Anda di halaman 1dari 3

PERTANYAAN DARI GRUP ERGONOMI UNTUK GRUP HYGIENE

1. Jika perusahaan kita bersebelahan dengan perusahaan lain dan kita terdampak dengan
kegiatan perusahaan tersebut, apakah kita wajib melakukan pengujian atau pemeriksaan
terhadap perusahaan tersebut? Bagaimana apabila sudah ada kerugian akibat perusahan
tersebut? ( PERTANYAAN DR KELOMPOK LAIN)

Jawaban (dr. ADY) Jika ada lingkungan sekitar yang memberikan dampak ke perusahaan, maka
sebaiknya dilakukan pemeriksaan juga. Pada banyak standar internasional seperti ISO 45001,
lingkungan sekitar yang berdekatan langsung dengan perusahaan sebaiknya juga dilakukan
kajian karena dapat berdampak pada perusahaan. Solusinya dapat didiskusikan bersama
dengan pihak perusahaan terkait.

2. Apakah sampling dan analisa parameter bahaya sesuai Permen No. 5 tahun 2018 yang
meliputi fisika, kimia, biologi, psikososial, dan ergonomi semuanya wajib dilakukan perusahaan?
( PERTANYAAN DR KELOMPOK LAIN)

Jawaban (dr. ANDHIKA ) : Dalam Permen No. 5 tahun 2018 pasal 2 memang dijelaksan bahwa
pengusaha dan/atau pengurus wajib melaksanakan syarat-syarat K3 lingkungan kerja yang
dijelaskan kembali dalam pasal 3 ayat a, b, c, dan d meliputi faktor fisika-kimia agar berada di
bawah NAB; faktor biologi, psikologi, dan ergonomi agar memenuhi standar; ditambah dengan
penyediaan fasilitas kebersihan dan sarana higiene di tempat kerja yang bersih dan sehat dan
penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di bidang lingkungan
kerja. Namun demikian, hal utama yang harus dilakukan sebelum pengukuran dan testing ialah
diawali dengan tahapan identifikasi bahaya/rekognisi yang biasanya terdapat dalam dokumen
Health Risk Assessment sehingga dapat disesuaikan dengan perusahaan masing-masing dan
tidak semua parameter harus kita sampling.

3. Bagaimana sanksi yang didapat jika terjadi pelanggaran terhadap UU Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, misalnya pengusaha tidak menyediakan alat keselamatan kerja atau
perusahaan tidak memeriksakan kesehatan dan kemampuan fisik pekerja? ( PERTANYAAN DR
KELOMPOK LAIN)

Jawaban (dr. DEANIZA ) Telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan terkait sanksi yang dapat dikenakan dalam hal ketidaktaatan pengusaha akan
hak dan kewajiban menurut undang-undang. Pada dasarnya terdapat dua macam sanksi, yakni
berupa sanksi administratif dan sanksi pidana. Sanksi administratif yang diberikan dapat
berbentuk teguran, peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan
usaha, pembatalan persetujuan, pembatalan pendaftaran, penghentian sementara sebagian
atau seluruh alat produksi, hingga pencabutan ijin. Sedangkan ancaman sanksi pidana dapat
dilihat dalam pasal 183 s.d pasal 189 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan. Bervariasi dari denda 5 juta sampai 500 juta dan/atau penjara 1 bulan sampai
5 tahun. Namun demikian, sanksi pidana penjara, kurungan, dan/atau denda tidak dapat
menghilangkan kewajiban pengusaha membayar hak-hak dan/atau ganti kerugian kepada
tenaga kerja atau pekerja/buruh.

PERTANYAAN DARI GRUP K3 UNTUK GRUP HYGIENE

4. Faktor radiasi pada saat pengelasan / proses welding, dalam video tersebut bagaimana cara
mengurangi faktor radiasi tersebut apakah cukup hanya dgn menggunakan kacamata hitam dan
masker kain saja?
Sebagai dokter perusahannya bagaimana upaya mengurangi faktor radiasi tersebut?
( PERTANYAAN DR KELOMPOK LAIN)

Jawaban (dr. CHRISTINE)


Melihat dari video tersebut, memang terdapat faktor radiasi yg bisa terkena terhadap
pekerjanya, terutama pada muka tidak menggunakan helm/penutup muka, tangan (terutama
tangan sebelah kiri) tidak tertutup kain, lalu, ventilasi yg sangat kurang (dari video)
sebaiknya memakai APD sesuai standar permenkes no 08. Thn 2010
Lakukan Promotif dan Prevetif seperti identifikaai faktor bahaya, pemeriksaan kesehatan kerja,
pengendalian lingkungan kerja, higienitas, monitoring APD. Dan bila diperlukan pemberian
kuratif/pengobatan, dan monitoring evaluasi hasil akhir.

5. Upaya apa saja yg dapat kita lakukan untuk pengendalian bahaya radiasi non pengion di
tempat kerja? ( PERTANYAAN DR KELOMPOK LAIN)

Jawaban (dr. ADE)


Pada prinsipnya pengendalian bahaya radiasi non pengion adalah melalui
pembatasan waktu paparan; penyekatan; dan menjauhkan dari sumber paparan. Secara hukum
(peraturan perundangan), Permenaker No.13/Men/2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB)
faktor fisika dan kimia di tempat kerja, membatasi paparan radiasi non pengion sebagai salah
satu upaya untuk mengendalikan bahaya radiasi non pengion di tempat kerja:
- Untuk radiasi gelombang mikro dengan frekuensi 3 - 300 GHz adalah 10 mW/cm2,
berlaku untuk pemaparan seluruh tubuh dari satu sumber paparan atau lebih untuk waktu
maksimum 6 menit.
- Untuk radiasi infra merah dengan panjang gelombang lebih dari 770 nm. Standar
pemajanan adalah 10 mW/cm2
- Pemajanan radiasi sinar tampak dibatasi 10 mW/cm2 untuk 10.000 detik (atau 3 jam).
- Iradiasi efektif (Eef) ultra violet (panjang gelombang 180 - 400 nm) untuk waktu 8 jam per hari
adalah 0,1 (iW/Cm2).

6. Bagaimana Proses kebisingan mempengaruhi kelelahan kerja? ( PERTANYAAN DR KELOMPOK


LAIN)

Jawaban (dr. ADHITYA)


Suara bising dapat menyebabkan gangguan fisiologis, psikologis, gangguan komunikasi, dan
ketulian. Saat suara bising terjadi dilingkungan kerja, maka otot-otot pendengaran akan
kontraksi lebih kuat sehingga jika kondisi tersebut berlangsung dalam durasi yang panjang,
lama kelamaan otot pendengaran akan mengalami kelelahan. Selain itu, kebisingan juga dapat
mempengaruhi emosional seseorang sehingga orang yang emosi tidak dapat melakukan
pekerjaannya dengan maksimal dan mempengaruhi kekuatan fisik pekerja.

Anda mungkin juga menyukai