Anda di halaman 1dari 34

PERLINDUNGAN PASIEN ATAU KONSUMEN DALAM

KESALAHAN PEMBERIAN OBAT DI APOTEK

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan


Dalam memperolah gelar Sarjana Hukum (S.H.)

OLEH :
Hendro Supriyanto
61120020

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DAN ILMU
HUKUM
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2022
PERLINDUNGAN PASIEN ATAU KONSUMEN DALAM
KESALAHAN PEMBERIAN OBAT DI APOTEK

Oleh:
Hendro Supriyanto
61120020
Telah Disetujui dan Siap Dipertahankan Dalam Seminar Proposal Skripsi
Program Studi Ilmu Hukum

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

Arif Rahman, S.H.I.,MH Rokilah, MH.

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DAN ILMU
HUKUM
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2022
PERLINDUNGAN PASIEN ATAU KONSUMEN DALAM
KESALAHAN PEMBERIAN OBAT DI APOTEK

i
Oleh:
Hendro Supriyanto
61120020

Telah Disetujui dan Disyahkan Sebagai Proposal Skripsi


Program Studi Ilmu Hukum

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

Arif Rahman, S.H.I.,MH Rokilah, MH.

Mengetahui

Dekan FISIP Ka Prodi Ilmu Hukum

Dr.A.P. Delly Maulana, MPA. Fuqoha, S.IP., MH

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DAN ILMU
HUKUM
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2022
PERLINDUNGAN PASIEN ATAU KONSUMEN DALAM
KESALAHAN PEMBERIAN OBAT DI APOTEK

ii
Oleh:
Hendro Supriyanto
61120020
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Pada Hari Kamis Tanggal 21 Bulan Juli Tahun 2022 dan Dinyatakan
Memenuhi Syarat untuk Diterima Sebagai Proposal Skripsi
Program Studi Ilmu Hukum

Susunan Dewan Penguji


Penguji I,

(Sulasno, S.H., M,Hum)


Penguji II,

(Tubagus Rahmat, M.Pd)


Penguji III,

(Lalu Farhan Nugraha, S.H.,MH.,M.Si)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DAN ILMU
HUKUM
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2022
SURAT PERYATAAN

iii
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hendro Supriyanto

NIM : 61120020

Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat Lengkap : Perum Pesona Lebak

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi dengan judul: “Perlindungan Pasien Atau Konsumen Dalam


Pemberian Obat di Apotek,” beserta seluruh isinya adalah benar karya
saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat ilmiah;
2. Atas peryataan ini, saya siap menanggung segala resiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Serang, 21 Juli 2022


Yang membuat peryataan
Materai
10000

Hendro Supriyanto

PERLINDUNGAN PASIEN ATAU KONSUMEN DALAM KESALAHAN


PEMBERIAN OBAT DI APOTEK

iv
ABSTRAK

Proposal skripsi ini berjudul “Perlindungan Pasien atau Konsumen Dalam

Kesalahan Pemberian Obat di Apotek” dimana Kasus kesalahan pemberian obat

disidangkan di Pengadilan Negeri Medan pada 21 Oktober 2020 dengan agenda

mendengarkan keterangan tiga saksi, yakni dr. Tengku Abraham; pemilik apotek

Istana 1 Medan, Etika Surbakti; dan apoteker Darwin Pardede. Dalam hal

penelitian, penulis menggunakan metode kepustakan yang relevan dengan kasus

yang dibicarakan. Manfaat dari penelitian ini menambah daya kritis atau

menambah pengetahuan penulis khususnya dan umumnya untuk pengatahuan

masyarakat umum bila terjadi kasus serupa. Data yang diperoleh baik secara data

primer maupun data sekunder dianalisis dengan teknik kuantitatif kemudian

disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan

sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

PERLINDUNGAN PASIEN ATAU KONSUMEN DALAM KESALAHAN


PEMBERIAN OBAT DI APOTEK

v
ABSTRACT

This thesis proposal is entitled "Protection of Patients or Consumers in

Drug Administration Errors in Pharmacies" where the case of drug

administration errors was tried at the Medan District Court on October 21, 2020

with the agenda of hearing the statements of three witnesses, namely dr. Tengku

Abraham; the owner of the Medan 1 Palace pharmacy, Ethics Surbakti; and

pharmacist Darwin Pardede. In terms of research, the author uses a library

method that is relevant to the case being discussed. The benefits of this research

increase critical power or increase the author's knowledge in particular and

generally for the knowledge of the general public in the event of a similar case.

The data obtained both primary and secondary data were analyzed using

quantitative techniques and then presented descriptively, namely explaining,

describing, and describing in accordance with the problems that are closely

related to this research.

vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T., yang telah
melimpahkan Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai
pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus
dan ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Hamdan, MM, selaku Rektor Universitas Serang Raya.


2. Bapak Dr.A.P. Delly Maulana, MPA. selaku Dekan FISIP Unsera yang
telah memberi motivasi sehingga proposa skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Fuqoha, S.IP., MH. selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum
UNSERA yang telah memberi dorongan sehingga proposal skripsi ini
dapat diselesaikan.
4. Bapak Arif Rahman, S.H.I.,MH., selaku pembimbing I yang telah
bersedia memberi bimbingan, sehingga dalam diri penulis tumbuh
semangat untuk menyelesaikan proposal skripsi ini tepat pada waktunya.
5. Ibu Rokilah, MH.., selaku Pembimbing II yang telah memberi banyak
sekali masukan, arahan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
6. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan Program Studi Ilmu Hukum FISIP
UNSERA yang telah membantu dan memberi ilmu pengetahuan yang
berharga selama masa pendidikan.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum angkatan
2020/2024.
Kepada semua pihak yang telah berkenan membantu, penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah memberi balasan dengan
sebaik-baik balasan. Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis menyadari
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Serang Desember 2022

Hendro Supriyanto

vii
DAFTAR ISI
PENGESAHAAN AKADEMIK........................................................................ i
PENGESAHAAN SIDANG............................................................................... ii
PERSETUJUAN PROPSAL SKRIPSI............................................................... iii
PERYATAAN..................................................................................................... iv
ABSTRAK.......................................................................................................... v
ABSTRACT........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR........................................................................................ vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Lantar Belakang Permasalahan.................................................. 1
B. Perumusan Masalah................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................... 6
A. Teori Perlindungan Hukum........................................................ 6
B. Teori Perlindungan Konsumen.................................................. 7
C. Teori Keadilan............................................................................ 9
D. Teori Jual Beli Ekonomi Islam.................................................. 10
E. Teori Teori Ekonomi Analysis Of Law..................................... 11
F. Konsep Perlindungan Hukum.................................................... 19
G. Konsep Konsumen..................................................................... 19
H. Konsep Jual-Beli........................................................................ 20
BAB III METODELOGI PENELITIAN........................................................ 22
A. Lokasi Penelitian....................................................................... 22
B. Jenis dan Sumber Data.............................................................. 22
C. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 22
D. Analisa Data.............................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 24

viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Lantar Belakang Permasalahan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 2017 Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan

praktek kefarmasian oleh Apoteker. Menjalankan praktek kefarmasian pada

fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan

kefarmasian. Di samping itu, penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep

dokter dilaksanakan oleh apoteker.1

Obat dari apoteker kepada pasien, ada standar pelayanan yang wajib

dipatuhi oleh apoteker yang bersangkutan. Standar pelayanan ini tertuang

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek (“Permenkes 73/2016”). Standar Pelayanan

Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga

kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.2

Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi 2 kegiatan, yaitu:

1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai; dan

2. Pelayanan farmasi klinik.

Kasus kesalahan pemberian obat disidangkan di Pengadilan Negeri Medan

pada 21 Oktober 2020 dengan agenda mendengarkan keterangan tiga saksi, yakni
1
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017
2
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016

1
2

dr. Tengku Abraham; pemilik apotek Istana 1 Medan, Etika Surbakti; dan

apoteker Darwin Pardede.

Kasus ini bermula saat saksi korban Yusmaniar menderita penyakit dalam

dan pergi berobat ke dokter spesialis penyakit dalam dr. Tengku Abraham, yang

kemudian menuliskan resep obat Methylprednisolone untuk dibelikan di apotek

pada 6 November 2018. Pada 13 November 2018 pihak keluarga kembali

membeli obat yang hampir sesuai dengan resep yang sama ke Apotek Istana 1 di

Jalan Iskandar Muda, Medan, dan saat itu diterima dua pekerja apotek, yaitu

Oktarina Sari dan Sukma Rizkiyanti Hasibuan.

Kesalahan terjadi pada saat itu. Dua pekerja apotek tersebut memberikan

obat antidiabetes Amaryl M2. Obat itu pun diberikan kepada Yusmaniar. Namun,

tiga hari kemudian kondisi kesehatannya bukannya membaik, tetapi dia menjadi

kejang-kejang, tidak sadar diri, dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Pada 21

Desember 2018, putri Yusmaniar, Fitri Octavia Pulungan Noya, melaporkan pihak

apotek Istana 1 ke Polrestabes Medan. Kasus ini sempat mengendap selama

hampir dua tahun. Namun, pihak keluarga terus melakukan upaya hukum hingga

kasusnya dilimpahkan ke pengadilan.

Majelis hakim mempertanyakan soal prosedur pemberian obat resep dokter.

Menurut apoteker Darwin Pardede, secara umum dialah yang sebenarnya

bertanggung jawab, tetapi pada saat itu kedua pekerja apotek tidak berkoordinasi

kepadanya sebelum memberikan obat Amaryl M2. Hakim juga mempertanyakan


3

kepada pemilik apotek kenapa masih mempekerjakan apoteker yang sudah tua dan

kondisi kesehatannya sudah tidak lagi baik.

Kuasa hukum kedua terdakwa, Maswan Tambak dari Lembaga Bantuan

Hukum (LBH) Medan, mempertanyakan sejauh mana tanggung jawab Etika

Surbakti sebagai pemilik apotek Istana 1. “Kita tidak menyebutkan mereka (kedua

kliennya) sebagai asisten apoteker. Memang diterima di situ bekerja, tapi tidak

ada (bukti) yang menyebutkan bahwa keduanya asisten apoteker,” katanya setelah

persidangan.

Fitri Octavia Pulungan Noya juga kecewa mengapa justru dua pekerja

apotek yang menjadi terdakwa. Yang harus bertanggung jawab dalam kasus yang

menimpa ibu kandungnya itu, menurutnya, ialah pemilik apotek.

Dalam kesaksiannya dr. Tengku Abraham mengatakan resep yang dia

tuliskan jelas. “Dari ilmu yang saya tahu, kalau dia (pasien) bukan penyakit

diabetes kemudian diberi obat antidiabetes maka akan terjadi penurunan gula

darah, berbahaya karena itu bisa mengakibatkan koma,” katanya dalam sidang

yang digelar di Gedung Cakra II, Pengadilan Negeri Medan, menjawab

pertanyaan anggota majelis hakim Sri Wahyuni.

Dalam kasus diatas tersebut pada prinsipnya, Sejak 20 April 1999, UU

Perlindungan Konsumen yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1999 atau Undang

Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) mulai sah diberlakukan. Undang-

undang ini mengatur secara rinci tentang pemberian perlindungan kepada

konsumen dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai konsumen. Cakupan


4

hukum yang berlaku mengenai hak dan kewajiban konsumen, hak dan kewajiban

pelaku usaha, dan cara-cara mempertahankan hak dan menjalankan kewajiban

tersebut.3

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan analisis singkat diatas, maka rumusan masalah dalam proposal

skripsi ini diantaranya :

1. Bagaimana Pelayanan Obat diapotek Menurut Perarturan Perundang-

undangan dalam permasalahan ini?

2. Apakah Sudah Sesuai Penerapan Perundang-undang terhadap para

terdakwa ?

3. Apa Langkah Hukum Jika Pasien Dirugikan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam pelayanan Obat

di Apotek.

2. Untuk mengetahui upaya hukum antara para pihak bila terjadi kesalahan

dalam kesalahan pemberian obat di apotek

D. Manfaat

Adapun yang menjadi manfaat dalam melakukan penulisan Proposal skripsi

ini diantaranya adalah :

3
https://hmstimes.com/2020/pekerja-apotek-di-medan-salah-beri-obat/
5

1. Apabila dihubungkan dengan nilai-nilai teoritis dan kopseptual dapat

menambah pengetahuan peneliti dalam mempelajari ilmu-ilmu yang

berkaitan dengan Ilmu Hukum.

2. Secara praksis dapat dijadikan gambaran bagi masyarakat umum jika

terjadi kasus tersebut


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teori Perlindungan Hukum

Fitzgerald mengutip istilah teori perlindungan hukum dari Salmond bahwa

hukum bertujuan mengintegrasikan dam mengkoordinasikan berbagai

kepentingan dalam masyrakat karena dalam suatu lalulintas kepentingan,

perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara

membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah

mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas

tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan

dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum

lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupkan kesepakatan masyarakat tersebut untuk

mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara

perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan

masyarakat.4

Menurut Satjipto Rahardjo, Perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan

perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-

hak yang diberikan oleh hukum.5

Selanjutnya menurut Phillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi

rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan resprensif.


4
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum , Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000, h. 53
5
Ibid, h. 69

6
7

Perlindungan Hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya

sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam

pengambilan keputusan berdasarkandiskresi dan perlindungan yang resprensif

bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di

lembaga peradilan. 6

Sedangkan menurut Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra bahwa hukum dapat

didifungsikan untuk menghujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar

adaptif dan fleksibel, melaikan juga predektif dan antipatif.7

B. Teori Perlindungan Konsumen

Prinsip-prinsip mengenai kedudukan konsumen dalam hubungan dengan

pelaku usaha berdasarkan doktrin atau teori yang dikenal dalam perkembangan

sejarah hukum perlindungan konsumen, antara lain :

a. Let the buyer beware (caveat emptor) Doktrin let the buyer beware

atau caveat emptor merupakan dasar dari lahirnya sengketa dibidang

transaksi konsumen. Asas ini berasumsi bahwa pelaku usaha dan

konsumen adalah dua pihak yang sangat seimbang, sehingga

konsumen tidak memerlukan perlindungan. Prinsip ini mengandung

kelemahan, bahwa dalam perkembangan konsumen tidak mendapat

informasi yang memadai untuk menen tukan Pilihan terhadap barang

dan/atau jasa yang dikonsumsinya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

6
Ibid, h. 54
7
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung : Remaja Rusdakarya,
1993) h. 118
8

keterbatasan pengetahuan konsumen atau ketidakterbukaan pelaku

usaha terhadap produk yang ditawarkannya. Dengan demikian, apabila

konsumen mengalami kerugian, maka pelaku usaha dapat berdalih

bahwa kerugian tersebut akibat dari kelalaian konsumen sendiri.

b. The due care theory Doktrin ini menyatakan bahwa pelaku usaha

mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam memasarkan produk,

baik barang maupun jasa. Selama pelaku usaha berhati-hati dengan

produknya, maka ia tidak dapat dipersalahkan. Pada prinsip ini

berlaku pembuktian siapa mendalilkan maka dialah yang

membuktikan. Hal ini sesuai dengan jiwa pembuktian pada hukum

privat di Indonesia yaitu pembuktian ada pada penggugat, sesuai

dengan pasal 1865 BW yang secara tegas menyatakan bahwa

barangsiapa yang mendalilkan mempunyai suatu hak atau untuk

meneguhkan haknya atau membantah hak orang lain, atau menunjuk

pada suatu peristiwa, maka diwajibkan mebu ktikan adanya hak atau

peristiwa tersebut.

c. The privity of contract Doktrin ini menyatakan pelaku usaha

mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen, tetapi hal itu baru

dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu hubungan

kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan diluar hal-hal yang

dperjanjikan. Dengan demikian konsumen dapat menggugat

berdasarkan wanprestasi. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal


9

1340 BW yang menyatakan tentang ruang lingkup berlakunya

perjanjian hanyalah antara pihak-pihak yang membuat perjanjian saja.8

C. Teori keadilan

Dalam filsafat hukum, teori-teori hukum alam sejak Socrates hingga

Francois Geny, tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum. Teori

Hukum Alam mengutamakan “the search for justice”.9Terdapat macam-macam

teori mengenai keadilan dan masyarakat yang adil. Teori-teori ini menyangkut hak

dan kebebasan, peluang kekuasaan, pendapatan dan kemakmuran. Diantara teori-

teori itu dapat disebut: teori keadilan Aristoteles dalam bukunya nicomachean

ethics, teori keadilan sosial John Rawl dalam bukunya a theory of justice dan juga

Ahmad Ali dalam Menguak Teori Hukum dan teori Peradilan.

Dari pandangan Aristoteles diatas yang sangat penting bahwa keadilan mesti

dipahami dalam pengertian kesamaan. Namun Aristoteles membuat pembedaan

penting antara kesamaan numerik dan kesamaan proporsional. Kesamaan numerik

mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit. Inilah yang sekarang lazim di

pahami tentang kesamaan dan yang dimaksudkan ketika dikatakan bahwa semua

warga adalah sama di depan hukum. Kesamaan proporsional memberi tiap orang

apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuannya, prestasinya, dan

sebagainya. Dari pembedaan ini Aristoteles menghadirkan banyak kontroversi dan

perdebatan seputar keadilan. Lebih lanjut, dia membedakan keadilan menjadi jenis

keadilan distributif dan keadilan korektif. Yang pertama berlaku dalam hukum
8
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo, Jakarta, 2006, h.
9
Theo Huijber, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Cet. VIII, Yogyakarta: Kanisius, 1995, h.
196
10

publik, yang kedua dalam hukum perdata dan pidana. Keadilan distributif dan

korektif sama-sama rentan terhadap problema kesamaan atau kesetaraan dan

hanya bisa dipahami dalam kerangkanya. Dalam wilayah keadilan distributif, hal

yang penting ialah bahwa imbalan yang sama-rata diberikan atas pencapaian yang

sama rata. Pada yang kedua, yang menjadi persoalan ialah bahwa ketidaksetaraan

yang disebabkan oleh, misalnya, pelanggaran kesepakatan, dikoreksi dan

dihilangkan. Keadilan distributif menurut Aristoteles berfokus pada distribusi,

honor, kekayaan, dan barang-barang lain yang sama-sama bisa didapatkan dalam

masyarakat. Dengan mengesampingkan “pembuktian” matematis, jelaslah bahwa

apa yang ada dibenak Aristoteles ialah distribusi kekayaan dan barang berharga

lain berdasarkan nilai yang berlaku dikalangan warga. Distribusi yang adil boleh

jadi merupakan distribusi yang sesuai degan nilai kebaikannya, yakni nilainya

bagi masyarakat.

D. Teori Jual Beli Ekonomi Islam

Secara terminologi fiqh jual beli disebut dengan al-ba‟i yang berarti

menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Berdasarkan

mazhab Hanafiah, pengertian jual beli (al-ba‟i) secara definisi, yaitu tukar-

menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang sepadan

melalui cara tertentu yang bermenfaat. Sedangkan menurut Malikiyah, Syafi‟iyah,

dan Hanbailah, bahwa jual beli (al-ba‟i) yaitu tukar menukar harta dengan harta

pula dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.10

10
Mardani, Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung: 2011, h. 168.
11

E. Teori Ekonomi Analysis Of Law

Analisis ekonomi hukum di dasari pada utilitarianisme yang di pelopori

oleh Jeremy Bentham, dengan menekankan pada prinsip kemanfaatan sebagai

doktrin ilmu hukum. Jika dicermati Pemikiran ini sebenarnya merupakan jalan

tengah ketika hukum dihadapkan kepada dua pemikiran yang saling bertolak

belakang, yaitu keadilan (justice) dan kepastian hukum (legal certainly).

Dalam buku economic analysis of law, memuat beberapa pemikiran para

ahli antara lain Jeremi Bentham dan Richard Posner ia menjabarkan tentang

hukum ekonomi. Bentham memasukkan elemen-elemen penting seperti ke

murnian (purity), keluasan (extent), durasi (duration), intensitas (intensity),

kepastian (certainty), kesuburan (fecundity), keakraban (propinquity) yang dapat

dipercaya dapat mencapai tingkat the greatest happiness of the greatest number.

Menurutnya, hukum barulah dapat diakui sebagai hukum apabila dapat

memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya kepada orang terbanyak.

Selanjutnya Bentham menambahkan bahwa tujuan suatu peraturan hukum harus

dapat mencapai:

a. To provide subsistence (untuk memberi nafkah hidup).

b. To provide abundance (untuk memberikan nafkah hidup).

c. To provide security (untuk memberikan perlindungan).

d. To attain equility (untuk mencapai persamaan).

Teori felcific calculus dikembangkan dengan asumsi-asumsi dasar:

a. Kebahagiaan setiap individu meningkat pada saat di mana jumlah total

kepuasannya lebih besar daripada kesedihannya.


12

b. Keuntungan atau benefit secara umum dari suatu komunitas terdiri dari

seluruh benefit sekelompok individu.

c. Kebahagiaan dari suatu komunitas dapat ditingkatkan apabila jumlah total

seluruh kepuasan individu-individu dalam komunitas tersebut lebih besar

skalanya daripada kesedihan/kesengsaraan mereka11.

Naluri dan kemampuan setiap individu sebagai manusia untuk merasakan

kepedihan/ kesedihan/ kesengsaraan atau kebahagiaan/kepuasaan, maka akan

merasakan nurani perasaan manusia, diperlukan juga suatu tingkat inteligensi

sebagai karakteristik penting yang perlu ditumbuhkan di setiap manusia. Dengan

adanya tingkat kecerdasan yang cukup, dapat lebih mudah membantu

meningkatkan nilai kebahagiaan secara kualitatif. Posner menanggapi kerangka

pemikiran utilitarianisme ini dengan konsepsinya sendiri tentang analisis ke-

ekonomian hukum, namun tetap sedasar dengan konsepsinya sendiri tentang

analisis ke-ekonomian hukum, namun tetap sedasar dengan konsep inti Bentham.

Konsep analisis ke-ekonomian hukum oleh Posner berawal mula dari pengertian

dasar bahwa pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup homo economicus,

artinya dalam mengambil tindakan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomisnya,

mereka mengedepankan nilai ekonomis dengan alasan-alasan dan pertimbangan

ekonomis. Dalam melakukan semuanta itu, manusia selalu diberi pilihan untuk

mendapatkan kepuasan atau kebahagiaan ekonomis yang pada akhirnya ditujukan

kepada peningkatan kemakmuran (wealth maximizing), sehingga dapat dikatakan

manusia merupakan makhluk yang memiliki rasionalitas baik dari segi moneter

atau non-moneter untuk meningkatkan taraf hidup mereka (rational maximers).


11
Yahman (ed), Economic Analysis Of Law,Jakarta; Kencana,2013, h.27.
13

Dengan adanya resionalitas yang melekat pada masing-masing individu,

manusia diberi pilihan dan akan memilih pilihan mereka yang dirasa dan diyakini

akan memberikan hasil yang lebih memuaskan untuk mereka dengan

mendapatkan lebih dari apa yang mereka inginkan dan harapkan. Kepuasan

manusia berawal dari suatu keinginan, Posner di dalam pengkajian analisis ke-

ekonomian hukum mengemukakan bahwa setiap keinginan manusia dapat diukur

dengan mengetahui sampai sejauh mana individu itu bersedia untuk

mendapatkannya, baik dengan uang, tindakan, maupun kontribusi lain yang dapat

dilakukannya. Jadi, keinginan seseorang ialah sama dengan apa yang mereka

bersedia untuk mendapatkannya. Parameter kesediaan manusia itu dapat dilihat

dari kesiapan mereka sampai di mana mereka mau berkontribusi untuk

mendapatkannya, baik untuk Individual achievement atau social goals.

Posner, menambahkan bahwa analisis ke-ekonomian hukum dapat dijadikan

suatu pendekatan untuk menjawab permasalahan hukum dengan mengutarakan

definisi berbeda dan asumsi-asumsi hukum yang berbeda pula untuk mendapatkan

gambaran tentang kepuasan (satifacation) dan peningkatan kebahagiaan

(maximization of happines). Pendekatan ini erat kaitannya dengan keadilan di

dalam hukum. Untuk melakukannya, maka hukum dijadikan economic tools untuk

mencapai maximization of happines. Pendekatan dan penggunaan analisis ini

harus disusun dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomi dengan tidak

menghilangkan unsur keadilan, sehingga keadilan dapat menjadi economic

standart yang didasari oleh tiga elemen dasar, yaitu nilai (value), kegunaan

(utility) dan efisiensi (efficiency) yang didasari oleh rasionalitas manusia.


14

Berdasarkan konsep dasar ini, analisis ke-ekonomian hukum yang dikembangkan

oleh Posner kemudian dikenal dengan the economic conception of justice, dapat

disimpulkan bahwa hukum diciptakan dan diaplikasikan untuk tujuan utama

meningkatkan kepentingan umum seluas-luasnya (maximizing overall social

utility).

The economic conception of justice menjadi acuan untuk menilai sampai

sejauh mana dampak pemberlakuan suatu ketentuan hukum/ peraturan perundang-

undangan kepada masyarakat luas. Dari sini dapat lebih mudah diketahui reaksi

masyarakat dan kemanfaatan yang mampu diberikan oleh ketentuan hukum/

peraturan perundang-undangan tersebut. Kerangka analisis hukum yang

dikembangkan Posner dalam konsepsi analisis ke-ekonomian hukum nya, ia

berpendapat bahwa orang akan menaati ketentuan hukum apabila ia

memperkirakan dapat memperoleh keuntungan lebih besar daripada

melanggarnya, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain, orang akan membawa

setiap permasalahan hukum ke depan persidangan jika ia akan mendapatkan

keuntungan (moneter dan/atau non-moneter) daripada melaksanakan kewajiban

hukumnya.

Berdasarkan butir-butir pemikiran diatas, penulis menggunakan analisis ke-

ekonomian hukum sebagai analisis hukum yang mengapliaksikan atau

menggunakan konsep-konsep ekonomi untuk menjelaskan akibat-akibat hukum,

mengevaluasi atau mengestimasi sifat dasar, kemampuan atau kualitas suatu

produk hukum seperti apa dan yang bagaimanakah patut diberlakukan.

Berdasarkan pengkonstruksian di atas, dapat dikatakan bahwa analisis ke-


15

ekonomian hukum merupakan analisis hukum yang dibangun dengan

menggunakan pendekatan konsep-konsep dasar ekonomi, sekaligus

mengedepankan analisis hukum tersebut dengan alasan-alasan dan pertimbangan

ekonomis. Sehingga permasalahan yang dihadapi oleh hukum dapat terjawab

dengan baik, terutama dalam pemenuhan kepuasan masyarakat yang terkena

aturan hukum tersebut. Dengan konstruksi seperti inilah, dapat lebih mudah

diprediksi akan seperti apakah reaksi masyarakat terhadap suatu produk hukum

yang ditawarkan kepada masyarakat.

Posner memaparkan bahwa pada dasarnya ilmu ekonomi merupakan ilmu

pengetahuan tentang pilihan rasional di tengah-tengah keterbatasan sumber daya

yang diinginkan manusia. Tugas ilmu ekonomi untuk menggali implikasi-

implikasi terhadap dasar pemikiran bahwa manusia sebagai makhluk rasional

selalu menginginkan perbaikan di kehidupannya, tujuan dan kepuasannya di

dalam perbaikannya tersebut dapat dikatakan kepentingan pribadi. Adapun

konsep-konsep dasar analisis ke-ekonomian tentang hukum yaitu:

a. Konsep Pilihan Rasional (rational choice)

Konsep pilihan rasional (rational choice) menj adi asumsi dasar

yang menjadi tekhnik sentral di dalam analisis kerangka kerja

(framework analysis) pembangunan analisis ke-ekonomian hukum.

Konsep pilihan rasional dimulai dari asumsi dasar bahwa pada

hakikatnya manusia adalah makhluk rasional. Dengan adanya

rasionalitas yang melekat pada masing-masing individu, manusia

diberi serentetan pilihan dan akan memilih pilihan yang dirasa dan
16

diyakini akan memberikan hasil yang terbaik, yaitu dengan

mendapatkan lebih dari apa yang diinginkan dan diharapkan.

Konteks kepuasaan manusia sifatnya tidak terbatas dan manusia tidak

pernah puas terhadap apa yang mereka memperoleh dan capai, sehingga

mereka didorong untuk mengambil keputusan terbaik dari pilihan-pilihan

yang ada, baik yang bersifat individu maupun kolektif dari ketersediaan

sumber daya yang langka. Semuanya itu dilakukan untuk peningkatan

kemakmuran (wealth maximization), sehingga manusia sebagai makhluk

ekonomi juga disebut sebagai rational maximizer.

b. Konsep Nilai (Value)

Menurut Posner,suatu nilai (value) dapat diartikan sebagai sesuatu

yang berarti atau penting (significance), keinginan atau hasrat

(desirability) terhadap sesuatu, baik secara moneter atau non-moneter,

sehingga sifat yang melekat padanya berupa kepentingan pribadi (self-

interest) manusia untuk mencapai kepuasan. Pada dasarnya, suatu

nilai ekonomis dapat dilihat dari keinginan manusia terhadap sesuatu,

dengan mengetahui sampai sejauh mana individu itu bersedia untuk

mendapatkannya, baik dengan uang, tindakan, maupun kontribusi lain

yang dapat dilakukannya. Suatu nilai dapat diindentifikasi dengan

karakteristik yang melekat padanya, yaitu suatu pengharapan

keuntungan (expected return) atau kerugian. Misalnya pengharapan

kerugian dan keuntungan uang, dikalikan dengan probabilitas yang

akan terjadi. “... an expected cost or benefit, i.e., the cost and benefit
17

in dollars, multiplied by the probability that it will actually

materialize.”12

c. Konsep Efisiensi ( Efficiency)

Secara harfiah konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan pengertian

penghematan yang terkait dengan penilaian ekonomi dari suatu barang

atau jasa. Efesiensi yang ekonomis menurut Abdurachman: “tingkat

yang dapat tercapai oleh produksi yang maksimal dengan

pengorbanan yang minimal. Efficiency suatu perusahaan diukur oleh

keuntungan dan biaya-biaya kedua-duanya, sebab produsen yang

paling efektif ialah dia yang keuntungannya mencapai tingkat yang

maksimal dan biaya-biayanya yang merupakan suatu kombinasi yang

tepat daripada faktor-faktor produksi, dapat diperkecil serendah-

rendahnya. Menurut Svetozar Pejovich, efisiensi merupakan suatu

tingkat keberhasilan maksimum dalam suatu tindakan ekonomi

(produce and the allocation of goods) dalam keadaan kompetitif.

“the economic efficiency of the use of resources to produce goods and

the allocation of goods among competing uses is the expressed in the

process through which voluntary interactions are carried out, leading

into the unknown” 13

Suatu produk dapat dikatakan efisien dan melalui proses produksi

yang efesien juga apabila mutu kapasitasnya atau kesanggupannya,

12
Fajar Sugianto, Economic Analysis Of Law, Jakarta: Kencana, 2013, h.35
13
Fajar Sugianto, op.cit., h.37
18

daya produksi, kemampuan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan

secara tetap, memiliki daya guna dan tepat sasaran.14

d. Konsep Utilitas (utility)

Suatu daya guna dapat dilihat dari fungsinya yang dapat menghasilkan

keuntungan yang lebih bermanfaat, berfaedah (meritorious). Menurut

cooter dan ulen, utilitas merupakan manfaat yang didapatkan karena

pengambilan keputusan dalam memilih pilihan dengan alternatif

penggunaannya. Penggunaan konsep utilitas pada analisis

keekonomian hukum memiliki arti kegunaan atau manfaat dari barang

ekonomi yang dapat memberikan/ menghasilkan keuntungan. Sekali

lagi ditekankan bahwa kata keuntungan memiliki keleluasaan konteks,

yaitu keuntungan secara moneter atau secara non moneter.

Sesuatu dapat dikatakan barang ekonomi (economic goods) apabila

barang tersebut mempunyai kegunaan dan langka, sehingga barang

ekonomi mempunyai nilai atau harga. Terdapat dua jenis pengertian

utilitas dalam analisis keekonomian hukum, yaitu pengharapan

kegunaan (expected utility) sebagaimana diartikan dalam ilmu

ekonomi dan utilitas sebagaimana diartikan sebagai kebahagiaan oleh

para pemikir utilitarian. Menurut Posner, utilitas dalam ilmu ekonomi

digunakan untuk melihat ketidakpastian keuntungan dan kerugian

yang mengarah kepada konsep risiko. Karakteristik yang melekat

padanya ialah nilai yang layak terhadap pengharapan untung rugi (the

worth of the expected cost and benefit).


14
Ibid, Fajar Sugianto., h.37
19

Utilitas digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh manusia

untuk memperoleh manfaat keuntungan yang diharapkan. Keputusan

ini diambil dengan mempertimbangan dan membedakan sejelas

mungkin antara untung rugi yang pasti dan untung rugi yang tidak

pasti, di mana ketidakpastian merupakan risiko yang harus dihadapi.

F. Konsep Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada

subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun

yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain

dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri

dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan

suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.15

G. Konsep Konsumen

Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris-

Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari consumer atau

consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harafiah arti kata

consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan

barang.16Pengertian konsumen dalam Rancangan Undang-Undang Perlindungan

Konsumen yang diajukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, yaitu :“

Konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi

kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak untuk

diperdagangkan kembali.” Sedangkan konsumen menurut naskah final Rancangan


15
Janus Sidablok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,Bandung:
2014. h. 37-38
16
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 22
20

Akademik Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen yang disusun oleh

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, konsumen adalah setiap orang atau

keluarga yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk

diperdagangkan. Sebagai akhir dari usaha pembentukan Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, adalah dengan lahirnya UUPK, yang di dalamnya

dikemukakan pengertian konsumen, sebagai berikut : “Konsumen adalah setiap

orang pemakai barang/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan.”

H. Konsep Jual-Beli

Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu, sedang

menurut syara‟ artinya menukar harta dengan harta menurut cara-cara tertentu

(„aqad).17 Jual beli secara lughawi adalah saling menukar. Jual beli dalam bahasa

Arab dikenal dengan istilah albay‟u. Secara terminology jual beli adalah suatu

transaksi yang dilakukan oleh pihak penjual dengan pihak pembeli terhadap

sesuatu barang dengan harga yang disepakatinya. Menurut syari‟at Islam jual beli

adalah pertukaran harta atas dasar saling merelakan atau memindahkan hak milik

dengan ganti yang dapat dibenarkan.Jual-beli atau bay‟u adalah suatu kegiatan

tukar-menukar barang dengan barang yang lain dengan cara tertentu baik

dilakukan dengan menggunakan akad maupun tidak menggunakan akad.18 Intinya,

antara penjual dan pembeli telah mengetahui masingmasing bahwa transaksi jual-

beli telah berlangsung dengan sempurna.

17
Moh Rifa‟i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap,Toha Putra, Semarang:1978, h. 402
18
Ali Imran,Fikih Taharah, Ibadah Muamalah, Cipta Pustaka Media Perintis, Bandung : 2011.
21
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Apotek Wilayah Propinsi Banten khususnya

di Apotek Wilayah Kabupaten Lebak. Penulis memilih lokasi penelitian dengan

pertimbangan bahwa lokasi penelitian relevan dengan masalah yang akan diteliti.

Dalam hal ini perlu suatu penelusuran secara sistematis terhadap Apotek-apotek

yang berada diwilayah tersebut dalam memberikan perlindungan dan keadilan

kepada pelaku kejahatan dan korban kejahatan.

B. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang akan dipergunakan dalam penulisan

skripsi ini terbagi atas dua yaitu :

1. Jenis Data Primer Data primer adalah data yang berasal dari peraturan

perundang-undangan, tulisan atau makalah-makalah, buku-buku, dan

dokumen atau arsip serta bahan lain yang berhubungan dan menunjang

dalam penulisan skripsi ini.

2. Jenis Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara

langsung melalui wawancara terhadap hakim yang terkait dengan

permasalahan dalam skripsi ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, terdapat dua teknik pengumpulan data yang

digunakan, yaitu

22
23

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Sasaran penelitian

kepustakaan ini terutama untuk mencari landasan teori dari objek

kajian dengan cara :

a. Mempelajari buku-buku yang berhubungan baik langsung dengan

objek dan materi penulisan skripsi ini.

b. Mempelajari peraturan perundang-undangan yang berhubungan

dengan penulisan skripsi ini.

c. Mempelajari suatu Kasus kesalahan pemberian obat disidangkan yang

di Pengadilan Negeri Medan pada 21 Oktober 2020.

2. Penelitian Lapangan (Field Research) Dalam penelitian ini penulis ke

lapangan dan melakukan wawancara secara langsung pada pihak-pihak

tertentu, sehubungan dengan permasalahan yang terkait dalam penulisan

skripsi ini.

D. Analisis Data

Data yang diperoleh baik secara data primer maupun data sekunder

dianalisis dengan teknik kuantitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu

menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan

yang erat kaitannya dengan penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016

https://hmstimes.com/2020/pekerja-apotek-di-medan-salah-beri-obat/

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum , Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000

Yahman (ed), Economic Analysis Of Law,Jakarta; Kencana,2013,

Fajar Sugianto, Economic Analysis Of Law, Jakarta: Kencana, 2013

Moh Rifa‟i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap,Toha Putra, Semarang:1978,

Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung :
Remaja Rusdakarya, 1993)

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo, Jakarta,


2006,

Theo Huijber, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Cet. VIII,


Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Janus Sidablok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra


Aditya Bakti,Bandung: 2014.

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika,


Jakarta, 2009,

Ali Imran,Fikih Taharah, Ibadah Muamalah, Cipta Pustaka Media Perintis,


Bandung : 2011.

24

Anda mungkin juga menyukai