DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
Disusun oleh:
KELOMPOK II
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan komunitas ini tepat
pada waktunya. Kegiatan stase komunitas di RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu utara Provinsi Sulawesi Tengah. Sebagai salah satu
persyaratan guna menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners
Universitas Widya Nusantara Palu. Kami menyadari dalam penulisan laporan ini
masih banyak kekurangan baik dari segi pengetahuan maupun dari segi
pengalaman. Namun dengan adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
sehingga laporan ini terwujud.
Untuk itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati kami mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan
membantu sehingga kami dapat melaksanakan seluruh kegiatan pada stase
komunitas ini. Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Tigor Situmorang, M..H, M. Kes, Rektor Universitas Widya Nusantara .
2. Ns. Yuhana, Damantalm S.Kep, M.Erg, Ketua Program Studi Ners
Universitas Widya Nusantara Palu.
3. Ns. Wahyu Sulfian, M.Kes, Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan kepada kelompok selama proses kegiatan
dan penyusunan laporan ini.
4. Warga masyarakat RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
Utara Provinsi Sulawesi Tengah
5. Teman-teman Kelompok II yang telah melaksanakan kegiatan implementasi
stase komunitas, terima kasih atas kerja samanya selama kegiatan
berlangsung.
6. Semua pihak yang telah ikut membantu kesuksesan kegiatan implementasi
stase komunitas yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Semoga segala amal kebaikan dan kerelaannya membantu dalam proses
belajar dimasyarakat serta berbagai macam kegiatan selama pelaksanaan
implementasi stase komunitas mendapat Ridho dan balasan dari Tuhan Yang
Maha Esa.
iii
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diharapkan segala kritik dan saran dari pembaca dan masyarakat yang sifatnya
membangun, demi kesempurnaan laporan ini. kami berharap semoga laporan ini
berguna bagi pembaca pada umumya dan masyarakat khususnya.
Penyusun
KELOMPOK II
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di
segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan
berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup
warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya
peningkatan derajat/ status kesehatan penduduk (Rezky,2013). Komunitas
(community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Mubarak, 2015).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi,
2010). Sejalan dengan tujuan keperawatan komunitas, pada tanggal 30
Januari 2020, WHO mengumumkan wabah sebuah coronavirus baru
(COVID-19) sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan
dunia. Untuk menanggapi COVID-19, diperlukan kesiapan dan tanggapan
yang bersifat kritis seperti memperlengkapi tenaga kesehatan dan manajemen
fasilitas pelayanan kesehatan dengan informasi, prosedur, dan alat yang
penting agar dapat aman dan efektif bekerja. Tenaga kesehatan berperan
penting dalam memberikan tanggap terhadap wabah COVID-19 dan menjadi
tulang punggung pertahanan suatu negara untuk membatasi atau
menanggulangi penyebaran penyakit (WHO, 2020).
Perawatan kesehatan komunitas merupakan perpaduan antara praktek
keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk
menunjang dan memulihkan kesehatan populasi. Kegiatan praktek ini
5
dilakukan secara menyeluruh dan tidak terbatas pada sekelompok umur dan
diagnosa tertentu serta dilaksanakan secara berkelanjutan (Rezky, 2013). Data
World Health Organisasion (WHO) mengungkapkan bahwa prevalensi
penderita hipertensi di negara-negara berkembang secara keseluruhan yaitu 4
dari 10 jumlah penduduk. Indonesia juga menjadi Negara yang memiliki
masalah penyakit tekanan Darah tinggi yakni berjumlah 272.350 orang
(26,5%). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2015 angka kejadian
penyakit ini di Indonesia sebanyak 26,5 yang mendapatkan diagnosi dari
kesehatan sebesar 36,8%, dapat dianggap sekitar 63,2% tidak didiagnosa
mengidap tekanan darah tinggi.
Data Dinas Kesehatan Kota Palu pada tahun 2016 memperlihatkan
angka kejadian darah tinggi pada lanjut usia sebesar 8.697 kasus serta
penyakit ini dalam kategori 10 pola penyakit terbesar di Kota Palu.
Selanjutnya, 0rang yang mengidap tekanan darah tinggi di Sulawesi Tengah
pada tahun 2016 berjumlah 96.797 jiwa serta penyakit ini bukanlah penyakit
yang dapat menulari orang lain.
Dampak yang muncul akibat penyakit ini yang menjadi problem
kesehatan. Salah satu dampak akan terjadi adalah dapat menyebabkan
terjadinya penyakit jantung serta pembuluh darah. Penyakit darah tingi ini
terkadang tidak memunculkan manifetasi yang diraskan, sehingga susah
untuk didiagnosis, maka ketika seseorang mengalami kelumpuhan akibat
stroke baru dapat disadari.
Keberdayaan masyarakat penting dalam pembangunan kesehatan, itu
dapat dicapai dengan memajukan partisipasi masyarakat. Partisipasi diartikan
sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai
kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri
sendiri. Dalam hal ini, menggerakkan partisipasi masyarakat merupakan
usaha untuk melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat.
Pemberdayaan kesehatan masyarakat dapat dimulai dari mengambil
lingkungan tempat tinggal sebagai tolak ukurnya atau arah strategi
pelaksanaannya. Seperti halnya Indonesia yang merupakan kepulauan
6
maritim, sehingga fokus arah pembangunan tidak hanya dilihat dari
masyarakat di dataran rendah atau arah pegunungan tetapi juga pada
masyarakat pesisir pantainya (Hendra, 2017).
Program Profesi Ners Universitas Widya Nusantara Palu sebagai salah
satu institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab dalam rangka
mempersiapkan tenaga kesehatan/ keperawatan yang berkualitas dimasa
depan melalui praktik keperawatan komunitas. Kegiatan ini merupakan Tri
Darma Perguruan Tinggi yaitu bidang pengabdian masyarakat (Bambang,
2015).
Pengabdian masyarakat yang dituangkan Praktik keperawatan
komunitas merupakan suatu bentuk pengembangan dari praktik profesi
keperawatan bagi mahasiswa yang diarahkan pada pengalaman nyata
penerapan Primary Health Care (PHC). Pengabdian masyarakat tahun 2021
mahasiswa Profesi Ners Universitas Widya Nusantara Palu dilaksanakan di
wilayah Kelurahan Mamboro RW 004 RT 003 Kecamatan Palu Utara
Provinsi Sulawesi Tengah
Berdasarkan hasil penjajakan dan temu kelompok dengan warga
kelurahan Mamboro serta survey wilayah yang di lakukan oleh kelompok di
wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya ini kami jadikan sebagai
lokasi praktek profesi keperawatan komunitas. Bahwa dari 10 KK yang
dilakukan pengkajian didapatkan 4 KK yang mengalami penyakit hipertensi
dan 4 KK yang mengalami ISPA. Melihat secara nyata pola perilaku
kebiasaan hidup sehat pada masyarakat setempat, dengan tujuan untuk
merubah perilaku dan meningkatkan pengetahuan tentang pola hidup sehat
dan pencegahan Hipertensi dari tidak tahu menjadi tahu, dan juga
memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan-
penyuluhan atau mempraktikkan secara langsung.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Menerapkan proses keperawatan komunitas dan keluarga dan
dengan bekerja sama dengan keluarga/kelompok/masyarakat dalam
7
meningkatkan dan memelihara kesehatan serta mencegah penyakit
hipertensi dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Dalam program profesi keperawatan komunitas diharapkan
mahasiswa mampu :
a. Mengkaji kebutuhan dan masalah keperawatan
kelompok/masyarakat.
b. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
kelompok/masyarakat
c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan komunitas dalam rangka
mengembangkan kemampuan klien/keluarga/kelompok dan
komunitas untuk mengatasi masalah kesehatannya. Menetapkan
prioritas kebutuhan kesehatan dan masalah keperawatan berdasarkan
kriteria tertentu.
d. Mengkaji kebutuhan dan masalah keperawatan
kelompok/masyarakat.
e. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga/kelompok/masyarakat.
f. Menetapkan rencana asuhan keperawatan baik keluarga maupun
komunitas dalam rangka mengembangkan kemampuan
klien/keluarga/kelompok dan komunitas untuk mengatasi masalah
kesehatannya.
g. Menetapkan prioritas kebutuhan kesehatan dan masalah keperawatan
berdasarkan kriteria tertentu.
h. Melaksanakan rencana keperawatan melalui pendekatan
pengorganisasian masyarakat, penggunaan teknologi tepat guna,
menggalang kerja sama lintas sektoral dan program, melaksanakan
aktifitas pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan
dan masalah kesehatan
i. Mengevaluasi tindakan keperawatan berdasarkan standar dan kriteria
yang ditetapkan.
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
9
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu,
keluarga/ kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan
primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat
tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat
dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri
dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan
yang optimal (Elisabeth, 2015).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan.
Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu
mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian
akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu
secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat
(Mubarak, 2016).
10
dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang
menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan
keperawatan yaitu:
1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah
kesehatan didalam kelompoknya sendiri.
3) Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit
yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga tersebut.
c. Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga,
diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan
memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan
dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai
kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif.
Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada
kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada
empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan
fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh
di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat
kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada
pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit
asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling
menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas
dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh
11
perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat
yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi,
sosial dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan dalam paradigma
keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana
lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia.
Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan
budaya dan lingkungan spiritual.
12
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui
c. Upaya Kuratif
Untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok yang menderita penyakit ataupun masalah kesehatan
melalui:
1) Perawatn orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatn orang sakit sebagai tindak lanjut keperawatan dari
puskesmas dan Rumah Sakit
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah ibu
bersalin dan nifas
4) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat di
rumah maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama.
1) Pelatihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang, kelainan bawaan
2) Pelatihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, seperti TBC, pelatihan nafas dan batuk, penderita struk
melalui fisioterafi
e.. Upaya Resosialitatif
Upaya untuk mengembalkan individu, keluarga, dan kelompok
khusus kedalam pergaulan masyarakat.
4. Falsafah Keperawatan Komunitas
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai – nilai yang menjadi
pedoman untuk mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang
luhur dan manusiawi. Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan
komunitas, yaitu:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian
integral dari upaya kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta
dapat di terima oleh semua orang.
13
b. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
c. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara
berkelanjutan.
d. Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayan¬an
kesehatan, menjalin suatu.hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan.
e. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat
direncanakan berkesinambungan.
f. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas
kesehatannya. la harus ikut mendorong, medidik, dan berpartisipasi
secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
14
j. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan
lingkungannya
k. Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada
waktu yang berbeda
l. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu
klien bergerak kea rah kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan
dengan menggunakan kerangka teori dan pendekatan sistematik
m. Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang
waktu akan merubah kebutuhan kesehatan
15
5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan
tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah
6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok
resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan
keperawatan di rumah dan di Puskesmas
7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat optimal
c. Fungsi
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan
ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam
memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta
melibatkan peran serta masyarakat
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2016).
16
dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah
kesehatan individu.
b. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari
keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan
perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang
sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat
difokuskan pada keluarga rawan yaitu:
1) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang
persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita
tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi
oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular
atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
2) Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil
yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB
kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK),
keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan,
infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM,
keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut
jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien
1) Pembinaan kelompok khusus
2) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah
17
8. Strategi Keperawatan Komunitas
Dalam melaksanakan program asuhan keperawatan komunitas
perlu digunakan strategi sebagai berikut:
a. Locality Development: yang menekankan pada peran serta masyarakat
dan masyarakat terlibat langsung dalam proses pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
b. Social Planning: dapat berubah dan dibuat oleh para ahli dengan
menggunakan birokrasi
c. Social Action: adanya proses perubahan yang berfokus pada
masyarakat atau program yang dibuat oleh pemerintah untuk
perubahan yang mendasar. Sedangkan dalam melaksanakan program
pelayanan keperawatan kesehatan komunitas perlu juga diberi strategi:
1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola
perawatan kesehatan komunitas serta tenaga pelaksana
puskesmas melalui kegiatan penataran.
2) Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sector,
melalui kegiatan temu karya dan forum pertemuan di kecamatan
ataupun puskesmas.
3) Membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan melalui pendidikan kesehatan pada keluarga,
memberikan bimbingan teknis dalam bidang kesehatan
khususnya pelayanan keperawatan.
4) Mengadakan buku-buku pedoman pelayanan keperawatan.
5) Sesuai dengan teori derajat kesehatan seseorang dapat
dipengaruhi oleh 4 faktor:
a) Lingkungan, yaitu segala sesuatu yang berada disekeliling
keluarga dimana ia tumbuh dan berkembang. Factor ini
mencakup lingkungan. fisik, social budaya, dan biologi.
b) Perilaku dari keluarga, baik sebagai satu kesatuan terkecil
dalam masyarakat, maupun perilaku dari tiap anggota
keluarga tersebut.
18
c) Pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan
keluarga baik sebagai upaya professional maupun sebagai
upaya pelayanan swadaya masyarakat dan atau keluarga
sendiri.
d) Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan
kepada keluarga.
19
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2016).
20
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan
contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat
yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau
tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat
menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam
masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak
klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang
terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan
melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2015). Tugas perawat sebagai
pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan
karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2016).
e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
f. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan
dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan
dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya
membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan
kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan
dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini
21
berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan (Mubarak, 2016).
g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang
timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan
rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim
kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional
(Mubarak, 2016).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent
and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan
klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya,
menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan
dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2015).
22
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2015).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community
Care Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan
masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian
masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran
perawat komunitas.
23
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak
diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan
hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan
resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan
stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi
jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan
faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok,
konsumsi alkohol, dan kelainan darah.
24
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita.
Wanita diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah
dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah
menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun.
25
kebutuhan energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat badan
atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D.,
& N. Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan
menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk
terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya
kondisi tertentu.
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan
di dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat
mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4
gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka, 2014-
2015).
5) Minuman lkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah yang tergolong parah
karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat dan
menyebabkan stroke.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam
satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5- 10
mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan
meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi
vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.
26
Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di
hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini
dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan
mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga jantung
memompa darah keseluruh tubuh akan semakin cepat.
2. Etiologi
a. Peningkatan Kecepatan Denyut Jantung
Dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf dan hormon pada
nodus serabut arikinji (SA). Peningkatan kecepatan denyut jantung yang
berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.
Peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh
penurunan volume sekuncup sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
Dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang
berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal
atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan volume plasma akan
menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi
peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
c. Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama
dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada
arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat
rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence, jantung
harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan
tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh
darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload
jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.
Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri
mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi,
kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel
27
harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai
tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan
penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol),
kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan
jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas,
kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2014).
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
28
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
4. Manifestasi Klinik:
a. Mengeluh sakit kepala,pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak napas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi adalah seperti
laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab
hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDL,
dan EKG).
29
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens
kreatinin protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan
ekokardiografi. (Mansjoer,2010).
Selain pemeriksaan diatas, juga dapat dilakukan pemeriksaan berikut
untuk mendiagnosa hipertensi:
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan.
30
6. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi yaitu pemberian obat sesuai dengan indikasi
b. Anti hipertensi non-farmakologik:
(Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National Committee
on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure:
1. Turunkan BB pada obesitas.
2. Pembatasan komsumsi garam dapur
3. Kurangi alkohol
4. Menghentikan rokok.
7. Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit hipertensi ini termasuk penyakit kronis
yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain: Stroke,
Gagal jantung, Ginjal dan Mata. Hubungan stroke dengan hipertensi dapat
dijelaskan dengan singkat, bahwa tahanan dari pembuluh darah memiliki
batasan dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam otak
pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis
memiliki tahanan yang juga kecil. Kemudian bila tekanan darah melebihi
kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh darah ini akan pecah dan
selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki prognosis yang tidak
baik. Dengan demikian kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat dikatakan
sebagai pengobatan seumur hidup bila ingin dihindari terjadinya komplikasi
yang tidak baik.
31
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengkajian
a. Data Demografi
B. Hasil Pengkajian
Hasil pengkajian data masyarakat berdasarkan kuesioner di RW 02
dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara.
Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara.
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-Laki 518 51,7
2 Perempuan 483 48,3
Total 1.001 100
32
Tabel 3. Distribusi penduduk berdasarkan Pendidikan di Wilayah RW 02 dan
06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara.
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Tidak Sekolah 211 21
2 Tidak Tamat SD 320 32
3 SD 269 27
4 SMP 160 16
5 SMA 36 3,5
6 D3 3 0,3
7 S1 2 0,2
Total 1.001 100
33
1 Kaili 989 98,9
2 Lombok 1 0,1
3 Bugis 11 1
Jumlah 1001 100
34
Jenis sumber air untuk masak dan Frekuens Persentas
No
minum i e
1 Sumur Gali 274 100
Total 274 100
35
Tabel 10. Distribusi Penduduk Dengan Kepemilikan Kandang Ternak di
Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
Persentas
No Kepemilikan Kandang Ternak Frekuensi
e
1 Ya 109 39,8
2 Tidak 165 60,2
Total 274 100
36
Tabel 12. Distribusi Penduduk Dengan Penyakit Yang Paling Sering
Diderita Keluarga di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu Utara
Penyakit Yang Sering Diderita Persentas
No Frekuensi
Dalam Keluarga e
1 Hipertensi 148 46
2 Influenza 126 54
Total 10 100
37
Tabel 14. Distribusi Penduduk Dengan Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)
di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
Persentas
No Jumlah PUS Frekuensi
e
1 <20 tahun 72 69,9
2 20-25 tahun 23 22,3
3 26-30 tahun 8 7,8
Total 103 100
Tabel 16. Distribusi jumlah kamar tidur dalam satu rumah di Wilayah RW 02
dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Jumlah kamar tidur Frekuensi Persentase
1 Satu kamar tidur 73 26,6
2 2-3 kamar tidur 201 73,4
Total 274 100
38
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa jumlah kamar tidur
dalam satu rumah di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu jumlah kamar tidur 2-3 dengan jumlah 201 (73,4%) dan 1
kamar tidur 73 (26,6%).
39
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa jumlah status
kepemilikan rumah di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu adalah milik sendiri dengan jumlah 241 (88,0%).
40
Tabel 23. Distribusi luas jendela dan lubang angin di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Luas jendela dan lubang angin Frekuensi Persentase
1 < 20% luas lantai 16 5,8
2 >20 % luas lantai 258 94,2
Total 274 100
41
Tabel 26. Distribusi jarak rumah dengan tetangga di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Jarak rumah dengan tetangga Frekuensi Persentase
1 Dekat 163 59,5
2 Terpisah 111 40,5
Total 274 100
Tabel 28. Distribusi sumber air mandi dan mencuci di Wilayah RW 02 dan
06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Sumber air mandi dan
No Frekuensi Persentase
mencuci
1 Sumur gali 274 100
Total 274 100
42
No Kebiasaan menguras Frekuensi Persentase
1 1 kali seminggu 86 31,4
2 2 kali seminggu 153 55,4
3 Lebih dari 4 kali semingu 35 12,8
Total 274 100
43
Tabel 32. Distribusi tempat penampungan air semetara di Wilayah RW 02
dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Tempat penampungan air
No Frekuensi Persentase
semetara
1 Bak 129 47,1
2 Ember 145 52,9
Total 274 100
44
Tabel 35. Distribusi pengelolaan sampah selanjutnya di Wilayah RW 02 dan
06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Pengelolaan sampah
No Frekuensi Persentase
selanjutnya
1 Dibakar 129 47,1
2 Lain-lain 145 52,9
Total 274 100
45
Tabel 38. Distribusi tempat pembuangan tinja di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Tempat pembuangan tinja Frekuensi Persentase
1 Ya 203 74,1
2 Tidak 71 25,9
Total 274 100
46
Tabel 41. Distribusi saluran air di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan
Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Saluran air Frekuensi Persentase
1 Lancar 274 100
Total 274 100
47
No Bahasa yang digunakan Frekuensi Persentase
1 Indonesia 241 88,0
2 Daerah 33 12.0
Total 274 100
48
No Kebiasaan keluarga bila sakit Frekuensi Persentase
1 PKM 189 69,0
2 Perawat 74 27,0
3 Lainnya 11 4.0
Total 274 100
49
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Sumber pendanaan
kesehatan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu dari total 274, yang Menggunakan BPJS berjumlah 163 (59.5%), yang
menggunakan Asuransi Kesehatan berjumlah 60 (21,9) dan yang menggunakan
KIS berjumlah 51 (18,6%)
50
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Jenis Pendidikan
kesehatan yang dibutuhkandi Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu dari total 274, yang ingin mendapatkan pendidikan
kesehatan ibu dan anak berjumlah 23 orang (8,4%), yang ingin pendidikan cara
penangunglangan kesehatan berjumlah 231 (84,3%) dan yang ingin pendidikan
pola hidup sehat berjumlah 20 (7,3%).
Tabel 53. Distribusi waktu penyuluhan yang tepat di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Waktu penyuluhan yang tepat Frekuensi Persentase
1 Sore 274 100
Total 274 100
51
Tabel 55. Distribusi Tempat penyuluhan di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Tempat penyuluhan Frekuensi Persentase
1 Pertemuan kelompok 106 38,7
2 Balai pertemuan/kantor RT RW 168 61,3
Total 274 100
52
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Anggota keluarga yang
berpengaruh dalam keluarga di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu dari total 274, yang mengatakan ayah berjumlah 240
(87,6%), dan yang mengatakan ibu berjumlah 34 (12,4%).
53
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Anggota keluarga yang
merokok di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu dari total 274, yang mengatakan ada anggota keluarganya yang merokok
berjumlah 211 (77,0%), dan yang tidak ada anggota keluarganya yang merokok
berjumlah 63 (23,0%).
Tabel 61. Distribusi penuturan keluarga bahwa olahraga penting di Wilayah
RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
penuturan keluarga bahwa
No Frekuensi Persentase
olahraga penting
1 Ya 262 95,6
2 Tidak 12 4,4
Total 274 100
54
kontrasepsi
1 Ya 85 82,5
2 Tidak 18 17,5
Total 103 100
55
Boya Kecamatan Palu dari total 103, yang menggunakan alat kontrasepsi
berjumlah 85 (82,5%), yang mengatakan tidak tahu berjumlah 9 (8,7%), dan
yang mengatakan tidak nyaman menggunakan alat kontrasepsi berjumlah 9
(8,7%).
56
(16,7%), yang memiliki usia kehamilan 3-6 bulan berjumlah 2 (33,3%), dan
yang berusia kehamilan 6-9 berjumlah 3 (50.0%)
57
1 Bidan 6 100
Total 6 100
58
Tabel 76. Distribusi Frekuensi Imunisasi TT di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Frekuensi Imunisasi TT Frekuensi Persentase
1 1 Kali 6 100
Total 6 100
59
1 Ya 5 100
Total 5 100
60
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa yang mendapatkan
informasi cara pemberian Asi di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu Utara berjumlah 5 orang (100%).
61
Tabel 84. Distribusi Pemberian Asi Kolostrum di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Pemberian Asi Kolostrum Frekuensi Persentase
1 Ya 3 60
2 Tidak 2 40
Total 5 100
62
Tabel 87. Distribusi Anak Mendapatkan Makanan Selingan di Wilayah RW
02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Anak Mendapatkan Makanan
No Frekuensi Persentase
Selingan
1 Ya 23 54,8
2 Kadang - kadang 19 45,2
Total 42 100
63
Kecamatan Palu Utara dari total 101 anak, yang mengosok gigi 1 kali
berjumlah 5 anak (5.0%) dan yang 2 kali berjumlah 96 anak (95,0%)
Tabel 90. Distribusi Kondisi Gigi Anak Saat Ini di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kondisi Gigi Anak Saat Ini Frekuensi Persentase
1 Berlubang dan Hitam 17 16,8
2 Bersih dan Sehat 84 83,2
Total 101 100
64
Tabel 93. Distribusi Kegiatan Remaja di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan
Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kegiatan Remaja Frekuensi Persentase
1 Main 46 35,7
2 Olahraga 42 32,6
3 Dirumah Aja 41 31,8
Total 129 100
65
total 129, yang merokok berjumlah 8 orang (6,2 %) dan yang tidak berjumlah
121 orang (93,8%).
Tabel 97. Distribusi Kondisi Usia Dewasa Saat Ini di Wilayah RW 02 dan
06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kondisi Usia Dewasa Saat Ini Frekuensi Persentase
1 Sehat 624 100
Total 624 100
66
Tabel 99. Distribusi Penyakit Keturunan Dalam Keluarga di Wilayah RW
02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Penyakit Keturunan Dalam
No Frekuensi Persentase
Keluarga
1 Tidak Ada 49 46,7
2 Jantung 11 10,5
3 Hipertensi 33 31,4
4 Diabetes 12 11,4
Total 105 100
67
Tabel l01. Distribusi Kondisi Lansia Saat Ini di Wilayah RW 02 dan
06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kondisi Lansia Saat Ini Frekuensi Persentase
1 Sehat 91 86,7
2 Sakit 14 13,3
Total 105 100
68
Tabel 104. Distribusi Kegiatan Lansia di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kegiatan Lansia Frekuensi Persentase
1 Berkebun 30 28,6
2 Di Rumah 75 71,4
Total 105 100
69
Tabel 107. Distribusi Anggota Keluarga Yang Mengalami
Gangguan Jiwa di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu Utara
Anggota Keluarga Yang
No Frekuensi Persentase
Mengalami Gangguan Jiwa
1 Tidak 274 100
Total 274 100
70
C. ANALISA DATA
D. PERIORITAS MASALAH
Prioritas Masalah Keperawatan Komunitas Di RT 003 RW 004 Kelurahan
Mamboro Kecamatan Palu Utara Provinsi Sulawesi Tengah
Masalah
A B C D E F G H Total Prioritas
Keperawatan
Defisit kesehatan
4 5 3 3 3 3 3 3 27 I
komunitas
Perilaku kesehatan
4 2 2 2 3 3 3 3 22 II
cenderung berisiko
Keterangan : Pembobotan :
A : Resiko Keparahan 1 : Sangat Rendah
B : Minat Masyarakat 2 : Rendah
C : Kemungkinan Di Atasi 3 : Cukup
D : Waktu 4 : Tinggi
71
E : Fasilitas 5 : Sangat Tinggi
F : Sumber Daya
G : Tempat
H : Dana
72
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RW 02 & 06 KELURAHAN PANTOLOAN BOYA
DIAGNOSA HARI/ TEM
TUJUAN RENCANA STANDAR
KEPERAWATAN SASARAN STRATEGI KRITERIA
(NOC) KEGIATAN (NIC) TGL PAT EVALUASI
KOMUNITAS
Defisit kesehatan Masyarakat Luaran Intervensi Utama: Memberikan Jumat, Di Kantor - Pengetahuan - Adanya
komunitas dengan usia Pengembangan edukasi 16-12- Kelurahan masyarakat peningkatan
Utama :
berhubungan dewasa kesehatan mengenai 2022 Pantoloan tentang pengetahuan
Status Hipertensi dan
dengan program hingga masyarakat Hipertensi dan Boya masyarakat
Stunting
tidak mengatasi lansia di RW kesehatan (I.14548): stunting, serta mengenai
seluruh masalah 02 dan 06 di komunitas Observasi melakukan - Pengetahuan Hipertensi dan
kesehatan Pantoloan - Identifikasi senam masyarakat Stunting
(L.12109) masalah atau isu
komunitas Boya. Hipertensi mengenai - Adanya
(D.0110) Indicator: kesehatan dan intervensi peningkatan
prioritasnya. keperawatan
- Ketersedian partisipasi
DS: - Terapeutik yang dapat masyarakat
program - Persatukan menurunkan
DO: masyarakat dengan untuk
promosi tekanan darah
cita-cita yang sama (senam melakukan
- Banyakanya kesehatan Intervensi Hipertensi) intervsensi
jumlah kasus tambahan: Edukasi keperawatan
mengenai
Hipertensi di perilaku upaya - Meningkatkan guna
RW 02 dan 06 Hipertensi motivasi menurunkan
kesehatan (I.12435)
di Kelurahan (5). masyarakat teknan darah
Pantoloan untuk
73
Boya - Partisipasi Observasi memanfaatkan tanpa perlu
- Banyaknya - Identifikasi fasilitas minum obat.
dalam
masyarakat kesiapan dan kesehatan yang
yang tidak program kemampuan tersedia.
mengetahui kesehatan menerima
jika dirinya informasi
komunitas Terapeutik
mengalami
Hipertensi (5). - Sediakan materi
- Adanya balita dan media
Luaran pendidikan
yang
tambahan: kesehatan
menderita
Edukasi
Stunting. Status koping
komunitas - Anjurkan
(L09089): menggunakan
masyarakat
(5)
Perilaku Remaja, dan Luaran Intervensi utama: Memberikan Jumat, Di Kantor - Pengetahuan - Adanya
06-01
kesehatan usia dewasa utama: Edukasi perilaku penyuluhan Kelurahan masyarakat peningkatan
22
cenderung di wiliayah Perilaku upaya kesehatan (I. mengenai efek Pantoloan mengenai batas pengetahuan
berisiko RW 02 dan kesehatan 12435) pernikahan dini Boya usia anak untuk masyarakat
berhubungan 06 di (L.12107) Observasi dan pentingnya mengenai efek
74
dengan kurang Kelurahan Indicator: - Identifikasi penggunaan menikah pernikahan dini
terpapar informsi Pantoloan - Kemampuan kesiapan dan jamban.
- Pengetahuan - Adanya
(D.0099). Boya melakukan kemampuan
masyarakat peningkatan
tindakan menerima
DS:- mengenai pengetahuan
pencegahan informasi
pentingnya masyarakat
DO: masalah Terapeutik
jamban mengenai
kesehatan - Sediakan materi
3. Banyaknya manfaat
jumlah PUS (5). dan media
penggunaan
dibawah usia Luaran pendidikan
20 tahun jamban.
Tambahan: kesehatan
4. Masih adanya
keluarga yang Manajemen - Jadwalkan
tidak memiliki kesehatan pendidikan
jamban
(L.12104) kesehatan sesuai
- Melakukan kesepakatan.
tindakan - Berikan
untuk kesempatan untuk
mengurangi bertanya.
faktor risiko - Berikan pujian dan
(5) dukungan terhadap
75
usaha positif dan
pencapainnya.
Edukasi
- Jelaskan
penanganan
masalah kesehatan
- Ajarkan
menentukan
perilaku spesifik
yang akan diubah
(mis. Keinginan
mengunjungi
fasilitas
kesehatan).
76
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RW 02 & 06 KELURAHAN PANTOLOAN BOYA
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
1 1. Mengidentifikasi masalah atau isu kesehatan dan prioritasnya. S:
Hasil:
Masyarakat mengatakan mengetahui apa itu
Ditemukan banyaknya jumlah kasus Hipertensi dan Stunting di RW 02 dan 06 di
Kelurahan Pantoloan Boya. Hipertensi dan Stunting
2. Mempersatukan masyarakat dengan cita-cita yang sama
O:
Hasil:
a. Hipertensi - Masyarakat ikut berpartisipasi mengikuti
Dikumpulkannya masyarakat di kantor Kelurahan guna melaksanakan senam
senam hipertensi yang diadakan oleh
Hipertensi dan mendengarkan penyuluhan oleh mahasiswa profesi ners
mengenai “Hipertensi” mahasiswa Ners guna menurunkan
b. Stunting
Hipertensi tanpa minum obat.
Dikumpulkannya masyarakat di Posyandu Cempaka guna melakukan
posyandu rutin dan pembagian telur untuk mencegah stunting bekerjasama - Masyarakat rutin melakukan posyandu
denga pihak BKKBN dan tim PKM
A: Masalah teratasi
3. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Hasil: P : Intervensi dihentikan
Sebelum memulai penyuluhan/pendidikan kesehatan, mahasiswa menggali
kemampuan serta menanyakan kesiapan masyarakat untuk menerima
iformasi/materi penyuluhan.
4. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Hasil:
Mahasiswa menyediakan materi penyuluhan yang berkaitan dengan Hipertensi dan
Stunting.
77
5. Menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
Hasil:
Mahasiswa menganjurkan masyarakat memanfaatkan fasilitas kesehatan guna
menunjang kesehatan masayarakat secara optimal dengan rutin mengikuti
posyandu dan memeriksa kesehatan di fasilitas kesehatan yang disediakan salah
satunya PKM
2 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi S:
Hasil: - Masyarakat mengetahui batasan usia
Sebelum memulai penyuluhan/pendidikan kesehatan, mahasiswa menggali pernikahan.
kemampuan serta menanyakan kesiapan siswa untuk menerima iformasi/materi - Masyarakat mengetahui manfaat
penyuluhan Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan penggunaan jamban
2. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan. O:
Hasil : - Siswa antusias mengikuti penyuluhan
Pendidikan kesehatan mengenai pernikahan usia dini dilakukan di SMPN 22 Palu yang diberikan oleh mahasiswa ners
pada 12 Januari 2023 yang disepakati oleh kepala sekolah SMPN 22 Palu. Universitas Widya Nusantara
3. Memberikan kesempatan untuk bertanya. - Masyarakat yang tidak memiliki jamban
Hasil: pribadi, numpang di jamban keluarga
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan untuk BAB dan mengatakan tidak BAB
4. Memberikan pujian dan dukungan terhadap usaha positif dan pencapainnya. sembarangan.
Hasil: A: Masalah teratasi
Memberi pujian kepada siswa SMPN 22 Palu karena telah antusias mengikuti P : Intervensi dihentikan
78
penyuluhan yang diberikan oleh mahasiswa profesi ners Widya Nusantara
5. Menjelaskan penanganan masalah kesehatan
Hasil:
a. Pernikahan usia dini
Memberikan penyuluhan kepada siswa SMPN 22 Palu yang berjudul
pernikahan usia dini yang didalamnya membahas mengenai bahaya
pernikahan usia dini, faktor yang mempengaruhi pernikahan usia dini dan cara
mencegah terjadinya pernikahan usia dini.
b. Penggunaan jamban
Dilakukan pemasangan poster yang membahas tentang manfaat penggunaan
jamban.
79
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian RI.
80
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Waktu : 45 menit
81
D. Metode
Metode dilakukan dengan ceramah dan tanyajawab
E. Media
Leaflet yang berisi penjelasan tentang perkawinan usia muda.
F. Pelaksanaan Kegiatan
No. Kegiatan mahasiswa Kegiatan peserta
Memperhatikan
2. Pelaksanaan (25’)
82
perkawinan usia muda Memperatikan
Memperhatikan
G. Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama proses berlangsung dan setelahnya.
83
LAMPIRAN MATERI
84
8. Dampak perkawinan usia muda.
a. Dampak biologis
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses
menuju kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan
seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian
melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan yang
luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya sampai
membahayakan jiwa anak. Patut dipertanyakan apakah hubungan seks
yang demikian atas dasar kesetaraan dalam hak reproduksi antara isteri
dan suami atau adanya kekerasan seksual dan pemaksaan (penggagahan)
terhadap seorang anak.
Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan
meninggal lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan,
dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun. Sementara itu,
anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua
kali lebih besar.
b. Dampak psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan
seks, sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam
jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali
hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti
atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan
menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan, hak bermain
dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat
dalam diri anak.
Menurut temuan Plan, sebanyak 44 persen anak perempuan yang
menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan
tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami
KDRT dalam frekuensi rendah.
c. Dampak Sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam
masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan
85
pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki
saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun
termasuk agama Islam yang sangat menghormati perempuan (Rahmatan
lil Alamin). Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang
bias gender yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan. Di
bidang pendidikan, perkawinan dini mengakibatkan si anak tidak mampu
mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6 persen anak kawin
dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin.
86
DAFTAR PUSTAKA
http://alfiyah23.student.umm.ac.id/2022/12/17/dampak-pernikahan-dini/
http://female.kompas.com/read/
2022/12/17/15331434/3.Dampak.Buruk.Pernikahan.Dini
www.infosehat.com
www.kompas.co.id
www.infokita.com
87
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Klasifikasi hipertensi
4. Tanda dan gejala hipertensi
5. Komplikasi hipertensi
6. Cara mengatasi dan mencegah hipertensi
D. Media Penyuluhan
1. Materi Pengajaran
2. Leaflet
88
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Setting Tempat
:
Moderator
:
Peserta
: Fasilitator
: Observer
Pengorganisasian
89
Observer : I Wayan Sumado S.Kep
Pembagian Tugas
Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari awal sampai
akhir
Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan
Fasilitator : Memotifasi peserta untuk bertanya
Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir
G. Kegiatan Penyuluhan
90
4 2 menit Terminasi : 1. Mendengarkan
1. Mengucapkan terima kasih atas 2. Menjawab salam
peran pasien dan keluarga
2. Mengucapkan salam penutup
H. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dengan tanya jawab adalah :
91
MATERI
HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah diatas
normal dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).
B. Penyebab Hipertensi
Penyebab Hipertensi antara lain :
1. Stres,
2. Usia,
3. Merokok,
4. Obesitas (kegemukan),
5. Alkohol,
6. Faktor keturunan,
7. Faktor lingkungan (gaduh/bising)
C. Klasifikasi
SISTOLIK DIASTOLIK
KATEGORI
mmHg mmHg
Optimal < 120 < 80
Normal <130 < 85
High Normal 130 – 139 85 – 89
HIPERTENSI
Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Derajat 2 160 – 179 100 – 109
Derajat 3 > 180 > 110
92
D. Tanda Dan Gejala
a. Gelisah,
b. kepala pusing
c. Jantung berdebar – debar
d. Tekanan darah lebih dari 140 / 90 mmHg
e. Gangguan penglihatan
f. Nafsu makan menurun
g. Sulit konsentrasi
h. Mual muntah
i. Mudah tersinggung
E. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga
menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ
tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak
terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan
kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi
hipertensi yang dimilikinya.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan
93
organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada 19
organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor
angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga
membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar
dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat
meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β). Umumnya, hipertensi
dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:
1. Jantung
a. hipertrofi ventrikel kiri
b. angina atau infark miokardium
c. gagal jantung
2. Otak - stroke atau transient ishemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
6. Stroke
7. Kerusakan jaringan otot
8. Kebutaan
94
Diet merupakan pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau
mempertahankan BB yang sesuai dan mengendalikan kadar glukosa.Tujuan diituntuk
membantu menurunkan tekanan darah, mempertahankan tekanan darah menuju
normal,penurunan faktor resiko BB yang berlebih, menurunkan kadar lemak kolesterol.
Diit untuk penderita Hipertensi:
d. Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
e. Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang
panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
f. Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.
g. Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15
gramperhari.
h. Minuman
Teh encer, coklat encer, juice buah.
G. Obat-Obatan
1. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesi simpanan
natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
volume darah dan curah jantung, sehingga tahanan perifer menurun. Setelah 6-8
minggu, curah jantung kembali normal karena tahanan vaskular perifir menurun.
Natrium dapat menyebabkan tahanan vaskular dengan meningkatkan kekakuan
pembuluh darah dan reaktivitas saraf, yang diduga berkaitan dengan terjadinya
peningkatan pertukaran natrium-kalsium dengan hasil akhir peningkatan kalsium
intraseluler. Efek tersebut dapat dikurangi dengan pemberian diuretik atau
pengurangan natrium. Contoh obat diuretik yang sering digunakan untuk
menurunkan hipertensi adalah: spironolactone, dan hydrochlorothiazide (thiazide)
yang mempunyai efek cukup kuat sebagai diuretik dan efektif untuk menurunkan
tekanan darah dalam dosis yang rendah (Benowitz, 2002).
2. Obat simpatoplegik
Mempunyai mekanisme kerja menurunkan tekanan darah dengan cara menurunkan
tahanan perifer, menghambat fungsi jantung, dan meningkatkan pengumpulan vena
didalam pembuluh darah kapasitans (dua efek terakhir menyebabkan penurunan
curah jantung). Contoh obat golongan ini adalah: Methyldopa dan clonidine
(Benowitz, 2002).
3. Obat vasodilator langsung.
Semua vasodilator yang digunakan untuk hipertensi merelaksasi otot polos arteriol,
sehingga dapat menurunkan tahanan vaskular sistemik. Penurunan tahanan arteri dan
rata-rata penurunan tekanan darah arteri menimbulkan respon kompensasi,
dilakukan oleh baroreseptor dan sistem saraf simpatis, seperti halnya renin
angiotensin dan aldosteron. Respon-respon kompensasi tersebut melawan efek anti
hipertensi vasodilator. Vasodilator bekerja 12 dengan baik apabila dikombinasikan
dengan obat antihipertensi lain yang melawan respon kompensasi kardiovaskular.
Contoh obat –obat vasodilator adalah; Hydralazine dan minoxidil (Benowitz, 2002).
96
4. Obat yang menyekat produksi atau efek Angiotensin.
Rilis renin dari korteks ginjal distimulasi oleh penurunan tekanan arteri ginjal,
stimulasi saraf simpatis dan penurunan pengiriman natrium atau peningkatan
konsentrasi natrium pada tubulus distalis ginjal. Renin bekerja terhadap angiotensin
untuk melepaskan angiotensin I dekapeptida yang tidak aktif. Angiotensin I
kemudian dikonversi, terutama oleh enzim pengubah angiotensin endothelial
(endothelial angiotensin-converting enzyme, ACE), menjadi oktapeptida angiotensin
II vasokonstriktor arterial, yang akan dikonversi menjadi angiotensin III didalam
kelenjar adrenal. Angiotensin II mempunyai aktifitas vasokonsriktor dan retensi
natrium.Angiotensin II dan III menstimulasi rilis aldosteron. Contoh obat golongan
ini adalah ; captopril,enalapril dan lisinopril.
97
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraini. (2017). Keperawatan Kardiovaskular edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bustan MN. (2017). Pengantar Kardiologi, Jakarta : Rineka Cipta
Benowitz, L. (2017). Obat Antihipertensi, dalam Katzung, B.G., 2017, Basic and Clinical
Farmacology, ed ke-3, Penerjemah: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, Penerbit Salemba Medika
98
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui dan
memahami bagaimana mencegah stunting.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien
dapat mengetahui tentang:
a. Definisi Stunting
b. Penyebab Stunting
c. Dampak stunting
d. Cara mencegah stunting
e. Zat gizi mikro yang berperan untuk menghindari stunting (pendek)
B. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Ceramah, diskusi, dan Tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu : Leaflet, Pertunjukan slides (melalui overhead projector,
slide projector, komputer dan LCD projector, atau lainnya), poster, video.
3. Tempat dan Waktu
4. Tempat Kegiatan : Posyandu Cempaka
5. Hari/Tanggal : 10 Desember 2022
6. Materi dan Pemateri : Rina S.Kep
7. Moderator : Nurul Ulfianti Musili S.Kep
8. Fasilitato : I Ketut Margiana Hariprabawa S.Kep, Ani S.Kep, Maria
99
Ulfa S..Kep, Moh Anugrah A Rioeh S.Kep, Rina S.Kep, Stevi Elen S.kep, ,
Mastang S.Kep, I Wayan Sumado S.Kep
C. METODE PENYUUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. SETING TEMPAT
: Moderator
: Penyuluh dan
: Peserta
Media
: Fasilitator
: Observer
E. KEGIATAN PENYULUHAN
100
Tahap Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Media
kegiatan
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawab salam 1. Ceramah
(5 Menit) 2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri keterangan
3. Menjelaskan penyaji
maksud dan 3. Menyampaikan
tujuan penyuluhan pengetahuan
4. Menggali tentang materi
pengetahuan yang
peserta tentang disampaikan
materi yang akan
disampaikan
Pelaksanaan 1. Defenisi Stunting 1. Memperhatikan 1. Ceramah
2. Penyebab stunting 2. Memperhatikan 2. Tanya
3. Dampak stuntig bertanya dan jawab
4. Cara mencegah menjawab 3. Leaflet
stunting pertanyaan yang
5. Zat Gizi Mikro diajukan
yang Berperan 3. Memperhatikan
untuk bertanya dan
Menghindari menjawab
Stunting (Pendek) pertanyaan yang
diajukan
Evaluasi 1. Mengajukan 1. Menjawab
pertanyaan pada pertanyaan
pasien dan
keluarga
2. Memberikan
reinforcemen
positif atas
jawaban yang
diberikan
101
Terminasi 1. Mengucapkan 1. Menjawab
terima kasih atas pertanyaan
peran pasien dan 2. Menjawab salam
keluarga
2. Mengucapkan
salam penutup
102
MATERI STUNTING
A. DEFINISI
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan
tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau
tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan
dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih
pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah
tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya
pertumbuhan anak yangmengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang
normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang
untuk gizi kurang pada anak.
B. ETIOLOGI/ PENYEBAB
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan
makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya
kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan
gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang
telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor
103
tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab
stunting yaitu sebagai berikut :
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
3. Riwayat penyakit.
4. Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu konsep
model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau disability
dan kematian.
Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih
dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin, kekurangan asupan zat
gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan protein.
Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan protein dan
infeksi penyakit. Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu
penyebabnya tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan
kematian. Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis juga
menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian. Faktor-faktor kemiskinan,
sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi penyakit, ketahanan pangan dan tidak
optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan merupakan merupakan faktor yang secara
bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri berpengaruh pada keadaan gizi ibu hamil,
kekurangan gizi mikro, asupan energy yang rendah dan tidak optimalnya pemberian Air
Susu Ibu.
C. DAMPAK STUNTING
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar
menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang
gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik,
yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan tidak dapat
mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak
hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan
prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari
aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari
yang tubuhnya pendek.
104
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-
fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi
akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan
berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu
kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.
D. CARA MENCEGAH
1. Mencegah pada balita
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi di
masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk
menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014
tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya
umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi
dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita,
maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan,
sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka
peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan
mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur
(WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang dengan
tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita
yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan
dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap
ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi
zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir
hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan
diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu
nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi
berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis
seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita
dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu
105
merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan
pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
107
tetapiperkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi
lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan
sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami
gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan
diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh
kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini
berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak.
Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak
menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna. dari
asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa efek
samping
108
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2017. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef Indonesia.
Oktober 2017.
Laporan Tahunan Indonesia. 2018. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar
2018.
109
DOKUMENTASI KEGIATAN
110
111
112
113
114
115