Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup

manusia. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia

yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan

peningkatan kualitas.1

Jadi pendidikan sangat berperan penting terhadap proses peningkatan

prestasi. Serta menjadikan manusia memiliki potensi yang lebih baik.

Dalam proses pembelajaran tentunya memiliki sistem pendidikan yang

mampu untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam proses pembelajaran

guru diharuskan memiliki peran terpenting sehingga mampu memberikan

kondisi belajar mengajar yang efektif. Dalam sebuah pendidikan yang

menentukan berhasil tidaknya ialah seorang guru. Oleh karena itu guru

merupakan kan fondasi utama dalam proses pendidikan berlangsung . Jika

guru memiliki peran yang baik, maka pendidikan yang diperoleh akan baik

juga. Sebaliknya jika guru memiliki peran yang semakin hari semakin

memburuk, maka makin parah lah dunia pendidikan. Dunia pendidikan

tentunya memiliki proses pembelajaran. Maka dari itulah pentingnya strategi

1
Hujair AH dan Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani
Indonesia (Yogyakarta : Safira Insania Press, 2010), hal. 4

1
2

pembelajaran untuk memudahkan guru dalam menyampaikan bahan ajar

kepada para peserta didik.

Dalam dunia pendidikan kegiatan belajar mengajar sangat penting

dalam kemajuan bangsa Indonesia. Dalam proses pembelajaran tentu

mengalami permasalahan yang terjadi pada setiap pendidik, pembelajaran

dapat berjalan dengan baik, efektif, dan efisien, tentunya menggunakan

strategi pembelajaran yang baik. Dikarenakan dalam setiap proses belajar

mengajar hal terpenting melihat keberhasilan ialah dari penggunaan strategi

pembelajaran yang tepat. Maka dari itu, seorang guru seharusnya mempunyai

strategi yang dapat diterima peserta didik dengan mudah dan dapat dipahami

terhadap menerima materi-materi yang diberikan oleh guru.

Dengan demikian kata strategi merupakan kemampuan guru dalam

menciptakan proses belajar dengan menggunakan berbagai tingkat

kemampuan yang dapat diterima oleh peserta didik sehingga proses belajar

mengajar dapat berlangsung dengan tepat. Dengan menggunakan strategi

dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar merupakan

ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa, sehingga

tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Setiap

pendidik tentu memilih strategi pembelajaran yang digunakan untuk

menyampaikan materi pembelajaran agar untuk memudahkan serta

memperoleh materi-materi pembelajaran sehingga pembelajaran yang akan

disampaikan dapat berlangsung secara berurutan.


3

Usaha guru dalam memilih strategi yang tepat dapat menciptakan

suasana mengajar lebih menyenangkan sehingga peserta didik dapat lebih

berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. pembelajaran dengan

menggunakan strategi sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar

dikarenakan guru mampu berperan dalam mengajar di dalam kelas sehingga

menjadi suasana pembelajaran lebih baik dan menghidupkan suasana kelas

yang menyenangkan untuk peserta didik

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran antara pendidik dan peserta

didik tentu akan mengalami berbagai macam permasalahan baik permasalahan

dari pendidik maupun dari peserta didik. Dalam mata pelajaran Alquran hadits

tentu mengalami permasalahan dalam memperoleh strategi yang digunakan

pada kelas yang akan di ajar. Karena setiap kelas tentu memiliki strategi yang

berbagai macam jenisnya, sehingga guru harus mempersiapkan strategi yang

tepat dalam mengajar. Serta guru mampu berperan penting dalam mengatasi

permasalahan yang ditimbulkan dalam menyampaikan pembelajaran

menggunakan strategi belajar yang tepat. Proses belajar yang baik tentu

memiliki strategi guru yang sesuai bagi setiap peserta didik.

Pada proses belajar mengajar pada tahun akademik 2021/2022 di

MAN 2 Aceh Tengah. Dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran

Qur’an Hadist seorang guru harus menghadapi berbagai macam permasalahan

serta mampu mengatasi masalah tersebut. Berawal dari pemilihan strategi

yang tepat dapat melaksanakan proses pembelajaran. Dikarenakan strategi

yang digunakan oleh setiap guru tentu memiliki perbedaan sehingga mampu
4

mengubah kondisi ruangan kelas menjadi berbeda, setiap pemilihan strategi

yang tepat dan baik diterima oleh siswa tentu berdampak pada kondisi suasana

kelas yang menyenangkan, sebaliknya jika pemilihan strategi pembelajaran

kurang tepat tentu akan berakibat kondisi ruangan yang jenuh. Sehingga guru

tentu mampu mengatasi berbagai macam masalah yang ditimbulkan dalam

proses mengajar berlangsung.

Disini penulis ingin mengetahui pembelajaran di MAN 2 Aceh Tengah

pada guru PAI dalam mengatasi permasalahan pada proses pembelajaran

qur’an hadist. Setelah melihat penjelasan diatas dalam permasalahan proses

pembelajaran tentu jika terjadi suatu permasalahan tentu ada cara

mengatasinya. Proses pembelajaran Qur’an Hadist hanya berlangsung selama

45 menit setiap pertemuan, dengan memanfaatkan waktu 45 menit untuk

setiap pertemuan dalam pembelajaran qur’an hadits, seorang guru pai di

MAN 2 Aceh Tengah tentunya dalam proses pembelajaran menggunakan

strategi mengajar. Dengan dasar pemikiran ini, maka penulis tertarik

mengadakan penelitian dengan judul “Strategi Guru PAI Dalam Mengatasi

Permasalahan Pada Proses Pembelajaran Qur’an Hadist T.A 2021/2022 di

MAN 2 Aceh Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari pemaparan latar belakang masalah di atas, maka

penulis dapat mengambil beberapa rumusan masalah diantaranya sebagai

berikut :
5

1. Apa saja strategi yang dihadapi Guru PAI dalam mengatasi permasalahan

Proses Pembelajaran Qur’an Hadist T.A 2021/2022 di MAN 2 Aceh

Tengah ?

2. Bagaimana Strategi Guru PAI dalam mengatasi permasalahan pada proses

Pembelajaran Qur’an Hadist T.A 2021/2022 di MAN 2 Aceh Tengah ?

3. Apa saja permasalahan yang dihadapi Guru PAI dalam Proses

Pembelajaran Qur’an Hadist ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa saja Strategi Guru PAI dalam mengatasi

permasalahan pada proses pembelajaran Qur’an Hadist

2. Untuk mengetahui bagaimana Strategi Guru PAI dalam mengatasi

permasalahan pada proses pembelajaran Qur’an Hadist

3. Untuk mengetahui permasalahan apa saja dalam proses pembelajaran

Qur’an Hadist

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
6

a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan ilmu

pengetahuan tentang Strategi Guru PAI Dalam Mengatasi

Permasalahan Pada Proses Pembelajaran Qur’an Hadist

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai pengembangan kemampuan berpikir

peneliti dan penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan

sewaktu di bangku kuliah dan sebagai persyaratan menyelesaikan studi

S1 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan pada jurusan Pendidikan

Agama Islam dan sebagai penambah wawasan penulis didalam dunia

pendidikan dan untuk diterapkan dimasa depan.

b. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

mengenai strategi guru PAI dalam Mengatasi Permasalahan Pada

Proses Pembelajaran Qur’an Hadist Bagi guru

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan acuan bagi guru

dalam mengajar di kelas berkaitan dengan strategi guru PAI dalam

Mengatasi Permasalahan Pada Proses Pembelajaran Qur’an Hadist.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

mengenai Strategi Guru PAI Dalam Mengatasi Permasalahan Pada


7

Proses Pembelajaran Qur’an Hadist serta memperhatikan

permasalahan.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi Guru PAI

1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari kata Yunani strategos, yang berarti Jenderal.

Oleh karena itu kata strategi secara harfiah berarti “Seni dan Jenderal”.

Kata ini mengacu pada apa yang merupakan perhatian utama manajemen

puncak organisasi. Secara khusus, strategi adalah penempatan misi

perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengikat kekuatan

eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu mencapai

sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan

dan sasaran utama organisasi akan tercapai.2

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan

dengan gagasan, perencanaan, daneksekusi, sebuah aktivitas dalam kurun

waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat kordinasi tim kerja,

memiliki tema mengidentifikasi faktor pendukungnya sesuai dengan

prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efesiensi dalam

pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif3

Strategi adalah rencana yang menyeluruh dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi. Bagi perusahaan, strategi diperlukan tidak hanya untuk

memperoleh proses sosial dan manejerial dengan mana individu dan

2
Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Cet. 1 (Jakarta : Gema Insani,
2001), hal. 153-157
3
Fandi Tjiptono, Strategi Pemasaran, Cet. Ke-II (Yogyakarta : Andi, 2000) hal. 17

6
9

kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak

lain.4

Strategi Pembelajaran menurut Dick and Carey menyatakan

bahwa Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur

pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk

menimbulkan hasil belajar pada siswa.5

Strategi yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah pola yang

direncanakan dan ditetapkan secara sengaja guna untuk mengatasi

kesulitan belajar siswa dengan memilih dan menentukan metode, teknik,

serta pendekatan yang tepat dan sesuai (pengajaran perbaikan) dan

melaksanakan program perbaikan. Strategi merupakan pengembangan dari

strategi penentuan bidang kecakapan yang memerlukan perbaikan. Dalam

strategi ini, strategi mengatasi permasalahan yang dilakukan sesuai dengan

jenis permasalahan belajar yang dialami siswa.

Jadi kesimpulannya, bahwasanya strategi merupakan tahapan

perencanaan dalam mencapai sebuah tujuan yang akan dicapai. Strategi

juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari langkah-langkah dalam

mencapai ketentuan yang akan di raih. Dalam hal ini strategi juga sangat

diperlukan dalam menentukan atau menyusun pelaksanaan proses

4
Setyo Soedrajat, Manajemen Pemasaran Jasa Bank (Jakarta : Ikral Mandiri Abadi,
1994), hal. 17
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta : Kencana, 2009), hal. 125
10

pendidikan agar lebih terarah dengan teratur. Sebagaimana semestinya.

Sehingga strategi sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan sehingga

penting di terapkan strategi dalam lingkup pendidikan. Strategi

pembelajaran merupakan adanya suatu cara atau siasat guru/pendidik

dalam mengaktifkan dan mengefesiensikan kembali kualitas belajar dari

peserta didik. Sehingga dalam suatu tujuan komponen pembelajaran

tersebut dapat teroptimalisasikan secara efektif dan efisien dengan adanya

interaksi antara peserta didik dalam komponen

kegiatan pembelajaran dan pengajaran yang telah dilaksanakan

sebelumnya.

2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Agar dalam setiap proses pembelajaran dapat berjalan secara

optimal, maka diperlukan sebuah rangkaian kegiatan yang sudah di

rencanakan sejak awal, hal ini guna untuk mencapai tujuan dari pada

strategi pembelajaran yang dilaksanakan. Disamping itu, dalam memahami

setiap rangkaian kegiatan pembelajaran di kelas sebagai seorang pendidik

kiranya perlu banyak mengetahui sekali lagi berbagai jenis-jenis strategi

dalam pembelajaran. Dikarenakan, hal ini akan sangat menguntungkan

bagi seorang pendidik yang mengetahui atas cara/siasat rangkaian kegiatan

pembelajaran tersebut, hingga pada akhirnya akan mampu menunjang

kreativitas seorang pendidik tersebut dalam memahami setiap rangkaian

kegiatan pembelajaran di kelas. Untuk melaksanakan sebuah strategi

pembelajaran, maka diperlukanlah seperangkat metode pengajaran.


11

Adapun dalam hal ini, menurut Aqib dalam Yatim Riyanto ia

mengelompokkan jenis strategi pembelajaran berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tertentu, yaitu :

a. Atas dasar pertimbangan proses pengelolaan pesan

1). Strategi deduktif. Materi atau bahan pelajaran diolah mulai

dari yang umum ke yang bersifat khusus atau bagian-

bagian. Bagian-bagian itu dapat berupa sifat, atribut, atau

ciri-ciri.

2). Strategi induktif. Dengan strategi induktif, materi atau

bahan pelajaran diolah mulai dari khusus ke yang umum,

generalisasi, atau umum.

b. Atas dasar pertimbangan pihak pengelolaan pesan.

1). Strategi ekspositorik. Dengan strategi ekspositorik, guru

yang mencari dan mengolah bahan pelajaran yang

kemudian menyampaikannya, kepada siswa. Strategi ekspositorik,

dapat digunakan dalam mengajarkan berbagai materi pelajaran,

kecuali yang sifatnya pemecahan masalah.

2). Strategi heuristis. Dengan strategi heuristis,bahan atau

materi pelajaran diolah oleh siswa. Siswa yang aktif mencari dan

mengolah bahan atau materi pelajaran. Guru sebagai fasilitator

untuk memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan.


12

c. Atas dasar pertimbangan pengaturan guru.

1). Strategi seorang guru. Seorang guru mengajar kepada

sejumlah siswa.

2). Strategi pengajaran beregu (team teaching). Dengan

pengajaran beregu dua orang atau lebih guru mengajar

sejumlah siswa. Pengajaran beregu dapat digunakan dalam

mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata

pelajaran yang terpusat kepada suatu topik tertentu.

d. Atas dasar pertimbangan jumlah siswa.

1). Strategi klasikal.

2). Strategi kelompok kecil.

3). Strategi individu.

e. Atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa

1). Strategi tatap muka.

2). Strategi pengajaran melalui media. Guru tidak langsung

kontak dengan siswa, tetapi melalui media. Siswa

berinteraksi dengan media.6

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapatlah diambil suatu

kesimpulan secara keseluruhan. Secara garis besar, kunci keberhasilan

didalam proses belajar dan mengajar adalah tujuan yang ingin dicapai

dalam sebuah pembelajaran. Namun, tidak dapat dipungkiri keberhasilan

6
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas (Jakarta : Kencana, 2010), hal.
136-138
13

dalam suatu proses kegiatan belajar dan pembelajaran tidak akan pernah

lari dari kontekstual cara/siasat guru dalam memahami sebuah strategi

pembelajaran.

Hal ini dikarenakan, dalam strategi pembelajaran adanya

serangkaian kegiatan awal demi mencapai tujuan dalam kegiatan

pembelajaran tersebut. Sehingga dalam hal ini, sebagai seorang pendidik

dituntut untuk dapat memahami lebih lanjut, jenis-jenis dari pada strategi

pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, jika seorang pendidik dapat

memahami setiap rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukannya,

maka keberhasilan tujuan pembelajaran akan muncul dan berjalan secara

optimal. Begitu pun sebaliknya, jika seorang pendidik tidak dapat

memahami rangkaian kegiatan yang di lakukannya, maka keberhasilan

dalam tujuan pembelajaran tersebut akan terhambat.

3. Guru Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Guru

Menurut undang-undang Republik Indonesia No.14 Tahun

2005 tentang guru dan dosen. Guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia

dini, pendidikan dasar, dan pendidikan. menengah. Dalam undang-

undang NO. 14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa. Guru mempunyai

kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan usia

dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, pada jalur


14

pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan7

Guru adalah salah satu komponen penting dalam pendidikan,

yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia

yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru

merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan aktif

dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional.8

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses

belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan

sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh

karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang

kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan

kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan

masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat di

katakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab

untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf

kematangan tertentu.9

Dengan kata lain, maka dapat diambil suatu kesimpulan secara

umum arti dari kata istilah guru/pendidik yang merupakan orang yang

mendidik. Maksudnya, secara umum guru dapat dikatakan sebagai

penolong yang dimana guru tersebut berusaha memberikan bantuan

7
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2013), hal.52-53
8
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2004), hal. 125
9
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : PT.Raja Grafindo
Persada, 2011), hal. 125
15

kepada peserta didiknya untuk mengembangkan potensi diri peserta

didik tersebut secara utuh, namun hal ini juga didasarkan atas rasa

kasih sayang guru terhadap peserta didiknya. Dalam hal ini, guru tidak

hanya berdiri dihadapan peserta didiknya saja. Melainkan, guru

juga berdiri di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, yang artinya

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala telah memberikannya sebuah amanah dan

tanggung jawab untuk membenahi karakter peserta didik tersebut ke

arah yang lebih baik

b. Pendidikan Agama Islam

Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan

atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa

agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai

usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar

menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau tingkat hidup atau

penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental10

Sementara itu, secara etimologi dalam konteks pendidikan

Islam, seorang guru/pendidik disebut dengan murabbi, mu’allim dan

muaddib. Kata atau istilah “murabbi” misalnya, sering dijumpai

dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada

pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani. Pemeliharaan

seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan anaknya.

Mereka tentunya berusaha memberikan pelayanan secara penuh


10
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2009),
hal. 1
16

agar anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan kepribadian serta

akhlak yang terpuji. Sedangkan untuk istilah “mu’allim”, pada

umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih

terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan, dari

seorang yang tahu kepada seorang yang tidak tahu. Adapun istilah

“muaddib”, menurut al-Attas dalam Ramayulis istilah tersebut

lebih luas dari istilah “mu’allim” dan lebih relevan dengan konsep

pendidikan Islam.

Sedangkan, secara terminologi pendidikan Islam menggunakan

tujuan sebagai dasar untuk menentukan pengertian pendidik.

dikarenakan, dalam hal ini pendidikan merupakan kewajiban

agama, dan kewajiban hanya dipikul kepada orang yang telah

dewasa. Kewajiban itu pertama-tama bersifat personal, dalam arti

bahwa setiap orang bertanggung jawab atas pendidikan dirinya

sendiri, kemudian bersifat sosial dalam arti bahwa setiap orang

bertanggung jawab atas pendidikan orang lain. 11

Definisi guru dalam pendidikan islam adalah siapa saja yang

bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam

Islam, orang yang paling bertanggung jawab tersebut adalah orang

tua, anak didik. Tanggung jawab itu di sebabkan sekurang-kurangnya

oleh dua hal pertama karena kodrat, yaitu karena orang tua di takdirkan

menjadi orang tua anaknya, dan arena itu ia ditakdirkan pula


11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kalam Mulia, 2002), hal. 56-57
17

bertanggung jawab mendidik anaknya, kedua karena kepentingan

orang tua, yaitu orang tua yang berkepentingan terhadap kemajuan

perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.

Tanggung jawab pertama dan utama terletak pada orang tua

berdasarkan firman Allah dalam Al-Quran surah Al-Tahrim ayat 6:

Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”.

Diperintahkan dalam ayat itu adalah orang tua anak tersebut,

yaitu ayah dan ibu; “anggota keluarga” dalam ayat ini adalah terutama

anak-anaknya. Dimana tugas pendidik dalam pandangan Islam secara

umum adalah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh

potensi anak didik baik potensi psikomotor, kognitif, maupun potensi

efektif. Potensi itu harus dikembangkan secara seimbang sampai

ketingkat setinggi mungkin menurut ajaran islam. Karena orang tua

adalah pendidik pertama dan utama, maka inilah tugas orang tua

tersebut.12

12
Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan Islam (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2012),
hal. 119-120
18

Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam

adalah seorang anggota masyarakat yang kompeten (cukup mampu dan

memiliki wewenang) dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat

dan peranan guru Pendidikan Agama Islam tidak

hanya terbatas dalam proses pembelajaran secara edukatif saja,

tetapi juga mampu berperan dalam menanamkan kepribadian dan

akhlak serta nilai-nilai islam yang baik pada siswa yang kelak dapat

berguna bagi proses kedewasaan siswa di dunia maupun akhirat.

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di Sekolah/ Madrasah bertujuan

untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman

peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang

terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan

bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang

lebih tinggi. Oleh karena itu pendidikan agama Islam, baik makna maupun

tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak

dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-

nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak

didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan diakhirat

kelak.13

13
Abdul Majid dkk, Pendidikan Agama Islam ( PT Remaja Rosdakarya,2006), hal. 130
19

B. Pengertian Permasalahan

Problematika / problema berasal dari kata bahasa inggris yaitu

“problematic” artinya masalah atau persoalan. Sedangkan dalam

kamus bahasa Indonesia, kata problema berarti hal yang belum dapat

dipecahkan yang menimbulkan permasalahan. Kata Problematika berarti

masih menimbulkan masalah. problematika merupakan hal-hal yang masih

menimbulkan suatu masalah yang masih belum dapat dipecahkan 14

Jadi, menurut penulis permasalahan merupakan suatu keadaan yang

telah terjadi tetapi tidak diinginkan terjadi. Masalah juga merupakan suatu hal

yang belum dapat diselesaikan pada suatu objek, baik melalui beberapa

proses sehingga timbullah beberapa suatu bahan yang akan di bahas.

Permasalahan tersebut adalah suatu kendala atau persoalan yang harus

dipecahkan dengan kata lain berbagai masalah antara kenyataan dengan suatu

yang diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang lebih maksimal.

1. Proses Pembelajaran

a. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur

yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dalam UU

No. 20 Tahun 2003 tentang Sis diknas Pasal 1 ayat 20 menyebutkan

bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kata

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “Instruksional” (bentuk


14
Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), hal. 276
20

kata benda), secara etimologi bermakna pembelajaran. Dalam

perspektif metodik, kata instruksional mengandung dua makna

kegiatan, yaitu kegiatan mengajar (teaching) dan kegiatan belajar

(learning) serta mampu berperan penting dalam pendidikan.15

Menurut Arief S. Sadiman mengemukakan pendapatnya bahwa

proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi

antara guru dan peserta didik. Prosesnya yaitu penyampaian pesan dari

guru melalui media tertentu ke penerima pesan atau peserta didik.

Pesan yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik adalah isi

ajaran atau materi yang ada pada kurikulum.16

b. Pengertian Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru

dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Dengan kata lain proses pembelajaran adalah proses untuk

membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

1) Belajar

Daryanto mengemukakan pendapatnya bahwa belajar

adalah proses yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan

perubahan tingkah laku dari hasil pengalamannya sendiri melalui

interaksi dengan lingkungannya.17 Sedangkan Gagne dalam Ratna

15
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), hal.57
16
Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 11-12

17
Daryanto, Belajar dan Mengajar (Bandung : Yrama Widya, 2010), hal. 2
21

W. D. berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses di mana

seseorang dalam suatu kelompok atau lingkungannya dapat

merubah perilakunya sebagai hasil dari pengalaman.18

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang lebih

baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang

merupakan hasil dari pengalaman dilingkungan sekitarnya.

2) Mengajar

Menurut Mursel dan Nasution, mengajar dapat dipandang

sebagai menciptakan situasi di mana diharapkan peserta didik akan

belajar dengan efektif. Pada saat mengajar, ada kalanya guru

mengatakan apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, dan ada

kalanya ia membimbing atau membantu peserta didik dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru19

Mengajar merupakan terciptanya keseluruhan lingkungan

yang saling mempengaruhi yang memungkinkan terciptanya proses

belajar. Keseluruhan bagian yang saling mempengaruhi dari

mengajar yaitu materi yang diajarkan, guru dan peserta didik saling

18
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar & Pembelajaran (Jakarta : Penerbit Erlangga,
2012), hlm. 2
19
Mursel & Nasution, Mengajar dengan Sukses (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 9
22

berkomunikasi, terdapat kegiatan yang dilakukan, serta memiliki

sarana dan prasarana.20

Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa manusia

tidak akan dapat mengetahui sesuatu kecuali jika Allah memberi

pengetahuan tersebut, tentunya ini ada usaha yang dilakukan

sebagai perwujudan dari kesungguhan untuk.

c. Ciri-Ciri Proses Pembelajaran

Edi Suardi mengemukakan beberapa ciri-ciri proses

pembelajaran, yaitu:

1) Pembelajaran memiliki tujuan

2) Ada prosedur atau jalannya interaksi yang sesuai terhadap materi

yang diajarkan

3) Materi sudah harus disiapkan sebelum berlangsungnya kegiatan

belajar mengajar

4) Adanya aktivitas dari peserta didik

5) Guru berperan sebagai pembimbing

6) Ada batas waktu

7) Evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui tercapai atau

tidaknya tujuan yang telah ditentukan21

20
Hasibuan & Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2012), hal. 3
21
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), hal. 39-41
23

d. Komponen-komponen Proses Pembelajaran

1) Tujuan

Tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi

komponen lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar

mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan evaluasi. Semua

komponen tersebut harus saling berhubungan atau sesuai dan jika

salah satunya tidak sesuai dengan tujuan, maka proses belajar

mengajar tidak dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2) Bahan pelajaran

Bahan pelajaran merupakan inti dari proses belajar

mengajar yang akan disampaikan kepada peserta didik. Tanpa

bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Oleh

sebab itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai

bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.

Penguasaan bahan pelajaran terbagi menjadi dua, yaitu:

a) Bahan pelajaran pokok. Bahan pelajaran ini merupakan bahan

pelajaran yang berkaitan dengan bidang studi yang dipegang

oleh guru sesuai dengan profesinya

b) Bahan pelajaran pelengkap atau penunjang. Bahan pelajaran ini

yaitu bahan yang terlepas dari disiplin keilmuan guru, tetapi

dapat digunakan sebagai penunjang dalam penyampaian bahan

pelajaran pokok. Namun, pemakaian bahan pelajaran ini harus


24

sesuai dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang oleh guru

ataupun yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik.

3) Kegiatan pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan peserta didik

berinteraksi. Kegiatan ini akan melibatkan semua komponen dan

akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat

tercapai.

4) Metode

Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Pada kegiatan belajar mengajar, guru

tidak hanya menggunakan satu metode saja. Tetapi dapat juga

menggunakan metode lain yang sesuai dengan situasi yang

mendukungnya agar proses pembelajaran tidak membosankan.

5) Alat

Alat merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam

rangka mencapai tujuan. Alat mempunyai fungsi sebagai

perlengkapan, untuk membantu mempermudah usaha mencapai

tujuan, dan alat sebagai tujuan. Alat dapat dibagi menjadi dua,

yaitu alat dan alat bantu proses belajar mengajar. Alat berupa

suruhan, perintah, larangan. Sedangkan alat bantu proses belajar

mengajar berupa globe, papan tulis, kapur, gambar, diagram, slide,

video.
25

6) Sumber pelajaran

Sumber pelajaran merupakan sesuatu yang dapat digunakan

sebagai tempat di mana terdapat bahan pengajaran untuk belajar.

Roestiyah, mengatakan bahwa sumber-sumber belajar yaitu:

a) Manusia, misalnya interaksi dengan keluarga, sekolah, dan

masyarakat

b) Perpustakaan

c) Media massa seperti majalah, surat kabar, radio, dan tv

d) Alat pengajaran seperti buku pelajaran, peta, gambar, kaset,

papan tulis, kapur, dan spidol.22

Mengetahui hal tersebut, proses pembelajaran yang dibutuhkan

seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik, sebagai

upaya untuk mengembangkan, mendorong dan mengajak manusia lebih

maju dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih

sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan

karena seseorang dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu

apapun, tetapi ia dibekali dengan berbagai potensi untuk mengembangkan

keterampilannya tersebut agar dapat memahami ilmu serta

memanfaatkannya dalam kehidupan.

Pembelajaran mencakup teoritis dan praktis sehingga peserta didik

memperoleh kebijakan dan menjauhi kemudharatan. Pengajaran itu juga

mencakup ilmu pengetahuan dan al-hikmah (bijaksana), misalnya guru


22
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2010), hal. 39-41
26

Qur‟an Hadits akan berusaha mengajarkan al-hikmah dari pelajaran

Qur‟an dan Hadits, yaitu pembelajaran nilai kepastian dan ketepatan

dalam mengambil sikap dan tindakan dalam kehidupannya sesuai dengan

ajaran yang tertera dalam Qur’an dan Hadits, yang dilandasi oleh

pertimbangan yang rasional dan perhitungan yang matang. Pembelajaran

secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara

pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna

kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan

peserta didiknya.

D. Pembelajaran Qur’an Hadits

1. Pengertian Qur’an

Secara etimologi Al-Qur’an merupakan mashdar (kata benda) dari

kata kerja Qoro’a yang bermakna Talaa ( ) keduanya berarti :

membaca atau bermakna jama’a (mengumpulkan, mengoleksi).

Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata

benda) yang makna dengan Isim Maf’ul, artinya Matluw (yang dibaca).

Sedangkan berdasarkan makna kedua (yakni: jama‟a) maka ia adalah

mashdar dari Ism Faa’il, artinya jaami’ (pengumpul, Pengoleksi) karena ia

mengumpulkan mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.23

Sedangkan secara terminologi Al-Qur’an adalah firman atau wahyu

yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan

23
Sayyid Quthub, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, (Terjemah), (Jakarta : Gema Insani
Press, 1999), hal. 85
27

perantara melalui malaikat jibril sebagai pedoman serta petunjuk seluruh

umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Al-Qur’an adalah kitab

Allah SWT yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan injil yang

diturunkan melalui para rasul. Hal ini juga senada dengan pendapat yang

menyatakan bahwa al-Qur’an kalam atau wahyu Allah yang diturunkan

melalui perantaraan malaikat jibril sebagai pengantar wahyu yang

disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di gua hiro pada tanggal 17

Ramadhan ketika Nabi Muhammad berusia 41 tahun yaitu surat Al-Alaq

ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan terakhir Al-Qur’an turun yakni pada

tanggal 9 zulhijjah tahun 10 hijriah yakni surah Al-Maidah ayat 3.

Allah SWT menyebut Al-Qur’an dengan sebutan yang banyak

sekali, yang menunjukkan keagungan, keberkahan, pengaruhnya dan

universalitasnya serta menunjukkan bahwa ia adalah penulis bagi kitab-

kitab terdahulu sebelumnya. Sebutan ini menunjukkan pula fungsi dari al-

Qur’an sebagai firman Allah SWT sebagai berikut :

a. Sebagai petunjuk umat manusia, seperti yang dijelaskan dalam surat

Q.s Al-Baqarah 2:185. Q.s. Al-Baqarah 2:2, dan Q.s. Al-Fushilat

41:44.

b. Fungsi Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam sudah diyakini dan

diakui kebenarannya oleh segenap hukum Islam. Adapun ajarannya

meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti hukum, ibadah,

ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan

seni. Dalam Al- Qur’an banyak diterangkan pula tentang kisah para
28

nabi dan umat terdahulu, baik umat yang taat melaksanakan perintah

Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari ajaran

Nya. Bagi kita, umat yang akan datang kemudian tentu harus pandai

mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan

dalam Al-Qur’an.

c. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad Saw. Turunnya Al-Qur’an

merupakan salah satu mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad

SAW. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mu’jizat

bagi Rasulullah sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim dan

sebagai penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya,

dan bernilai abadi, sebagai mu’jizat, Al-Qur’an telah menjadi salah

satu sebab penting bagi masuknya orang-orang arab di zaman

Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula

bagi masuknya orang-orang sekarang, dan (insha Allah) pada masa-

masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu

pengetahuan, dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur’an adalah firman-

firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi

Muhammad SAW.

2. Pengertian Hadits

Hadits merupakan isim dari kata berasal dari tahdits, yang berarti

pembicaraan. Hadits menurut bahasa (lughat) yaitu :

a. Al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata al-qadim (sesuatu yang lama).
29

b. Al-Khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercayakan dan dipindahkan

dari seseorang kepada orang lain.

c. Al-qarib (yang dekat, belum lama terjadi).

Sedangkan menurut istilah ahli hadits, yaitu :

‫واﺣﻮاﻟﻪﻪواﻓﻌﺎ ﻟ اﻗﻮاﻟﻪ ص م‬

“Segala ucapan Nabi Saw, Segala perbuatan beliau dan segala


keadaan beliau”.24

Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang secara tradisi

tidak mungkin mereka sepakat untuk berdusta. (jumlah banyak itu) dari

awal sanad sampai akhirnya dengan syarat jumlah itu tidak kurang pada

setiap tingkatan sanadnya.25

3. Klasifikasi Hadits.

Berdasarkan dari segi kuantitasnya atau jumlah rawi hadits, maka

dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Hadits Mutawatir

Mutawatir menurut bahasa, berarti mutatabi’ yang (datang)

berturut-turut, dengan tidak ada jaraknya.

b. Hadits Ahad.

24
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Seajarah dan Pengantar Ilmu Hadits
(Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 1999), hal.1

25
M. Ajaj Al-Khotib, Pokok-Pokok Ilmu Hadits (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1998),
hal.271
30

Ahad jamak dari “Ahada”, menurut bahasa “al-wahid” yang

berarti satu. Dengan demikian hadits ahad adalah Hadits yang

diriwayatkan oleh satu orang. Sedangkan Hadits ahad menurut istilah

dan banyak didefinisikan oleh para ulama adalah sebagai berikut:

“Khabar yang jumlah perawinya tidak sampai jumlah perawi

Hadits mutawatir, baik perawinya itu satu, dua, tiga, empat, lima dan

seterusnya yang tidakmemberikan pengertian bahwa jumlah perawi

tersebut tidak sampai kepada jumlah perawi Hadits mutawatir26

Menurut ahli hadits, pengertian hadits adalah “seluruh

perkataan, perbuatan, dan hal ihwal tentang Nabi Muhammad SAW”,

sedangkan menurut yang lainnya adalah “segala sesuatu yang

bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun

ketetapannya.27

4. Ruang lingkup pembelajaran Al-Qur‟an Hadits

Meliputi masalah dasar ilmu Al-Qur’an Hadits, tema-tema yang

ditinjau dari Al-Qur’an dan Hadits, dan tujuan dari pembelajaran Al-

Qur’an dan Hadits tersebut.

a. Masalah dasar-dasar ilmu al-Qur’an dan al-Hadits, meliputi :

1) Pengertian Al-Qur’an menurut para ahli

2) Pengertian hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi

26
Munzier Suparta, Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, cet, 2 (Jakarta : Raja Grafindo
Persada,1996), hal.92

27
H. Bisri Affandi, Dirasat Islamiyyah ilmu tafsir & Hadits (Bandung :CV Aneka Bahagia
Offset, 1993), hal.57
31

3) Bukti keotentikan Al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan

redaksinya, kemukjizatannya, dan sejarahnya.

5. Mata pelajaran al-Qur’an Hadits bertujuan untuk :

Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an Hadits,

Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an

dan hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan,

Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan Al-Qur’an dan

Hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan.

Adapun menurut muhadditsin, Hadits itu adalah “segala apa yang

disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik itu hadits marfu‟(yang

disandarkan kepada Nabi), hadits mauquf (yang disandarkan kepada

sahabat) ataupun hadits maqhtu’ (yang disandarkan kepada tabi’in).

Standar kompetensi lulusan mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits tingkat

Madrasah Aliyah adalah memahami isi pokok Al-Qur’an, fungsi, dan

bukti-bukti kemurnian, istilah-istilah Hadits, fungsi Hadits terhadap Al-

Qur’an, pembagian hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitasnya, serta

memahami dan mengamalkan ayat-ayatnya Al-Qur'an dan Hadits tentang

manusia dan tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.28

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan


28
Peraturan Menteri Agama RI, Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
Pendidikan Agama Islam, tahun 2008
32

Dalam rangka melakukan penelitian ini, peneliti melakukan Penelitian

di perpustakaan yang ada dilingkup IAIN Takengon dan d luar daerah, seperti

perpustakaan Umum Daerah, Perpustakaan IAIN Takengon, penelti

menemukan beberapa bahan masukan antara lain :

1. Rafianola, 2014, Problematika Pembelajaran Al-Qur’an Hadist dan Usaha

Mengatasinya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Takengon.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa melalui mempelajari

Alquran Hadis merupakan kewajiban bagi kaum muslim. Keduanya

merupakan sumber hukum Islam. begitu pula dengan agama Islam. Sangat

menganjurkan Agama Islam untuk mempelajari dan mengamalkan

pembelajaran Alquran Hadis agar memiliki kepribadian seperti agama

Islam. Pengetahuan dan pemahaman tersebut dapat dipahami Melalui

pembelajaran Alquran hadits di beberapa madrasah. Penelitian ini ini juga

menyimpulkan bahwasanya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Takengon

memiliki beberapa macam tujuan untuk memberikan kemampuan dasar

bagi peserta didik mulai dari membaca, menulis, membiasakan dan

menggambarkan pembelajaran Alquran Hadis.

Penelitian ini juga menyimpulkan bahwasanya problematika

pembelajaran Alquran Hadis yang dihadapi guru di Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Kota Takengon penelitian ini juga membahas terkait kendala atau

permasalahan Bagaimana usaha guru al-quran hadis dalam mengatasi

permasalahan pembelajaran Alquran hadits di Madrasah Ibtidaiyah Negeri

1 Takengon
33

Penelitian ini diketahui bahwa permasalahan pembelajaran Alquran

hadits yang dihadapi guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Takengon

diantaranya adalah kurangnya kemampuan murid dalam membaca sesuai

dengan kaidah ilmu tajwid belum di adakan Penataran atau bimbingan

khusus bagi guru bidang studi Alquran Hadis, latar belakang sekolah

murid yang berbeda-beda dan sarana serta sumber belajar yang masih

kurang untuk mendukung jalannya pembelajaran Alquran Hadis Adapun

usaha yang dilakukan untuk mengatasi beberapa permasalahan yang

dihadapi diantaranya adalah dengan pemetaan peserta didik dengan

memberikan penerapan lebih tinggi bagi murid yang kurang mampu

membaca Alquran Hadis diadakan Diklat cara membaca dan mengajarkan

Alquran dengan benar dan menambah perangkat proses belajar mengajar

Seperti alat pembelajaran dan sumber belajar di kelas.


34

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian di MAN 2 Aceh Tengah, yang terletak di Jalan

Yos Sudarso Kampung Blang Kolak II, Kecamatan Bebesen, Kabupaten

Aceh Tengah.

2. Waktu penelitian

Adapun waktu penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel
Waktu Penelitian Tahun 2022
Waktu
No Keterangan Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Merancang instrument
3 Pengumpulan Data
4 Analisis Data
5 Penulisan Laporan Penelitian

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini adalah

penelitian yang menggambarkan keadaan yang diteliti. Pendekatan penelitian

yang peneliti gunakan adalah pendekatan deskriptif dan Penelitian kualitatif

bersifat deskriptif cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan

induktif.29

29
Sedarmayanti, Penelitian, (Bandung: Mandar Maju,2011), hal.200

28
35

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan strategi guru PAI

dalam mengatasi permasalahan pada proses pembelajaran Qur’an Hadist T.A

2021/2022 yang diselenggarakan di MAN 2 Aceh Tengah

Proses pembelajaran Qur’an Hadist T.A 2021/2022 yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah mengetahui Apa saja permasalahan yang di hadapi

pendidik dan peserta didik pada proses pembelajaran berlangsung. Serta

mengetahui Strategi Guru PAI Dalam Mengatasi Permasalahan Pada Proses

Pembelajaran Qur’an Hadist T.A 2021/2022.

Pada hakikatnya penelitian kualitatif ini digunakan karena beberapa

pertimbangan antara lain. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih

mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini

menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.

Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan

banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang

dihadapi. Mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

C. Sumber Data

Sumber data merupakan bagian yang signifikan dalam mengetahui

validitas suatu penelitian. Yang dimaksud sumber data adalah subjek dari

mana data diperoleh.30 Peneliti mengumpulkan semua data yang kemudian

disajikan dalam skripsi sebagai usaha gabungan antara dari apa yang dilihat
30
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
RinekaCipta, 2010), hal. 172
36

dan apa yang didengar, yang kemudian dicatat secara rinci tanpa ada sesuatu

yang ditinggalkan sedikitpun, juga agar data-data yang ada menjadi valid

(dapat dipertanggung jawabkan).

1. Penelitian kualitatif menurut para ahli :

a. Menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dipahami

oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.31

b. Menurut Kirl dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung

dari pengamatan pada manusia, baik dalam kawasannya maupun dalam

peristilahannya.

c. Menurut Lincoln dan Guba, penggunaan studi kasus sebagai suatu

metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, antara lain

yaitu:

1). Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti

2). Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip

dengan apa yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari.

3). Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan

hubungan antara peneliti dan responden

31
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010), hal.6
37

4). Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang

diperlukan bagi penilaian atas transfer rabilitas.32

d. Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah

kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah seperti dokumen dan lain-

lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang

diklasifikasikan maupun analisis untuk mempermudah dalam

menghadapkan pada pemecahan permasalahan. Adapun sumber data

yang diambil dalam penelitian ini adalah sumber data utama yang

berupa kata-kata dan tindakan, serta sumber data tambahan yang

berupa dokumen-dokumen. Sumber data dalam penelitian ini dapat

dibedakan menjadi dua yaitu:

1). Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Responden dalam penelitian ini adalah: Guru

Qur’an Hadist MAN 2 Aceh Tengah yang berjumlah 2 guru, dan

siswa/ siswi MAN 2 Aceh Tengah

2). Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat

orang lain atau dokumentasi. Adapun data sekunder dalam hal ini

32
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010), hal. 201
38

adalah proses pembelajaran Qur’an Hadist, hasil belajar seperti

dokumentasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data

dari hasil wawancara kepada guru Qur’an Hadist, Dan peneliti juga

mewawancarai narasumber bagaimana Strategi guru PAI dalam

menghadapi permasalahan dalam proses pembelajaran Qur’an

Hadist.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Fase terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data.

Pengumpulan data tidak lain suatu proses pengadaan data untuk keperluan

penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah suatu metode penelitian yang digunakan

untuk mendapatkan data dan informasi dengan cara mengadakan

pengamatan secara langsung pada objek penelitian.33

Dalam teknik observasi peneliti menggunakan jenis observasi

nonpartisipan. Observasi non partisipan merupakan peneliti berada

diluar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan

yang mereka lakukan. Dengan demikian peneliti akan leluasa

33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis ( Jakarta : Reneka
Cipta, 2002),hal. 109
39

mengamati kemunculan tingkah laku yang terjadi. 34 Dalam penelitian

ini, peneliti datang langsung ke MAN 2 Aceh Tengah untuk melihat

peristiwa ataupun mengamati benda, serta mengambil dokumentasi

dari tempat atau lokasi penelitian yang terkait dengan Guru PAI dalam

pelaksanaan pembelajaran Qur’an Hadits.

b. Wawancara (Interview)

Dalam penelitian ini, penulis juga memanfaatkan metode

wawancara (interview). Interview adalah “suatu bentuk komunikasi

verbal dalam bentuk percakapan dengan tujuan untuk memperoleh

informasi”.

Menurut Lexy Moleong dijelaskan bahwa interview atau

wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu”. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan percakapan dan yang diwawancarai (interview) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan. Untuk lebih jelasnya wawancara

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau

pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan

wawancara).35 Dalam teknik ini peneliti mewawancarai Guru mata

pelajaran Qur’an Hadits berjumlah 2 guru berada di MAN 2 Aceh

34
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2006), hal. 72

35
Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hal. 234
40

Tengah, Siswa MAN 2 Aceh Tengah, serta sumber data lain terkait

dengan tugas dan tanggung jawabnya. Metode wawancara ini

digunakan dalam mengumpulkan data-data melalui percakapan

dengan:

1). Tenaga pendidik (Guru mata pelajaran Qur’an Hadist ) MAN 2

Aceh Tengah, dalam wawancara ini penulis ingin mengetahui

bagaimana strategi guru dalam menghadapi permasalahan dalam

proses pembelajaran berlangsung, khususnya dalam mata pelajaran

Qur’an Hadist dengan menerapkan atau menggunakan model

pembelajaran dengan penggunaan strategi guru, dengan

menggunakan beberapa model strategi dalam proses pembelajaran

sehingga membuat suasana belajar menyenangkan serta membuat

membaik prestasi belajar Qur’an Hadits di sekolah tersebut.

2). Siswa-siswi di MAN 2 Aceh Tengah, wawancara ini akan di

peroleh data tentang bagaimana peran guru dalam menjalankan

proses pembelajaran khusus nya mata pelajaran Qur’an Hadist,

dari keterangan para peserta didik dan apa saja ketentuan-ketentuan

guru saat proses pembelajaran berlangsung.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan bukti-bukti dan keterangan.

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang

berkaitan dengan strategi yang diterapkan oleh guru maupun dokumen

yang berbentuk gambarnya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil


41

data berupa catatan, transkrip, buku, agenda, dan sebagainya. Hal ini

dilakukan untuk lebih meyakinkan akan kebenaran objek yang akan

diteliti.36

Peneliti akan melakukan pencatatan dengan lengkap cepat, dan

apa adanya setelah data terkumpul, agar terhindar dari kemungkinan

hilangnya data, dan ketidak valid an data. Karena itu pengumpulan

data dilakukan secara terus-menerus dan baru berakhir apabila terjadi

kejenuhan, yaitu dengan tidak ditemukannya data baru dalam

penelitian. Dengan demikian dianggap telah diperoleh pemahaman

yang mendalam terhadap kajian ini.

Metode memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga peneliti

menggunakan ketiga metode yaitu wawancara mendalam, observasi

partisipan, dan dokumentasi agar saling melengkapi antara yang satu

dengan yang lainnya. Dalam hal ini bertujuan agar data yang

diperoleh menghasilkan temuan yang valid dan reliabel.

Adapun pengambilan dokumentasi yang digunakan oleh

peneliti dalam penelitian ini adalah :

1). Media-media yang di gunakan untuk pelaksanaan proses

pembelajaran Qur’an Hadist pada proses pembelajaran berlangsung

2). Guru Qur’an Hadist dalam pembelajaran di sekolah

3). Pelaksanaan pembelajaran Qur’an Hadist dalam proses

pembelajaran.

36
Wjs.Po erwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006),
hal. 742
42

E. Instrumen pengumpulan data

Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti

sendiri sebagai observer (observasi) dan di dukung dengan pedoman observasi

dan pedoman wawancara kemudian penelitian yang akan memberikan

pertanyaan – pernyataan mengenai penelitian yang akan di lakukan penelitian

pertanyaan – pertanyaan mengenai penelitian yang akan di lakukan penelitian

ini melalui pertanyaan yaitu, dengan guru Qur’an Hadist berjumlah 2 guru,

khususnya di MAN 2 Aceh Tengah.

F. Analisa Data

Berdasarkan pada tujuan penelitian yang akan dicapai, maka dimulai

dengan menelaah seluruh data yang sudah tersedia dari berbagai sumber yaitu

pengamatan wawancara, dokumentasi dan observasi dengan menggunakan

reduksi data yaitu data – data yang diperoleh di lapangan dirangkum dengan

memilih hal-hal yang pokok serta disusun lebih sistematis sehinga mudah

dikendalikan.

Maka dalam hal ini peneliti menggunakan analisa data kualitatif, di

mana data dianalisis dengan metode deskriptif analisis non statistik yang

meliputi cara berfikir induktif, yaitu penulis berangkat dari pengetahuan yang

bersifat khusus untuk menilai suatu kejadian umum.37

37
Winarno surahmad,pengantar penelitian ilmiah (Bandung : Tarsito,1998), hal. 100

Anda mungkin juga menyukai