22612-Article Text-47615-1-10-20180416
22612-Article Text-47615-1-10-20180416
Abstract
___________________________________________________________________
Background: Status of dental caries at SDN Kauman 2 and SDN Percobaan 2 Malang showed DMF-T index
5.75 which means high prevalence (Gayatri, 2015). The purpose of this study was to determine the relationship
between dental health knowledge and dental maintenance behavior in primary school age children.
Methods: This was a cross-sectional quantitative descriptive research. The sampling used stratified random
sampling and the measured variable was the level of dental health knowledge and dental health behaviour.
Data collection technique used a questionnaire containing a set of questions to children aged 6-12 years.
Results: The result of this study shown 82.9% (n = 63) 5-6 grade students of SDN Kauman 2 had a high level
of dental health knowledge and 17.1% (n = 13) had a low level of dental health knowledge. In addition, as
many as 50% (n = 38) 5th graders and 6 SDN Kauman 2 Malang have positive dental health maintenance
behavior. However, the remaining 50% are known to have negative maintenance behavior. There is no
significant correlation between level of knowledge of dental hygiene of SDN Kauman 2 Malang children with
dental health maintenance behavior (p = 0,361).
Conclusion: In this regard, a good level of dental health knowledge is expected to support the establishment of
good dental health behaviour.
201
Rara Warih Gayatri / Journal of Health 2 (2) (2017)
202
Rara Warih Gayatri / Journal of Health 2 (2) (2017)
penelitian adalah keseluruhan siswa kelas 5 dan 6 Perilaku positif jika x > 45 (median = 45) dan
SDN Kauman 2 Malang sejumlah 81 siswa. Subyek perilaku negatif apabila x ≤ 45 (median=45).
penelitian yang dimaksud memenuhi kriteria inklusi Pengolahan data yang dilakukan meliputi proses
yaitu Anak usia sekolah 10-12 tahun, memahami editing, coding, scoring, data entry dan cleaning.
bahasa Indonesia dan dapat membaca menulis dan Teknik analisis statistik yang dipergunakan pada
bersedia menjadi responden. Teknik pengumpulan penelitian ini adalah analisis univariat dimana data
data penelitian ini adalah wawancara dengan yang telah terkumpul dihitung untuk melihat
menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel persentase jumlah data yang ada. Selain itu untuk
pengetahuan menggunakan skala Guttman dimana mengetahui ada tidaknya hubungan digunakan
pilihan jawaban benar dan salah. Anak diminta analisa bivariat (chi-square).
untuk memilih manakah jawaban yang sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki. Nilai minimal = HASIL DAN PEMBAHASAN
0 dan nilai maksimal = 15. Keseluruhan responden berjumlah 76 siswa
Variabel yang lain adalah Perilaku yang mengisi kuesioner dengan lengkap. Sementara
pemeliharaan gigi dimana pengkuran variabel ini 5 siswa yang lain dari total 81 siswa tidak mengisi
dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan kuesioner dengan lengkap. Sehingga, 5 siswa tersebut
mengenai pemeliharaan gigi. Pertanyaan yang dalam hal ini termasuk dalam kriteria eksklusi dari
diberikan berupa pertanyaan dengan skala Likert penelitian.
(Selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah).
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa adalah 11 tahun, modus 11 tahun dan standart deviasi
mayoritas responden berusia 11 tahun (40 siswa). 0,69.
Sementara itu, responden berusia 12 tahun sebanyak Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
19 siswa dan sisanya berusia 10 tahun (17 siswa). bahwa siswa SDN Kauman 2 Malang berusia 10 -12
Rata-rata usia responden yang menjadi sampel pada tahun sejumlah 76 orang. Responden terbanyak pada
penelitian ini sebesar 11,03 dengan median usia usia 11 tahun dengan jumlah 40 siswa. Menurut CDC
(2014 dalam Gayatri, 2016) karies gigi merupakan
203
Rara Warih Gayatri / Journal of Health 2 (2) (2017)
penyakit kronis dengan prevalensi yang cukup tinggi Survey (NHANES, 2004), sebanyak 31,36% anak usia
pada anak usia sekolah dasar (6-11 tahun). Menurut 9-11 tahun di Amerika menderita karies pada gigi
The National Health and Nutrition Examination
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian siswa) dibanding siswa perempuan (139 siswa)
besar responded adalah siswa laki-laki (41 siswa) dan (Gayatri, 2015). Meskipun dalam penelitian ini tidak
46,1 % sisanya adalah siswa perempuan (35 siswa). dihubungkan dengan prevalensi karies gigi pada
Pada penelitian ini jumlah responden dengan jenis responden, penelitian sebelumnya oleh Gayatri (2015)
kelamin laki-laki (41 siswa) lebih banyak dibanding pada siswa SDN Kauman 2 Malang menunjukkan
dengan jenis kelamin perempuan (35 siswa). Hal ini bahwa indeks DMF-T pada laki-laki lebih tinggi
disebabkan karena distribusi frekuensi siswa SDN dibandingkan pada perempuan.
Kauman 2 Malang lebih banyak siswa laki-laki (145
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Kesehatan Gigi di SDN Kauman 2 Malang
Std. Eror of
Mean Median Modus Skewness Nilai min-maks > mean ≤ mean
skewness
12,55 13 13 -0,905 0,276 8 – 15 63 13
204
Rara Warih Gayatri / Journal of Health 2 (2) (2017)
standart error skewness sebesar 0,276. Nilai gigi. Hasil penelitian ini tidak didukung oleh hasil
pengetahuan kesehatan gigi berkisar antara 8 hingga penelitian Dewanti (2012), dimana diketahui bahwa
15. Responden yang memiliki nilai pengetahuan 54,2 % siswa SDN Pondok Cina Depok memiliki
kesehatan gigi di atas rata-rata sebanyak 63 orang tingkat pengetahuan tinggi. Hasil penelitian tingkat
sedangkan yang dibawah rata-rata sebanyak 13 orang. pengetahuan tentang kesehatan mulut dan gigi siswa
kelas IV dan V SD Negeri Grabag Kecamatan Grabag
Berdasarkan hasil analisis data, diketahui Kabupaten dengan kategori sangat tinggi dan tinggi
bahwa sebanyak 82,9 % (n=63) siswa kelas 5-6 SDN adalah sebesar kurang lebih 31% (Kurniasari, 2015).
Kauman 2 memiliki tingkat pengetahuan kesehatan Di SDN Grabag kecamatan Grabag Kabupaten
gigi tinggi dan sebanyak 17,1% (n=13) memiliki Purworejo Kurniastuti (2015) juga memperoleh hasil
tingkat pengetahuan kesehatan gigi rendah. Sub yang tidak jauh berbeda yaitu kurang lebih 70% siswa
variabel yang diukur dalam variabel tingkat SDN Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten
pengetahuan kesehatan gigi adalah pengetahuan Purworejo memiliki tingkat pengetahuan kesehatan
tentang penyakit gigi, penyebab penyakit gigi, akibat gigi sedang sampai tinggi.
penyakit gigi dan perilaku pemeliharaan kesehatan
Tabel 4.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku pemeliharaan gigi di SDN Kauman 2 Malang
Std. Eror of
Mean Median Modus Skewness Nilai min-maks > mean ≤ mean
skewness
45,91 45,5 54 -0,084 0,276 33 – 58 38 38
205
Rara Warih Gayatri / Journal of Health 2 (2) (2017)
Tabel 5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak
Usia Sekolah di SDN Kauman 2 Malang
Berdasarkan tabel di atas di ketahui Nilai Odd Ratio yang diperoleh sebesar
bahwa dari 76 orang yang menjadi sampel pada 1,760 artinya, orang yang berpengetahuan rendah
penelitian ini, 8 orang memiliki pengetahuan berkecenderungan akan memiliki perilaku yang
kesehatan gigi yang rendah dengan perilaku negative sebesar 1,760 kali lebih besar daripada
pemeliharaan gigi yang negatif. 5 orang lainnya orang yang berpengetahuan tinggi. Nilai CI
memiliki pengetahuan kesehatan gigi yang diperoleh sebesar 0,519 hingga 5,973. Artinya,
rendah tetapi perilaku pemeliharaan giginya responden yang berpengetahuan rendah
positif. 30 orang lainnya memiliki pengetahuan setidaknya akan melakukan perilaku negatif
kesehatan gigi yang tinggi dengan perilaku paling rendah sebesar 0,519 kali dan paling tinggi
pemeliharaan yang negative dan 33 orang sisanya sebesar 5,973 kali. Karena pada nilai CI
memiliki pengetahuan kesehatan gigi yang tinggi mengandung angka 1 maka hubungan antara
dengan perilaku pemeliharaan yang positif.
206
Rara Warih Gayatri / Journal of Health 2 (2) (2017)
pengetahuan kesehatan gigi dan perilaku dengan cara sistematis supaya tidak ada gigi yang
pemeliharaan gigi tidak signifikan. terlampaui, yaitu mulai dari posterior ke anterior
Nilai p-value sebesar 0,361 menunjukkan dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya.
bahwa hubungan yang terjadi antara Menggosok gigi dengan menggunakan fluoride
pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku merupakan suatu tambahan dalam pencegahan
pemeliharaan gigi tidak signifikan. Hal ini berarti karies gigi (Nyvad, 2013). Selain itu, frekuensi
tidak semua responden yang memiliki menggosok gigi juga menentukan status
pengetahuan tinggi akan melakukan kebersihan gigi tersebut. Hal ini didukung oleh
pemeliharaan gigi yang baik dan sebaliknya tidak penelitian oleh Anitasari dan Rahayu (2005) yang
semua responden yang melakukan pemeliharaan menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang
gigi yang baik belum tentu mempunyai positif antara kebersihan gigi dengan frekuensi
pengetahuan tentang kesehatan gigi yang tinggi. menggosok gigi 2-3 kali sehari. Penggunaan
Dalam penelitian ini diketahui bahwa fluoride baik sistemik maupun topical (pasta gigi)
sebanyak 50 % (n=38) siswa kelas 5 dan 6 SDN juga dapat mencegah gigi berlubang (Apsari,
Kauman 2 Malang memiliki perilaku 2015).
pemeliharaan kesehatan gigi positif. Namun, 50% Pola makan yang baik maupun
sisanya diketahui memiliki perilaku pemeliharaan kebiasaan memeriksakan kesehatan gigi ke dokter
negatif. Aspek perilaku pemeliharaan kesehatan gigi sangat penting untuk rentan tidaknya gigi
gigi yang diukur dalam penelitian ini meliputi berlubang. Dalam penelitian oleh Budisuari dkk.
perilaku menggosok gigi, pengaturan makanan, (2010) disebutkan bahwa kebiasaan
penggunaan fluoride dan pemerikasaan gigi ke mengkonsumsi makanan manis cenderung
dokter gigi. Hasil penelitian yang menunjukkan terjadinya karies gigi lebih besar dibandingkan
bahwa siswa kelas 5 dan 6 SDN Kauman 2 dengan yang memiliki pola makan berserat.
Malang separuh telah melakukan pemeliharaan Selain itu, Widayati (2014), menyarankan bahwa
kesehatan gigi dengan benar. Pemeliharaan perlu adanya informasi tentang pentingnya
kesehatan gigi dengan benar pada anak usia pemeriksaan gigi dan mulut anak secara rutin 6
sekolah sangat penting dilakukan agar anak bulan sekali.
terhindar dari penyakit gigi. Perawatan gigi Hasil analisis hubungan tingkat
merupakan usaha penjagaan untuk mencegah pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku
kerusakan gigi dan penyakit gusi (Schuurs, 1992 pemeliharaan gigi anak usia sekolah di SDN
dalam Dewanti, 2015). Kauman 2 Malang menunjukan nilai p-value
Pemeliharaan kesehatan gigi yang umum sebesar 0,361 yang memiliki makna bahwa
dilakukan adalah dengan menggosok gigi. hubungan yang terjadi antara pengetahuan
Kebiasaan menggosok gigi merupakan salah satu kesehatan gigi dengan perilaku pemeliharaan gigi
hal penting dalam proses terjadinya karies gigi. tidak signifikan. Hal ini berarti tidak semua
Kualitas menggosok gigi yang baik akan responden yang memiliki pengetahuan tinggi
meningkatkan efikasi prosedur menggosok gigi akan melakukan pemeliharaan gigi yang baik dan
tersebut (Ningsih dkk., 2013). Manson dan Elley sebaliknya tidak semua responden yang
(1993), menyikat gigi sebaiknya dilakukan melakukan pemeliharaan gigi yang baik belum
207
Rara Warih Gayatri / Journal of Health 2 (2) (2017)
tentu mempunyai pengetahuan tentang kesehatan anak. Peran orang tua dalam memelihara
gigi yang tinggi. Menurut Notoatmodjo (2007), kesehatan gigi dan mulut anak dapat
mempengaruhi status kesehatan gigi anak
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
tersebut (Halim, 2011). Terdapat kemungkinan
perilaku seseorang. Dalam penelitian ini, hasil perilaku anak terhadap pemeliharaan kesehatan
yang berbeda, dapat disebabkan karerna beberapa gigi yang baik sebab mengadopsi perilaku orang
hal. Pengetahuan kesehatan gigi anak tinggi tua, namun dalam hal ini anak tidak
mengetahui pengetahuan yang mendasari
namun tingkat perilaku pemeliharaan kesehatan
perilaku tersebut. Menurut Wawan dkk. (2011)
giginya rendah dapat dipahami sebagai hasil dari kencederungan untuk memilki sikap yang sama
pembentukan perilaku yang tidak hanya oleh terbut sebab tidak ingin memilki konflik dengan
dipengaruhi domain pengetahuan namun juga orang yang dianggap penting tersebut.
Berdasarkan hal ini maka pembentukan
domain sikap. Pembentukan sikap salah satunya
pengetahuan, sikap dan perilaku tentang
di pengaruhi oleh pengalaman pribadi, apa yang kesehatan gigi perlu untuk diselaraskan kepada
telah dan sedang di alami seseorang akan ikut anak-anak sejak dini.
membentuk dan mempengaruhi penghayatan
PENUTUP
terhadap stimulasi sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Dalam penelitian dapat ditarik beberapa
Agar dapat mempunyai tanggapan dan kesimpulan terkait hubungan tingkat
penghayatan, seseorang harus mempunyai pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku
pemeliharaan gigi anak usia sekolah dasar
pengalaman yang berkaitan dengan obyek
negeri Kauman 2 malang. Berdasarkan hasil
psikologis. Apakah kemudian penghayatan analisis data, diketahui bahwa sebanyak 82,9 %
tesebut kemudian akan membentuk sikap positif (n=63) siswa kelas 5-6 SDN Kauman 2 memiliki
ataukah sikap negatif, akan tergantung pada tingkat pengetahuan kesehatan gigi tinggi dan
sebanyak 17,1% (n=13) memilki tingkat
berbagai faktor lain.Sehubungan dengan hal ini
pengetahuan kesehatan gigi rendah. Sementara
Azwar (2007) mengatakan bahwa tidak ada itu, diketahui bahwa sebanyak 50 % (n=38)
pengalaman sama sekali dengan suatu obyek siswa kelas 5 dan 6 SDN Kauman 2 Malang
psikologis akan membentuk sikap negatif memiliki perilaku pemeliharaan kesehatan gigi
positif. Namun, 50% sisanya diketahui memiliki
terhadap obyek tersebut.
perilaku pemeliharaan negatif.
Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi Hasil analisis hubungan tingkat
positif namun tingkat pengetahuan tentang pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku
kesehatan gigi rendah dapat dipahami sebagai pemeliharaan gigi anak usia sekolah di SDN
hal yang juga terkait dengan faktor-faktor Kauman 2 Malang menunjukan nilai p-value
pembentukan sikap seseorang. Faktor sikap sebesar 0,361 yang memiliki makna bahwa
merupakan factor yang turut andil dalam hubungan yang terjadi antara pengetahuan
pembentukan perilaku (Notoatmodjo, 2007). kesehatan gigi dengan perilaku pemeliharaan
Faktor yang membentuk sikap menurut Wawan gigi tidak signifikan. Hal ini dimungkinkan
dkk. (2011) antara lain adanya orang lain yang disebabkan terjadinya ketidakselarasan antara
dianggap penting. Individu cenderung memilki faktor pengetahuan, sikap dan perilaku yang
sikap yang konfirmis atau searah dengan sikap dimiliki anak itu sendiri.
orang yang dianggap penting. Dalam penelitian
ini, orang tua dapat dianggap sebagai orang
yang memilki peran dalam membentuk sikap
208
Rara Warih Gayatri / Journal of Health 2 (2) (2017)
209
Rara Warih Gayatri / Journal of Health 2 (2) (2017)
gigi dan mulut pada siswa sekolah dasar di Nyvad B. Role of dental hygiene, dalam
kota dan desa.p.: 1-2 Fejerskov O, Kidd EAM, Nyvad B,
Kawuryan, U. 2008. Hubungan pengethauan Baelum V ed. Dental caries the disease and
tentang kebersihan gigi dan mulut dengan its clinical management 2nded. Tunbridge
kejadian karies anak SDN Kleco II kelas V Wells: Blackwell Munksgaard, 2008,
dan VI Laweyan Surakarta. Skripsi. 263 p.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Potter, P.A. and Perry, A.G. 2005. Fundamental
Surakarta (tidak dipublikasikan) Nursing: Concepts, process and practice (6th
Kurniastuti, Afif Fauziah. 2015. Tingkat Ed). St. Lois: Mosby Year Book.
pengetahuan tentang kesehatan mulut dan Riyanti E. 2005. Pengenalan dan perawatan
gigi siswa kelas IV dan V TA 2014/2015 kesehatan gigi anak sejak dini. [serial
SDN Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten online], http://resources.
Purworejo Jawa tengah, (online), unpad.ac.id/unpad-content/uploads/
eprints.uny.ac.id/23070/1/SKRIPSI%2 publikasidosen. Pdf. Diakses tanggal 30
0Afif%20Fauziah%20Kurniastuti.pdf. Maret 2015.
Diakses tanggal: 8 Nopember 2016. Santrock. 2008. Life Span and Development. (12th
Lintang, J, Palandeng, H. dan Leman, M. 2015. Ed). Newyork: McGraw Hill
Hubungan tingkat pengetuan pemeliharaan Saringningrum E dan Indrawati. 2009. Hubungan
kesehatan gigi dan tingkat keparahan karies tingkat pendidikan, sikap dan pengetahuan
gigi siswa SDN Tumaluntung Minahasa orang tua tentang kebersihan gigi dan mulut
Utara, (online), pada anak balita 3-5 tahun dengan tingkat
download.portalgaruda.org/article.php? kejadian karies di PAUD Jatipurno. Berita
article=376698&val=1000&title=HUBU Ilmu Keperawatan ISSN 2009:2 No 3
NGAN%20TINGKAT%20PENGETA (1979-1997): 119-124
HUAN%20PEMELIHARAAN%20KE Sondang, P dan Hamada, T. 2008. Menuju gigi
SEHATAN%20GIGI%20DAN%20TIN dan Mulut Sehat: Pencegahan dan
GKAT%20KEPARAHAN%20KARIES Pemeliharaan, (Online),
%20GIGI%20SISWA%20SDN%20TU http://usupress.usu.ac.id/files/Menuju
MALUNTUNG%20MINAHASA%20 %20Gigi%20dan%20Mulut%20Sehat%2
UTARA. Diakses tanggal: 7 Nopember 0_Pencegahan%20dan%20Pemeliharaan
2016. __Normal_awal.pdf. Diakses tanggal 29
National Health and Nutrition Examination Maret 2016.
Survey (NHANES). 2004. Dental Caries Suratri, MAL., Sintawati, FX., dan Andayasari,
(Tooth Decay) in Children (Age 2 to 11), L. 2016. Pengetahuan, Sikap dan perilaku
(Online), orang tua tentang kesehatan gigi dan mulut
https://www.nidcr.nih.gov/DataStatisti pada anak usia taman kanak-kanak di
cs/FindDataByTopic/DentalCaries/De provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan
ntalCariesChildren2to11.htm. Diakses provinsi banten Tahun 2014, (Online),
tanggal: 3 Januari 2017. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/ind
National Health Service (NHS). 2013. Preventing ex.php/MPK/article/viewFile/5449/44
tooth decay, [Online], 85. Diakses tanggal 12 Januari 2017.
http://www.nhs.uk/Conditions/Dental Wawan, A dan Dewi, M. 2011. Teori dan
-decay/Pages/Prevention.aspx. Diakses Pengukuran pengetahuan, sikap dan
tanggal 30 Maret 2015. perilaku. Yogyakarta : Nuha Medika.
Ningsih, D., Hutomo, L. dan Rahaswanti, L. Widayati, Nur. 2014. Factor yang berhubungan
2013. Gambaran perilaku menggosok gigi dengan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun,
terhadap kejadian karies gigipada anak usia (online),
sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas www.pps.unud.ac.id/.../pdf.../unud-
Sidemen, Kecamatan sidemen, Kabupaten 395-758510795-bab%20ii.doc.Diakses
Karangasem pada Juni-Juli 2013, (online), tanggal: 7 Nopember 2016.
ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/ Wong, S, L. 2009. Buku Ajar Keparawatan
download/12685/8670. Diakses Pediatric. Jakarta : EGC
tanggal: 8 Nopember 2016. World Health. Organization (WHO). 2003. Oral
Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan perilaku Health Information System, (Online),
kesehatan. Jakarta: rineka Cipta http://www.who.int/oral_health/action
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan /information/surveillance/en/. Diakses
Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta tanggal: 30 Maret 2016.
210