Anda di halaman 1dari 115

LAPORAN PENDOKUMENTASIAN PRAKTEK KLINIK DEPARTEMEN

KEPERAWATAN KOMUNITAS DI KELURAHAN PANTOLOAN BOYA


RW 02 DAN 06 KECAMATAN PALU UTARA PROVINSI
SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II

1 I KETUT MARGIANA HARIPRABAWA, S.Kep 2021032033


2 MOH ANUGRAH A. RIOEH, S.Kep 2021032054
3 RINA, S.Kep 2021032086
4 I WAYAN SUMADO, S.Kep 2021032034
5 STEVI ELEN, S.Kep 2021032108
6 MARIA ULFA, S.Kep 2021032049
7 ANI, S.Kep 2021032012
8 NURUL ULFIANTI, S.Kep 2021032080
9 SANAWIAH, S.Kep 2021032090
10 AKBAR, S.Kep 2021032004
11 MASTANG, S.Kep 2021032051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDOKUMENTASIAN PRAKTEK KLINIK DEPARTEMEN KEPERAWATAN
KOMUNITAS DI KELURAHAN PANTOLOAN BOYA RW 02 DAN 06 KECAMATAN
PALU UTARA PROVINSI SULAWESI TENGAH

Disusun oleh:
KELOMPOK II

Laporan ini telah disetujui


Tanggal, 03 Desember 2022

Pembimbing Stase Komunitas

Ns. Wahyu Sulfian, M.Kes


NIK. 20130901037

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan komunitas ini tepat
pada waktunya. Kegiatan stase komunitas di RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu utara Provinsi Sulawesi Tengah. Sebagai salah satu
persyaratan guna menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners
Universitas Widya Nusantara Palu. Kami menyadari dalam penulisan laporan ini
masih banyak kekurangan baik dari segi pengetahuan maupun dari segi
pengalaman. Namun dengan adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
sehingga laporan ini terwujud.
Untuk itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati kami mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan
membantu sehingga kami dapat melaksanakan seluruh kegiatan pada stase
komunitas ini. Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Tigor Situmorang, M..H, M. Kes, Rektor Universitas Widya Nusantara .
2. Ns. Yuhana, Damantalm S.Kep, M.Erg, Ketua Program Studi Ners
Universitas Widya Nusantara Palu.
3. Ns. Wahyu Sulfian, M.Kes, Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan kepada kelompok selama proses kegiatan
dan penyusunan laporan ini.
4. Warga masyarakat RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
Utara Provinsi Sulawesi Tengah
5. Teman-teman Kelompok II yang telah melaksanakan kegiatan implementasi
stase komunitas, terima kasih atas kerja samanya selama kegiatan
berlangsung.
6. Semua pihak yang telah ikut membantu kesuksesan kegiatan implementasi
stase komunitas yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Semoga segala amal kebaikan dan kerelaannya membantu dalam proses
belajar dimasyarakat serta berbagai macam kegiatan selama pelaksanaan
implementasi stase komunitas mendapat Ridho dan balasan dari Tuhan Yang
Maha Esa.

iii
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diharapkan segala kritik dan saran dari pembaca dan masyarakat yang sifatnya
membangun, demi kesempurnaan laporan ini. kami berharap semoga laporan ini
berguna bagi pembaca pada umumya dan masyarakat khususnya.

Palu, 03 Desember 2022

Penyusun
KELOMPOK II

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di
segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan
berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup
warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya
peningkatan derajat/ status kesehatan penduduk (Rezky,2013).  Komunitas
(community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Mubarak, 2015).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi,
2010). Sejalan dengan tujuan keperawatan komunitas, pada tanggal 30
Januari 2020, WHO mengumumkan wabah sebuah coronavirus baru
(COVID-19) sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan
dunia. Untuk menanggapi COVID-19, diperlukan kesiapan dan tanggapan
yang bersifat kritis seperti memperlengkapi tenaga kesehatan dan manajemen
fasilitas pelayanan kesehatan dengan informasi, prosedur, dan alat yang
penting agar dapat aman dan efektif bekerja. Tenaga kesehatan berperan
penting dalam memberikan tanggap terhadap wabah COVID-19 dan menjadi
tulang punggung pertahanan suatu negara untuk membatasi atau
menanggulangi penyebaran penyakit (WHO, 2020).
Perawatan kesehatan komunitas merupakan perpaduan antara praktek
keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk
menunjang dan memulihkan kesehatan populasi. Kegiatan praktek ini

5
dilakukan secara menyeluruh dan tidak terbatas pada sekelompok umur dan
diagnosa tertentu serta dilaksanakan secara berkelanjutan (Rezky, 2013). Data
World Health Organisasion (WHO) mengungkapkan bahwa prevalensi
penderita hipertensi di negara-negara berkembang secara keseluruhan yaitu 4
dari 10 jumlah penduduk. Indonesia juga menjadi Negara yang memiliki
masalah penyakit tekanan Darah tinggi yakni berjumlah 272.350 orang
(26,5%). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2015 angka kejadian
penyakit ini di Indonesia sebanyak 26,5 yang mendapatkan diagnosi dari
kesehatan sebesar 36,8%, dapat dianggap sekitar 63,2% tidak didiagnosa
mengidap tekanan darah tinggi.
Data Dinas Kesehatan Kota Palu pada tahun 2016 memperlihatkan
angka kejadian darah tinggi pada lanjut usia sebesar 8.697 kasus serta
penyakit ini dalam kategori 10 pola penyakit terbesar di Kota Palu.
Selanjutnya, 0rang yang mengidap tekanan darah tinggi di Sulawesi Tengah
pada tahun 2016 berjumlah 96.797 jiwa serta penyakit ini bukanlah penyakit
yang dapat menulari orang lain.
Dampak yang muncul akibat penyakit ini yang menjadi problem
kesehatan. Salah satu dampak akan terjadi adalah dapat menyebabkan
terjadinya penyakit jantung serta pembuluh darah. Penyakit darah tingi ini
terkadang tidak memunculkan manifetasi yang diraskan, sehingga susah
untuk didiagnosis, maka ketika seseorang mengalami kelumpuhan akibat
stroke baru dapat disadari.
Keberdayaan masyarakat penting dalam pembangunan kesehatan, itu
dapat dicapai dengan memajukan partisipasi masyarakat. Partisipasi diartikan
sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai
kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri
sendiri. Dalam hal ini, menggerakkan partisipasi masyarakat merupakan
usaha untuk melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat.
Pemberdayaan kesehatan masyarakat dapat dimulai dari mengambil
lingkungan tempat tinggal sebagai tolak ukurnya atau arah strategi
pelaksanaannya. Seperti halnya Indonesia yang merupakan kepulauan

6
maritim, sehingga fokus arah pembangunan tidak hanya dilihat dari
masyarakat di dataran rendah atau arah pegunungan tetapi juga pada
masyarakat pesisir pantainya (Hendra, 2017).
Program Profesi Ners Universitas Widya Nusantara Palu sebagai salah
satu institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab dalam rangka
mempersiapkan tenaga kesehatan/ keperawatan yang berkualitas dimasa
depan melalui praktik keperawatan komunitas. Kegiatan ini merupakan Tri
Darma Perguruan Tinggi yaitu bidang pengabdian masyarakat (Bambang,
2015).
Pengabdian masyarakat yang dituangkan Praktik keperawatan
komunitas merupakan suatu bentuk pengembangan dari praktik profesi
keperawatan bagi mahasiswa yang diarahkan pada pengalaman nyata
penerapan Primary Health Care (PHC). Pengabdian masyarakat tahun 2021
mahasiswa Profesi Ners Universitas Widya Nusantara Palu dilaksanakan di
wilayah Kelurahan Mamboro RW 004 RT 003 Kecamatan Palu Utara
Provinsi Sulawesi Tengah
Berdasarkan hasil penjajakan dan temu kelompok dengan warga
kelurahan Mamboro serta survey wilayah yang di lakukan oleh kelompok di
wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya ini kami jadikan sebagai
lokasi praktek profesi keperawatan komunitas. Bahwa dari 10 KK yang
dilakukan pengkajian didapatkan 4 KK yang mengalami penyakit hipertensi
dan 4 KK yang mengalami ISPA. Melihat secara nyata pola perilaku
kebiasaan hidup sehat pada masyarakat setempat, dengan tujuan untuk
merubah perilaku dan meningkatkan pengetahuan tentang pola hidup sehat
dan pencegahan Hipertensi dari tidak tahu menjadi tahu, dan juga
memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan-
penyuluhan atau mempraktikkan secara langsung.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Menerapkan proses keperawatan komunitas dan keluarga dan
dengan bekerja sama dengan keluarga/kelompok/masyarakat dalam

7
meningkatkan dan memelihara kesehatan serta mencegah penyakit
hipertensi dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Dalam program profesi keperawatan komunitas diharapkan
mahasiswa mampu :
a. Mengkaji kebutuhan dan masalah keperawatan
kelompok/masyarakat.
b. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
kelompok/masyarakat
c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan komunitas dalam rangka
mengembangkan kemampuan klien/keluarga/kelompok dan
komunitas untuk mengatasi masalah kesehatannya. Menetapkan
prioritas kebutuhan kesehatan dan masalah keperawatan berdasarkan
kriteria tertentu.
d. Mengkaji kebutuhan dan masalah keperawatan
kelompok/masyarakat.
e. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga/kelompok/masyarakat.
f. Menetapkan rencana asuhan keperawatan baik keluarga maupun
komunitas dalam rangka mengembangkan kemampuan
klien/keluarga/kelompok dan komunitas untuk mengatasi masalah
kesehatannya.
g. Menetapkan prioritas kebutuhan kesehatan dan masalah keperawatan
berdasarkan kriteria tertentu.
h. Melaksanakan rencana keperawatan melalui pendekatan
pengorganisasian masyarakat, penggunaan teknologi tepat guna,
menggalang kerja sama lintas sektoral dan program, melaksanakan
aktifitas pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan
dan masalah kesehatan
i. Mengevaluasi tindakan keperawatan berdasarkan standar dan kriteria
yang ditetapkan.

8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Pengertian Keperawatan Komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun et. al, 2016).
Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu
menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat
dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak,
2016).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui
proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan (Mubarak, 2016).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinyu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010).

9
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu,
keluarga/ kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan
primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat
tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat
dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri
dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan
yang optimal (Elisabeth, 2015).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan.
Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu
mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian
akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu
secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat
(Mubarak, 2016).

2. Paradigma Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen
pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan &
Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat
dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
a. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan
utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat
pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan
dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan
erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik
secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga
dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai

10
dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang
menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan
keperawatan yaitu:
1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah
kesehatan didalam kelompoknya sendiri.
3) Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit
yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga tersebut.
c. Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga,
diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan
memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan
dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai
kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif.
Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada
kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada
empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan
fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh
di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat
kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada
pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit
asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling
menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas
dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh

11
perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat
yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi,
sosial dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan dalam paradigma
keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana
lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia.
Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan
budaya dan lingkungan spiritual.

3. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas


a. Upaya Promotif
Untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat dengan jalan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur
5) Rekreasi
6) Pendidikan seks
b. Upaya Preventif
Untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
terhadap individu, keluaga, kelompok dan masyarakat melalui
kegiatan:
1) Imunisasi masal terhadap bayi dan balita
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas,
ataupun di rumah

12
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui
c. Upaya Kuratif
Untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok yang menderita penyakit ataupun masalah kesehatan
melalui:
1) Perawatn orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatn orang sakit sebagai tindak lanjut keperawatan dari
puskesmas dan Rumah Sakit
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah ibu
bersalin dan nifas
4) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat di
rumah maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama.
1) Pelatihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang, kelainan bawaan
2) Pelatihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, seperti TBC, pelatihan nafas dan batuk, penderita struk
melalui fisioterafi
e.. Upaya Resosialitatif
Upaya untuk mengembalkan individu, keluarga, dan kelompok
khusus kedalam pergaulan masyarakat.
4. Falsafah Keperawatan Komunitas
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai – nilai yang menjadi
pedoman untuk mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang
luhur dan manusiawi. Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan
komunitas, yaitu:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian
integral dari upaya kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta
dapat di terima oleh semua orang.

13
b. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
c. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara
berkelanjutan.
d. Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayan¬an
kesehatan, menjalin suatu.hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan.
e. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat
direncanakan berkesinambungan.
f. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas
kesehatannya. la harus ikut mendorong, medidik, dan berpartisipasi
secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

5. Filosofi Keperawatan Komunitas


Menurut Helvie (2017) keperawatan komunitas memiliki filosofi
sebagai berikut:
a. Kesehatan dan hidup produktif lebih lama adalah hak semua orang
b. Semua penduduk mempunyai kebutuhan belajar kesehatan
c. Beberapa klien tidak mengenal kebutuhan belajarnya dapat
membantu meningkatkan kesehatannya
d. Penduduk menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat
bagi dirinya
e. Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki
prioritas yang berbeda pada waktu yang berbeda
f. Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung
pada latar belakang budaya, agama dan sosial klien
g. Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang
berbeda pada waktu yang berbeda
h. Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan
rangsang internal dan eksternal
i. Klien dimotivasi menuju pertumbuhan

14
j. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan
lingkungannya
k. Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada
waktu yang berbeda
l. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu
klien bergerak kea rah kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan
dengan menggunakan kerangka teori dan pendekatan sistematik
m. Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang
waktu akan merubah kebutuhan kesehatan

6. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan
keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan
kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap
kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta
masyarakat.
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat
secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan
3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan
pembinaan dan asuhan keperawatan
4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di
panti dan di masyarakat

15
5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan
tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah
6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok
resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan
keperawatan di rumah dan di Puskesmas
7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat optimal
c. Fungsi
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan
ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam
memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta
melibatkan peran serta masyarakat
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2016).

7. Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang
tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut
Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat
yaitu:
a. Tingkat Individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu
yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu
hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran

16
dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah
kesehatan individu.
b. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari
keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan
perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang
sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat
difokuskan pada keluarga rawan yaitu:
1) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang
persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita
tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi
oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular
atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
2) Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil
yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB
kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK),
keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan,
infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM,
keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut
jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien
1) Pembinaan kelompok khusus
2) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

17
8. Strategi Keperawatan Komunitas
Dalam melaksanakan program asuhan keperawatan komunitas
perlu digunakan strategi sebagai berikut:
a. Locality Development: yang menekankan pada peran serta masyarakat
dan masyarakat terlibat langsung dalam proses pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
b. Social Planning: dapat berubah dan dibuat oleh para ahli dengan
menggunakan birokrasi
c. Social Action: adanya proses perubahan yang berfokus pada
masyarakat atau program yang dibuat oleh pemerintah untuk
perubahan yang mendasar. Sedangkan dalam melaksanakan program
pelayanan keperawatan kesehatan komunitas perlu juga diberi strategi:
1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola
perawatan kesehatan komunitas serta tenaga pelaksana
puskesmas melalui kegiatan penataran.
2) Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sector,
melalui kegiatan temu karya dan forum pertemuan di kecamatan
ataupun puskesmas.
3) Membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan melalui pendidikan kesehatan pada keluarga,
memberikan bimbingan teknis dalam bidang kesehatan
khususnya pelayanan keperawatan.
4) Mengadakan buku-buku pedoman pelayanan keperawatan.
5) Sesuai dengan teori derajat kesehatan seseorang dapat
dipengaruhi oleh 4 faktor:
a) Lingkungan, yaitu segala sesuatu yang berada disekeliling
keluarga dimana ia tumbuh dan berkembang. Factor ini
mencakup lingkungan. fisik, social budaya, dan biologi.
b) Perilaku dari keluarga, baik sebagai satu kesatuan terkecil
dalam masyarakat, maupun perilaku dari tiap anggota
keluarga tersebut.

18
c) Pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan
keluarga baik sebagai upaya professional maupun sebagai
upaya pelayanan swadaya masyarakat dan atau keluarga
sendiri.
d) Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan
kepada keluarga.

9. Prinsip Dasar Keperawatan Komunitas


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan
beberapa prinsip, yaitu:
a. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus
memberikan manfaat yang besar bagi komunitas. Intervensi atau
pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat
dan kerugian (Mubarak, 2016).
b. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan
bersifat berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program
dan lintas sektoral (Riyadi, 2017).
c. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan
intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial,
ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan
(Riyadi, 2017).
d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan
atau kapasitas dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian
melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau
kapasitas komunitas (Mubarak, 2016).
e. Otonomi

19
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2016).

10. Peran Perawat Komunitas


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan
yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan
di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan
perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang
diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari
dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan
dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu :
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan
dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat
mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk
belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan
strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang
telah didapat (Mubarak, 2016).
c. Sebagai Panutan (Role Model)

20
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan
contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat
yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau
tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat
menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam
masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak
klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang
terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan
melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2015). Tugas perawat sebagai
pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan
karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2016).
e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
f. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan
dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan
dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya
membantu mempercepat proses penyembuhan klien Tindakan
kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan
dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini

21
berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan (Mubarak, 2016).
g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang
timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan
rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim
kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional
(Mubarak, 2016).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent
and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan
klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya,
menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan
dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2015).

22
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2015).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community
Care Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan
masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian
masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran
perawat komunitas.

B. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan
darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit
darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara
kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes
Irianto,2014)
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan
kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan
penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N E- journal keperawatan
volume 4 nomor 1, Mei 2016).
Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri
tetapi sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris,
obesitas, dan diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :

23
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak
diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan
hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan
resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan
stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi
jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan
faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok,
konsumsi alkohol, dan kelainan darah.

2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder


Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah
diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal,
penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus
yang sering terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur
akan memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Kategori Sistolik Diastolik
mmHg MmHg
Normal < 130 < 85
mmHg mmHg
Normal Tinggi 130-139 85-89
mmHg mmHg
Stadium 1 140-159 90-99
(HipertensiRingan) mmHg mmHg
Stadium 2 160-179 100-109
(HipertensiSedang) mmHg mmHg
Stadium 3 180-209 110-119
(HipertensiBerat) mmHg mmHg
Stadium 4 201 120
(Hipertensi Sangat Berat mmHg atau mmHg
atau Maligna) lebih atau lebih
Sumber : Heniwati, 2008

Faktor-Faktor yang mempengaruhi hipertensi


a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin

24
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita.
Wanita diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah
dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah
menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun.

sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal


ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah
menopause (Endang Triyanto, 2014).
2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan
berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih
meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah usia
seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang
lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi
dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto,2014).
3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap
keluarga yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi
adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio
antara potasium terhadap sodium individu sehingga pada orang tua
cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih
besar dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat
keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi
tekanan darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang
rendah, kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam menerima
informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada perilaku
atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia H, Amirudin R., 2007).
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikontrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya
melakukan aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi

25
kebutuhan energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat badan
atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D.,
& N. Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan
menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk
terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya
kondisi tertentu.
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan
di dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat
mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4
gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka, 2014-
2015).
5) Minuman lkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah yang tergolong parah
karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat dan
menyebabkan stroke.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam
satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5- 10
mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan
meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi
vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.

26
Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di
hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini
dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan
mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga jantung
memompa darah keseluruh tubuh akan semakin cepat.

2. Etiologi
a. Peningkatan Kecepatan Denyut Jantung
Dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf dan hormon pada
nodus serabut arikinji (SA). Peningkatan kecepatan denyut jantung yang
berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.
Peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh
penurunan volume sekuncup sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
Dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang
berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal
atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan volume plasma akan
menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi
peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
c. Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama
dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada
arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat
rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence, jantung
harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan
tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh
darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload
jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.
Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri
mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi,
kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel

27
harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai
tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan
penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol),
kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan
jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas,
kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2014).

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

28
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

4. Manifestasi Klinik:
a. Mengeluh sakit kepala,pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak napas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi adalah seperti
laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab
hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDL,
dan EKG).

29
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens
kreatinin protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan
ekokardiografi. (Mansjoer,2010).
Selain pemeriksaan diatas, juga dapat dilakukan pemeriksaan berikut
untuk mendiagnosa hipertensi:
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal     terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan.

30
6. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi yaitu pemberian obat sesuai dengan indikasi
b. Anti hipertensi non-farmakologik:
(Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National Committee
on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure:
1. Turunkan BB pada obesitas.
2. Pembatasan komsumsi garam dapur
3. Kurangi alkohol
4. Menghentikan rokok.

7. Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit hipertensi ini termasuk penyakit kronis
yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain: Stroke,
Gagal jantung, Ginjal dan Mata. Hubungan stroke dengan hipertensi dapat
dijelaskan dengan singkat, bahwa tahanan dari pembuluh darah memiliki
batasan dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam otak
pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis
memiliki tahanan yang juga kecil. Kemudian bila tekanan darah melebihi
kemampuan pembuluh darah, maka pembuluh darah ini akan pecah dan
selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik yang memiliki prognosis yang tidak
baik. Dengan demikian kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat dikatakan
sebagai pengobatan seumur hidup bila ingin dihindari terjadinya komplikasi
yang tidak baik.

31
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
a. Data Demografi
B. Hasil Pengkajian
Hasil pengkajian data masyarakat berdasarkan kuesioner di RW 02
dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara.
Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara.
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-Laki 518 51,7
2 Perempuan 483 48,3
Total 1.001 100

Berdasarkan tabel diatas, jenis kelamin terbanyak adalah jenis kelamin


Laki-laki 518 jiwa (51,7%), sedangkan untuk jenis kelamin perempuan 483
jiwa (48,3%). Hal ini menunjukan bahwa penduduk Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara lebih banyak berjenis
kelamin laki-laki di bandingkan jenis kelamin perempuan.
Tabel 2. Distribusi penduduk berdasarkan Umur di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara.
No Umur Frekuensi Persentase
1 1-5 tahun 42 4,2
2 5-12 tahun 101 10,1
3 12-18 tahun 129 12,9
4 18-55 tahun 624 62,3
5 >56 tahun 105 10,5
Total 1.001 100

Berdasarkan tabel diatas, umur penduduk terbanyak adalah 18-55


tahun (dewasa) yaitu 624 jiwa (62,3%), umur 12-18 tahun (remaja) yaitu 129
jiwa (12,9 %), umur >56 tahun (lansia) yaitu 105 jiwa (10,5 %), umur 5-12
tahun (anak sekolah) yaitu 101 (10,1%) dan umur 1-5 (balita) tahun 42 jiwa
(4,2%). Hal ini menunjukan bahwa penduduk terbanyak di Wilayah RW 02
dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara adalah usia dewasa.

32
Tabel 3. Distribusi penduduk berdasarkan Pendidikan di Wilayah RW 02 dan
06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara.
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Tidak Sekolah 211 21
2 Tidak Tamat SD 320 32
3 SD 269 27
4 SMP 160 16
5 SMA 36 3,5
6 D3 3 0,3
7 S1 2 0,2
Total 1.001 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan penduduk warga RW 02 dan


06 memiliki tingkat pendidikan terbanyak pada tingkat pendidikan Tidak
Tamat SD dimana terdapat 320 Jiwa (32%), diikuti dengan tingkat
pendidikan SD sebanyak 269 (27%)..

Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah RW 02 dan


06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Pekerjaan Frekuensi Perentase
1 Petani 159 15,9
2 Swasta 102 10
3 PNS 11 1
4 Buruh 86 8,6
5 IRT 160 16
6 Tidak Bekerja 486 48,5
Jumlah 1001 100
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Jenis pekerjaan
penduduk di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara terbanyak adalah jenis pekerjaan IRT dengan jumlah 160 jiwa
(16%), diikuti dengan jenis pekerjaan Petani dengan jumlah 159 jiwa
(15,9%).

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Suku Frekuensi Perentase

33
1 Kaili 989 98,9
2 Lombok 1 0,1
3 Bugis 11 1
Jumlah 1001 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Jenis suku penduduk di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
terbanyak adalah suku Kaili dengan jumlah 989 jiwa (98,9%), diikuti dengan
suku Bugis dengan jumlah 11 jiwa (1%).

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Penghasilan di Wilayah RW 02


dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Penghasilan Rata-Rata Keluarga Setiap Bulan Frekuensi Persentase
1 < Rp. 1.000.000 196 71,5
2 Rp. 1.000.000 - Rp. 3.000.000 49 17,9
3 > Rp. 3.000.000 29 10,6
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa penduduk terbanyak


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
memiliki penghasilan <Rp. 1.000.000dengan jumlah 196 KK (71,5%).

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan kebiasaan keluarga menabung di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
No Keluarga menabung Frekuensi Persentase
1 Ya 96 35,0
2 Tidak 178 65,0
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa penduduk terbanyak


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
kebiasaan menabung masih kurang dengan jumlah 178 (65%)

Tabel 7. Distribusi penduduk dengan Jenis sumber air di Wilayah Wilayah


RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara

34
Jenis sumber air untuk masak dan Frekuens Persentas
No
minum i e
1 Sumur Gali 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa seluruh penduduk di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
menggunakan sumber air untuk masak dan minum adalah sumur gali yaitu
274 KK (100%)

Tabel 8. Distribusi Penduduk Dengan Tempat Pembuangan Tinja di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
Frekuens Persentas
No Tempat Pembuangan Tinja
i e
1 Memiliki Jamban 203 74,1
2 Tidak Memiliki Jamban 71 25,9
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa penduduk di Wilayah


RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara sebagian
besar memiliki jamban 203 KK (74,1%) dan masih terdapat 71 KK (25.9%)
yang belum meiliki jamban.

Tabel 9. Distribusi Penduduk Dengan Kepemilikan Hewan Ternak di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
Persentas
No Kepemilikan Hewan Ternak Frekuensi
e
1 Ya 109 39,8
2 Tidak 165 60,2
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa penduduk di Wilayah


RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara terdapat 109
KK (39,8%) yang memiliki hewan Ternak dan 165 KK (60,2%) yang tidak
memiliki kandang hewan ternak.

35
Tabel 10. Distribusi Penduduk Dengan Kepemilikan Kandang Ternak di
Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
Persentas
No Kepemilikan Kandang Ternak Frekuensi
e
1 Ya 109 39,8
2 Tidak 165 60,2
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa penduduk di Wilayah


RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara terdapat 109
KK (39,8%) yang memiliki kandang hewan Ternak dan 165 KK (60,2%)
yang tidak memiliki kandang hewan ternak.

Tabel 11. Distribusi kondisi Kandang Ternak di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Persentas
No Kondisi Kandang Ternak Frekuensi
e
1 Tidak ada 165 60,2
2 Terawat 64 23,4
Tidak Terawat 45 16,4
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa kondisi kandang ternak


di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
terdapat kandang ternak dengan kondisi terawat sebanyak 64 (23,4%) dan
tidak terawat sebanya 45 (16,4%).

36
Tabel 12. Distribusi Penduduk Dengan Penyakit Yang Paling Sering
Diderita Keluarga di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu Utara
Penyakit Yang Sering Diderita Persentas
No Frekuensi
Dalam Keluarga e
1 Hipertensi 148 46
2 Influenza 126 54
Total 10 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa penduduk di Wilayah


RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara terdapat 148
KK (46%) yang mengalami Hipertensi dan 126 KK (54%) yang menderita
Influenza sebagai penyakit yang sering diderita.

Tabel 13. Distribusi Penduduk Dengan Jenis Pendidikan Kesehatan Yang


Dibutuhkan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu Utara
Jenis Pendidikan Kesehatan Persentas
No Frekuensi
Yang Dibutuhkan e
1 Kesehatan Ibu dan Anak 23 8,4
2 Cara Penanggulangan Kesehatan 231 84,3
3 Pola Hidup Sehat 20 7,3
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa penduduk membutuhkan


jenis pendidikan dengan tema cara penanggulangan kesehatan sebanyak 231
KK (84,3%) diikuti dengan jumlah penduduk yang memilih membutuhkan
jenis pendidikan kesehatan dengan tema kesehatan ibu dan anak 23 KK
(8,4%).

37
Tabel 14. Distribusi Penduduk Dengan Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)
di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
Persentas
No Jumlah PUS Frekuensi
e
1 <20 tahun 72 69,9
2 20-25 tahun 23 22,3
3 26-30 tahun 8 7,8
Total 103 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa penduduk dengan


jumlah PUS di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara sebagian besar memiliki usia dibawah 20 tahun sebanyak 72 KK
(69,9%), diikuti dengan usia 20-25 tahun sebanyak 23 KK (22,3%).

Tabel 15. Distribusi Penduduk Angota keluarga Yang meninggal dalam


setahun di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu Utara.
Angota keluarga Yang
No Frekuensi Persentase
meninggal
1 Ya 2 0,7
2 Tidak 272 99,3
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa penduduk dengan


jumlah anggta yang meninggal dalam setahun di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara dengan jumlah 2 jiwa
(0,7%).

Tabel 16. Distribusi jumlah kamar tidur dalam satu rumah di Wilayah RW 02
dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Jumlah kamar tidur Frekuensi Persentase
1 Satu kamar tidur 73 26,6
2 2-3 kamar tidur 201 73,4
Total 274 100

38
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa jumlah kamar tidur
dalam satu rumah di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu jumlah kamar tidur 2-3 dengan jumlah 201 (73,4%) dan 1
kamar tidur 73 (26,6%).

Tabel 17. Distribusi kebiasaan membuka jendela di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kebiasaan membuka jendela Frekuensi Persentase
1 Ya 257 93,8
2 Tidak 17 6,2
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa kebiasaan membuka


jendela di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
sebanyak 257 (93,8%).

Tabel 18. Distribusi kebiasaan menjemur kasur di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kebiasaan membuka jendela Frekuensi Persentase
1 Ya 201 73,4
2 Tidak 73 26,6
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa kebiasaan menjemur


kasur di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
sebanyak 201 (73,4%).

Tabel 19. Distribusi status kepemilikan rumah di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Status kepemilikan rumah Frekuensi Persentase
1 Numpang 33 12,0
2 Milik Sendiri 241 88,0
Total 274 100

39
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa jumlah status
kepemilikan rumah di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu adalah milik sendiri dengan jumlah 241 (88,0%).

Tabel 20. Distribusi status kepemilikan hewan ternak di Wilayah RW 02 dan


06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kepemilikan hewan ternak Frekuensi Persentase
1 Ya 105 38,3
2 Tidak 169 61,7
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa jumlah status


kepemilikan hewan ternak di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu dengan jumlah 105 (38,3%).

Tabel 21. Distribusi jenis lantai rumah di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Jenis lantai rumah Frekuensi Persentase
1 Plesteran, ubin, keramik 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa jenis lantai rumah di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu adalah
Plesteran, ubin, keramik dengan jumlah 274 (200).

Tabel 22. Distribusi tipe bangunan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Tipe bangunan Frekuensi Persentase
1 Permanen 158 57,7
2 Semi permanen 99 36,1
3 Non permanen 17 6,2
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa tipe bangunan di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu permanen
dengan jumlah 158 (57,7%), diikuti dengan Semi permanen 99 (36,1%).

40
Tabel 23. Distribusi luas jendela dan lubang angin di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Luas jendela dan lubang angin Frekuensi Persentase
1 < 20% luas lantai 16 5,8
2 >20 % luas lantai 258 94,2
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa luas jendela dan lubang


angin di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
lebih dari 20 % luas lantai sebanyak 258 (94,2%), diikuti dengan lebih dari 20
% luas lantai sebanyak 16 (5,8%)

Tabel 24. Distribusi kebersihan rumah di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kebersihan rumah Frekuensi Persentase
1 Bersih 223 81,4
2 Tidak bersih 11 4.0
3 Kurang bersih 40 14,6
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa kebersihan rumah


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu bersih 223
(81,4%), diikuti kurang bersih sebanyak 40 (14,6%).

Tabel 25. Distribusi pemanfaatan pekarangan di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Pemanfaatan pekarangan Frekuensi Persentase
1 Tidak ada 214 78,1
2 Kebun 54 19,7
3 Kandang 6 2,2
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa pemanfaatan


pekarangan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu tidak ada 214 (78,1%), diikuti kebun sebanyak 54 (19,7%).

41
Tabel 26. Distribusi jarak rumah dengan tetangga di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Jarak rumah dengan tetangga Frekuensi Persentase
1 Dekat 163 59,5
2 Terpisah 111 40,5
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa jarak rumah dengan


tetangga di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu dekat 163 (59,5%), dan terpisah sebanyak 111 (40,5%).

Tabel 27. Distribusi sumber air minum di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Sumber air minum Frekuensi Persentase
1 Sumur gali 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa sumber air minum di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu adalah
sumur gali 274 (100%),

Tabel 28. Distribusi sumber air mandi dan mencuci di Wilayah RW 02 dan
06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Sumber air mandi dan
No Frekuensi Persentase
mencuci
1 Sumur gali 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa sumber air mandi dan


mencuci di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu adalah sumur gali 274 (100%).

Tabel 29. Distribusi kebiasaan menguras di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara

42
No Kebiasaan menguras Frekuensi Persentase
1 1 kali seminggu 86 31,4
2 2 kali seminggu 153 55,4
3 Lebih dari 4 kali semingu 35 12,8
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa pemanfaatan


pekarangan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu 2 kali seminggu 153 (55,4%), diikuti 1 kali seminggu sebanyak 86
(31,4%).

Tabel 30. Distribusi jarak sumber air dengan septitank di Wilayah RW 02


dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Jarak sumber air dengan
No Frekuensi Persentase
septitank
1 0 1 0,4
2 <10 meter 8 2,2
3 >10 meter 267 97,4
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa jarak sumber air


dengan septitank di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu lebih dari 10 meter 267 (97,4%), diikuti kurang dari 10 meter
sebanyak 8 (2,2%).

Tabel 31. Distribusi keadaan fisik air di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Keadaan fisik air Frekuensi Persentase
1 Bersih 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa sumber keadaan fisik


air di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
adalah bersihi 274 (100%).

43
Tabel 32. Distribusi tempat penampungan air semetara di Wilayah RW 02
dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Tempat penampungan air
No Frekuensi Persentase
semetara
1 Bak 129 47,1
2 Ember 145 52,9
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa tempat penampungan


air semetara di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Ember 145 (52,9%), dan Bak sebanyak 129 (47,1%).
Tabel 33. Distribusi kondisi tempat penampungan air di Wilayah RW 02 dan
06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Kondisi tempat penampungan
No Frekuensi Persentase
air
1 Terbuka 216 78,8
2 Tertutup 58 21,2
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa kondisi tempat


penampungan air di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu Terbuka 216 (78,8%), dan Tertutup sebanyak 58 (21,2%).

Tabel 34. Distribusi tempat pembuangan sampah di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Tempat pembuangan sampah Frekuensi Persentase
1 Ya 152 55,5
2 Tidak 122 44,5
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa tempat pembuangan


sampah di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
yang memiliki tempat pembuangan sampah 152 (55,5%), dan Tidak memiliki
tempat pembuangan sampah sebanyak 122 (44,5%).

44
Tabel 35. Distribusi pengelolaan sampah selanjutnya di Wilayah RW 02 dan
06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Pengelolaan sampah
No Frekuensi Persentase
selanjutnya
1 Dibakar 129 47,1
2 Lain-lain 145 52,9
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa pengelolaan sampah


selanjutnya di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu yang dibakar 129 (47,1%), dan lain-lain sebanyak 145 (52,9%).
Tabel 36. Distribusi kondisi tempat pembuangan sampah di Wilayah RW 02
dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Kondisi tempat pembuangan
No Frekuensi Persentase
sampah
1 Tertutup 81 29,6
2 Terbuka 193 70,4
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa kondisi tempat


pembuangan sampah di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu yang kondisinya tertutup 81 (29,6%), dan terbuka sebanyak
193 (70,4%).

Tabel 37. Distribusi jarak tempat pembuangan sampah dengan rumah di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
No Jarak dengan rumah Frekuensi Persentase
1 <5M 168 61,3
2 >5M 106 38,7
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa jarak tempat


pembuangan sampah dengan rumah di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan
Pantoloan Boya Kecamatan Palu <5M 168 (61,3%), dan >5M sebanyak 106
(38,7%).

45
Tabel 38. Distribusi tempat pembuangan tinja di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Tempat pembuangan tinja Frekuensi Persentase
1 Ya 203 74,1
2 Tidak 71 25,9
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa tempat pembuangan


tinja di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
yang memiliki tempat pembuangan tinja 203 (74,1%), dan tidak memiliki
tempat pembuangan tinja sebanyak 71 (25,9%).

Tabel 39. Distribusi pembuangan air limbah di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Pembuangan air limba Frekuensi Persentase
1 Resapan 232 84,7
2 Got 42 15,3
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa pembuangan air


limbah di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
dari total 274, pembuangan air limbah dengan metode resapan bejumlah 232
(84,7%), dan pembuangan air limbah dengan metode got berjumlah 42
(15,3%).
Tabel 40. Distribusi jennis jamban di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan
Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Jenis jamban Frekuensi Persentase
1 Leher angsa 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Jenis jamban di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu dari total
274 yang menggunakan jamban leher angsa.

46
Tabel 41. Distribusi saluran air di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan
Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Saluran air Frekuensi Persentase
1 Lancar 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Saluran air di Wilayah


RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu dari total 274 yang
lancar saluran airnya

Tabel 42. Distribusi Tempat kandang di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Tempat Kandang Frekuensi Persentase
1 Tidak ada 177 64,6
2 Diluar rumah 87 31,8
3 Dalam rumah 10 3,6
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Tempat Kandang di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu dari total
274. yang tidak ada kandang ternak berjumlah 177 (64,6%), kandang di luar
rumah berjumlah 87 (31,8%), dan didalam rumah berjumlah 10 (3,6%).

Tabel 43. Distribusi Sarana Komunikasi di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Sarana Komunikasi Frekuensi Persentase
1 Ya 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Sarana komunikasi di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu dari total
274 Memiliki sarana Komunikasi.

Tabel 44. Distribusi Bahasa yang digunakan di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara

47
No Bahasa yang digunakan Frekuensi Persentase
1 Indonesia 241 88,0
2 Daerah 33 12.0
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Bahasa yang


digunakan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu dari total 274, yang menggunakan bahasa indonesia berjumlah 241
(88,0%), dan yang menggunakan bahasa daerah berjumlah 33 (12,0%).
Tabel 45. Distribusi metode penyampaian informasi yang di dapatkan di
Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
Metode penyampaian
No Frekuensi Persentase
informasi yang di dapatkan
1 Posyandu/Kader 111 40.5
2 Pertemuan antar masyarakat 163 59,5
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa metode penyampaian


informasi yang di dapatkan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu dari total 274, yang mendapatkan informasi melalui
Posyandu/kader berjumlah 111 (40,5%), dan yang mendapatkan informasi
melalui pertemuan masyarakat berjumlah 163 (59,5%).

Tabel 46. Distribusi Sarana Kesehatan terdekat di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Sarana kesehatan terdekat Frekuensi Persentase
1 PKM 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwaSarana Kesehatan


terdeka di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
dari total 274 mengatakan PKM adalah tempat fasilitas kesehatan terdekat.

Tabel 47. Distribusi Kebiasaan keluarga bila sakit di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara

48
No Kebiasaan keluarga bila sakit Frekuensi Persentase
1 PKM 189 69,0
2 Perawat 74 27,0
3 Lainnya 11 4.0
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Kebiasaan keluarga


bila sakit di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu dari total 274, yang mengatakan pergi ke PKM bila sakit berjumlah 189
(69,0%), yang mengatakan pergi ke perawat berjumlah 74 (27,0%) dan yang
mengatakan lainnya berjumlah 11 (4,0%).

Tabel 48. Distribusi Kebiasaan keluarga sebelum kepelayanan kesehatan di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
Kebiasaan keluarga sebelum
No Frekuensi Persentase
kepelayanan kesehatan
1 Beli obat di Warung 263 96,0
2 Jamu 11 4,0
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Kebiasaan keluarga


sebelum kepelayanan kesehatan yang di dapatkan di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu dari total 274, yang membeli obat
di warung berjumlah 263 (96,0%), dan yang membeli jamu berjumlah 11
(4,0%).

Tabel 49. Distribusi Sumber pendanaan kesehatan di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Sumber pendanaan Kesehtan Frekuensi Persentase
1 BPJS 163 59,5
2 Asuransi Kesehatan 60 21,9
3 KIS 51 18,6
Total 274 100

49
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Sumber pendanaan
kesehatan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu dari total 274, yang Menggunakan BPJS berjumlah 163 (59.5%), yang
menggunakan Asuransi Kesehatan berjumlah 60 (21,9) dan yang menggunakan
KIS berjumlah 51 (18,6%)

Tabel 50. Distribusi Jarak Rumah dengan sarana kesehatan di Wilayah RW


02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Jarak Rumah dengan sarana
No Frekuensi Persentase
kesehatan
1 < 10 KM 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwaSarana Kesehatan


terdeka di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
dari total 274 mengatakan jarak ke sarana kesehatan berjarak < 10 KM

Tabel 51. Distribusi Sarana Trasportasi di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Sarana Trasportasi Frekuensi Persentase
1 Ya 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Sarana trasportasi


terdeka di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
dari total 274 mengatakan Memiliki saran trasportasi Pribadi,

Tabel 52. Distribusi Jenis Pendidikan kesehatan yang dibutuhkan di Wilayah


RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Jenis Pendidikan kesehatan
No Frekuensi Persentase
yang dibutuhkan
1 Kesehaan ibu dan anak 23 8,4
Cara penangunglangan
2 231 84,3
Kesehatan
3 Pola hidup sehat 20 7,3
Total 274 100

50
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Jenis Pendidikan
kesehatan yang dibutuhkandi Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu dari total 274, yang ingin mendapatkan pendidikan
kesehatan ibu dan anak berjumlah 23 orang (8,4%), yang ingin pendidikan cara
penangunglangan kesehatan berjumlah 231 (84,3%) dan yang ingin pendidikan
pola hidup sehat berjumlah 20 (7,3%).
Tabel 53. Distribusi waktu penyuluhan yang tepat di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Waktu penyuluhan yang tepat Frekuensi Persentase
1 Sore 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa waktu penyuluhan


yang tepat di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu dari total 274, yang ingin waktu penyuluhannya sore berjumlah 274
(100%).

Tabel 54. Distribusi Jenis Pendidikan kesehatan yang dibutuhkan di Wilayah


RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Jenis Pendidikan kesehatan
No Frekuensi Persentase
yang dibutuhkan
1 Kesehaan ibu dan anak 23 8,4
Cara penangunglangan
2 231 84,3
Kesehatan
3 Pola hidup sehat 20 7,3
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Jenis Pendidikan


kesehatan yang dibutuhkandi Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu dari total 274, yang ingin mendapatkan pendidikan
kesehatan ibu dan anak berjumlah 23 orang (8,4%), yang ingin pendidikan cara
penangunglangan kesehatan berjumlah 231 (84,3%) dan yang ingin pendidikan
pola hidup sehat berjumlah 20 (7,3%).

51
Tabel 55. Distribusi Tempat penyuluhan di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Tempat penyuluhan Frekuensi Persentase
1 Pertemuan kelompok 106 38,7
2 Balai pertemuan/kantor RT RW 168 61,3
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Tempat penyuluhan


kesehatan yang tepat di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu dari total 274, yang ingin tempat penyuluhan di pertemuan
kelompok berjumlah 106 (38,7%), dan yang ingin tempat penyuluhannya di
balai pertemuan/kantor RT RW berjumlah 168 (61,3%).

Tabel 56. Distribusi Peraturan yang diberlakukan di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Peraturan yang diberlakukan Frekuensi Persentase
1 Ya 26 9,5
2 Tidak 248 90,5
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Peraturan yang


diberlakukan dalam keluarga di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu dari total 274, yang menerapkan peraturan yang
diberlakukan dalam keluarga berjumlah 26 (9,5%), dan yang tidak menerapkan
Peraturan yang diberlakukan dalam keluarga berjumlah 248 (90,5%).

Tabel 57. Distribusi Anggota keluarga yang berpengaruh dalam keluarga di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
Jenis Pendidikan kesehatan
No Frekuensi Persentase
yang dibutuhkan
1 Ayah 240 87,6
2 Ibu 34 12,4
Total 274 100

52
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Anggota keluarga yang
berpengaruh dalam keluarga di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu dari total 274, yang mengatakan ayah berjumlah 240
(87,6%), dan yang mengatakan ibu berjumlah 34 (12,4%).

Tabel 58. Distribusi pengambil keputusan di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Pengambil Keputusan Frekuensi Persentase
1 Ayah 254 92,7
2 Ibu 20 7,3
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa pengambil keputusan


dalam keluarga di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu dari total 274, yang mengatakan pengambilan keputusan
dilakukan oleh ayah berjumlah 254 (92,7%), dan yang mengatakan
pengambilan keputusan dilakukan oleh Ibu berjumlah 20 (7,3%).
Tabel 59. Distribusifrekuensi makan sehari di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Frekuensi Makan Sehari Frekuensi Persentase
1 2 kali 245 89,4
2 >3 kali 29 10,6
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa frekuensi makan sehari


dalam keluarga di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu dari total 274, yang keluarga frekuensi makan sehari 2 kali
berjumlah 245 (89,4%), dan yang keluarga frekuensi makan sehari >3 kali
berjumlah 29 (10,6%).
Tabel 60. DistribusiAnggota keluarga yang merokok di Wilayah RW 02 dan
06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Anggota Keluarga Yang
No Frekuensi Persentase
Merokok
1 Ya 211 77,0
2 Tidak 63 23,0
Total 274 100

53
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Anggota keluarga yang
merokok di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu dari total 274, yang mengatakan ada anggota keluarganya yang merokok
berjumlah 211 (77,0%), dan yang tidak ada anggota keluarganya yang merokok
berjumlah 63 (23,0%).
Tabel 61. Distribusi penuturan keluarga bahwa olahraga penting di Wilayah
RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
penuturan keluarga bahwa
No Frekuensi Persentase
olahraga penting
1 Ya 262 95,6
2 Tidak 12 4,4
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa penuturan keluarga


bahwa olahraga penting di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu dari total 274, keluarga yang menerapkan penuturan bahwa
olahraga itu penting sebanyak 262 (95,6%), dan keluarga yang tidak
menerapkan penuturan bahwa olahraga itu penting berjumlah 12 (4,4%).
Tabel 62. Distribusi Terdapat PUS di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan
Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Terdapat PUS Frekuensi Persentase
1 <20 tahun 72 69,9
2 20-25 tahun 23 22,3
3 26-30 tahun 8 7,8
Total 103 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Terdapat PUS di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu dari total
103, yang Terdapat PUS <20 tahun berjumlah 72 (69,9%), terdapat PUS 20-25
tahun berjumlah 23 (22,3%), dan yang PUS 26-30 tahun berjumlah 8 (7,8%).

Tabel 63. Distribusi PUS menggunakan alat kontrasepsi di Wilayah RW 02


dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No PUS menggunakan alat Frekuensi Persentase

54
kontrasepsi
1 Ya 85 82,5
2 Tidak 18 17,5
Total 103 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa PUS yang


menggunakan alat kontrasepsi di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu dari total 103, yang menggunakan alat kontrasepsi
berjumlah 85 (82,5%), dan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi berjumlah
18 (17,5%).

Tabel 64. Distribusi Jenis kontrasepsi di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Jenis kontrasepsi Frekuensi Persentase
1 Tidak Ada 18 17,5
2 Pil 61 59,2
3 Suntik 24 23,3
Total 103 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa jenis kontrasepsi yang


digunakan oleh PUS di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu dari total 103, yang tidak ada menggunakan kontrasepsi
berjumlah 18 (17,5%), yang mengunakan jenis kontrasepsi Pil berjumlah 61
(59,2%), dan yang menggunakan jenis kontrasepsi suntik berjumlah 24
(23,3%).
Tabel 65. Distribusi Alasan PUS tidak menggunakan alat kontrasepsi di
Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
No Jenis kontrasepsi Frekuensi Persentase
1 Menggunakan Alat Kontrasepsi 85 82,5
2 Tidak Tahu 9 8,7
3 Tidak Nyaman 9 8,7
Total 103 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Alasan PUS tidak


menggunakan alat kontrasepsi di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan

55
Boya Kecamatan Palu dari total 103, yang menggunakan alat kontrasepsi
berjumlah 85 (82,5%), yang mengatakan tidak tahu berjumlah 9 (8,7%), dan
yang mengatakan tidak nyaman menggunakan alat kontrasepsi berjumlah 9
(8,7%).

Tabel 66. Distribusi Kondisi Kesehatan Pus di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kondisi Kesehatan Pus Frekuensi Persentase
1 Sehat 103 100
Total 103 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Kondisi Kesehatan Pus


di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
dari 103 orang semuanya dalam keadaan sehat.

Tabel 67. Distribusi Tindakan mengatasi Masalah di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Tindakan mengatasi masalah Frekuensi Persentase
1 Tidak Sakit 103 100
Total 103 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Tindakan mengatasi


Masalah di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara dari 103 orang semuanya tidak ada yg sakit.
Tabel 68. Distribusi Usia kehamilan ibu saat ini di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Usia kehamilan ibu saat ini Frekuensi Persentase
1 1-3 bulan 1 16,7
2 3-6 bulan 2 33.3
3 6-9 bulan 3 50,0
Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Usia kehamilan ibu


saat di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
Utara dari 6 orang, yang memiliki usia kehamilan 1-3 bulan berjumlah 1

56
(16,7%), yang memiliki usia kehamilan 3-6 bulan berjumlah 2 (33,3%), dan
yang berusia kehamilan 6-9 berjumlah 3 (50.0%)

Tabel 69. Distribusi Peningkatan BB di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Peningkatan BB Frekuensi Persentase
1 9-12 Kg 6 100
Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Peningkatan BB di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara dari
6 orang semuanya tidak ada yg sakit.

Tabel 70. Distribusi Frekuensi makan ibu di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Frekuensi makan ibu Frekuensi Persentase
1 3x makanan pokok + selingan 6 100
Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Frekuensi makan ibudi


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara dari
6 orang semuanya makan 3x makanan pokok.
Tabel 71. Distribusi Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Pemeriksaan Kehamilan Frekuensi Persentase
1 Ya 6 100
Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa pemeriksaan


kehamilan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara ada 6 orang (100%).

Tabel 72. Distribusi Tempat Periksa Kehamilan di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Tempat Periksa Kehamilan Frekuensi Persentase

57
1 Bidan 6 100
Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa tempat periksa


kehamilan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara ada 6 orang yang melakukan pemeriksaan ke bidan (100%).
Tabel 73. Distribusi Periksa Kehamilan di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Periksa Kehamilan Frekuensi Persentase
1 3 Kali 6 100
Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa periksa kehamilan


sebanyak 3 kali di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu Utara ada 6 orang yang melakukan pemeriksa kehamilan 3
kali sebanyak (100%).
Tabel 74. Distribusi Alasan Ibu Tidak Periksa Kehamilan di Wilayah RW
02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Alasan Tidak Periksa Kehamilan Frekuensi Persentase
1 Tidak Ada 6 100
Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa alasan tidak periksa


kehamilan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara ada 6 orang yang tidak periksa kehamilan (100%).

Tabel 75. Distribusi Imunisasi TT di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Imunisasi TT Frekuensi Persentase
1 Ya 6 100
Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa yang melakukan


imunisasi TT di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara ada 6 orang (100%).

58
Tabel 76. Distribusi Frekuensi Imunisasi TT di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Frekuensi Imunisasi TT Frekuensi Persentase
1 1 Kali 6 100
Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa yang melakukan


imunisasi TT di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara sebanyak 6 orang (100%).

Tabel 77. Distribusi Kondisi Ibu Saat ini di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Periksa Kehamilan Frekuensi Persentase
1 Sehat 6 100
Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa kondisi ibu saat ini di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
sehat berjumlah 6 orang (100%).

Tabel 78. Distribusi yang Membantu Persalinan di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Membantu Proses Persalinan Frekuensi Persentase
1 Bidan 5 100
Total 5 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa membantu persalinan


di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
pada bidan berjumlah 5 orang (100%).

Tabel 79. Distribusi Informasi Tentang Perawatan Nifas di Wilayah RW 02


dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Informasi Tentang Perawatan
No Frekuensi Persentase
Nifas

59
1 Ya 5 100
Total 5 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa infirmasi tentang


perawatan nifas di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu Utara berjumlah 5 orang (100%).

Tabel 80. Distribusi Informasi yang didapatkan di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Informasi yang didapatkan Frekuensi Persentase
1 Perawatan Payudara 4 80
2 Cara Memandikan Bayi 1 20
Total 5 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa infirmasi yang di


dapatkan terkait perawatan payudara dan cara memandikan bayi di Wilayah
RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara berjumlah 5
orang, 4 orang yang mendapatkan informasi perawatan payudara (80%), dan 1
orang yang mendapatkan informasi cara memandikan bayi (20%).

Tabel 81. Distribusi Kondisi Ibu Nifas di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kondisi Ibu Nifas Frekuensi Persentase
1 Sehat 5 100
Total 5 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa kondisi ibu nifas yang


sehat di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
Utara berjumlah 5 orang (100%).

Tabel 82. Distribusi Informasi Cara Pemberian Asi di Wilayah RW 02 dan


06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Informasi Cara Pemberian Asi Frekuensi Persentase
1 Ya 5 100
Total 5 100

60
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa yang mendapatkan
informasi cara pemberian Asi di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu Utara berjumlah 5 orang (100%).

Tabel 83. Distribusi Jenis Informasi yang didapatkan di Wilayah RW 02


dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Jenis Informasi Frekuensi Persentase
1 Perawatan Payudara 3 60
Manfaat Asi 2 40
Total 5 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa yang mendapatkan


informasi cara pemberian Asi di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu Utara berjumlah 5 orang (100%).

61
Tabel 84. Distribusi Pemberian Asi Kolostrum di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Pemberian Asi Kolostrum Frekuensi Persentase
1 Ya 3 60
2 Tidak 2 40
Total 5 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa pemberian Asi


kolostrum di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara berjumlah 5 orang, 3 orang yang mendapatkan informasi (60%),
dan 2 orang yang tidak mendapatkan (40%).

Tabel 85. Distribusi Batas Usia Pemberian Asi di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Batas Usia Pemberian Asi Frekuensi Persentase
1 ≥ 6 Bulan 5 100
Total 5 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Batas Usia Pemberian


Asi ≥ 6 Bulan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu Utara berjumlah 5 orang (100%)

Tabel 86. Distribusi Keluarga melakukan penimbangan Balita di Wilayah


RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Keluarga Melakukan
No Frekuensi Persentase
Penimbangan Balita
1 Ya 12 28,6
2 Tidak 30 71,4
Total 42 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Keluarga melakukan


penimbangan Balita di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu Utara dari total 42 balita yang melakukan penimbangan 12
(28,6%) dan yang tidak melakukan penimbangan balita 30 orang (71,4%)

62
Tabel 87. Distribusi Anak Mendapatkan Makanan Selingan di Wilayah RW
02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Anak Mendapatkan Makanan
No Frekuensi Persentase
Selingan
1 Ya 23 54,8
2 Kadang - kadang 19 45,2
Total 42 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa anak Mendapatkan


Makanan Selingan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu Utara dari total 42 anak, yang mendapatkan makanan
selingan berjumlah 23 anak (54,8%) dan yang tidak mendapatkan makanan
selingan berjumlah 19 anak (45,2%)

Tabel 88. Distribusi Kondisi Balita Saat Ini di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kondisi Balita Saat Ini Frekuensi Persentase
1 Sehat 20 47,6
2 Sakit 22 52,4
Total 42 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Kondisi Balita Saat Ini


di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
dari total 42 anak, yang sehat berjumlah 20 anak (47,6%) dan yang sakit
berjumlah 22 anak (52,4%)

Tabel 89. Distribusi Frekuensi Anak Membersihkan Gigi di Wilayah RW


02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Frekuensi Anak Membersihkan
No Frekuensi Persentase
Gigi
1 1 Kali 5 5,0
2 2 Kali 96 95,0
Total 101 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Frekuensi Anak


Membersihkan Gigi di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya

63
Kecamatan Palu Utara dari total 101 anak, yang mengosok gigi 1 kali
berjumlah 5 anak (5.0%) dan yang 2 kali berjumlah 96 anak (95,0%)

Tabel 90. Distribusi Kondisi Gigi Anak Saat Ini di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kondisi Gigi Anak Saat Ini Frekuensi Persentase
1 Berlubang dan Hitam 17 16,8
2 Bersih dan Sehat 84 83,2
Total 101 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Kondisi Gigi Anak


Saat Ini di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
Utara dari total 101 anak, yang berlubang dann hitam berjumlah 17 anak
(16,8%) dan yang bersih dan sehat berjumlah 84 anak (83,2%)
Tabel 91. Distribusi Kebiasaan Mencuci Tangan di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kebiasaan Mencuci Tangan Frekuensi Persentase
1 Ya 101 100
Total 101 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Kebiasaan Mencuci


Tangan di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
Utara dari total 101 (100%)anak semuanya mencici tangan .

Tabel 92. Distribusi Kebiasaan Memakai Alas Kaki di Wilayah RW 02 dan


06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kebiasaan Memakai Alas Kaki Frekuensi Persentase
1 Ya 83 82,2
2 Tidak 18 17,8
Total 101 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Kebiasaan Memakai


Alas Kaki di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara dari total 101,yang menggunakan alas kaki berjumlah 83 (82,2%),
dan yang tidak menggunakan alas kaki berjumlah 18 (17,8%).

64
Tabel 93. Distribusi Kegiatan Remaja di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan
Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kegiatan Remaja Frekuensi Persentase
1 Main 46 35,7
2 Olahraga 42 32,6
3 Dirumah Aja 41 31,8
Total 129 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Kegiatan Remaja di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara dari
total 129, yang mengatakan bermain berjumlah 46 anak (35,7%), yang
mengatakan olaragah berjumlah 42 (32,6) dan yang memilih dirumah aja
berjumlah 41 (31,8%).

Tabel 94. Distribusi Kondisi Remaja di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kondisi Remaja Frekuensi Persentase
1 Sehat 129 100
Total 129 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Kondisi Remaja di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara dari
total 129 dalam kondisi sehat semuanya.

Tabel 95. Distribusi Remaja Merokok di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan


Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Remaja Merokok Frekuensi Persentase
1 Ya 8 6,2
2 Tidak 121 93,8
Total 129 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Remaja Merokok di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara dari

65
total 129, yang merokok berjumlah 8 orang (6,2 %) dan yang tidak berjumlah
121 orang (93,8%).

Tabel 96. Distribusi Kegiatan Usia Dewasa di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kegiatan Usia Dewasa Frekuensi Persentase
1 Berkerja 485 77,7
2 Tidak Berkerja 139 22,3
Total 624 100
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Kegiatan Usia Dewasa
di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
dari total 624, yang berkerja berjumlah 485 orang (77,7 %) dan yang tidak
berkerja berjumlah 139 orang (22,3%).

Tabel 97. Distribusi Kondisi Usia Dewasa Saat Ini di Wilayah RW 02 dan
06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kondisi Usia Dewasa Saat Ini Frekuensi Persentase
1 Sehat 624 100
Total 624 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Kondisi Usia Dewasa


Saat Ini di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
Utara dari total 624 memiliki kondisi yang sehat. Semuanya.

Tabel 98. Distribusi Jumlah Lansia Dalam Rumah di Wilayah RW 02 dan


06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Jumlah Lansia Dalam Rumah Frekuensi Persentase
1 1(Satu) 86 81,9
2 ≥2 19 18,1
Total 105 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Jumlah Lansia Dalam


Rumah di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu
Utara dari total 105, yang ada 1 orang perumah berjumlah 86 orang (81,9 %)
dan yang ≥2 perumah berjumlah 19 orang (18,1%).

66
Tabel 99. Distribusi Penyakit Keturunan Dalam Keluarga di Wilayah RW
02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Penyakit Keturunan Dalam
No Frekuensi Persentase
Keluarga
1 Tidak Ada 49 46,7
2 Jantung 11 10,5
3 Hipertensi 33 31,4
4 Diabetes 12 11,4
Total 105 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Penyakit Keturunan


Dalam Keluarga di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu Utara dari total 105, yang tidak ada masalah penyakit bawaan
berjumlah 49 orang (46,7%), yang memiliki penyakit bawaan jantung
berjumlah 11 orang (10,5%), yang memiliki penyakit bawaan hipertensi
berjumlah 33 orang (31,4%) dan yang memiliki penyakit bawaan diabetes
berjumlah 12 orang (11,4%).

Tabel 100. Distribusi Pernah Melakukan Pemeriksaan 3 Bulan


Terakhir di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara
Pernah Melakukan Pemeriksaan
No Frekuensi Persentase
3 Bulan Terakhir
1 Ya 61 58,1
2 Tidak 44 41,9
Total 105 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Pernah Melakukan


Pemeriksaan 3 Bulan Terakhir di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan
Boya Kecamatan Palu Utara dari total 105, yang melakukan pemeriksaan 3
bulan terakhir berjumlah 61 orang (58,1%) dan yang tidak melakukan
pemeriksaan 3 bulan terakhir berjumlah 44 orang (41,9%).

67
Tabel l01. Distribusi Kondisi Lansia Saat Ini di Wilayah RW 02 dan
06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kondisi Lansia Saat Ini Frekuensi Persentase
1 Sehat 91 86,7
2 Sakit 14 13,3
Total 105 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa kondisi lansia saat ini


di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
dari total 105, yang dalam keadaan sehat berjumlah 91 orang (86,7%) dan yang
dalam kondisi sakit berjumlah 14 orang (13,3%).

Tabel 102. Distribusi Bila Sakit di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Bila Sakit Frekuensi Persentase
1 Tidak Sakit 91 86,7
2 Nyeri Sendi 14 13,3
Total 105 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa bila sakit di Wilayah


RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara dari total
105, yang dalam tidak sakit berjumlah 91 orang (86,7%) dan yang Nyeri sendi
berjumlah 14 orang (13,3%).

Tabel 103. Distribusi Mengatasi Sakit di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Mengatasi Sakit Frekuensi Persentase
1 Tidak Sakit 91 86,7
2 Ke Pelayanan Kesehatan 14 13,3
Total 105 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa menghatasi sakit di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara dari
total 105, yang dalam keadaan tidak sakit berjumlah 91 orang (86,7%) dan
yang pergi ke pelayanan kesehatan berjumlah 14 orang (13,3%).

68
Tabel 104. Distribusi Kegiatan Lansia di Wilayah RW 02 dan 06
Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Kegiatan Lansia Frekuensi Persentase
1 Berkebun 30 28,6
2 Di Rumah 75 71,4
Total 105 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa kondisi lansia saat ini


di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
dari total 105, yang berkebun berjumlah 30 orang (28,6%) dan yang di rumah
berjumlah 75 orang (71,4%).

Tabel 105. Distribusi Posyandu Lansia di Wilayah RW 02 dan 06


Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Posyandu Lansia Frekuensi Persentase
1 Ya 105 100
Total 105 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa posyandu lansia di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara dari
total 105 mengikuti posyandu semuanya.

Tabel 106. Distribusi Lansia Mengikuti Posyandu di Wilayah RW


02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
No Lansia Mengikuti Posyandu Frekuensi Persentase
1 Ya 61 58,1
2 Tidak 44 41,9
Total 105 100
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa Lansia Mengikuti
Posyandu di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan
Palu Utara dari total 105, yang mengikuti berjumlah 61 orang (58,1%) dan
yang tidak berjumlah 44 orang (41,9%).

69
Tabel 107. Distribusi Anggota Keluarga Yang Mengalami
Gangguan Jiwa di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu Utara
Anggota Keluarga Yang
No Frekuensi Persentase
Mengalami Gangguan Jiwa
1 Tidak 274 100
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, Anggota Keluarga Yang Mengalami


Gangguan Jiwa di Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya
Kecamatan Palu Utara dari total 274, tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa
Tabel 108. Distribusi Yang Dilakukan Untuk Mengatasi di
Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara
Yang Dilakukan Untuk
No Frekuensi Persentase
Mengatasi
Tidak Ada Anggota Keluarga
1 274 100
ODGJ
Total 274 100

Berdasarkan tabel diatas, Anggota Dilakukan Untuk Mengatasi di


Wilayah RW 02 dan 06 Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Palu Utara dari
total 274, tidak ada anggota yang ODGJ.

70
C. ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah


1. DS- dengan program Defisit
DO: tidak mengatasi kesehatan
- Banyakanya jumlah kasus seluruh masalah komunitas
Hipertensi di RW 02 dan 06 di kesehatan
Kelurahan Pantoloan Boya komunitas
- Banyaknya masyarakat yang tidak
mengetahui jika dirinya mengalami
Hipertensi
- Adanya balita yang menderita
Stunting

2 DS:- kurang terpapar Perilaku


informsi kesehatan
DO:
cenderung
1. Banyaknya jumlah PUS dibawah berisiko
usia 20 tahun
2. Masih adanya keluarga yang tidak
memiliki jamban

D. PERIORITAS MASALAH
Prioritas Masalah Keperawatan Komunitas Di RT 003 RW 004 Kelurahan
Mamboro Kecamatan Palu Utara Provinsi Sulawesi Tengah
Masalah
A B C D E F G H Total Prioritas
Keperawatan
Defisit kesehatan
4 5 3 3 3 3 3 3 27 I
komunitas

Perilaku kesehatan
4 2 2 2 3 3 3 3 22 II
cenderung berisiko

Keterangan : Pembobotan :
A : Resiko Keparahan 1 : Sangat Rendah
B : Minat Masyarakat 2 : Rendah
C : Kemungkinan Di Atasi 3 : Cukup
D : Waktu 4 : Tinggi

71
E : Fasilitas 5 : Sangat Tinggi
F : Sumber Daya
G : Tempat
H : Dana

72
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RW 02 & 06 KELURAHAN PANTOLOAN BOYA
DIAGNOSA HARI/ TEM
TUJUAN RENCANA STANDAR
KEPERAWATAN SASARAN STRATEGI KRITERIA
(NOC) KEGIATAN (NIC) TGL PAT EVALUASI
KOMUNITAS

Defisit kesehatan Masyarakat Luaran Intervensi Utama: Memberikan Jumat, Di Kantor - Pengetahuan - Adanya
komunitas dengan usia Pengembangan edukasi 16-12- Kelurahan masyarakat peningkatan
Utama :
berhubungan dewasa kesehatan mengenai 2022 Pantoloan tentang pengetahuan
Status Hipertensi dan
dengan program hingga masyarakat Hipertensi dan Boya masyarakat
Stunting
tidak mengatasi lansia di RW kesehatan (I.14548): stunting, serta mengenai
seluruh masalah 02 dan 06 di komunitas Observasi melakukan - Pengetahuan Hipertensi dan
kesehatan Pantoloan - Identifikasi senam masyarakat Stunting
(L.12109) masalah atau isu
komunitas Boya. Hipertensi mengenai - Adanya
(D.0110) Indicator: kesehatan dan intervensi peningkatan
prioritasnya. keperawatan
- Ketersedian partisipasi
DS: - Terapeutik yang dapat masyarakat
program - Persatukan menurunkan
DO: masyarakat dengan untuk
promosi tekanan darah
cita-cita yang sama (senam melakukan
- Banyakanya kesehatan Intervensi Hipertensi) intervsensi
jumlah kasus tambahan: Edukasi keperawatan
mengenai
Hipertensi di perilaku upaya - Meningkatkan guna
RW 02 dan 06 Hipertensi motivasi menurunkan
kesehatan (I.12435)
di Kelurahan (5). masyarakat teknan darah
Pantoloan untuk

73
Boya - Partisipasi Observasi memanfaatkan tanpa perlu
- Banyaknya - Identifikasi fasilitas minum obat.
dalam
masyarakat kesiapan dan kesehatan yang
yang tidak program kemampuan tersedia.
mengetahui kesehatan menerima
jika dirinya informasi
komunitas Terapeutik
mengalami
Hipertensi (5). - Sediakan materi
- Adanya balita dan media
Luaran pendidikan
yang
tambahan: kesehatan
menderita
Edukasi
Stunting. Status koping
komunitas - Anjurkan

(L09089): menggunakan

- Partisipasi fasilitas kesehatan.

masyarakat
(5)
Perilaku Remaja, dan Luaran Intervensi utama: Memberikan Jumat, Di Kantor - Pengetahuan - Adanya
06-01
kesehatan usia dewasa utama: Edukasi perilaku penyuluhan Kelurahan masyarakat peningkatan
22
cenderung di wiliayah Perilaku upaya kesehatan (I. mengenai efek Pantoloan mengenai batas pengetahuan
berisiko RW 02 dan kesehatan 12435) pernikahan dini Boya usia anak untuk masyarakat
berhubungan 06 di (L.12107) Observasi dan pentingnya mengenai efek

74
dengan kurang Kelurahan Indicator: - Identifikasi penggunaan menikah pernikahan dini
terpapar informsi Pantoloan - Kemampuan kesiapan dan jamban.
- Pengetahuan - Adanya
(D.0099). Boya melakukan kemampuan
masyarakat peningkatan
tindakan menerima
DS:- mengenai pengetahuan
pencegahan informasi
pentingnya masyarakat
DO: masalah Terapeutik
jamban mengenai
kesehatan - Sediakan materi
3. Banyaknya manfaat
jumlah PUS (5). dan media
penggunaan
dibawah usia Luaran pendidikan
20 tahun jamban.
Tambahan: kesehatan
4. Masih adanya
keluarga yang Manajemen - Jadwalkan
tidak memiliki kesehatan pendidikan
jamban
(L.12104) kesehatan sesuai
- Melakukan kesepakatan.
tindakan - Berikan
untuk kesempatan untuk
mengurangi bertanya.
faktor risiko - Berikan pujian dan
(5) dukungan terhadap

75
usaha positif dan
pencapainnya.
Edukasi
- Jelaskan
penanganan
masalah kesehatan
- Ajarkan
menentukan
perilaku spesifik
yang akan diubah
(mis. Keinginan
mengunjungi
fasilitas
kesehatan).

76
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RW 02 & 06 KELURAHAN PANTOLOAN BOYA

NO IMPLEMENTASI EVALUASI
1 1. Mengidentifikasi masalah atau isu kesehatan dan prioritasnya. S:
Hasil:
Masyarakat mengatakan mengetahui apa itu
Ditemukan banyaknya jumlah kasus Hipertensi dan Stunting di RW 02 dan 06 di
Kelurahan Pantoloan Boya. Hipertensi dan Stunting
2. Mempersatukan masyarakat dengan cita-cita yang sama
O:
Hasil:
a. Hipertensi - Masyarakat ikut berpartisipasi mengikuti
Dikumpulkannya masyarakat di kantor Kelurahan guna melaksanakan senam
senam hipertensi yang diadakan oleh
Hipertensi dan mendengarkan penyuluhan oleh mahasiswa profesi ners
mengenai “Hipertensi” mahasiswa Ners guna menurunkan
b. Stunting
Hipertensi tanpa minum obat.
Dikumpulkannya masyarakat di Posyandu Cempaka guna melakukan
posyandu rutin dan pembagian telur untuk mencegah stunting bekerjasama - Masyarakat rutin melakukan posyandu
denga pihak BKKBN dan tim PKM
A: Masalah teratasi
3. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Hasil: P : Intervensi dihentikan
Sebelum memulai penyuluhan/pendidikan kesehatan, mahasiswa menggali
kemampuan serta menanyakan kesiapan masyarakat untuk menerima
iformasi/materi penyuluhan.
4. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Hasil:
Mahasiswa menyediakan materi penyuluhan yang berkaitan dengan Hipertensi dan
Stunting.

77
5. Menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
Hasil:
Mahasiswa menganjurkan masyarakat memanfaatkan fasilitas kesehatan guna
menunjang kesehatan masayarakat secara optimal dengan rutin mengikuti
posyandu dan memeriksa kesehatan di fasilitas kesehatan yang disediakan salah
satunya PKM
2 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi S:
Hasil: - Masyarakat mengetahui batasan usia
Sebelum memulai penyuluhan/pendidikan kesehatan, mahasiswa menggali pernikahan.
kemampuan serta menanyakan kesiapan siswa untuk menerima iformasi/materi - Masyarakat mengetahui manfaat
penyuluhan Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan penggunaan jamban
2. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan. O:
Hasil : - Siswa antusias mengikuti penyuluhan
Pendidikan kesehatan mengenai pernikahan usia dini dilakukan di SMPN 22 Palu yang diberikan oleh mahasiswa ners
pada 12 Januari 2023 yang disepakati oleh kepala sekolah SMPN 22 Palu. Universitas Widya Nusantara
3. Memberikan kesempatan untuk bertanya. - Masyarakat yang tidak memiliki jamban
Hasil: pribadi, numpang di jamban keluarga
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan untuk BAB dan mengatakan tidak BAB
4. Memberikan pujian dan dukungan terhadap usaha positif dan pencapainnya. sembarangan.
Hasil: A: Masalah teratasi
Memberi pujian kepada siswa SMPN 22 Palu karena telah antusias mengikuti P : Intervensi dihentikan

78
penyuluhan yang diberikan oleh mahasiswa profesi ners Widya Nusantara
5. Menjelaskan penanganan masalah kesehatan
Hasil:
a. Pernikahan usia dini
Memberikan penyuluhan kepada siswa SMPN 22 Palu yang berjudul
pernikahan usia dini yang didalamnya membahas mengenai bahaya
pernikahan usia dini, faktor yang mempengaruhi pernikahan usia dini dan cara
mencegah terjadinya pernikahan usia dini.
b. Penggunaan jamban
Dilakukan pemasangan poster yang membahas tentang manfaat penggunaan
jamban.

79
DAFTAR PUSTAKA

Bambang, 2015. Asuhan Keperawatan Komunitas.Palembang; LIPI

Jaji, 2012. Asuhan Keperawatan Komunitas dan Keluarga. Fakultas


Keperawatan; Universitas Indonesia. Diakses dari Http;/umc.ac.id pada
Januari 2021

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian RI.

Mery A.Nies. 2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga.Elsevier.


Singapure

PPNI, T. P. (2017 ). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):


Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP
PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi


dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi


dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Rezky, 2013. Asuhan Keperawatan Komunitas dan Keluarga di Desa Tinggadek,


kabupaten Mulyorejo 2017. FKIK; Universitas Airlangga. Diakses dari
Http;umc.ac.id Pada Tanggal Januari 2021.

Umar dkk. 2020. Panduan Profesi Keperawatan Keluarga dan Keperawatan


Komunitas. Palu: Poltekkes kemenkes Palu.

80
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kesehatan Reproduksi

Sub Topik : Perkawinan Usia Muda

Sasaran : Remaja RW 02 & 03 Kelurahan Pantoloan Boya

Hari, Tanggal : 09 Januari 2023

Waktu : 45 menit

Tempat : SMP 17 Palu

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat mengetahui dan
mengerti tentang perkawinan usia muda.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta dapat :

1. Menjelaskan pengertian perkawinan usia muda.


2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan
usia muda.
3. Menerangkan dampak perkawinan usia muda.
4. Menjelaskan cara pencegahan perkawinan usia muda.
5. Menyebutkan pemecahan masalah perkawinan usia muda.
C. Materi
1. Pengertian perkawinan usia muda.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda.
3. Dampak perkawinan usia muda.
4. Cara pencegahan perkawinan usia muda.
5. Pemecahan masalah perkawinan usia muda. ( materi terlampir )

81
D. Metode
Metode dilakukan dengan ceramah dan tanyajawab

E. Media
Leaflet yang berisi penjelasan tentang perkawinan usia muda.

F. Pelaksanaan Kegiatan
No. Kegiatan mahasiswa Kegiatan peserta

1. Pre conference (10’)

a Mengucapkan salam dan Membalas salam


memperkenalkan diri
b Apersepsi dengan memberi
pertanyaan dan menggali
pengetahuan tentang perkawinan
Menjawab dan memberi
usia muda
pendapat
c Menyempurnakan pendapat peserta.
d Membagikan leaflet

Memperhatikan

Menerima dan membaca

2. Pelaksanaan (25’)

a Menjelaskan definisi perkawinan Mendengarkan


usia muda.
b Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya Memperhatikan
perkawinan usia muda.
c Menjelaskan dampak perkawinan
usia muda.
d Menjelaskan cara pencegahan
Memperhatikan
perkawinan usia muda.
e Menjelaskan pemecahan masalah

82
perkawinan usia muda Memperatikan

Memperhatikan

3. Post conference (10’)

a Menyimpulkan hasil pemberian Memperhatikan


ceramah
b Memberikan kesempatan peserta
untuk bertanya langsung Mengajukan pertanyaan

G. Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama proses berlangsung dan setelahnya.

Bentuk evaluasi adalah pertanyaan lisan :

1. Jelaskan pengertian perkawinan usia muda !


2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia
muda!
3. Jelaskan dampak perkawinan usia muda !
4. Jelaskan cara pencegahan perkawinan usia muda !
5. Sebutkan pemecahan masalah perkawinan usia muda !

83
LAMPIRAN MATERI

6. Pengertian perkawinan usia muda.


Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang terjadi pada
perempuan berusia kurang dari 18 tahun dan laki-laki berusia kurang dari 20
tahun.

Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan.


Dalam Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan
bahwa  perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam
belas tahun) tahun.

Menurut agama pernikahan dini adalah pernikahan sebelum seorang


anak baligh.

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda.


a. Adanya perjodohan yang dilakukan orang tua.
b. Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan berbagai alasan
ekonomi, sosial anggapan tidak penting pendidikan bagi anak perempuan
dan stigma negatif terhadap status perawan tua.
c. Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur.
Dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya
melakukan hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin
hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol membuat
kehamilan di luar nikah.
d. Diajukannya pernikahan karena anak-anak telah melakukan hubungan
biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini, orang tua anak
perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karena menurut orang
tua anak gadis ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan hal ini
menjadi aib.
e. Hamil sebelum nikah

84
8. Dampak perkawinan usia muda.
a. Dampak biologis
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses
menuju kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan
seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian
melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan yang
luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya sampai
membahayakan jiwa anak. Patut dipertanyakan apakah hubungan seks
yang demikian atas dasar kesetaraan dalam hak reproduksi antara isteri
dan suami atau adanya kekerasan seksual dan pemaksaan (penggagahan)
terhadap seorang anak.
Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan
meninggal lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan,
dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun. Sementara itu,
anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua
kali lebih besar.
b. Dampak psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan
seks, sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam
jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali
hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti
atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan
menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan, hak bermain
dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat
dalam diri anak.
Menurut temuan Plan, sebanyak 44 persen anak perempuan yang
menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan
tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami
KDRT dalam frekuensi rendah.
c. Dampak Sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam
masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan

85
pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki
saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun
termasuk agama Islam yang sangat menghormati perempuan (Rahmatan
lil Alamin). Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang
bias gender yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan. Di
bidang pendidikan, perkawinan dini mengakibatkan si anak tidak mampu
mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6 persen anak kawin
dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin.

9. Cara pencegahan perkawinan usia muda.


a. Meningkatkan kesempatan mengikuti pendidikan lebih tinggi.
b. Pekerjaan, penampungan tenaga kerja perempuan.
c. Peningkatan penerangan kesehatan dan pendidikan seks, KB pada
remaja.
d. Menyebarluaskan NKKBS.
e. Peningkatan usaha kesehatan remaja dalam persiapan perkawinan yaitu
dengan konseling.
10. Pemecahan masalah perkawinan usia muda.
a. Usia perkawinan yang baik menurut UU adalah di atas 20 tahun.
b. Diberi penyuluhan bahwa usia muda belum mampu dibebani ketrampilan
fisik untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
c. Diberi penjelasannya bahwa sikap mental yang labil dan belum matang
emosionalnya belum siap untuk bertanggung jawab.
d. Pendewasaan usia perkawinan dengan usaha memperoleh pendidikan
yang lebih tinggi.
e. Diberi penyuluhan bahwa perkawinan usia muda kesuburannya sangat
tinggi.
f. Pasang poster dan memberikan leaflet yang memuat perkawinan usia
muda kemandiriannya masih rendah dan menyebabkan tingginya angka
perceraian.

86
DAFTAR PUSTAKA

Bimo Walgito. 2017. Pengantar Psikologi Umum, Edisi III. Yogyakarta:


Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM.

Tri Rusmi Widayatun. 2017. Ilmu Perilaku. Infomedika

http://alfiyah23.student.umm.ac.id/2022/12/17/dampak-pernikahan-dini/

http://female.kompas.com/read/
2022/12/17/15331434/3.Dampak.Buruk.Pernikahan.Dini

www.infosehat.com

www.kompas.co.id

www.infokita.com

87
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Hipertensi

Sasaran : Masyarakat Pantoloan Boya (RW 03 & 03)


Hari/Tanggal Pelaksanaan : Jumat, 16 Desember 2022
Waktu : 30 menit

Penyaji : Mahasiswa Profesi Ners Kelompok II

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan, Masyarakat mampu memahami dan
mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, Masyarakat mampu dan dapat:

1. Menjelaskan kembali pengertian hipertensi dengan bahasanya sendiri dengan


benar.
2. Menyebutkan penyebab hipertensi dengan baik
3. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi dengan baik
4. Menyebutkan contoh makanan yang dianjurkan dan dibatasi untuk penderita
Hipertensi
5. Menyebutkan penatalaksanaan hipertensi dengan baik Cara mengatasi dan
mencegah hipertensi

C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Klasifikasi hipertensi
4. Tanda dan gejala hipertensi
5. Komplikasi hipertensi
6. Cara mengatasi dan mencegah hipertensi

D. Media Penyuluhan
1. Materi Pengajaran
2. Leaflet
88
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. Setting Tempat

:
Moderator

: Penyuluh dan Media

:
Peserta

: Fasilitator

: Observer

Pengorganisasian

 Moderator: Akbar S.Kep


 Penyuluh : I Ketut Margiana Hariprabawa S.Kep
 Fasilitator : Ani S.Kep, Maria Ulfa S..Kep, Moh Anugrah A Rioeh S.Kep, Rina
S.Kep, Stevi Elen S.kep, Nurul Ulfianti Musili S.Kep, Sanawiah S.Kep, Mastang
S.Kep

89
 Observer : I Wayan Sumado S.Kep
Pembagian Tugas
 Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari awal sampai
akhir
 Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan
 Fasilitator : Memotifasi peserta untuk bertanya
 Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir
G. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta


1 3 menit Pembukaan 1. Menjawab salam
1. Salam perkenalan 2. Mendengarkan
2. Mengingatkan kontrak 3. Mendengarkan
3. Tujuan penyuluhan 4. Memperhatikan
4. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
2 15 menit Pelaksanaan 1. Memperhatikan
Menjelaskan tentang : 2. Memperhatikan bertanya
1. Pengertian hipertensi dan menjawab
2. Penyebab hipertensi pertanyaan yang
3. Klasifikasi hipertensi diajukan
4. Tanda dan gejala hipertensi 3. Memperhatikan bertanya
5. Komplikasi hipertensi dan menjawab
6. Cara mengatasi dan mencegah pertanyaan yang
hipertensi diajukan
7. Membuka sesi pertanyaaan
8. Diskusi
3 10 menit Evaluasi : 1. Menjawab pertanyaan
1. Mengajukan pertanyaan pada pasien
dan keluarga
2. Memberikan reinforcemen positif
atas jawaban yang diberikan

90
4 2 menit Terminasi : 1. Mendengarkan
1. Mengucapkan terima kasih atas 2. Menjawab salam
peran pasien dan keluarga
2. Mengucapkan salam penutup
H. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dengan tanya jawab adalah :

1. Bagaimana pengertian hipertensi


2. Apa saja penyebab hipertensi
3. Menyebutkan klasifikasi hipertensi
4. Bagaimana tanda dan gejala hipertensi
5. Apa saja komplikasi hipertensi
6. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah hipertensi

91
MATERI
HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah diatas
normal dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).

B. Penyebab Hipertensi
Penyebab Hipertensi antara lain :

1. Stres,
2. Usia,
3. Merokok,
4. Obesitas (kegemukan),
5. Alkohol,
6. Faktor keturunan,
7. Faktor lingkungan (gaduh/bising)

C. Klasifikasi

SISTOLIK DIASTOLIK
KATEGORI
mmHg mmHg
Optimal < 120 < 80
Normal <130 < 85
High Normal 130 – 139 85 – 89
HIPERTENSI
Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Derajat 2 160 – 179 100 – 109
Derajat 3 > 180 > 110

92
D. Tanda Dan Gejala
a. Gelisah,
b. kepala pusing
c. Jantung berdebar – debar
d. Tekanan darah lebih dari 140 / 90 mmHg
e. Gangguan penglihatan
f. Nafsu makan menurun
g. Sulit konsentrasi
h. Mual muntah
i. Mudah tersinggung

Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-


tahun, dan berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
6. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.

E. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga
menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ
tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak
terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan
kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi
hipertensi yang dimilikinya.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan

93
organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada 19
organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor
angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga
membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar
dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat
meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β). Umumnya, hipertensi
dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:
1. Jantung
a. hipertrofi ventrikel kiri
b. angina atau infark miokardium
c. gagal jantung
2. Otak - stroke atau transient ishemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
6. Stroke
7. Kerusakan jaringan otot
8. Kebutaan

F. Cara Mengatasi Dan Pencegahannya


Cara mengatasi dan mencegah Hipertensi adalah :

a. Makan – makanan yang bergizi


b. Menghindari makanan yang berlemak dan mengurangi asin
c. Menghindari makanan dengan bahan pengawet
d. Menjaga berat badan agar tetap stabil
e. Menghindari minum – minuman keras
f. Menghindari merokok
g. Istirahat yang cukup
h. Belajar untuk tenang, menikmati hidup dan selalu bersukur serta perbanyak surga
i. Peran keluarga dan individu sangat ditekankan dalam rangka mengatasi hidup
orang dengan hipertensi dan mencegah hipertensi.

94
Diet merupakan pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau
mempertahankan BB yang sesuai dan mengendalikan kadar glukosa.Tujuan diituntuk
membantu menurunkan tekanan darah, mempertahankan tekanan darah menuju
normal,penurunan faktor resiko BB yang berlebih, menurunkan kadar lemak kolesterol.
Diit untuk penderita Hipertensi:

Makanan yang dianjurkan untuk penderita Darah tinggi


a. Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.

b. Sumber protein hewani


Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur
bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak
c. Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.

d. Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.

e. Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang
panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
f. Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.

g. Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15
gramperhari.
h. Minuman
Teh encer, coklat encer, juice buah.

Makanan yang dibatasi


a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi misalnya otak, paru, minyak kelapa,
gajih
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan natrium misalnya biscuit, craker
c. Makanan dalam kaleng : sarden, abon, asinan, ikan asin, telor asin.
d. Makanan yang mengandung alkohol misalnya durian dan tape.
95
e. Daging-daging warna merah segar seperti hati ayam, sosis, daging sapi, daging
kambing.
f. Garam dapur
g. Makan tinggi lemak dan kolesterol
h. Buah/sayur yang diawetkan dengan garam : ikan asin, asinan, dll

G. Obat-Obatan
1. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesi simpanan
natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
volume darah dan curah jantung, sehingga tahanan perifer menurun. Setelah 6-8
minggu, curah jantung kembali normal karena tahanan vaskular perifir menurun.
Natrium dapat menyebabkan tahanan vaskular dengan meningkatkan kekakuan
pembuluh darah dan reaktivitas saraf, yang diduga berkaitan dengan terjadinya
peningkatan pertukaran natrium-kalsium dengan hasil akhir peningkatan kalsium
intraseluler. Efek tersebut dapat dikurangi dengan pemberian diuretik atau
pengurangan natrium. Contoh obat diuretik yang sering digunakan untuk
menurunkan hipertensi adalah: spironolactone, dan hydrochlorothiazide (thiazide)
yang mempunyai efek cukup kuat sebagai diuretik dan efektif untuk menurunkan
tekanan darah dalam dosis yang rendah (Benowitz, 2002).
2. Obat simpatoplegik
Mempunyai mekanisme kerja menurunkan tekanan darah dengan cara menurunkan
tahanan perifer, menghambat fungsi jantung, dan meningkatkan pengumpulan vena
didalam pembuluh darah kapasitans (dua efek terakhir menyebabkan penurunan
curah jantung). Contoh obat golongan ini adalah: Methyldopa dan clonidine
(Benowitz, 2002).
3. Obat vasodilator langsung.
Semua vasodilator yang digunakan untuk hipertensi merelaksasi otot polos arteriol,
sehingga dapat menurunkan tahanan vaskular sistemik. Penurunan tahanan arteri dan
rata-rata penurunan tekanan darah arteri menimbulkan respon kompensasi,
dilakukan oleh baroreseptor dan sistem saraf simpatis, seperti halnya renin
angiotensin dan aldosteron. Respon-respon kompensasi tersebut melawan efek anti
hipertensi vasodilator. Vasodilator bekerja 12 dengan baik apabila dikombinasikan
dengan obat antihipertensi lain yang melawan respon kompensasi kardiovaskular.
Contoh obat –obat vasodilator adalah; Hydralazine dan minoxidil (Benowitz, 2002).
96
4. Obat yang menyekat produksi atau efek Angiotensin.
Rilis renin dari korteks ginjal distimulasi oleh penurunan tekanan arteri ginjal,
stimulasi saraf simpatis dan penurunan pengiriman natrium atau peningkatan
konsentrasi natrium pada tubulus distalis ginjal. Renin bekerja terhadap angiotensin
untuk melepaskan angiotensin I dekapeptida yang tidak aktif. Angiotensin I
kemudian dikonversi, terutama oleh enzim pengubah angiotensin endothelial
(endothelial angiotensin-converting enzyme, ACE), menjadi oktapeptida angiotensin
II vasokonstriktor arterial, yang akan dikonversi menjadi angiotensin III didalam
kelenjar adrenal. Angiotensin II mempunyai aktifitas vasokonsriktor dan retensi
natrium.Angiotensin II dan III menstimulasi rilis aldosteron. Contoh obat golongan
ini adalah ; captopril,enalapril dan lisinopril.

97
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko dan Dewi Anggraini. (2017). Keperawatan Kardiovaskular edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bustan MN. (2017). Pengantar Kardiologi, Jakarta : Rineka Cipta

Benowitz, L. (2017). Obat Antihipertensi, dalam Katzung, B.G., 2017, Basic and Clinical
Farmacology, ed ke-3, Penerjemah: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, Penerbit Salemba Medika

Kemenkes.RI. (2014).Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.


https://doi.org/10.1177/109019817400200403

98
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi penyuluhan : Pencegahan stunting


Pokok bahasan : Pencegahan stunting
Sasaran : Orang tua anak
Hari/ Tanggal : 10 Desember 2022
Waktu : 30 menit

Tempat : Posyandu Cempaka (RW 02 Pantoloan Boya)

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui dan
memahami bagaimana mencegah stunting.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien
dapat mengetahui tentang:
a. Definisi Stunting
b. Penyebab Stunting
c. Dampak stunting
d. Cara mencegah stunting
e. Zat gizi mikro yang berperan untuk menghindari stunting (pendek)

B. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Ceramah, diskusi, dan Tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu : Leaflet, Pertunjukan slides (melalui overhead projector,
slide projector, komputer dan LCD projector, atau lainnya), poster, video.
3. Tempat dan Waktu
4. Tempat Kegiatan : Posyandu Cempaka
5. Hari/Tanggal : 10 Desember 2022
6. Materi dan Pemateri : Rina S.Kep
7. Moderator : Nurul Ulfianti Musili S.Kep
8. Fasilitato : I Ketut Margiana Hariprabawa S.Kep, Ani S.Kep, Maria

99
Ulfa S..Kep, Moh Anugrah A Rioeh S.Kep, Rina S.Kep, Stevi Elen S.kep, ,
Mastang S.Kep, I Wayan Sumado S.Kep

9. Observer : Sanawiah S.Kep


10. Peserta : Orang tua anak
11. Waktu : 30 menit

C. METODE PENYUUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. SETING TEMPAT

: Moderator

: Penyuluh dan

: Peserta
Media
: Fasilitator

: Observer

E. KEGIATAN PENYULUHAN

100
Tahap Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Media
kegiatan
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawab salam 1. Ceramah
(5 Menit) 2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri keterangan
3. Menjelaskan penyaji
maksud dan 3. Menyampaikan
tujuan penyuluhan pengetahuan
4. Menggali tentang materi
pengetahuan yang
peserta tentang disampaikan
materi yang akan
disampaikan
Pelaksanaan 1. Defenisi Stunting 1. Memperhatikan 1. Ceramah
2. Penyebab stunting 2. Memperhatikan 2. Tanya
3. Dampak stuntig bertanya dan jawab
4. Cara mencegah menjawab 3. Leaflet
stunting pertanyaan yang
5. Zat Gizi Mikro diajukan
yang Berperan 3. Memperhatikan
untuk bertanya dan
Menghindari menjawab
Stunting (Pendek) pertanyaan yang
diajukan
Evaluasi 1. Mengajukan 1. Menjawab
pertanyaan pada pertanyaan
pasien dan
keluarga
2. Memberikan
reinforcemen
positif atas
jawaban yang
diberikan

101
Terminasi 1. Mengucapkan 1. Menjawab
terima kasih atas pertanyaan
peran pasien dan 2. Menjawab salam
keluarga
2. Mengucapkan
salam penutup

102
MATERI STUNTING

A. DEFINISI
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan
tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau
tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan
dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih
pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah
tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya
pertumbuhan anak yangmengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang
normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang
untuk gizi kurang pada anak.

B. ETIOLOGI/ PENYEBAB
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan
makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya
kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan
gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang
telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor

103
tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab
stunting yaitu sebagai berikut :

1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
3. Riwayat penyakit.
4. Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu konsep
model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau disability
dan kematian.
Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih
dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin, kekurangan asupan zat
gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan protein.
Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan protein dan
infeksi penyakit. Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu
penyebabnya tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan
kematian. Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis juga
menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian. Faktor-faktor kemiskinan,
sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi penyakit, ketahanan pangan dan tidak
optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan merupakan merupakan faktor yang secara
bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri berpengaruh pada keadaan gizi ibu hamil,
kekurangan gizi mikro, asupan energy yang rendah dan tidak optimalnya pemberian Air
Susu Ibu.

C. DAMPAK STUNTING
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar
menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang
gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik,
yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan tidak dapat
mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak
hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan
prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari
aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari
yang tubuhnya pendek.

104
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-

fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi
akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan
berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu
kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

D. CARA MENCEGAH
1. Mencegah pada balita
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi di
masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk
menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014
tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya
umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi
dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita,
maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan,
sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka
peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan
mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur
(WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang dengan
tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita
yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan
dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap
ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi
zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir
hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan
diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu
nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi
berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis
seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita
dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu

105
merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan
pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.

Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan


penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung,
serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli
pangan dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada
dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap
informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah
dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan
cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.

2. Pencegahan pada bayi


a. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama
kehidupan, yaitu:
1) Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik
dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik,
sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami
KurangEnergiKronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan
kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah
darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga
agar ibu tidak mengalami sakit.
2) Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan
diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).
3) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar
lengkap.
106
b. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
1) Kebutuhan gizi masa hamil
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya
dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas
fisik, serta menjaga keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping
proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk
pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar
mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga
kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang
diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat
pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu tambahan
vitamin dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.
2) Kebutuhan gizi pada saat menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding
dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui
diharapkan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi,
seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah
kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan
flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari
jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan
gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui
dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di
samping bisa juga ditambah dengan minum air buah.
3) Kebutuhan gizi bayi 0 – 12 bulan
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI
adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur
6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah
melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit
pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila
hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka
payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 – 2
liter perhari.
4) Kebutuhan gizi anak 1 – 2 tahun
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat

107
tetapiperkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi
lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan
sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami
gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan
diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh
kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini
berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak.
Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak
menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna. dari
asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa efek
samping

E. ZAT GIZI MIKRO UNTUK MENGHINDARI STUNTING


1. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering,
belut, susu, keju, kacang-kacangan.
2. Ypdium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut,
udang, dan kerang.
3. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan
dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink :
hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.
4. Zat besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
5. Asam folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara
lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.

108
DAFTAR PUSTAKA

Adinda. 2018. Masalah Gizi penyebab stunting (pendek).


(http://adindascabiosa.blogspot.co.id/2014/04/-masalah-gizi-penyebab- stunting.html).
Diakses pada tanggal 24 April 2018.

Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2017. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef Indonesia.

Oktober 2017.

Laporan Tahunan Indonesia. 2018. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar
2018.

Rizma. 2017. 8,8 juta anak indonesia berubah kerdil.


(http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/01/26/o1k24o385-88-juta-
anak-indonesia-bertubuh-kerdil-part1). Diakses pada tanggal 20 Maret 2018.

109
DOKUMENTASI KEGIATAN

110
111
112
113
114
115

Anda mungkin juga menyukai