Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KARYA ILMIAH (KARIL) 

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG PECAHAN


MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO INTERAKTIF PESERTA
DIDIK KELAS V SDN LALADAN LAMONGAN TAHUN 2021

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Karya Ilmiah (Karil)
yang dibimbing oleh Bapak Dr M.Ali Murtadlo, A.Ma., S.Pd., M.Pd.

Oleh:
NURHIDAYAT
NIM 855879905

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ-SURABAYA
TAHUN 2021

i
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG PECAHAN
MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO INTERAKTIF PESERTA DIDIK
KELAS V SDN LALADAN LAMONGAN TAHUN 2021
Oleh NURHIDAYAT., NIM 855879905
Email : nurhidayat20505903@gmail.com
Nama SD : SDN Laladan Lamongan

Dalam dunia pendidikan dalam hal ini di lembaga Sekolah Dasar,


matematika adalah salah satu mata pelajaran yang mempunyai yang memiliki
peranan yang sangat penting untuk melatih peserta didik dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Hasil dari belajar peserta didik materi pecahan memang
sangat rendah hanya 20 % peserta didik yang tuntas belajar. Guru selama
mengajar belum pernah menggunakan video pembelajaran inovatif Mata pelajaran
Matematika untuk peserta didik kelas V tahun ajaran 2021/2022 akibatnya guru
mengalami kesulitan mengajar pelajaran matematika khususnya pada peserta
didik kelas V SDN Laladan. Akhirnya peneliti melakukan perbaikan pembelajaran
melalui PTK dengan menggunakan video interaktif. Video interaktif di pilih
karena Pembelajaran dengan media visual diharapkan dapat mempermudah
peserta didik dalam memahami materi. Hasil penelitian menunjukan bahwa video
interaktif dapat meningkatkan kemampuan berhitung pecahan peserta didik kelas
V SDN Laladan. Hasil belajar siklus I dari 18 peserta didik ada 10 peserta didik
(55,55%) yang tuntas dan 8 peserta didik (44,44%) yang belum tuntas. Hasil
belajar siklus II dari 18 peserta didik ada 15 peserta didik (83,33%) yang tuntas
dan 3 peserta didik (16,66%) yang belum tuntas. Target capaian sudah terpenuhi
pada sikul II. Sehingga penggunaan media video interaktif untuk meningkatkan
kemampuan berhitung pecahan peserta didik di kelas V SD Negeri Laladan
lamongan dikatakan berhasil.

Kata kunci: Matematika, Berhitung Pecahan, Video Interaktif

1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di
sekolah dasar yang mempunyai peran sangat penting dalam pembangunan
Iptek karena sama halnya melatih peserta didik dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Seseorang akan terbiasa di kehidupan sehari –
harinya berpikir kritis, logis, ilmiah dan lebih kreatif jika sering
mempelajari matematika

Penggunaan media pembelajaran bertujuan untuk membantu


pendidik dalam penyampaian materi di dalam kelas dan bisa merancang
muatan materi yang ingin disampaikan kepada peserta didik agar lebih
menarik dan mudah dipahami.

Dengan memadukan media-media dalam proses pembelajaran,


maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik, sehingga membantu
pendidik menciptakan pola penyajian yang interaktif. Multimedia
interaktif adalah sebuah kombinasi berbagai media dari komputer, video,
audio, gambar dan teks. Hofstetter (2001) berpendapat “multimedia
interaktif adalah mempergunakan perangkat komputer untuk
menggabungkan beberapa bentuk seperti teks, grafik, audio, gambar
bergerak ( video dan animasi ) menjadi satu kesatuan dengan perangkat
yang tepat sehingga memungkinkan pemakai multimedia dapat melakukan
navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi”.
Observasi yang peneliti lakukan terhadap proses pembelajaran
matematika di kelas V pada SDN Laladan Deket Lamongan berbeda
dengan pembelajaran yang telah diungkapkan di atas. Hal ini terlihat
bahwa pembelajaran matematika masih belum bermakna bagi peserta
didik, peserta didik masih belum terlibat aktif dalam pembelajaran dan
tidak membangun sendiri konsep- konsep materi yang sedang dipelajari.
Pembelajaran yang dilakukan masih didominasi oleh guru, peserta didik
cenderung bersifat pasif dan belum menggunakan media pembelajaran
yang relevan. Guru menjelaskan konsep- konsep pembelajaran secara

2
searah kepada peserta didik. Hanya sekadar menerima penjelasan guru
tanpa mengetahui bagaimana cara menemukan konsep tersebut serta
memahami bagaimana belajar itu. Kebanyakan peserta didik kelas V
masih mengalami kesulitan memahami materi pecahan dengan
kompetensi dasar berhitung pecahan . Dapat terlihat dari ulangan harian
Matematika peserta didik kelas V SD Negeri Laladan pada materi pecahan
, dari 18 peserta didik, ada 12 peserta didik yang nilainya tidak mencapai
KKM dan hanya ada 6 peserta didik yang telah mencapai KKM. Guru
kelas V menentukan nilai KKM adalah 70. Hal ini ditunjukan hasil belajar
peserta didik materi pecahan sangat rendah hanya 25 % peserta didik yang
tuntas belajar selebihnya mengalami kendala yang sangat berarti dari 75 %
yang mendapat nilai sangat kurang. Peserta didik yang mendapat nilai di
atas 70 terdapat 6 anak selebihnya masih di bawah kkm sehingga rata2
ketuntasan belajar secara klasikal hanya 25 %. Selama proses
pembelajaran guru masih banyak memnberikan tugas yang berasal dari
LKS atau lembar kerja peserta didik dan masih jarang menggunakan
media pembelajaran interaktif dalam menyampaikan pelajaran matematika
sehingga peserta didik kurang begitu aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Rendahnya keterampilan berhitung pecahan peserta didik kelas V
SD Negeri Laladan mendorong untuk dilakukannya penelitian tindakan
kelas. Dengan harapan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik
tentang konsep bilangan pecahan tentang kompetensi dasar berhitung
pecahan. Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran
matematika materi bilangan pecahan, selain itu dapat meningkatkan minat
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran matematika. Guru
menggunakan alternative media video interaktif dalam pembelajaran.
Media video interaktif adalah media visual yang efektif untuk
pembelajaran matematika kompetensi dasar berhitung pecahan.
Berdasarkan dengan permasalahan, peneliti mencoba melakukan upaya
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi dan dapat memberikan pengalaman belajar bagi

3
peserta didik, sehingga diharapkan peserta didik akan lebih paham dan
hasil belajarnya meningkat, yakni menggunakan media video pembelajaran
interaktif pada materi operasi hitung pecahan sederhana.
Sehingga solusi yang digunakan oleh peneliti untuk mengatasi
permasalahan di atas dan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar
peserta didik adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK)
dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berhitung Pecahan
Menggunakan Media Video Interaktif Peserta didik Kelas V SDN
Laladan Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan 2021”. Pada akhirnya
berorientasi bertujuan bahwa melalui penelitian ini dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik kelas v di SDN Laladan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika materi pecahan melalui
media Video Interaktif pada Peserta didik Kelas V SD Negeri Laladan
Lamongan tahun 2021?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan berhitung pecahan peserta didik
kelas V SD Negeri Laladan lamongan 2021 setelah diterapkanya video
interaktif ?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran materi pecahan melalui
media video interaktif pada peserta didik kelas V SDN Laladan lamongan
tahun 2021.
2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan berhitung pecahan peserta
didik kelas V SDN Laladan Lamongan tahun 2021 setelah diterapkanya
video interaktif.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berhitung
Pecahan Menggunakan Media Video Interaktif Peserta didik Kelas V SDN
Laladan Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan 2021” di harapkan dapat
bermanfaat:
1. Bagi peserta didik
a. Meningkatkan keterampilan berhitung pecahan pada pembelajaran yang

4
disajikan oleh guru melalui video interaktif sehingga hasil belajarnya
meningkat.
b. Meningkatkan kemampuan kerja sama antar peserta didik dalam
memecahkan permasalahan berhitung pecahan pada pembelajaran
matematika melalui media video interaktif.
c. Meningkatkan kerja sama antar peserta didik dan apresiasi dalam
berhitung pecahan pada mata pelajaran matematika.
2. Bagi Guru
a. Dapat digunakan sebagai upaya peningkatan keterampilan peserta didik
dalam berhitung pecahan dan memilih metode serta alat penilaian
secara tepat yang digunakan untuk membantu anak dalam
meningkatkan keterampilan berhitung pecahan.
b. Mengetahui peningkatan berhitung peserta didik melalui media video
interaktif yang dilakukan dalam pembelajaran matematika materi
pecahan.
c. Dapat menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan keterampilan peserta
didik sesuai target kurikulum yang telah di tetapkan sehingga memudahkan
pencapaian visi dan misi sekolah.
4.. Bagi orang tua
Dapat mengetahui media pembelajaran yang tepat untuk membantu
belajar anak dirumah sehingga pembelajaran matematika dapat dilakukan
secara optimal.
5. Bagi peneliti lain
Dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih
mendalam dengan topic, fokus serta setting yang lain untuk memperoleh
perbandingan sehingga memperkaya temuan-temuan penelitian ini.

5
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika di SD
Di dunia pendidikan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru adalah mampu mengidentifikasi kemampuan masing – masing peserta
didik dan minat mereka terhadap pelajaran salah satunya matematika.
Heruman (2016: 2) menyatakan bahwa konsep tentang kurikulum matematika
sekolah dasar terbagi dalam beberapa hal sebagai berikut:
1) Pengajaran tentang konsep dasar matematika yang belum mereka ketahui.
Untuk mempermudah peserta didik memahaminya diperlukan sebuah
media pembelajaran interaktif.
2) Pemahaman konsep mempunyai dua pengertian yang berbeda.
3) Pembinaan keterampilan memiliki dua pengertian yang berbeda.
Pembelajaran matematika di SD memiliki tujuan dan fungsi
khusus. Hudoyo menuturkan (dalam Lentera, 2011) bahwa salah satu
kegunaan pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan
berkomunikasi menggunakan symbol dan angka yang melalui ketajaman
nalar dapat membantu untuk menyelesaikan persoalan sehari – hari.
B. Keterampilan Berhitung Pecahan
1. Pengertian pecahan
Sebuah bilangan akan memenuhi syarat sebagai pecahan jika
terdiri pembilang dan penyebut. Bilangan pecahan yang pembilang dan
penyebutnya tidak mempunyai fakor persekutuan lagi, kecuali 1 disebut
sebagai pecahan paling sederhana. Bilangan pecahan sederhana berasal
dari membagi pembilang dan penyebutnya dengan faktor persekutuan
terbesar (FPB) kedua pembilang tersebut.
Menurut Dahrim (1991: 163), kata pecahan itu diartikan berbeda-
beda. Heruman (2016) mengungkapkan bahwa pecahan dapat diartikan
sebagai bagian sesuatu yang utuh.
2. Berhitung pecahan
a. Berhitung penjumlahan dan pengurangan pecahan, yaitu :
1) Berhitung pecahan dengan gambar.
2) Berhitung pecahan dengan benda konkret.

6
b. Membandingkan dua pecahan
a. Tanda >, misalnya a > b, artinya bilangan a lebih besar dari
bilangan b.
b. Tanda <, misalnya a < b, artinya bilangan a lebih kecil dari
bilangan b.
c. Tanda =, contoh a = b, maknanya kedua bilangan (a dan b),
nilainya sama besar.
C. Media Video Interaktif
1. Media pembelajaran
Salah satu upaya pembaharuan dalam proses belajar mengajar
adalah dengan memanfaatkan kemajuan iptek. Di era globalisasi saat ini
guru harus mengikuti perkembangan zaman dan lebih terbuka pada
modernisasi akan segala hal, terutama memperdalam pengetahuan tentang
kemajuan di dunia media pembelejaran, tidak hanya mengandalkan buku
saja.
2. Manfaat media dalam pembelajaran
Pada proses pembelajaran, ada dua unsur yang sangat penting yaitu
metode mengajar dan media pembelajaran.  Pemilihan metode mengajar
tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai. Dapat
disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar
yang ditata dan diciptakan oleh pendidik. Hamalik (1986) menjelaskan
bahwa peserta didik akan lebih termotivasi minat dan keinginan mereka
dalam proses belajar mengajar. 
3. Jenis-jenis media pembelajaran
Media pembelajaran sangat banyak jenisnya, dari yang sederhana
hingga yang rumit, dari yang dibuat oleh guru sendiri hingga yang buatan
pabrik. Apa yang ada disekitar kita juga dapat digunakan sebagai media
pembelajaran.
Pada kenyataannya tidak banyak jenis media yang biasa digunakan
oleh guru di sekolah dalam menyampaikan materi.  Beberapa media yang
paling sering sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku).  Akan

7
tetapi ada beberapa sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain
seperti gambar, model, dan Overhead Projector (OHP) dan obyek-obyek
nyata.
4. Video Interaktif
Video interaktif juga memiliki kelebihan dalam mengantarkan
penyampaian materi ketika digunakan sebagai media pembelajaran di
antaranya menurut Nugent (2005) dalam Smaldino dkk (2008: 310), video
adalah sebuah media yang sesuai untuk pembelajaran, seperti kelas,
kelompok kecil, bahkan untuk seorang peserta didik.
D. Penggunaan Video Interaktif Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berhitung Pecahan
Video banyak digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pada
kenyataan di kelas, video digunakan sebagai komponen kegiatan belajar
konvensional yang menjadikan landasan dari pembelajaran campuran,
maupun sebagai media penyampaian materi (Brame, 2016). Pemilihan video
sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran bukan tak berdasar. Video bisa
memfasilitasi peserta didik untuk mempelajari suatu materi dengan mengikuti
kecepatan pemahamannya.
Peningkatan keterampilan berhitung peserta didik dalam bembelajaran
matematika di SD melalui video interaktif merupakan salah satu solusi dalam
masa pandemi yang mengharuskan peserta didik melaksanakan pembelajaran
jarak jauh, penggunaan media video interaktif dapat membangkitkan minat
peserta didik agar dapat berpartisipasi aktif dan kreatif dalam pembelajaran
matematika khususnya materi pecahan sederhana. Melalui media video
interaktif dapat di tingkatkan kegiatan belajar mengajar, sehingga akan dapat
memperbaiki kemampuan berhitung peserta didik materi pecahan sederhana
dan meningkkatkan hasil belajarnya, dengan video interaktif diharapkan agar
peserta didik dapat memotivasi diri untuk mencari pengetahuan dan
pemahaman sendiri dalam pembelajaran.

8
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 November 2021 sampai 20
November 2021, masing-masing siklus terdiri dari satu kali pertemuan
adapun rincian waktunya sebagai berikut:
Siklus 1: pelaksanaannya pada hari Selasa tanggal 13 November pukul 08.00
– 09.10. materi titik beratkan pada materi berhitung penjumlahan dan
pengurangan pecahan.
Siklus 2: dilaksanakan, Selasa 20 November 2021 pukul 08.00 – 09.10 materi
dititik beratkan pada pada materi berhitung penjumlahan, pengurangan
pecahan dan perbandingan pecahan.
Subyek penelitian yang diteliti adalah peserta didik kelas V SDN
Laladan tahun pelajaran 2021/2022 dengan jumlah 18 peserta didik yang
terdiri dari 9 peserta didik perempuan dan 9 peserta didik laki laki
Penelitian ini diadakan di kelas V SDN Laladan di Dusun Keduran
Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan pada kelas V jumlah 18 peserta
didik. Secara rinci dapat dipaparkan sebagai berikut: Tempat pelaksanaan di
SDN Laladan, mata pelajaran Matematika, kelas V, jumlah peserta didik 18
orang.
a. Subyek penelitiannya peserta didik kelas V SDN Laladan yang
jumlahnya 18 orang yang terdiri dari 9 peserta didik perempuan dan 9
peserta didik laki-laki. Saat pelaksanaan pembelajaran, peneliti
bertindak sebagai guru kelas V didampingi oleh teman sejawat
bernama Khalimatus Sa’diyah, S.Pd.SD yang bertindak sebagai
observer.
b. Obyek penelitian ini adalah peningkatan keterampilan berhitung
menggunakan media video interaktif
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan jenis penelitian yang dipilih peneliti, penelitian ini
menggunkaan tipe penelitian tindakan (PTK) dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti,1997:6), yaitu berbentuk spiral dari siklus ke siklus
berikutnya. Pada masing – masing siklus terdapat planning (rencana) action

9
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). sebagai
berikut :
1. Siklus 1
a. Tahap 1. Menyusun rencana tindakan (planning)
Menyusun rencana tindakan ini sangat penting bagi
terlaksanaanya tindakan yang akan diberikan. Sebelum menyusun
rencana tindakan,terlebih dahulu harus diketahui kondisi nyata
kompetensi/keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Untuk
kepentingan ini maka perlu diadakan refleksi awal. Refleksi awal
untuk mengidentifikasi permasalahan yang akan dipecahkan melalui
pelaksanaan tindakan pada siklus 1. Refleksi awal ini ditentukan
melalui observasi, dan studi dokumentasi dan wawancara dengan
peserta didik sebelum dijalankan siklus 1 (abimayu, 1995:12)
perencanaan peneliti juga meliputi: menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), menyiapkan lembar kerja peserta didik,
menyiapkan instrument pengumpulan data, menentukan kriteria
keberhasilah pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dalam penelitian.
Setelah diketahui keterampilan peserta didik kelas V SDN
Laladan menunjukan minimal 80 % peserta didik belum memiliki
kompetensi yang di harapkan maka peneliti menyusun alternatif
pemecahan masalah (rencana tindakan) siklus 1. Penyusunan alternatif
pemecahan masalah melalui tindakan pada siklus 1 ini dilakukan
secara kolaboratif dengan teman sejawat yang nantinya bertindak
sebagai observer pada saat proses pembelajaran. Selain menyusun
alternatif pemecahan masalah melalui tindakan siklus 1, peneliti juga
menetapkan urutan kegiatan pembelajaran, menyusun RPP, membuat
lembar observasi, dan beberapa peralatan pendukung terlaksananya
tindakan siklus 1.
b. Tahap 2. Pelaksanaan Tindakan (acting)
Pelaksanaan tindakan ini sebagai action tindakan yang
direncanakan oleh peneliti pada tahap perencanaan tindakan. Hasil
dari refleksi awal dan alternatif pemecahan yang telah dituangkan di

10
dalam rencana tindakan digunakan sebagai pijakan bagi peneliti dalam
memberikan tindakan pada siklus 1. Teman sejawat pada tahap ini
bertindak sebagai observer. Peneliti melakukan pembelajaran
berdasarkan rencana tindakan, yakni membelajarkan peserta didik
melalui daring materi berhitung pecahan sederhana, di fokuskan pada
penjumlahan dan pengurangan pecahan
c. Tahap 3. Pengamatan (observing)
Tahap pengamatan (observasi) dilakukan saat pembelajaran.
Bertindak sebagai pengamat utama adalah teman sejawat yang telah di
tunjuk sebelumnya. Selain itu, peneliti juga bertindak sebagai guru
juga melakukan pengamatan yang telah dilakukan oleh teman sejawat
(observer) dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah
terletak pada subyek pengamatan. Pengamatan yang dilakukan oleh
observer adalah mengamati seluruh bentuk kegiatan yang dilakukan
oleh peserta didik, serta situasi dan kondisi yang tampak pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Pengamatan semacam ini tidak
dapat dilakukan oleh peneliti sendiri sehingga di butuhkan kehadiran
orang lain yang melakukan rekaman dari semua bentuk kejadian.
Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi. Aktifitas peserta
didik yang menjadi focus penelitian bagi peneliti. Pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti ini berfungsi sebagai jalan untuk dapat
memberikan tindakan secara tepat pada proses pembelajaran yang
berlangsung.
Adapun observasi yang dilakukan meliputi observasi kelas,
dilakukan untuk mendapatkan data tentang keterampilan berhitung
pecahan sederhana menggnakan video interaktif dan observasi hasil
kegiatan pembelajaran, yakni berbentuk ketercapaian kompetensi oleh
peserta didik dalam kegiatan berhitung pecahan.
d. Tahap 4. Refleksi (reflecting)
Pelaksanaan refleksi ni sangat penting artinya bagi peneliti
untuk menentukan tindakan berikutnya. Refleksi ini dilakukan setelah
berakhirnya pelaksanaan tindakan 1. Peneliti menyampaikan berbagai

11
macam permasalahan yang terjadi yang dialami pada saat pelaksanaan
tindakan 1. Observer juga menyampaikan hasil observasinya ketika
tindakan 1. Observer menyampaikan beberapa keunggulan yang sudah
dicapai dan kekurangan kepada peneliti.
Hal ini dilakukan dengan harapan diketahui kelemahandan
kelebihan pelaksanaan pembelajaran pada tindakan. Dengan
diketahuinya kedua hal ini maka mempermudah peneliti untuk
menentukan tindakan selanjutnya agar lebih baik. Melalui diskusi
bersama (antara peneliti dengan teman sejawat yang bertindak sebagai
observer) ditentukan cara yang terbaik untuk memperbaiki proses
pembelajaran pada tindakan 1. Yang selanjutnya di gunakan sebagai
dasar melakukan tindakan 2 yang lebih baik.
2. Siklus 2
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, peneliti mengadakan
perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran terutama pada media
pembelajaran. Penerapan siklus 2 sama halnya siklus 1 untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
Tahap 1. Menyusun rencana tindakan (planning)
Perencanaan penelitian meliputi: menyusun RPP (Rencana Perbaikan
Pembelajaran), menyiapkan lembar kerja peserta didik, menyiapkan
instrument pengumpulan data, menentukan criteria keberhasilan
perbaikan pembelajaran.
a. Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran.
Pelaksanaan RPP difokuskan untuk perencanaan langkah-langkah
perbaikan atau scenario tindakan dengan tujuan dapat mengatasi
masalah pembelajaran sebelumnya, sehingga dapat meningkatkan
keterampilan berhitung pecahan peserta didik kelas V SDN Laladan.
b. Menyiapkan Lembar Kerja Peserta didik untuk individu.
c. Menyiapkan instrument pengumpulan data yaitu:
1) Lembar pengamatan aktifitas peserta didik selama proses
pembelajaran baik secara individu maupun kelompok.
2) Lembar pengamatan aktivitas guru.

12
3) Lembar penilaian Matematika tentang materi berhitung pecahan
4) Lembar evaluasi akhir tingkat ketuntasan belajar peserta didik.
d. Menentukan indicator capaian keberhasilan perbaikan pembelajaran
siklus 1 dan siklus 2 dalam penelitian dengan target sebagai berikut :
1) Peserta didik menguasai materi pecahan sederhana mencapai
80% dari seluruh peserta didik.
2) Ketuntasan belajar jika 80% dari seluruh peserta didik mencapai
lebih dari atau sama dengan 70.
Tahap 2. Pelaksanaan tindakan (acting)
Pelaksanaan tindakan ini sebagai action tindakan yang telah
direncanakan oleh peneliti pada tahap perencanaan tindakan. Hasil dari
refleksi awal dan alternative pemecahan yang telah dituangkan didalam
rencana tindakan digunakan sebagai pijakan bagi peneliti dalam
memberikan tindakan siklus 2. Pada tahap ini peneliti di damping oleh
teman sejawat dan penilai1 yang bertindak sebagai observer. Peneliti
melakukan penelitian berdasarkan rencana tindakan, yakni
membelajarkan peserta didik berhitung pecahan di fokuskan materi,
penjumlahan, pengurangan dan membandingkan pecahan.
Tahap 3. Pengamatan (observing)
Tahap ini dilakukan pada saat proses pembelajaran sedang
berlangsung di dalam kelas. Bertindak sebagai pengamat utama kegiatan
pembelajaran adalah teman sejawat yang telah di tunjuk sebelumnya.
Selain itu, peneliti yang juga bertindak sebagai guru juga melakukan
pengamatan terhadap berlangsungnya proses pembelajaran. Yang
membedakan antara pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat,
dengan pengamat yang dilakukan oleh peneliti adalah terletak paa subyek
pengamatan. Pengamatan yang dilakukan oleh observer adalah
mengamati seluruh bentuk kegiatan baik yang dilakukan oleh peneliti
maupun kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik, serta situasi dan
kondisiyang tampak pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Pengamatan semacam ini tidak dapat dilakukan oleh peneliti sendiri
sehingga dibutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan rekaman dari

13
semua bentuk kejadian. Hasil observasi dari observer ini digunakan
sebagai bahan dilakukan tindakan refleksi setelah berakhirnya tindakan
pembelajaran pada siklus 2. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ini
berfungsi sebagai jalan untuk dapat memberikan tindakan secara tepat
pada proses pembelajaran yang berlangsung saat itu.
Adapun observasi yang dilakukan meliputi observasi kelas,
dilakukan untuk mendapatkan data tentang pecahan sederhana materi
penjumlahan, pengurangan dan membandingkan yaitu berbentuk
ketercapaian kompetensi oleh peserta didik dalam kegiatan berhitung
pecahan.
Tahap 4. Refleksi (reflecting)
Pelaksanaan refleksi sangat penting artinya bagi peneliti untuk
menentukan tindakan berikutnya. Refleksi ini dilakukan setelah
berakhirnya pelaksanaan tindakan 2. Peneliti menyampaikan berbagai
macam permasalahan yang terjadi yang dialami pada saat pelaksanaan
tindakan 2. Observer juga menyampaikan beberapa kebaikan/keunggulan
yang sudah di capai oleh peneliti. Selain itu beberapa kekurangan yang
dijumpai juga diungkapkan kepada peneliti. Selain itu beberapa
kekurangan yang dijumpai juga diungkapkan kepada peneliti. Hal ini
dilakukan dengan harapan diketahui kelemahan dan kelebihan
pelaksanaan pembelajaran tindakan 2. Dengan diketahuinya kedua hal ini
maka mempermudah peneliti untuk menentukan tindakan selanjutnya
agar lebih baik. Melalui diskusi bersama (antara peneliti dengan teman
sejawat yang bertindak sebagai observer)ditentukan cara yang terbaik
untuk memperbaiki proses pembelajaran pada tindakan 3 digunakan
sebagai dasar melakukan tindakan selanjutnya yang lebih baik.
Demikian seterusnya tahapan –tahapan penelitian ini di mulai dari
kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan pengamatan dan refleksi.
Hasil refleksi digunakan sebagai pijakan bagi peneliti untuk membuat
perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Jika ternyata di akhir
kegiatan pembelajaran ternyata di nyatakan keterampilan berhitung
peserta didik telah memenuhi kreteria yang telah ditetapkan maka

14
tindakan kegiatan pada siklus berikutnya dapat diakhiri. Namun demkian
akan diperoleh perbaikan secara terus menerus terhadap proses
pembelajaran sehingga ketercapaian kompetensi peserta didik sesuai
dengan yang diharapkan.
C. Teknik analisis data
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yakni
teknik deskriptif kualitatif. Kreteria ketuntasan yang di tetapkan pada
penelitian ini adalah:
1. Jika nilai rata-rata yang diperoleh 91-100 kategori A (Amat Baik), siklus
dapat dihentikan
2. Jika nilai rata-rata yang diperoleh 75-90,9 kategori B (baik), dinyatakan
tuntas/berhasil, siklus berikutnya dapat di hentikan.
3. Jika nilai rata-rata yang diperoleh 60-74,9 kategori C (cukup), dinyatakan
belum tuntas, siklus diteruskan
4. Jika nilai rata-rata yang diperoleh 0-59,9 kategori D (kurang), dinyatakan
belum tuntas sehingga siklus diteruskan
Teknik analisis data dalam memperoleh data pada kegiatan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran, peneliti menggunakan data kualitatif dan kuantitatif:
1. Data kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi dan dianalisis secara
deskriptif kualitatif.
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif didapatkan dari hasil tes peserta didik dan analisis secara
kuantitatif. Menurut Mames dalam Rutsam (2010:53) untuk mengetahui
tingkat ketuntasan belajar peserta didik secara kuantitatif setiap siklus
dengan menggunakan rumus :
∑ skor yang di peroleh
Nilai = x 100
∑ skor maksimum
Untuk mengetahui persentase keberhasilan peserta didik pada tiap
siklusnya dengan menggunakan rumus.
∑ peserta didik yang tuntas
Nilai = x 100
∑ semua peserta didik

15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Perencanaan Tindakan Siklus I
Pembelajaran pada siklus I materi yang disampaikan kepada
peserta didik adalah mengenal pecahan, mengklasifikasikan pecahan
berdasarkan penyebutnya dan menjelaskan tentang menambahkan dan
menjumlahkan pecahan dengan video pembelajaran.
Adapun perencanaan yang dibuat yaitu:
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan
materi yang disampaikan dan berdasarkan pada kurikulum yang
berlaku.
b. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai proses
pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan media video
pembelajaran interaktif.
c. Mempersiapkan video pembelajaran yang digunakan dari youtube,
d. Menyusun soal siklus I yang digunakan untuk mengukur peningkatan
hasil belajar peserta didik terkait operasi penjumlahan dan pengurangan
pecahan biasa.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Penelitian pada siklus I dilakukan dalam 1 kali pertemuan dengan
menggunakan alokasi waktu pertemuanya adalah 2 x 35 menit. Pertemuan
I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 13 Novemberr 2021, guru
menjelaskan materi pecahan dengan menggunakan demonstrasi media
video pembelajaran materi pecahan. Guru memberikan penjelasan konsep
pecahan. Guru juga mengenalkan pecahan sederhana menggunakan media
video pembelajaran interaktif. Media interaktif digunakan peserta didik
sebagai media untuk mengklasifikasi bilangan pecahan sederhana
berdasarkan penyebutnya. Selain itu media video pembelajaran interaktif
digunakan oleh guru untuk menjelaskan kepada peserta didik tentang cara
penjumlahkan dan pengurangan pecahan. Pada kegiatan akhir peserta didik
dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah
dilakukan.

16
5
Dari hasil pelaksanaan dapat disimpulkan bahwa peserta didik telah
mengalami peningkatan daripada prasiklus, namun peserta didik belum
tuntas secara keseluruhan dalam belajar, karena belum memenuhi standart
ketuntasan (KKM) yaitu 70
Data tersebut menunjukkan dari hasil tes siklus I ada 8 peserta
didik (44,44%) yang tidak tuntas dan 10 peserta didik (55,55%) yang
tuntas. Diperoleh capaian nilai tertinggi adalah 82,85 dan untuk nilai
terendah 51,14. Dari data tersebut dapat disimpulkan masih ada perbedaan
yang cukup jauh antara nilai tertinggi dengan nilai terendah. Rata-rata
hasil tesnya yaitu 69,51
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa peserta didik yang
tuntas dalam mengerjakan soal pada siklus I sebesar 55,55%, sedangkan
peserta didik yang belum tuntas sebesar 44,44%. Hal tersebut
menunjukkan adanya peningkatan peserta didik yang tuntas pada siklus I
sebesar 20,44% dibandingkan pada saat pra tindakan.
Berdasarkan data hasil tindakan siklus I di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar matematika materi pecahan kompetensi
dasar berhitung pacahan telah mengalami peningkatan. Akan tetapi
tindakan pada siklus I belum memenuhi nilai target capaian yang ingin
dicapai. Jadi pembelajaran pada siklus 1 belum berhasil atau masih perlu
perbaikan, peneliti bersama teman sejawat menetapkan penelitian harus
dilanjutkan pada tindakan siklus ke II.
3. Pengamatan
Selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran peneliti melakukan
pengamatan/ observasi terhadap pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran peneliti di bantu supervisor 2
dalam melakukan observasi selama proses perbaikan pembelajaran.
Dari hasil observasi aktifitas peserta didik pada siklus 1 jumlah
rata-rata dari aspek tersebut didapatkan 67,85. Hal ini menunjukan
aktifitas peserta didik selama pembelajaran cukup baik.
Selain aktifitas peserta didik, kemampuan guru dalam
melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran menggunakan media

17
video pembelajaran interaktif merupakan faktor yang sangat menunjang
keberhasilan pembelajaran.
Hasil observasi, kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran
sudah baik meskipun harus ada peningkatan dalam penyampaian materi.
Aspek-aspek yang diobservasi telah dilakukan ketika kegiatan
pembelajaran.
4. Refleksi siklus I
Pada tahap ini peneliti bersama dengan supervisor membuat
kesimpulan dan keputusan hasil pembelajaran. Kesimpulan didasarkan dari
hasil pengamatan mulai perencanaan dan pelaksanaan perbaikan siklus I
Secara keseluruhan pembelajaran telah berlangsung sebagaimana
yang direncanakan namun berdasarkan data yang terkumpul dari hasil
perbaikan pembelajaran pada siklus I belum menunjukan peningkatan
yang signifikan atau masih terdapat peserta didik yang belum tuntas dalam
belajar, maka diputuskan untuk melanjutkan pada siklus II. Kekurangan
yang muncul pada siklus I seperti guru dalam menyampaikan materi masih
terlihat gugup, suara dari video pembelajaran juga kurang jelas, alat bantu
pendukung video pembelajaran juga masih belum maksimal yang
berakibat tampilan gambar nya juga kurang jelas dapat dijadikan bahan
perbaikan pada siklus berikutnya.
C. Hasil Tindakan Siklus II
1. Perencanaan Tindakan Siklus II
Pembelajaran pada siklus II materi yang disampaikan kepada
peserta didik adalah berhitung pecahan, mengklasifikasikan pecahan
berdasarkan penyebutnya dan sedikit menjelaskan tentang menambahkan,
menjumlahkan dan membandingkan pecahan dengan video pembelajaran.
Adapun perencanaan yang dibuat yaitu:
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan
materi yang disampaikan dan berdasarkan pada kurikulum yang
berlaku.
b. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai proses
pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan media video

18
pembelajaran interaktif.
c. Mempersiapkan video pembelajaran yang digunakan dari youtube.
d. Membuat soal siklus II
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pertemuan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 November
2021 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dengan guru menjelaskan materi
berhitung pecahan menggunakan media video pembelajaran interaktif.
Kegiatan awal guru menyiapkan media video pembelajaran sambil
mengulang materi yang sudah dipelajari pada siklus I. selain itu guru juga
memotvasi peserta didik untuk aktif mengikuti pembelajaran. Pada
kegiatan ini media video pembelajaran interaktif digunakan untuk
menjelaskan tentang berhitung pecahan. Membahas tentang
menambahkan, menjumlahkan dan membandingkan pecahan dengan video
pembelajaran. Pada kegiatan akhir peserta didik dengan bimbingan guru
menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.
Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus II dapat disimpulkan bahwa
peserta didik telah mengalami peningkatan daripada siklus I, namun
peserta didik belum tuntas secara keseluruhan dalam belajar, karena belum
memenuhi standart ketuntasan (KKM) yaitu 70
Data tersebut menunjukkan dari hasil tes siklus II ada 15 peserta
didik (83,33%) yang tuntas dan 3 peserta didik (16,66%) yang belum
tuntas. Nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 65,71. Dari data tersebut
masih ada perbedaan yang cukup jauh antara nilai tertinggi dengan nilai
capaian terendah. Rata-rata hasil tesnya yaitu 83,01.
Berdasarkan data menunjukkan bahwa peserta didik yang tuntas
dalam mengerjakan soal pada siklus II sebesar 83,33%, sedangkan peserta
didik yang belum tuntas sebesar 16,66%. Hal tersebut menunjukkan
adanya peningkatan peserta didik yang tuntas pada siklus II sebesar
27,78% dibandingkan pada saat siklus I
Berdasarkan data pada tindakan siklus II di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar matematika materi pecahan kompetensi
dasar berhitung pacahan telah mengalami peningkatan. Pada Tindakan

19
yang dilakukan di siklus II sudah memenuhi nilai target yang ingin
dicapai. Jadi pembelajaran pada siklus II telah berhasil, peneliti bersama
teman sejawat menetapkan penelitian tidak dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
3. Pengamatan
Selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran peneliti melakukan
pengamatan/ observasi terhadap pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran peneliti di bantu supervisor 2
dalam melakukan observasi selama proses perbaikan pembelajaran.
Dari hasil observasi aktifitas peserta didik pada siklus II jumlah
rata-rata dari aspek tersebut didapatkan 88,58. Hal ini menunjukan
aktifitas peserta didik selama pembelajaran cukup baik.
Selain aktifitas peserta didik, kemampuan guru dalam
melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran menggunakan media
video pembelajaran interaktif merupakan factor yang sangat menunjang
keberhasilan pembelajaran.
Hasil observasi, kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran
sudah baik. Aspek-aspek yang diobservasi telah dilakukan ketika kegiatan
pembelajaran.
4. Refleksi siklus II
Pada tahap ini peneliti bersama dengan supervisor 2 membuat
kesimpulan dan keputusan tentang rangkuman hasil pembelajaran.
Kesimpulan didasarkan dari hasil pengamatan mulai perencanaan dan
pelaksanaan perbaikan siklus II.
Secara keseluruhan pembelajaran telah berlangsung sebagaimana
yang direncanakan namun berdasarkan data yang terkumpul dari hasil
perbaikan pembelajaran pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik, adapun peserta didik
yang belum tuntas dalam belajar akan dibimbing oleh guru diluar jam
pelajaran. Peneliti dan supervisor 2 memutuskan penelitian tindakan kelas
di hentikan, sebab kemampuan berhitung pecahan sudah menunjukan
peningkatan dan nilai sudah memenuhi KKM.

20
D. Pembahasan hasil penelitian perbaikan pembelajaran
1. Siklus I

a. Tahap perencanaan penelitian sudah melaksanakan tindakan perbaikan


pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dalam RPP yang telah
dibuat. Perencanaan penggunaan media video pembelajaran interaktif
dapat meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik kelas V
SDN Laladan Lamongan
b. Pelaksanaan siklus I pada pembelajaran matematika materi pecahan
dengan media video pembelajaran interaktif cukup baik karena sebelum
siklus I dilaksanakan. Siklus I guru dan peserta didik bersama-sama
berhitung matematika pecahan dengan penjumlahan dan pengurangan
pecahan, peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran , tetapi masih
ada sedikit peserta didik yang masih belum bisa berhitung pecahan
c. Pada siklus I hasil belajar peserta didik kelas V pada pelajaran
matematika materi berhitung pecahan dengan menggunakan media
video pembelajaran interaktif meningkat dibanding hasil belajar pada
prasiklus, namun belum tuntas secara keseluruhan dalam belajar karena
belum memenuhi standar ketuntasan (KKM) yaitu 70, dari hasil siklus I
hasil tes yang diperoleh dari 18 peserta didik terdapat 10 peserta didik
yang tuntas belajar atau 55,55%, 8 peserta didik tidak tuntas atau
44,44% serta nilai rata-rata yang diperoleh 69,51. Kekurangan yang
terjadi pada hasil siklus I dijadikan bahan perbaikan siklus selanjutnya.
Pada siklus berikutnya peserta didik harus lebih memahami dan teliti
dalam berhitung pecahan. Jadi, pembelajaran pada siklus I belum
berhasil atau masih perlu perbaikan, untuk melanjutkan siklus ke II.
2. Siklus II
a. Pelaksanaan siklus II dari penelitian yang dilakukan selama proses
pembelajaran peserta didik tampak aktif berinteraksi dengan guru,
mengerjakan tugas dalam lembar kerja. Jadi, penggunaan media video
pembelajaran interaktif di kelas V SDN Laladan Lamongan pada tahun
pelajaran 2021/2022 membuat peserta didik tampak aktif. Dalam
melaksanakan perbaikan pembelajaran menggunakan media video

21
pembelajaran interaktif dipengaruhi juga kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Hasil observasi siklus II menunjukan
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran cukup baik. Pada
siklus I sudah sesuai dengan RPP tapi ada beberapa yang tidak muncul,
pada siklus II pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP. Tahap
evaluasi siklus I dan suklus II guru sudah melaksanakan tugas pada
peserta didik dan menutup pelajaran.
b. Hasil belajar peserta didik siklus II meningkat dibanding siklus I jumlah
nilai setiap siklus mengalami peningkatan dari 1251,33 menjadi
1494,23. Pada Siklus I diperoleh nilai rata-rata 69,51 dan siklus II 83,01
. Persentase peserta didik yang tuntas pada siklus I dan siklus II yaitu
69,51% dan 83,01%. Hal ini menunjukan bahwa perbaikan
pembelajaran yang telah dilaksanakan sudah mencapai batas
ketuntasan.
Dari data hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas V SD
Negeri Laladan, dapat disimpilkan bahwa pembelajaran matematika
dalam materi pecahan kompetensi dasar berhitung pecahan dengan
menggunakan media video pembelajaran interaktif mampu
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Peserta didik lebih mudah
memahami materi berhitung pecahan melalui media video pembelajaran
interaktif. Pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan karena
peserta didik dapat belajar dengan video yang bisa diulang jika masih
belum faham. Selain itu dalam pembelajaran ini melatih peserta didik
untuk memiliki keterampilan berpikir maupun keterampilan social
seperti keterampilan berhitung pecahan secara cepat.
Respon peserta didik terhadap pembelajaran matematika
dengan menggunakan media video pembelajaran interaktif ini sangat
baik, terlihat dari kenaikan antusiasme dan keterlibatan peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran. Hasil data yang telah
dideskripsikan di atas adalah hasil dari pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan peneliti, karena 83,33 % dari jumlah peserta didik mencapai
nilai > 70, maka penelitian ini diakhiri pada siklus II.

22
V. SIMPULAN dan SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Pembelajaran dengan menggunakan media video pembelajaran
interaktif meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik pada materi
pecahan di kelas V SD Negeri Laladan dari siklus I hingga siklus II dapat
disimpulkan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan pembelajaran peserta didik kelas V dalam berhitung


pecahan menggunakan media video pembelajaran interaktif di SDN
Laladan lamongan secara umum dikatakan sangat efektif. Hal ini di
buktikan dengan hasil observasi menunjukan bahwa peserta didik lebih
antusias dalam proses pembelajaran ( siklus I rata-rata 67,85 dan siklus II
rata-rata 88,58)
2. Siklus I peserta didik yang mendapat nilai tuntas dan telah mencapai nilai
KKM sebanyak 10 peserta didik atau 55,55% dari jumlah peserta didik
seluruhnya. Sedangkan pada siklus II peserta didik yang mendapat nilai
tuntas dan telah mencapai nilai KKM sebanyak 15 peserta didik atau
83,33% dari jumlah peserta didik seluruhnya. Nilai rata-rata hasil belajar
pada siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan yaitu dari 69,51
menjadi 83,33. Sehingga penggunaan media video pembelajaran
interaktif untuk meningkatkan kemampuan berhitung pecahan peserta
didik di kelas V SD Negeri Laladan lamongan dikatakan berhasil.
B. Saran Tindak Lanjut
Bertolak dari simpulan yang ada maka disarankan:
1. Media video pembelajaran interaktif hendaknya menjadi pilihan dalam
pembelajaran berhitung pecahan agar terhindar dari verbalisme
2. Penelitian tindakan kelas ini dapat ditindaklanjuti oleh peneliti atau
guru yang mengajar mata pelajaran matematika terutama dengan
menggunakan media video interaktif. Sebaiknya dalam penggunaan
media video pembelajaran interaktif hendaknya guru dapat
memodifikasi mengembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik
sehingga hasil yang dicapai lebih maksimal.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


PT.Rineka Cipta Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Dahrim. (1991). Materi Pokok Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Departeman
Pendidikan dan Kebudayaan Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah, S.B.(2005). Guru Dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta :PT Rineka Cipta.
Erawati, D. (2015). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pecahan Melalui
Media Papan Pecahan di Kelas III SD Negeri Kyai Mojo.
Journal.uny.ac.id (Diakses 15 Oktober 2021)
Fadlilah, U . L . (2016). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Melalui Alat Peraga Blok Pecahan di Kelas V SD N Balangan 1 Minggir
Sleman Yogyakarta. Journal.uny.ac.id (Diakses 16 Oktober 2021)
Zakky,D 2020. Pengertian media pembelajaran . diambil dari:
https://www.zonareferensi.com/pengertian-media-pembelajaran/ di akses
16 oktober 2021
Arsyad, azhar 2013, pengertian manfaat jenis media pembelajaran, diambil dari
https://www.asikbelajar.com/pengertian-manfaat-jenis-dan-pemilihan/ di
akses 16 oktober 2021
Heruman. 2016. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Hirdjan 1997. Permainan Matematika 7 Operasi Bilangan Kartu Matematika.
Yogyakarta: FPMIPA IKIP Yogyakarta.
Hudojo, H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Izzaty, R.E., dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Kartika, R.(2012). Kajian Kemanfaatan Alat Peraga. Diakses melalui
http://cahayasangbintang.blogspot.co.id/2012/03/kajian-kemanfaatan-alat-
peraga.html. Pada tanggal 17 Oktober 2021 Pkl. 13.00 WIB
Lentera (2011). Pembelajaran Matematika di SD. Diakses melalui
http://lenterakecil.com/pembelajaran-matematika-di-sekolah-dasar/
Pada tanggal 17 Oktober 2021 Pkl. 14.00 WIB

24
Muhsetyo, G,. dkk. (2008). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas
Terbuka
Prihandoko, A.C.(2006). Memahami Konsep Matematika Secara Benar dan
Menyajikannya dengan menarik.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta:Kencana.
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sulardi (2008). Pandai Berhitung Matematika.Jakarta: Erlangga.
Murtadlo, Ali. 2020,Mudahnya Menjadi Peneliti PTK Secara Professional.
Jombang: cv Mahasurya Pustaka
Sekti, (2021). Matematika || Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Berpenyebut
Sama - YouTube Diakses Pada Tanggal 1 November 2021 Pkl. 18.00 WIB
Sekti. (2021). Matematika || Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Berpenyebut
Beda - YouTube Diakses Pada Tanggal 1 November 2021 Pkl. 19.00 WIB

25

Anda mungkin juga menyukai