Bagaimana perhitungannya, pakah pemberian honorarium
berdasarkan pada kategori satuan Orang-Jam (OJ) untuk kemudian dikonversikan menjadi
satuan Orang-Bulan (OB). (hal 738-741)

3. BADAN PENGELOLAH PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

4. URUSAN KEPEGAWAIAN

Anda mungkin juga menyukai