Oleh :
i
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS DAN STUDI KELAYAKAN PROYEK
Diajukan Kepada Fakultas Peternakan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Menyelesaikan Mata Kuliah Analisis dan Studi Kleayakan Proyek pada Jurusan
Peternakan
Oleh :
Menyetujui,
Dr. Ir. La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc., IPM. Fathou Rahman
NIP. 19731231 199903 1 005 NIM. L1A119140
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Unit Agribisnis Peternakan
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga laporan lengkap praktikum
Analisis dan Studi Kelayakan Proyek ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
basarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam membuat
laporan ini, serta memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun baik
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
laporan ini. Oleh karena itu, penulis sangat menantikan saran dan kritik positif
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Tabel 1. Biaya Investasi............................................................................... 28
Tabel 2. Biaya Tetap........................................................................... 29
Tabel 3. Biaya Variabel....................................................................... 30
Tabel 4. Penerimaan............................................................................ 30
Tabel 5. Cash Flow Usaha Peternakan Ayam Petelur Bapak Rahmat
Selama 4 Tahun...................................................................... 33
Tabel 6. Perhitungan NPV Pada Usaha Peternakan Ayam Petelur Milik
Bapak Rahmat Selama 4 Tahun................................................. 34
Tabel 7. Perhitungan PVB dan PVC Pada Usaha Peternakan Ayam
Petelur Bapak Rahmat Selama 4 Tahun......................................... 36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pikir............................................................................................ 5
2. Foto Bersama Peternak............................................................................... 45
3. Foto Kandang.............................................................................................. 45
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ix
I. PENDAHULUAN
kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara
Salah satu sub sektor peternakan yang berperan dalam penyediaan protein
hewani adalah dibidang perunggasan. Telur merupakan salah satu bahan pangan
hewani yang paling lengkap gizinya. Kandungan gizi telur ayam dengan berat 50
gram terdiri dari protein 6,3 gram, lemak 5 gram serta mengandung vitamin dan
mineral.
protein. Standar kebutuhan nutrisi untuk ayam petelur fase layer minimal 16%,
tinggi dan kemungkinan dapat terjadi kelebihan protein yang akan dibuang
1
Permintaan terhadap telur yang tinggi oleh masyarakat menyebabkan
peternakan ayam skala kecil, menengah dan industri berkembang pesat. Untuk
memenuhi kebutuhan telur sebagai sumber protein hewani, peternak tidak hanya
memproduksi telur dalam jumlah banyak, tetapi juga perlu mengetahui strategi
menguntungkan yaitu mempunyai telur yang memiliki nilai gizi yang tinggi. Telur
berkembang sangat pesat. Hal ini dikarenakan produksi ayam ras petelur yang
cukup tinggi jika ditempatkan pada lingkungan kandang yang ideal, yaitu pada
Analisis dan studi kelayakan proyek adalah suatu cara yang terdiri dari
berbagai aspek untuk menilai layak atau tidaknya suatu usaha yang akan
menilai proyek yang akan dikerjakan di masa mendatang. Penilaian disini tidak
2
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perlu dilakukan praktikum
analisis dan studi kelayakan proyek ayam ras petelur di Desa Sindangkasih,
2. Bagaimana aspek finansial usaha penjualan telur ayam ras petelur Bapak
Rahmat?
1.3. Tujuan
yaitu :
2. Untuk mengetahui aspek finansial usaha penjualan telur ayam ras petelur
Bapak Rahmat.
3
1.4. Manfaat
yaitu :
2. Dapat mengetahui aspek finansial usaha penjualan telur ayam ras petelur
Bapak Rahmat.
hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan.
aspek finansial.
4
Analisis Usaha Kelayakan Finansial Penjualan Telur
Ayam Ras Petelur Di Desa Sindangkasih, Kecamatan
Ranomeeto Barat, Kabupaten Konawe Selatan
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
dalam memanfaatkan peluang tenga kerja. Salah satu industri perunggasan yang
ayam ras petelur yang menghasilkan produk telur konsumsi. Peternakan ayam
peternakan ayam ras petelur mengalami perkembangan yang pesat dan umumnya
Indonesia, karena ayam ini merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Ayam
yang dipelihara oleh masyarakat Indonesia dalam memproduksi telur masih kalah
dengan ayam petelur yang didatangkan dari luar negeri. Ayam dalam negeri atau
sering kita kenal dengan sebutan ayam kampung atau ayam buras, kemampuan
bertelurnya mencapai 180 butir pertahun. Ayam petelur yang kita kenal sekarang
adalah strain ayam yang mampu bertelur sebanyak 300 butir lebih pertahunnya.
Ayam ras yang merupakan ayam hasil perkawinan silang dalam maupun silang
luar antara berbagai bangsa ayam hutan. Ayam hutan merah (Galus-galus
bankiva), ayam hutan ceton (Galus lafayeti), ayam hutan abu-abu (Galus
sonerati), dan ayam hutan hijau (Galus varius, Galus javanicus) (Abidan, 2019).
6
Ayam ras petelur dipelihara dengan sistem cage memiliki keuntungan
secara ekonomi yaitu hemat tempat per unit area, praktis, mudah dipantau, dan
yang mengarah pada kesejahteraan hewan dan resiko penyakit akibat debu serta
lalat dari kandang. Ayam ras petelur yang dipelihara pada sistem liter jarang
dilakukan karena akan sulit dalam mengontrol konsumsi pakan per individu dan
pengambilan telur, tetapi kelebihan dari sistem liter ini yaitu ayam yang dapat
leluasa dalam kandang. Sistem pemeliharaan dapat berupa suhu kandang dan jenis
kandang yang berbeda dapat mempengaruhi kualitas telur, baik kualitas interior
ayam petelur mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai
mempunyai telur yang nilai gizi tinggi dan rasa yang lezat. Ayam ras petelur dapat
7
Ayam ras petelur merupakan salah satu komoditas peternakan yang
berkembang sangat pesat. Hal ini dikarenakan produksi ayam ras petelur yang
cukup tinggi jika ditempatkan pada lingkungan kandang yang ideal, yaitu pada
dan berbagai keperluan industri. Protein yan terkandung pada telur memiliki
adanya ayam ras petelur, masyarakat sudah mengonsumsi telur ayam kampung
dipenuhi dari telur ayam ras (92,82%). Semua lapisan masyarakat telah terbiasa
dengan telur ayam ras yang harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan telur
Pakan adalah suatu bahan pakan yang ditambahkan dalam pakan ternak
produksi. Pakan yang biasa digunakan umumnya terdiri dari antibiotik, enzim,
probiotik, prebiotik, asam organik dan bioaktif tanaman (Asnawi dkk., 2017).
8
Pakan dapat mempengaruhi tingkat produktivitas ayam petelur. Menurut
SNI (2014) bahwa standar ransum pakan ayam petelur periode layer yaitu kadar
air maksinal 14%, protein kasar minimal 16%, lemak kasar 2,5 – 7%, kalsium
3,25 – 4%, fosfor 0,6 – 1,0%, lysine0,8%, metionin 0,35% dan energi metabolis
2.650 kkal/kg. Jika energi pakan saat fase layer terlalu rendah (kurang dari 2.600
kkal), konsumsi pakan lebih banyak sehingga Feed Convertion Ratio (FCR)
meningkat dan efisiensi pakan menurun. Sebaliknya jika energi pakan terlalu
protein. Standar kebutuhan nutrisi untuk ayam petelur fase layer minimal 16%,
tinggi dan kemungkinan dapat terjadi kelebihan protein yang akan dibuang
2.4. Perkandangan
suatu usaha bidang peternakan karena fungsi utama dari kandang adalah sebagai
tempat tinggal ternak dari awal masa pemeliharaan hingga akhir masa panen,
maka dari itu tatalaksana perkandangan yang digunakan sebaiknya agar dapat
menghasilkan telur tidak akan terganggu. Hal penting yang harus diperhatikan
dalam perkandangan antara lain yaitu sistem kandang, lokasi kandang, kontruksi
9
kandang, kepadatan kandang, peralatan kandang serta sanitasi kandang
oleh karena itu dibutuhkan kandang yang nyaman dan berpengaruh terhadap
kesehatan ayam serta hasil produksi yang maksimal. Pada pemeliharaan secara
lebih optimal. Kontruksi kandang yang baik harus bisa menciptakan keamanan
dan kenyamanan bagi ayam yang dipelihara. Manajemen kandang sangat penting
afkir merupakan faktor yang tidak kalah penting agar ayam dan lingkungan sekitar
peternakan untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam peternakan dan untuk
10
2.5. Penyakit
Kondisi ternak yang tidak sehat dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti stress (cekaman), defisiensi zat makanan, parasit penyakit karena protozoa,
penyakit karena bakteri, penyakit karena virus dan penyakit karena cendawan
serosa dan mukosa organ visceral, terutama hemoragis pada jaringan lemak
oleh VAI (Swayne, 2018). Gejala penurunan produksi telur juga merupakan gejala
yang timbul akibat infeksi selain virus AI diantaranya adalah Newcastle Diseases
virus (NDV), Egg Drop Syndrome (EDS) dan Infectious Bronchitis (IB) (Swayne
dkk., 2019).
produksi. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya yang akan digunakan dalam
berbagai pertimbangan. Terdapat dua jenis biaya yakni biaya tetap merupakan
yang mana komponen tersebut dapat digunakan dalam beberapa kali proses
11
produksi dan biaya variabel yang merupakan biaya yang habis digunakan dalam
biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan pada awal
tahun usaha atau pada saat usaha telah berlangsung untuk mendapatkan faktor-
faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Biaya operasional adalah
sejumlah biaya yang dikeluarkan agar proses produksi dapat berlangsung (Santoso
dkk., 2017). Biaya dari usaha ternak ayam ras petelur terdiri dari biaya pakan dan
biaya tenaga kerja. Biaya pakan merupakan biaya produksi terbesar dengan
persentase sebesar 77% dari total biaya produksi (Tumion dkk., 2017).
2.7. Penerimaan
dengan mengalikan antara jumlah ayam dengan harga jual ayam per ekor
yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode produksi (Simanjuntak, 2018).
bisnis. Arus manfaat bisnis ini adalah penerimaan dari hasil penjualan telur ayam
ras, ayam petelur afkir dan kotoran ayam dan nilai sisa. Penerimaan nilai sisa
adalah penerimaan yang diperoleh dari sisa modal investasi yang tidak terpakai
habis selama umur usaha. Investasi yang memberikan nilai sisa pada usaha
peternakan telur ayam ras adalah nilai tanah, bangunan, mesin, dan kendaraan
(Santoso, 2017).
12
Penerimaan usaha adalah total nilai produksi yang dihasilkan dalam suatu
ernak ayam berasal dari penjualan ayam, penjualan telur yang diperhitungkan,
perubahan nilai ternak, dan ayam yang dikonsumsi (Badar dan Gagan, 2017).
Penerimaan di perhitungkan hanya dalam wujud tunai yang diterima oleh peternak
peternakan ayam petelur, produksi yang dimaksud adalah output berupa telur dan
biaya produksi yang besarnya tergantung pada besarnya biaya yang dikeluarkan
dengan harga jual. Penerimaan plasma berasal dari hasil penjualan telur, penjualan
ekskreta dan penjualan karung bekas pakan. Banyaknya telur yang dihasilkan
2020).
2.8. Pendapatan
adalah output berupa telur dan daging dan untuk menghasilkan ouput tersebut
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan telur. Biaya produksi yang
besar dan seimbang dengan skala usaha maka tingkat pendapatan peternak akan
(Lumenta, 2022).
13
Pembangunan sektor peternakan dalam mewujudkan program
karena selama ini peternak kurang memperhatikan aspek pembiayaan yang telah
kelayakan usaha. Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah didiskon
14
Dari hasil perhitungan NPV terdapat tiga kriteria kelayakan
investasi,yaitu:
dengan jumlah PV net benefit negatif. Nilai Net B/C ratiomenunjukkan besarnya
benefit yang diperoleh dari cost yang dikeluarkan. Menurut Dedi (2019) Net B/C
∑ Bt−Ct
( )t
t =0 1+l
Dimana :
Bt = Benefit pada tahun ke t
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t
i = Discount Rate (%)
t = Umur ekonomis (tahun)
Dari hasil perhitungan Net B/C ratio terdapat tiga kriteria kelayakan
investasi,yaitu:
b. Net B/C ratio< 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan
c. Net B/C ratio= 1, maka usaha tersebut berada pada titik impas.
15
2.9.3. Gross Benefit Ratio (Gross Net B/C Ratio)
benefit) dengan present value biaya (PV cost). Menurut Pasaribu (2017) secara
Keterangan :
Gross B/C = Gross Benefit Cost Ratio
Bt = Benefit pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rp)
n = Lamanya periode waktu (tahun)
i = Tingkat suku bunga yang berlaku (%)
Kriteria penilaian gross B/C adalah sebagai berikut:
a. Bila nilai gross B/C > 1 maka usaha peternakan ayam petelur Bapak
b. Bila nilai gross B/C < 1 maka usaha peternakan ayam petelur Bapak
c. Bila nilai gross B/C = 1 maka usaha peternakan ayam petelur Bapak
IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV = 0. Dari
16
c. IRR = SOCC, maka usaha tersebut berada pada titik impas.
Menurut Dedi (2019), formula yang digunakan untuk menilai IRR adalah:
NPV 1
IRR = i1+ + . (i1 – i2)
NPV 1−NPV 2
i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 2
NPV1 = NPV Positif (Rp)
NPV2 = NPV Negatif (Rp)
BEP adalah titik impas atau titik pulang pokok, dimana total revenue sama
dengan total cost. Perhitungan BEP ini penting dilakukan untuk mengetahui
dikeluarkan. Semakin lama suatu usaha mencapai titik BEP, maka semakin besar
17
perkembangan pasar pada harga telur yang semakin baik maka ia
usaha ayam ras petelur yaitu jumlah ayam, pakan, tenaga kerja, dan
kandang.
3. Hanafiah (2022) dengan judul penelitian nya Analisis Finansial Dan Studi
per musim. Produksi (dua tahun) dari rata-rata luas kandang 857.1428571
m 2 dengan rata-rata jumlah ternak ayam petelur sebanyak 2.214 ekor dan
bahwa nilai NPV 591.211.129,5 > 0, IRR 64 %. Net B/C Dimana 3,08 > 1,
maka dapat disimpulkan bahwa usaha ternak ayam petelur layak untuk
dilaksanakan.
18
III. METODE PRAKTIKUM
Konawe Selatan.
3.2. Responden
usaha yang dijalankan telah berdiri 4 tahun; 2) jumlah populasi ayam petelur
1.600 ekor; dan 3) tenaga kerja dalam kategori tenaga kerja lokal (pemilik usaha
Jenis data yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari wawancara langsung
biaya penerimaan dan hambatan serta peluang usaha. Sedangkan data sekunder
merupakan data-data tertulis yang diperoleh dari buku, jurnal, internet dan data-
data dari instansi lain yang terkait dengan kepentingan praktikum. Metode yang
19
digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan cara interview, observasi dan
metode analisis kriteria investasi. Alat analisis kriteria investasi yang digunakan
secara berturut-turut adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio
(Net B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), Gross Benefit Ratio (Gross Net
Ranomeeto Barat, Kabupaten Konawe Selatan berdasarkan R/C ratio dan B/C
ratio yaitu dilakukan dengan melihat kriteria peternakan tersebut apakah sudah
sesuai dengan syarat R/C dan B/C ratio, jika sudah berarti usaha tersebut layak
20
untuk dilakukan dan jika tidak sesuai berarti usaha tersebut tidak layak untuk
dilakukan.
n
Bt −Ct
𝑁𝑃𝑉 ¿ ∑
t=0 1
Dimana:
Bt = Benefit pada tahun ke t (Rp)
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t (Rp)
i = Discont Rate (%)
t = Jumlah waktu (tahun)
Dari hasil perhitungan NPV terdapat tiga kriteria kelayakan
investasi,yaitu:
n
Bt−Ct ( Bt −Ct ) >0
Net B/C ratio = ∑ t untuk
t =0 ( 1+l ) Bt −Ct <0
n
∑ Bt−Ct
( )t
t =0 1+l
Dimana :
Bt = Benefit pada tahun ke t
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t
i = Discount Rate (%)
t = Umur ekonomis (tahun)
Dari hasil perhitungan Net B/C ratio terdapat tiga kriteria kelayakan
investasi, yaitu:
21
b. Net B/C ratio< 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan
c. Net B/C ratio= 1, maka usaha tersebut berada pada titik impas.
Keterangan :
Gross B/C = Gross Benefit Cost Ratio
Bt = Benefit pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rp)
n = Lamanya periode waktu (tahun)
i = Tingkat suku bunga yang berlaku (%)
a. Bila nilai gross B/C > 1 maka usaha peternakan ayam petelur Bapak
b. Bila nilai gross B/C < 1 maka usaha peternakan ayam petelur Bapak
c. Bila nilai gross B/C = 1 maka usaha peternakan ayam petelur Bapak
NPV 1
IRR = i1+ + . (i1 – i2)
NPV 1−NPV 2
i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 2
NPV1 = NPV Positif (Rp)
NPV2 = NPV Negatif (Rp)
Dari hasil perhitungan IRR terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, yaitu:
22
a. IRR>SOCC, maka usaha tersebut layak untuk dilakukan.
Total biaya
a. BEP harga =
Total produksi
Total biaya
b. BEP produksi =
Harga produksi
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Konawe Selatan ke arah Utara melalui Wolasi atau 16 km dari Barat
wilayah dataran seluas 76,07 km2 dengan jumlah 7.620 jiwa (BPS 2018). Kode
bersifat tradisional yang didirikan sejak tahun 2018 sampai sekarang dengan
Konawe Selatan dengan jumlah populasi awal 1.000 ekor dan sekarang mencapai
1.600 ekor. Usaha ini termasuk usaha dengan skala menengah. Hal ini apabila
24
ayam petelur di Desa Cihaur telah didirikan pada tahun 2009 dengan rata-rata
pengalaman usaha 4 tahun rata, rata produksi telur yang dihasilkan peternak ayam
petelur adalah 9.700 kg. Pemeliharaan yang dilakukan peternak yaitu berupa
pemberian pakan, minum dan pemberian vaksin dan obat-obatan, ruang lingkup
usaha peternakan ayam petelur produk yang di hasilkan adalah telur ayam dengan
Penjualan hasil produksi dari usaha yang dijalankan oleh Bapak Rahmat
adalah setiap hari dengan metode pembeli datang langsung ke tempat Bapak
Rahmat dan dari hasil penjualan tersebut disimpan untuk keperluan pembelian
peralatan dan bahan untuk usahanya kedepan. Kandang yang digunakan dalam
produksi. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya yang akan digunakan dalam
diterima dari hasil penjualan telur, penjualan kotoran ternak dan penjualan ayam
afkir. Penerimaan adalah perkalian antara harga jual dengan jumlah produksi.
Untuk lebih jelasnya, uraian biaya produksi dan biaya penerimaan usaha
25
peternakan ayam petelur Bapak Rahmat yang dijalankan selama 5 tahun dapat
didirikan sejak tahun 2018 hingga sekarang dengan populasi awal sebanyak 1.000
150.000.000 dengan luas lahan 25x100 m2 dan jumlah kandang sebanyak 2 unit.
Bibit dan pakan usaha peternakan Bapak Rahmat dibeli di Makassar perusahaan
Bintani, Mitra Jaya dan RS 07 dengan lama pengiriman 2 hari. Bapak Rahmat
menggunakan obat-obatan berupa terapi dan vita stres, vaksinasi yang dilakukan
berupa gumboro, ND, AI dan coryza yang kadang dilakukan oleh Bapak Rahmat
sendiri dan kadang dilakukan oleh PT. Medion. Umur ternak ayam petelur Bapak
Rahmat saat afkir yaitu ± 2 tahun setengah. Bapak Rahmat juga menjual kotoran
ternak sebagai pupuk yang dijual kepada petani sebanyak 60 karung dengan harga
sekarung Rp 25.000. Penjualan produk ternak ayam petelur Bapak Rahmat selama
26
dkk., (2017) permintaan masyarakat yang tinggi terhadap telur ayam ras karena
harganya yang lebih murah dibanding telur itik dan telur ayam kampung sehingga
hal tersebut menjadi peluang usaha yang tinggi bagi peternak ayam petelur untuk
mengembangkan usaha.
Fianda dkk., (2018) bahwa pentingnya sebuah struktur organisasi akan membantu
yang ada untuk penyelesaian pekerjaan perusahaan dengan pedoman visi, misi dan
tujuan perusahaan.
Menurut Kusdi, (2019) bahwa faktor utama yang terpenting dalam perusahaan
satu fungsi bisnis yang sangat penting dalam perusahaan, karena untuk melakukan
27
Usaha ayam petelur Bapak Rahmat merupakan unit usaha milik pribadi
dengan jumlah populasi 1.600 ekor yang termasuk sebagai usaha skala menengah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Arif dkk., (2017) yang menyatakan bahwa
berdasarkan skala usahanya, peternakan ayam petelur dibedakan atas tiga skala
usaha yaitu skala kecil 300-1.500 ekor, skala usaha menengah 1.600-3.700 ekor
Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan pada awal tahun
usaha atau pada saat usaha telah berlangsung untuk mendapatkan faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi (Santoso dkk., 2017). Biaya
investasi dalam usaha ayam petelur Bapak Rahmat dapat dilihat pada Tabel 1.
Biaya investasi adalah biaya awal yang digunakan ketika akan membangun suatu
28
usaha. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutiyono (2018) yang menyatakan bahwa
biaya investasi merupakan biaya awal yang dikeluarkan saat menjalankan usaha
yaitu pada tahun pertama usaha, dimana jumlahnya relatif besar dan tidak dapat
habis dalam satu kali periode produksi. Biaya investasi ditanamkan pada suatu
usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam periode yang akan datang,
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh usaha ternak
ayam ras petelur, yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi.
produksi yang dihasilkan oleh usaha ternak ayam ras petelur, namun biaya ini
harus dikeluarkan (Dicky dkk., 2019). Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha
dalam usaha Bapak Rahmat yaitu sebesar Rp 6.300.000 yang terdiri dari pajak
lahan, biaya transportasi/pemasaran dan rekening listrik. Biaya tetap adalah biaya
yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sutiyono (2018) yang menyatakan bahwa biaya tetap
29
merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan input maupun output
Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang besar kecilnya sangat
tergantung pada skala produksi. Biaya yang tergolong biaya variabel (variabel
cost) pada usaha ternak ayam ras petelur adalah biaya sarana produksi yang terdiri
atas biaya bibit, biaya pakan, biaya vaksin dan biaya tenaga kerja (Dicky dkk.,
2019). Biaya variabel pada usaha peternakan Bapak Rahmat dapat dilihat pada
Tabel 3.
Bapak Rahmat dalam usahanya sebesar Rp 35.924.000 yang terdiri dari bibit,
pakan dan obat-obatan, vitamin serta vaksinasi. Biaya variabel adalah biaya yang
besar kecilnya tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Waleleng dkk., (2022) yang menyatakan bahwa biaya tidak tetap
(variabel cost) pada usaha peternakan ayam ras petelur adalah biaya sarana yang
terdiri dari biaya bibit, pakan, obat, vitamin, vaksin, tenaga kerja dan biaya
lainnya.
4.4. Penerimaan
30
Penerimaan adalah nilai ternak ayam dipanen yaang diperoleh
dengan mengalikan antara jumlah ayam dengan harga jual ayam per ekor
yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode produksi (Simanjuntak, 2018).
Tabel 4. Penerimaan
No Jenis Penerimaan Volume Harga Satuan Total
1 Kotoran Ternak 50 karung 25.000 1.250.000
2 Penjualan Telur 50 rak 50.000 2.500.000
3 Penjualan Ayam Afkir 1600 ekor 50.000 80.000.000
Total Penerimaan 83.750.000
Pada Tabel 4 dijelaskan bahwa total penerimaan usaha peternakan Bapak
Rahmat dari hasil penjualan telur, penjualan feses dan penjualan ayam afkir yaitu
sebanyak Rp. 83.750.000. Penerimaan merupakan jumlah total hasil penjualan per
periode produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ridwan dan Prasetyo (2020)
penerimaan suatu usaha merupakan perkalian antara faktor produksi dengan harga
jual. Penerimaan plasma berasal dari hasil penjualan telur, penjualan ekskreta dan
usaha antara layak atau tidak menggunakan Net Present Value (NPV), Net Benefit
and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), Gross Benefit
Ratio (Gross Net B/C Ratio) dan Break Event Point (BEP).
n
Bt −Ct
𝑁𝑃𝑉 ¿ ∑
t=0 1
Dimana:
Bt = Benefit pada tahun ke t (Rp)
31
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t (Rp)
i = Discont Rate (%)
t = Jumlah waktu (tahun)
n
Bt−Ct ( Bt −Ct ) >0
Net B/C ratio = ∑ t untuk
t =0 ( 1+l ) Bt −Ct <0
n
∑ Bt−Ct
( )t
t =0 1+l
Dimana :
Bt = Benefit pada tahun ke t
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t
i = Discount Rate (%)
t = Umur ekonomis (tahun)
Keterangan :
Gross B/C = Gross Benefit Cost Ratio
Bt = Benefit pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rp)
n = Lamanya periode waktu (tahun)
i = Tingkat suku bunga yang berlaku (%)
NPV 1
IRR = i1+ + . (i1 – i2)
NPV 1−NPV 2
i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 2
NPV1 = NPV Positif (Rp)
NPV2 = NPV Negatif (Rp)
32
e. Break Even Point (BEP)
Total biaya
c. BEP harga =
Total produksi
Total biaya
d. BEP produksi =
Harga produksi
manfaat (benefit) yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha
atau proyek, disebut dengan studi kelayakan bisnis. Dalam penyusunan studi
peluang dan tantangan dalam dunia usaha yang mungkin terjadi di masa yang
Keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari tingkat efisiensi yang telah
dicapai. Alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha
ternak ayam ras petelur adalah dengan menggunakn R/C, adalah dengan cara
membagi penerimaan dengan biaya total usaha ternak ayam ras petelur. Biaya
total meliputi biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya kandang, penyusutan alat-alat
dan biaya variabel (variable cost) (Dicky dkk., 2019). Uraian cash flow pada
usaha peternakan ayan petelur Bapak Rahmat yang dijalankan selama 4 tahun
33
Tabel 5. Cash flow usaha peternakan ayam petelur Bapak Rahmat selama 4 tahun
Tahun Biaya (Cost) Benefit Net Benefit
0 158.300.000 0 -158.300.000
1 41.684.000 83.750.000 42.066.000
2 5.324.000 83.750.000 78.426.000
3 41.684.000 83.750.000 42.066.000
4 5.324.000 83.750.000 78.426.000
Total 252.316.000 335.000.000 82.684.000
Rataan 50.463.200 67.000.000 16.536.800
Berdasarkan Tabel 5 diatas, dapat dijelaskan bahwa cash flow pada usaha
peternakan ayam petelur milik Bapak Rahmat terbagi atas cash outflow (biaya)
dan cash inflow (benefit). Total net benefit dari tahun ke-0 sampai tahun ke-4
sebesar Rp. 82.684.000 dengan total biaya (cost) sebesar Rp. 252.316.000 dan
total penerimaan (benefit) sebesar Rp. 335.000.000 dengan populasi awal 1.000
menggunakan kriteria penilaian investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net
Benefit dan Cost Ratio (Net B/C Ratio), Gross B/C Ratio, Internal Rate of Return
(IRR), Break Even Point (BEP) Payback Period (PP). Metode yang digunakan
Net present value dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus
Sutiyono, 2018). Uraian perhitungan NPV pada usaha peternakan ayam petelur
34
Tabel 6. Perhitungan NPV pada usaha peternakan ayam petelur milik Bapak
Rahmat selama 4 tahun
Tahun Net Benefit DF 12% NPV
0 -158.300.000 1 -158300000
1 42.066.000 0,89 37558928,57
2 78.426.000 0,80 62520727,04
3 42.066.000 0,71 29941747,9
4 78.426.000 0,64 49841140,82
Nilai NPV 333824193,4
Nilai NPV (+) 179862544,3
Nilai NPV (-) -158.300.000
Pada Tabel 6 diatas dapat dijelaskan bahwa nilai NPV dari cash flow pada
Bapak Rahmat layak untuk dijalankan karena telah sesuai dengan penilaian NPV
yaitu NPV > 0. Hal ini sesuai dengan pendapat Dedi (2019) yang menyatakan
bahwa dari hasil perhitungan NPV terdapat tiga kriteria kelayakan investasi, yaitu:
Menurut Nurmalina dkk., (2019) rasio ini diperoleh dengan membagi nilai
sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya, yang bertujuan untuk
mengetahui perbandingan antara jumlah biaya yang dikeluarkan pada suatu usaha
terhadap manfaat yang akan diperolehnya. Berdasarkan rumus Net B/C Ratio
yakni jumlah NPV positif dibagi dengan jumlah NPV negatif, maka dapat
NPV Positif
Net B/C Ratio =
NPV Negatif
35
179862544,3
Net B/C Ratio =
−158.300.000
menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam petelur Bapak Rahmat tidak layak
dijalankan karena tidak sesuai dengan kriteria Net B/C Ratio yakni nilai Net B/C
Ratio > 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Dedi (2019) yang menyatakan bahwa
dari hasil perhitungan Net B/C Ratio terdapat tiga kriteria kelayakan
investasi,yaitu:
a. Net B/C ratio > 1, maka usaha tersebut layak untuk dilakukan
b. Net B/C ratio < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan
c. Net B/C ratio = 1, maka usaha tersebut berada pada titik impas.
Nilai Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) diperoleh dari perbandingan
antara jumlah present value benefit dengan jumlah present value cost. Gross cost
adalah biaya modal (capital cost) atau biaya investasi, biaya operasional dan biaya
pemeliharaan sedangkan gross benefit adalah nilai total produksi (Marwatin dkk.,
2018). Uraian perhitungan PVB (Present Value Benefit) dengan PVC (Present
Tabel 7. Perhitungan PVB dan PVC pada usaha peternakan ayam petelur Bapak
Rahmat selama 4 tahun.
Tahun Cost Benefit DF 12% PV Cost PV Benefit
0 158.300.000 0 1 158300000 0
1 41.684.000 83.750.000 0,89 37217857,14 74776785,71
2 5.324.000 83.750.000 0,80 4244260,204 66764987,24
3 41.684.000 83.750.000 0,71 29669847,85 59611595,75
4 5.324.000 83.750.000 0,64 3383498,249 53224639,07
Total 252.316.000 335000000 4,04 1018687838 1352512031
36
Berdasarkan Tabel 7 diatas, maka dapat dijelaskan bahwa nilai PVC dan
PVB pada peternakan ayam petelur milik Bapak Rahmat selama 4 tahun dengan
DF 12% sebesar 1018687838 dan 1352512031. Sesuai dengan rurmus Gross B/C
Ratio yakni jumlah PVC dan PVB dibagi dengan jumlah PVC, maka Gross B/C
1352512031
Gross B/C Ratio =
1018687838
dijalankan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pasaribu (2017) yang menyatakan
a. Bila nilai gross B/C > 1 maka usaha peternakan ayam petelur Bapak
b. Bila nilai gross B/C < 1 maka usaha peternakan ayam petelur Bapak
c. Bila nilai gross B/C = 1 maka usaha peternakan ayam petelur Bapak
yang telah dipresent valuekan dan cost yang telah dipresent valuekan sama
dengan nol. IRR adalah untuk mengetahui presentase keuntungan dari suatu
37
proyek tiap-tiap tahun. IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam
nilai positif yakni 333824193,4 maka dapat disimpulkan bahwa pada usaha
Menurut Munawir (2017) Break Even Point dapat diartikan suatu keadaan
dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi. Analisa break even point mampu memberikan informasi mengenai
break even point pada usaha peternakan ayam petelur yaitu ada dua diantranya:
(1). Menghitung break even point harga telur utuh dalam satuan rupiah yaitu total
biaya produksi selama satu bulan dibagi dengan hasil produksi berdasarkan
selama satu bulan dan (2). Menghitung break even point hasil telur utuh dalam
satuan kilogram, yaitu total biaya produksi selama satu bulan dibagi harga jual
Total Biaya
BEP Produksi =
Satuan Harga
158.300.000
BEP Produksi =
25.000
38
BEP Produksi = 6,33
menunjukkan bahwa jumlah produk yang harus dijual kepada konsumen untuk
usaha peternakan ayam petelur Bapak Rahmat layak untuk dijalankan karena
sesuai dengan kriteria penilaian Break Even Point (BEP) yakni nilai BEP produksi
Total Biaya
BEP harga =
Jumlah Produksi
158.300.000
BEP harga =
50
menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam petelur milik Bapak Rahmat tidak
layak untuk dijalankan karena tidak sesuai dengan kriteria BEP yakni nilai BEP
harga < harga jual. Sementara nilai BEP harga lebih besar dari pada BEP
produksi.
39
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Barat Kabupaten Konawe Selatan dengan jumlah populasi awal 1.000 ekor
dan sekarang mencapai 1.600 ekor. Usaha ini termasuk usaha dengan skala
menengah.
menengah dengan jumlah populasi 1.600 ekor. Usaha ini terletak di Desa
40
kriteria penilaian kelayakan finansial yakni nilai NPV sebesar
333824193,4, Net B/C Ratio sebesar -1,14, Gross B/C Ratio sebesar 1,33
(layak untuk dijalankan) dan nilai BEP Produksi sebesar 6,33 artinya
mendapatkan keuntungan yaitu 6,33 karung. Nilai BEP harga sebesar Rp.
3.166.000, artinya bahwa harga jual yang harus dijual kepada konsumen
ayamnya. Nilai BEP harga lebih besar dari pada BEP produksi.
5.2. Saran
2. Saran untuk asisten tidak ada karena asisten sudah membimbing dan
3. Saran untuk teman sebaiknya lebih aktif dalam pembuatan laporan agar
41
DAFTAR PUSTAKA
42
Orsi MA., LJ. Doretto., SCA. Camillo., D. Reischak ., SAM. Ribeiro., A.
Ramazzoti., AO. Mendonça., FR. Spilki., MG. Buzinaro., HL. Ferreira dan
CW. Arns. 2017. Prevalence of Newcastle disease virus in Broiler
chickens (Gallus gallus) in Brazil. Brazilian Jurnal Microbiology. 41(3):
349-357.
Pakage S., B. Hartono., Z. Fanani., BA. Nugroho dan DA. Iyai. 2018. Analisis
Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Pedaging dengan
Menggunakan Closed House System dan Open House System. Jurnal
peternakan Indonesia. 20(3): 193-200.
Pasaribu AM. 2017. Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis: (Konsep dan
Aplikasi). Lily Publiser. Yogyakarta.
Pertiwi A. 2020. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur (Studi
Kasus PT Jaya Perkasa di Desa Dampang Kecamatan Gantarangkeke
Kabupaten Bantaeng). Skripsi. Hal 67.
Purwanto D., HAZ. Yamani dan EU. Antang. 2019. Analisis Pendapatan Usaha
Ternak Ayam Ras Petelur di Kota Palangka Raya (Studi Kasus: Peternakan
Rajawali Poultry Shop dan Satwa Mandiri Farm). Journal Socio
Economics Agricultural. 14(2): 28-39.
Rachmawati S. 2019. Aflotoksin dalam Pakan Ternak Di Indonesia: Persyaratan
Kadar dan Pengembangan Teknik Dektessinya. Wartazoa.
Rahmadhani D dan W. Sarengat. 2017. Tata Laksana Perkandangan Ayam
Broiler Pembibit di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Desa Parereja
Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (Doctoral
dissertation, Fakultas Peternakan Dan Pertanian Undip).
Ridwan A dan AF. Prasetyo. 2020. Analisis Profitabilitas Usaha Ternak Broiler
Pada Skala yang Berbeda di Kecamatan Sukowono Kabupaten
Jember. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 8(1): 1-6.
Santoso ZB. 2017. Analisis Biaya Produksi Peternakan Ayam Petelur di
Kabupaten Tulungagung (Studi Kasus di Dofir Layer Farm). Jurnal Aves.
(1)
Santoso ZB., ET. Sudjani dan A. Andaka. 2017. Analisis Biaya Produksi
Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Tulungagung (Studi Kasus di Dofir
Layer Farm). Jurnal Aves. 11(1): 21-29.
Sari ML dan M. Herdiyana. 2017. Manajemen Perkandangan Ayam Petelur Afkir
di Breeding Farm PT. Vista Agung Kencana Farm 2 Desa Talang Taling
Kecamatan Gelumbang Muara Enim. Jurnal Peternakan Sriwijaya, 6(2).
Setiawati. 2017. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University.
43
Setyono dan D. Joko. 2019. Analisis Ekonomi Usaha Peternakan Ayam Petelur di
Ud. Hs Indra Jaya. Universitas Brawijaya. Malang.
Simanjuntak MC. 2018. Analisis Usaha Ternak Ayam Petelur di Peternakan Ayam
Selama Satu Kali Masa Produksi. Jurnal FAPERTANAK: Jurnal Pertanian
dan Peternakan. 3(1): 60-81.
Sudarmono AS. 2018. Pedoman Pemeliharaan Ayam Petelur. Kanisius.
Suprijatno dan Atmomarsono. 2018. Ilmu Dasar Ternak. Jakarta. Hal: 136-137.
Penebar Swadaya.
Sutrisna R dan MS. Sholeh. 2018. Performa Ayam Hasil Persilangan (F2) yang
Diberi Ransum Kadar Protein dan Dosis Herbal Berbeda. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu. 6(2): 117-121.
Swayne DE and M. Patin. 2018. Pathobiology of Avian influenza virus infection
in birds and mamals, dalam Swayne, D.E. (Ed) Avian influenza. Blackwell
Publishing. Iowa. 87-88.
Swayne DE., DL. Suarez dan LD Sims. 2019. Influenza. In: Swayne, D.E.,
Glisson, J.R., McDougald, L.R., Nair, V., Nolan, L.K., Suarez, D.L.
(Eds.), Diseases of Poultry, 13th ed. Wiley Blackwell, Ames, Iowa. 181–
218.
Tumion B., VVJ. Panalewen., A. Makalew dan B. Rorimpandey. 2017. Pengaruh
Biaya Pakan dan Tenaga Kerja Terhadap Keuntungan Usaha Ayam Ras
Petelur Milik Vony Kanaga di Kelurahan Tawaan Kota Bitung (Study
kasus). Jurnal Zootek. 37(2): 207-215.
Widyantara INP dan IGAKS. Ardani. 2017. Analisis Strategi Pemasaran Telur
Ayam (Studi Kasus di Desa Pesedahan dan Bugbug, Kabupaten
Karangaem). E-Jurnal Manajemen Unud. 6(7): 3766-3793.
44
DAFTAR LAMPIRAN
45
Lampiran 2 Uraian Biaya Produksi dan Biaya Penerimaan Usaha
Peternakan Ayam Petelur Oleh Bapak Rahmat
46
Lampiran 3 Uraian Cash Flow Usaha Peternakan Ayam Petelur Oleh Bapak
Rahmat
Lampiran 4 Uraian Perhitungan NPV, Net B/C Ratio dan Gross B/C Ratio
dan BEP Usaha Peternakan Ayam Petelur Oleh Bapak Rahmat
47