Anda di halaman 1dari 90

E HA T A N M A S Y A R A K A T

D A S A R IL M U G IZ I K E S

Masalah G iz i K u ra n g
dan Giz i L e b ih d i
Indon es i a se rt a
Penyakit D e g e n e ra tif
KELOMPOK 1
KELAS A KELAS C
Khoirunnisa Ghefira Y. (2010713005) Meita Choppypah (2010713081)
Anisya Febriyanti (2010713026) Solita Claudya A. (2010713095)
Aghnia Choirunnisa (2010713027)
Winda Nadya (2010713113)
Kania Rizqita Dewi (2010713039)
Zulfa Zuhriyyah A. (2010713133)
Sayyid Jildan (2010713119)

KELAS B KELAS D
Celika Fahrudina (2010713011) Reini Syahbani F. (2010713053)
Ummi Rahma (2010713057) Aliya Kinanti P. (2010713127)
Safinah Annajah (2010713083) Adjrina Dawina Putri (2010713147)
Syifa Khairunnisa (2010713084) Indah Kusuma W. (2010713152)
Nadya Salsabila (2010713094) Putri Andini Novianti (2010713159)
Masalah Gizi di Indonesia

Suatu kondisi di mana kebutuhan nutrisi Suatu kondisi di mana berat badan
pada tubuh tidak tercukupi dalam rentang melebihi standar berat badan normal,
waktu tertentu yang meliputi overweight dan obesitas
BAGAN
MASALAH
GIZI

Sumber: Buku Ajar Dasar Ilmu


Gizi Kesehatan Masyarakat, 2018
Persentase
Masalah Gizi di
Indonesia pada
2018
KATEGORI STATUS GIZI BERDASARKAN
KEPMENKES
Sumber: Kemenkes RI, 2016
Kategori Masalah
Gizi Menurut WHO

Sumber : Kemenk e s R I , 2 01 6
KKP
KEP adalah kondisi tubuh yang kurang zat
gizi kalori dan protein dalam makanan
sehari-hari
Ukuran standar dikeluarkan oleh WHO,
baik berupa minimal kecukupan zat gizi,
maupun ukuran berat badan dan tinggi
badan menurut umur (Badan Pusat
Statistik, 2011).
Terjadi pada bayi, anak-anak, dan orang
dewasa. Golongan yang sangat rawan
terkena penyakit ini adalah batita serta
ibu hamil dan menyusui.
KEP dapat menyebabkan penyakit
seperti marasmus dan kwashiorkor
SUMBER: WWW.ILMUSAUDARA.COM
KKP
Akibat kekurangan kalori protein tersebut
terdapat kondisi kekurangan energi
protein dengan derajat yang ringan
sampai derajat yang berat (Adriani dan
Wijatmadi, 2012).
Kekurangan energi protein memiliki
SUMBER: ID.PINTEREST.COM banyak dampak negatif
Pencegahan & Penanggulangan Tanda & Gejala
a) Memberikan ASI ekslusif (hanya ASI) a) Pertumbuhan berat & tinggi badan
b) Anak diberikan makanan yang terganggu
bervariasi, seimbang nutrisi gizinya b) Perubahan mental
c) Rajin menimbang dan mengukur tinggi c) Kulit keriput atau bersisik
anak dengan mengikuti program posyandu d) Anemia
d) Memberikan informasi mengenai e) Crazy pavement dermatosisis
penanggulangan KEP f) Pembesaran hati
SUMBER: ID.PINTEREST.COM

KWASHIORKOR
Kwashiorkor merupakan kondisi malnutrisi
protein kategori berat lainnya yang
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang
normal atau tinggi, tapi asupan proteinnya
kurang (Arlius et al., 2017).
Penderita kwashiorkor didominasi oleh anak
usia dua tahun.
Perbedaan antara Kwashiorkor dengan Ciri-ciri
Marasmus a) terbentuknya edema di seluruh tubuh
- penderita kwashiorkor tidak kelihatan b) berat badan rendah, mata sayu
kurus, c) Bentuk wajah bulat (moon face) & sembab
- penderita marasmus akan terlihat d) Perut buncit (ascites)
sangat kurus dan lebih tua dari usia e) Rambut kusam dan mudah dicabut
sebenarnya. f) Diare
KWASHIORKOR
Penyebab Kwashiorkor
a) Kelaparan
b)Terjadi di daerah dengan persediaan makanan
terbatas
c) Tingkat pendidikan yang rendah
d) Lebih sering terjadi di daerah yang mengalami SUMB
ER: D
ketahanan pangan rendah ETIKH
EALTH
e) Kekurangan protein yang parah .COM

f) Adanya penyakit infekasi Pencegahan & Penanggulangan


a)Pemberian ASI secara eksklusif
b)Tempat tinggal dengan kategori rumah sehat
c)Akses terhadap air bersih
d)Kepemilikan fasilitas BAB
e)Pemberian imunisasi secara menyeluruh
KWASHIORKOR
Upaya Pemerintah
a)Pemenuhan persediaan pangan nasional
b)Peningkatan Usaha perbaikan Gizi Keluarga
(UPGK)
c)Peningkatan upaya pelayanan gizi serta
sistem rujukan
d)Peningkatan upaya keamanan pangan dan
gizi
i)Melakukan fortifikasi pangan dengan
e)Peningkatan upaya KIE di bidang pangan
mikronutrien
dan gizi masyarakat
j)Pengawasan terhadap makanan dan
f)Membangkan produk pangan yang
minuman
berkualitas & terjangkau oleh masyarakat
k)Melakukan pengembangan serta
g)Intervensi secara langsung kepada sasaran
penelitian terhadap pangan dan gizi
h)Peningkatan kesehatan pada aspek
lingkungan
SUMBER: SCIENCEDIRECT.COM

MARASMUS

MAR ASMUS MERUPAKAN SA LAH SATU TI P E


GIZI BURUK BERAT (KKP BER A T).

MARASMUS ADAL AH GEJA LA KELAP AR AN


YANG LUAR BI ASA SEHI NGGA TUBU H
MENJADI SANGAT KUR US DAN TERLI HA T
SEPER TI TIDAK MEMI LI KI DAG I NG (TI NGG AL
KULI T MEMBAL UT TULANG).
GEJALA DAN TANDA

MARASMUS
Tubuh tampak sangat kurus,
Wajah seperti orang tua (tidak
Pantat kendur dan keriput,
sesuai dengan umurnya),
Mudah terkena penyakit infeksi,
Cengeng,
diare dan dehidrasi,
Kulit keriput,
Ukuran kepala tidak sesuai
Perut cekung,
dengan tubuh
Rambut tipis, jarang, mudah rontok
Diare kronik
dan kusam,
Tulang iga tampak jelas
PENY EBAB
MARASMUS
Faktor psikologis
(penolakan yang
berhubungan dengan Adanya kelainan Asupan kalori dan Kebiasaan makan
anoreksia) metabolik protein tidak memadai yang tidak tepat

Asupan makanan Infeksi yang berat Kelainan struktur Prematuritas dan


yang kurang. dan lama bawaan penyakit pada masa
neonatus
pencegahan

MARASMUS

Menerapkan pola makan


seimbang
Sanitasi dan kebersihan
lingkungan yang baik
Pemberian ASI untuk
kebutuhan nutrisi dan
memperkuat daya tahan tubuh
Menyediakan dan memastikan akses air bersih
Menyediakan dan memastikan akses sanitasi
Melakukan fortifikasi bahan pangan
Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan
keluarga berencana
MARASMUS Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional
Progam Pemerintah Menyediakan Jaminan Persalinan Universal
dalam Penanggulangan Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua
Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal
Memberikan pendidikan gizi masyarakat
Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi
serta gizi pada remaja
Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi
keluarga miskin
Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
STUNTING

STUNTING (BALITA PENDEK) MERUPAKAN


KONDISI GAGAL TUMBUH PADA ANAK USIA
DI BAWAH LIMA TAHUN SEBAGAI AKIBAT
KEKURANGAN GIZI KRONIS SEHINGGA
TINGGI BADAN ANAK TERSEBUT TIDAK
SESUAI DENGAN USIANYA DAN
SUMBER: KEMENTRIAN KESEHATAN RI, 2019
BERDAMPAK PADA TIDAK OPTIMALNYA
PERKEMBANGAN OTAK (KUSUMANINGATI
BERDASARKAN RISKESDAS 2013-2018, MESKIPUN ET AL., 2018; MUHARYANI, 2019). .
PREVALENSINYA MASIH TINGGI DAN DI ATAS
AMBANG BATAS WHO MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT, PREVALENSI STUNTING MENURUN
DARI 37.2% MENJADI 30.8% (KEMENTRIAN
KESEHATAN RI, 2019).
TANDA DAN GEJALA

STUNTING
a) Tanda pubertas terlambat
b) Pertumbuhan gigi terlambat
c) Cenderung menjadi lebih pendiam dan
performanya terhadap perhatian serta memori
belajarnya buruk
d) Anak memiliki tubuh lebih pendek dibandingkan
anak seusianya
e) Proporsi tubuh yang cenderung nomal namun
anak terlihat lebih kecil dari usianya
Sumber : Idtimes.com f) Berat badan yang rendah untuk anak seusianya
g) Terhambatnya pertumbuhan tulang anak
STUNTING
PENY EBAB

Ibu pada masa


remaja tidak makan
Infeksi pada Gangguan mental Jarak kehamilan
makanan bergizi
awal kehidupan pada ibu yang pedek

Kurang gizi kronis Retardasi Kebutuhan protein Perubahan hormon


dalam waktu pertumbuhan tidak terpenuhi akibat stress
yang lama intrauterine
STUNTING
Program Pemerintah dalam Pencegahan dan Penanggulangan

SA SAR AN P ADA I B U H A M I L

Intervensi Gizi Spesifik


S AS AR AN I BU MEN YUSUI DAN
Intervensi yang ditujukan kepada anak dalam
A N AK US I A 0- 6 BULA N
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan
berkontribusi pada 30% penurunan stunting.

SASARAN I BU ME NY U SUI DAN


ANAK 7-23 BUL AN
STUNTING
Program Pemerintah dalam Pencegahan dan Penanggulangan

1)Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih melalui program


Intervensi Gizi Sensitif PAMSIMAS (Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi berbasis Masyarakat)
2)Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
Intervensi ini mengacu pada 3)Melakukan fortifikasi bahan pangan
berbagai kegiatan 4)Menyediakan banyuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin
pembangunan di luar sektor
5)Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB)
kesehatan
6)Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja
7)Mengadakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
8)Memberikan pendidikan gizi masyarakat
9)Mengadakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal)
10) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal
11) Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua
Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi melalui kebijakan
Kekurangan Energi Kronis
(KEK) ialah kondisi dimana ibu
menderita kekurangan makanan yang
berjalan menahun (kronis) yang
Gejala dan Tanda KEK mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu (Depkes, 2002)
1. Ukuran LiLA sebelah kiri kurang dari 23,5 cm
(kecuali untuk orang kidal, pengukuran
dilakukan di LiLA sebelah kanan)
2. Kurang gesit dalam beraktivitas
3. Sering terlihat letih, lemah, lesu dan lunglai
4. Cenderung melahirkan bayi secara
premature dan bila melahirkan secara normal
berat badan lahir bayinya kurang dari 2500
gram (BBLR)
5. Konsentrasi dan daya ingat menurun
6. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher
atau ketiak
7. Nyeri otot atau persendian tanpa sebab yang
jelas
8. Sering sakit kepala atau sakit tenggorokan
Faktor Penyebab KEK

Genetik Obsterik

Seks Budaya Pangan&pekerjaan

Pendidikan Teknologi
Cara Mencegah KEK

1. Mengonsumsi makanan
dengan kualitas dan
kuantitas yang tepat,
2. Menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)
3. Pengaturan jarak kehamilan
4. Mengobati penyakit
komorbid
5. Rutin memeriksaan
kehamilan di pelayanan
kesehatan primer
6. Mengatasi permasalahan
kesehatan
Penanganan
KEK PMT KONSELING

2 keping biskuit Konseling dapat


saat trimester dilakukan
pertama kepada calon
pengantin dan
3 keping biskuit ibu hamil
saat trimester 2
dan 3
ANEMIA
Kondisi yang disebabkan kurangnya jumlah sel
darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen
ke seluruh tubuh (Briawan & Dkk, 2018)

Terdapat beberapa jenis anemia, yakni :


Anemia defisiensi Gizi Besi
Anemia defisiensi vitamin C
Anemia makrositik
Anemia hemolitik
Anemia sel sabit
Anemia Aplastik
Gejala Anemia

● Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai


● Wajah tampak pucat
● Mata berkunang-kunang
● Nafsu makan berkurang
● Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
● Sering sakit
● Pada bayi dan batita berupa kulit pucat atau
berkurangnya warna merah muda pada bibir dan bawah
kuku.
● Pada anemia hemolitik, maka gejala lain seperti warna
kuning pada bagian putih mata, pembesaran limpa, dan
warna urin seperti teh (Soebroto, 2020).
Faktor Penyebab Anemia
Tidak
Langsung Langsung
Kurangnya Asupan yang kurang
asupan Fe variatif
Rendahnya pola asupan yang tidak
baik
absorpsi Fe
Adanya zat Penghambat
Meningkatnya
absorpsi Fe
kebutuhan Fe Keadaan sosial ekonomi
Kehilangan darah rendah
kehamilan dan menyusui
pelayanan kesehatan
rendah
infeksi parasit
Program Penanganan Anemia

FOR TI FI KASI
PANGAN

Merupakan upaya
K IE
pemerintah dengan cara Presentations are
mengombinasikan Merupakan
communication
mikronutrien dengan SUPLEMEN TASI
tools kegiatan
that can be
bahan makanan yang
ZAT BESI
banyak digunakan usedpenanaman
as
masyarakat, contoh :
Awalnya suplementasi Fe informasi agar
demonstrations,
Fe-tepung terigu
Vitamin A-minyak (TTD) diberikan hanya masyarakat
lectures, mau
speeches,
kepada ibu hamil namun
goreng menerapkan
reports, and more.
iodium-garam selanjutnya kepada WUS
perilaku sehat.
Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY)
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan
suatu penyakit yang terjadi karena kekurangan dalam
mengkonsumsi yodium, sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan fisik atau mental pada
tumbuh kembang seseorang

Yodium merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh


manusia untuk membentuk hormon tiroksin yang berfungsi
untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik serta
kecerdasan.

Oleh karena itu jika semakin banyak penderita GAKY maka akan
menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap SDM di Indonesia.
Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY)

Gangguan Akibat Kekurangan


Yodium (GAKY) merupakan
gangguan pada zat gizi mikro
akibat kurangnya konsumsi
yodium dalam tubuh
(Hindayanti, 2019).
Kelompok umur yang rentan
pada gangguan ini yaitu wanita
usia subur, ibu hamil, anak balita,
dan anak usia sekolah.
SUMBER: KEMENKES RI, 2019
CIRI - CIRI SESEORANG YANG
MENGALAMI DEFISIENSI YODIUM

1. Munculnya pembengkakan pada leher bagian


depan bawah, pada posisi dimana kelenjar tiroid
berada.

2. Mudah lelah karena tubuh membutuhkan


mineral yodium untuk menghasilkan energi, tetapi
tidak terpenuhi.

3. Kulit kering, yodium membantu sel-sel kulit beregenerasi

4. Kedinginan, hormon tiroid membantu mengendalikan kecepatan metabolisme

5. Pada bayi dan anak-anak dapat dilihat dari gangguan tumbuh kembang dan
kretinisme (kekerdilan).
Akibat Kekurangan Yodium

JANI N NEONATUS ANAK DAN ORANG


RE MAJA DEWASA
1. Aborsi 1. Penyakit
2. Lahir mati gondok 1. Penyakit 1. Penyakit
3. Kelainan neonatus gondok gondok
kongenital 2. Hipotiroidisme 2. Hipotiroidisme (gangguan
4. Defisiensi neonatus juvenilis bernafas dan
mental 3. Peningkatan 3. Gangguan menelan)
5. bisu tuli kerentanan fungsi mental 2. Hipotiroidisme
6. juling terhadap 4. Retardasi 3. Gangguan
7. Cacat radiasi nuklir perkembangan fungsi mental
psikomotor fisik 4. Hipotiroidisme
8. dwarfisme karena iodium
UPAYA PENCEGAHAN DAN MENGATASI GAKY

KUL IT KERI N G MAT A KERI NG NYCTALOPI A INFERTI LITAS


(K EMANDUL AN)

T UMBUH I NF E KSI DADA LUKA YANG JE RAWAT


KE MBANG DAN SULI T
YANG TE NGGOROKAN DISE MBUHKAN
TE RHAMBAT
Faktor Kekurangan yodium

Penyebab
Gangguan
Akibat Goytrogen alamiah

Kekurangan
Yodium
(GAKY) Genetika
UPAYA PEMERINTAH DALAM
PENGANGGULANGAN GAKY

JANGKA PENYUNTIKAN KEDALAM LARUTAN YODIUM MINYAK


PENDEK (LIPIODOL) PADA PENDUDUK RISIKO TINGGI
DIDAERAH GONDOK ENDEMIK SEDANG DAN BERAT.

1. FORT I FI KASI YODI UM DA LA M GA RAM R UMAH TA NGGA


JANGKA 2. SURVEI L AN GAKY DAN P ROMOS I K ESEHA TA N TERKA IT
GAK Y
PANJANG 3. PROMOSI K ESEHAT AN TERK AI T G AK Y DI BER B AGA I
MEDI A
UPAYA PENCEGAHAN DAN
MENGATASI GAKY

PE MBERI AN ME MAKAN ME NJAGA ZAT MEL AKUKAN


GAR AM MAKANAN GI ZI DALAM PE MBERIAN
BE RYODI UM YANG MASAKAN ASI EK SKLUSI F
MENGANDUNG SAMPAI UMUR
GARAM 6 BUL AN
BERY ODI UM
UPAYA PEMERINTAH
EUROPEAN
DALAM
FLSUPLEMENTASI
OWER
PENANGGULANGAN DI SVERIFIK ASI
ARRANGEMENT
PANGAN
GAKY

F OR TIFIKASI PENDI DIKAN GIZ I


AKIBAT KEKURANGAN VITAMIN A

X ER OPHTHALMI A KE BUTAAN

K UR ANGNY A SE L-T
ME NURUNKAN
UNT UK MEL AWAN
PRODUKSI MUKOSA
I NF EKSI
MANFAAT VITAMIN A

PROTEKSI TERHADAP
INFE KSI , KESEHATAN, DAN PE RTUMBUHAN SEL
KEL ANGSUNGAN HIDUP

ME NIN GKATKAN
MENI N GKATKAN
I MUNOL OGI S DAN
F UNGSI PEN GL IHATAN
PE RTUMBUHAN
Program Penanggulangan Masalah
Kekurangan Vitamin A

Pemberian kapsul
vitamin A untuk anak
Pemberian kapsul
balita usia 12-59 bulan
vitamin A kepada bayi
dan ibu nifas berwarna
usia 6-11 bulan
merah dengan dosid
berwarna biru
200.000 IU sebanyak 2
kali
MAKANAN KAYA AKAN VITAMIN A

HATI DAGING SAPI

MINYAK IKAN AYAM

SAYURAN HIJAU TELUR

BUAH - BUAHAN SUSU MURNI


GEMUK
Keadaan seseorang mengalami peningkatan berat badan
disebabkan oleh lemak tubuh secara berlebihan.

Menurut Riskesdas angka prevalensi kasus gemuk pada


balita menurun dari tahun 2007-2018 yang dimana pada
tahun 2007 terdapat 12,2% kasus, tahun 2013 terdapat 11,9
kasus dan pada tahun 2018 menjadi 8,0% kasus gemuk
pada balita. Prevalensi gemuk tertinggi di DKI Jakarta
dengan hasil 30,1%

Presentations are communication tools.


FAKTOR PENYEBAB GEMUK

K EADAAN EKONOMI HARGA POLA MAKAN ADANYA


YANG MEN I NGKAT MAKANAN TI DAK SEHAT TANGGAPAN
BERDAMPAK PADA Y ANG MURAH MENY ATAKAN ANAK
KETE R SEDI AAN SE HAT ADAL AH
MAKANAN ANAK YANG
GEMUK.
UPAYA
ME NGURANGI
PENCEGAHAN
MEMBATASI GUL A
ASUPAN KAL ORI DAN LEMAK GEMUK

LEBIH BANY AK OLAHRAGA 30


K ONSUMSI SERAT MENI T PERHARI

ME MBERI
PENDI DI KAN GIZ I
PADA REMAJA
OBESITAS
Akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang
dapat mengganggu kesehatan

Secara normal, tubuh seorang perempuan terdiri


dari 25-30% lemak sedangkan pada laki-laki
terdiri dari 18-23%. Apabila lemak tubuh melebihi
30% pada perempuan dan 25% pada laki-laki,
maka orang tersebut dapat dikategorikan
obesitas

Prevalensi obesitas terus mengalami peningkatan,


hingga tahun 2018 tercatat 21, 8% penduduk
dewasa di Indonesia mengalami obesitas.
Faktor Penyebab Obesitas

Pendidikan

Rendahnya aktvitas fisik Obat-obatan

Status sosial ekonomi Penyakit

Metabolisme yang lambat Genetik


UPAYA PENCEGAHAN OBESITAS

ME NGATUR POL A MAK AN AKTI VI TAS FISIK

ME NGURANGI KONS UMSI ME NGATUR POLA DAN


FAST FOOD DAN CEMI LAN WAKT U TI DUR REMAJA
UPAYA PEMERINTAH DALAM
PENGANGGULANGAN OBESITAS

1) PENEMUAN AKTIF DAN RUJUKAN KASUS GIZI BURUK


Upaya Kuratif 2) PERAWATAN BALITA GIZI BURUK
dan Rehabilitative 3) PENDAMPINGAN BALITA GIZI BURUK PASCA
PERAWATAN

1 ) PENDI DI KAN ( PE NYULU H A N) G I ZI ,


Upaya Promotif 2 ) RE VI TAL I SAS POSYA NDU ,
3 ) PE MBER I AN SUPL EMENTA SI G IZI,
dan Preventif
4 ) PEMBER I AN MP – A S I BA G I BA LI TA
KLASIFIKASI BERAT BADAN
BERDASARKAN IMT
WHO (BMI) ASIA-PASIF IK (I MT)

K URANG BERAT BADAN <1 8. 5 KG/M2 <1 8.5 KG/M2

NOR MAL 1 8. 5–24. 9 KG/M2 1 8. 5–22.9 KG/M2

K ELE BI HAN BE RAT BADAN 2 5–29.9 KG/M2 2 3–24 .9 KG/M2

OBESITAS ≥ 30 KG/M2 ≥25 K G/M2


Penyakit
Degeneratif
SUATU PERUBAHAN KONDISI TUBUH DARI
NORMAL MENJADI LEBIH BURUK YANG
BERSIFAT KRONIS AKIBAT MENURUNNYA
FUNGSI ORGAN TUBUH SEIRING PROSES
PENUAAN, ADAPUN PENURUNAN FUGSI SEL
ATAU ORGAN TUBUH INI TERJADI SEBELUM
WAKTUNYA
Penyebab Penyakit Degeneratif

Konsumsi Alkohol Kurang aktifitas


Merokok
berlebih fisik

Kurang konsumsi
Obesitas sentral Paparan radikal
bergizi
bebas
Gejala Penyakit Degeneratif
(Sindrom Metabolik)

Glukosa darah
Trigliserida ≥ 150 mg/dl
puasa ≥ 100 mg/dl

Kolesterol HDL < 40 mg/dl Tekanan darah (sistolik : ≥


(pria) dan < 50 mg/dl 130 mmHg dan diastolic ≥ 85
(wanita) mmHg)
Hipertensi
Hipertensi (tekanan darah tinggi)
merupakan suatu keaadaan
dimana tekanan darah sistolik lebih
besar dari 140mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90mmHg
berdasarkan dua atau lebih
pengukuran tekanan darah secara
kronis
Prevalensi Hipertensi

Sumber: WHO (2019)


Prevalensi Hipertensi

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI (2018)


Gejala dan Tanda

Jantung
Sakit
Pusing Gelisah berdebar
Kepala
debar

Perasaan
Penglihatan
ingin Tinnitus
kabur
pingsan
Penyebab
Hipertensi
Dapat Dikontrol Tidak Dapat Dikontrol

- Stress - Usia
- Obesitas - Jenis kelamin
- Asupan garam berlebih - Genetik
- Merokok
- Kurang olahraga
- Mengonsumsi obat tertentu
- Pennyakit ginjal
- Penyakit kardiovaskuler
Pencegahan
Hipertensi
Membatasi
Memper tah an k an
konsumsi
berat badan
alkohol dan
berdasar kan I MT
obat tertentu

Melakukan Mengontrol pola Mengurangi Manajemen


a k ti v i t a s fi s i k makan asupan lemak s tre s s
Up ay a P em e r i n ta h d a la m
P e na ng gu l an g a n Hi per tens i

M e ningka tk a n ak se s M en in gk atka n se l f
m a sya rak at te rha dap aw a r e ne ss m el alu i
pelay an an m elalu i pe n gu ku r an te k an an
k egiata n Posbin du da r ah se c ar a r u ti n

M en i n gk at kan M en in gk a tk a n M en ge m ba ng k an
a k s es pe nd e r it a p enge ndalian da n m em pe r k u at
t er h a dap h ip erten si den gan k egiata n dete k si
p en gob at an pe rilak u ce rdik dini hiperte ns i
h ip er te nsi da n patu h
DIABETES MELITUS

Gangguan metabolisme ditandai


dengan adanya hiperglikemia yang
berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak yang disebabkan oleh
penurunan sensitivitas insulin atau
penurunan sekresi insulin.
Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI (2019)
DIABETES MELITUS TIPE 1
Kerusakan sel beta pancreas yang menyebabkan
produksi insulin menurun sehingga terjadi
peningkatan kadar gula dalam darah. DM tipe 1 ini
sekitar 5-10% dari total penderita DM.

DIABETES MELITUS TIPE 2


Sel tubuh yang kurang sensitif terhadap insulin,
sehingga resistensi sel tubuh terhadap insulin tidak
dapat dipergunakan dengan baik. Hal ini
menyebabkan glukosa sulit mengenali reseptor insulin
dan tidak dapat masuk ke dalam sel insulin sehingga
glukosa dalam darah meningkat.
Sumber : Pusdatin Kemenkes RI (2020)
Sumber: Pusdatin Kemenkes (2020)
Perbedaan DM Tipe 1 dan Tipe 2
Tipe 1 Tipe 2

Penderita hanya menghasilkan Pankreas tetap menghasilkan insulin,


sedikit insulin atau tidak sama sekali terkadang kadarnya lebih tinggi dari
Terjadi < 30 tahun (masa anak- biasanya tetapi tubuh membentuk
anak dan remaja) kekebalan menghadapi efeknya,
Faktor lingkungan menyebabkan sehingga terjadi kekurangan insulin
sistem kekebalan mengehancurkan relatif.
sel penghasil insulin Umumnya terjadi pada > 30 tahun
Penderita harus mendapatkan Faktor risiko sekitar 80-90% penderita
suntikan insulin dengan teratur mengalami obesitas.
Mempunyai kecenderungan genetik
dalam keluarga
Gejala dan Tanda Penderita Diabetes
Melitus
Sering buang air kecil (poliuri)
Sering Minum (polidipsi)
Berat badan turun drastis
Kulit kering
Luka yang sulit sembuh
Gangguan Penglihatan
Kesemutan
Lemas dan Sakit Kepala
Infeksi jamur atau bakteri
Sindrom Ovarium polikistik (PCOS)
Gusi merah dan bengkak
Penyebab Diabetes Melitus

Dapat Dimodifikasi Tidak Dapat Dimodifikasi

- Pola makan yang salah - Usia


- Aktivitas Fisik yang kurang - Keturunan
- Obesitas
- Stress
- Penggunaan Obat-obatan
Pencegahan dan
Penanggulangan
P enga tur an pol a m aka n
A ktivi t as F isik d e nga n dura s i wa k tu m i n im al 30
menit /har i
Mel akuka n kon tr ol gul a da ra h se t ia p 6 b ul an
se ka li.
· Peliba tan per an ke l u a rga un tuk be rp e ri la ku h i d u p
se hat , a tau m e ngub a h ga y a hi du p m e nj ad i l eb ih
se hat
Upaya Pemerintah dalam
penanggulangan DM

Individu dengan riwayat Toleransi Glukosa Darah Terganggu (TGDT),


Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) atau kelompok prediabetes
harus menerapkan pola hidup sehat
Melakukan deteksi dini DM melalui pemeriksaan gula darah dalam
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat atau Posbindu
Menetapkan standar, norma, kriteria kesehatan dan prosedur dengan
mengacu pada peraturan yang berlaku
Meningkatkan kemampuan petugas dan masyarakat serta
mengupayakan ketersediaan sarana dan prasarana pengendalian
DM
Mengembangkan surveilans epidemiologi dalam program
pengendalian DM
Meningkatkan jejaring kerja lintas program, lintas sektor, dan stake
holder terkait.
PENYAKIT
JANTUNG KORONER

Penyakit dimana pembuluh darah


yang menyuplai makanan dan
oksigen untuk otot jantung
mengalami sumbatan.
Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI (2019)
Penyebab PJK

Dapat Dimodifikasi Tidak Dapat Dimodifikasi

- Obesitas - Usia
-Aktivitas fisik - Jenis kelamin
- Kebiasaan merokok - Genetik
- Kebiasaan mengonsumsi
makanan tinggi lemak
-Profil lipid rendah
Gejala dan Tanda PJK

Nyeri di dada
Detak
Jantung tidak
Pusing
teratur

Berkeringat
Mual dan
Lemah
Sesak Nafas
Jantung
Berdebar
Pencegahan &
Penanggulangan PJK

1. Mengkonsumsi makanan atau minuman


mengandung antioksidan, berserat, dan
bervitamin
2. Mengurangi stress
3. Hindari merokok aktif dan pasif
4. Hindari makanan tinggi lemak
5. Melakukan aktivitas fISIK selama 30 menit
Upaya Pemerintah

Pencegahan Primordial berupa kebijaksanaan nasional


nutrisi dalam sektor agrokultur, industri makanan, impor
dan ekspor makanan,penanganan komprehensif rokok,
pencegahan hipertensi dan promsi aktivitas fisik atau
olahraga
Melakukan pendekatan komuniti dengan penyuluhan
faktor risiko.
Menyediakan program rehabilitasi
Penguatan regulasi
NUTRISI YANG DIBUTUHKAN PADA MASALAH GIZI
(KKP, KWARSIORKHOR, MARASMUS)

Nutrisi utama yang dibutuhkan untuk gangguan ini yaitu karbohidrat


(4 kal/gram) dan protein (5 kal/gram). Karbohidrat sebagai penghasil energi
utama dan protein sebagai sumber energi cadangan jika kebutuhan akan
karbohidrat kurang. Jumlah ideal energi yang diperlukan tubuh adalah 50-60%
karbohidrat dan 25-35% protein.
Pada penderita KKP kebutuhan akan energi dan protein harus memenuhi
kebutuhan rata-rata harian. Kebutuhan protein pada orang dewasa yaitu 1 gram
per kilogram berat badan sedangkan pada anak-anak sebesar 1,5 hingga 3
gram per kilogram berat badan.
STUNTING

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh


pada balita akibat kekurangan gizi kronis dan
infeksi berulang (Rahmawati dan Agustin,
2020).
Pencegahan stunting pada anak dapat
dilakukan dengan memperhatikan asupan gizi
yang seimbang pada ibu hamil dan ibu
menyusui serta memberikan anak dengan pola
SUMBER: KEMKOMINFO RI, 2019 makan yang sesuai dengan kebutuhan gizi
setiap harinya.
Contoh Menu Makanan Bagi Ibu
Hamil dan Menyusui
Nasi atau makanan T erdapat l au k pau k
pokok l ai nnya se p ert i satu b u ti r tel u r,
1, 5 poto ng ayam atau
sebanyak 200 gr
i kan, sat u poton g tem pe
a tau dua poto n g tah u

Satu ma ngk u k Beri s i satu


sayur mat a n g potong buah
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Setelah
Usia 6 Bulan

SUMBER: WAHYUNTARI DKK, 2018


Normalnya kandungan NUTR ISI YANG DI BUTUH KAN PA DA MASALAH GIZI
besi pada wanita ANE MI A
sebesar 35 mg/kg BB
dan 50 mg/kg BB pada
laki-laki (Adriani dan
Wijatmadi, 2012).
Nutrisi yang diperlukan
untuk penderita
anemia yaitu sayuran
dan buah-buahan
yang kaya akan
vitamin C dan protein.

SUMBER: KEMENKES, 2019


Nutrisi yang diperlukan
agar GAKY tidak NUTR ISI YANG DI BUTUH KAN PA DA MASALAH GIZI
berlanjut pada GAK Y
pembesaran kelenjar
gondok (tiroid) adalah
mengonsumsi bahan
makanan yang kaya
akan yodium. Bahan
makanan dari laut
mengandung lebih
banyak yodium yaitu
sekitar 0,7-5,4 g/kg
yodium dibandingkan
makanan dari darat
sekitar 0,001 g/kg
yodium (Adriani dan
Wijatmadi, 2012).
Gangguan KVA terjadi
akibat penyerapan oleh
usus dan penyimpanan NUTR ISI YANG DI BUTUH KAN PA DA MASALAH GIZI
vitamin A dalam hati K EKUR ANGAN VI TAMI N A (KVA)
terganggu, atau karena
perdarahan (Ramayulis,
2016).
Kelompok umur yang
rentan pada gangguan ini
adalah balita usia 2-3
tahun, ibu hamil dan
menyusui.
Tubuh tidak dapat
memproduksi vitamin A,
maka dari itu zat gizi
essensial ini diperoleh dari
bahan pangan hewani,
sayuran, dan buah-buahan
yang berwarna kuning atau
merah.
NUTR ISI YANG DI BUTUH K AN PA DA MA S ALAH GIZI
OBESI TAS

Obesitas merupakan gangguan pada zat gizi


makro akibat berlebihnya konsumsi karbohidrat
dan lemak dalam tubuh.
Penderita obesitas harus menurunkan berat
badannya hingga mencapai IMT normal. Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah diet.
Namun, diet yang dilakukan harus aman dan
berdasarkan dengan kondisi kesehatan, umur,
dan jenis kelamin individu.
SY AR AT DIE T E NE RGI R ENDA H BAG I ORANG
DEWASA

1. Mengurangi asupan energi sebanyak 500-1000


kkal/hari dari kebutuhan normal.
2. Dilakukan secara bertahap dengan
Pada kasus obesitas
mempertimbangkan kebiasaan makan.
dewasa, diet yang
3. Mengonsumsi protein sekitar 15-20% dari kebutuhan
dianjurkan untuk
energi total.
menurunkan berat badan
4. Mengonsumsi lemak sekitar 20-25% dari kebutuhan
yaitu jenis diet energi energi total.
rendah. 5. Mengonsumsi karbohidrat sekitar 55-65% dari
kebutuhan energi total.
6. Mengonsumsi vitamin dan mineral yang cukup sesuai
dengan kebutuhan.
7. Mengonsumsi cukup cairan sebanyak 8-10 gelas/hari.
Sumber Bahan Pangan yang Rendah Lemak

SUMB ER : KE ME NKE S, 20 14
SYAR AT DI E T ENERGI R ENDAH BAG I ANAK-ANAK
PE NDE RI TA OBE SI TAS

1. Mengurangi asupan energi sebanyak 200-500 kkal/hari dari kebutuhan


normal.
2. Mengonsumsi protein sekitar 15-20% dari total kebutuhan energi.
Pada kasus anak yang 3. Mengonsumsi lemak sekitar 30% dari total kebutuhan energi.
4. Mengonsumsi karbohidrat sekitar 50-60% dari total kebutuhan energi.
mengalami obesitas, jenis
5. Vitamin dan mineral dikonsumsi sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi
diet yang dianjurkan (AKG).
bervariasi tergantung usia 6. Mengonsumsi cukup cairan sebanyak 8-9 gelas per hari.
7. Frekuensi makan terdiri dari 3 kali makanan utama dan 2-3 kali makanan
dan dilakukan secara selingan.
bertahap. 8. Mengonsumsi susu sebanyak 1-2 gelas per hari, khususnya susu rendah
lemak.
9. Pada anak usia lebih dari 2 tahun dianjurkan memberikan serat dengan
rumus (umur dalam tahun + 5) gram per hari.
10. Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus menyesuaikan daya
terima anak.

Anda mungkin juga menyukai