T. P. 2022/202
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul“Asuhan Keperawatan pada Ibu Persalinan
berisiko:Postmatur"
Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan
baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian penulis berusaha sebisa
mungkin menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada
umumnya. Kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
Daftar isi
Bab I
Tujuan
Bab II
Tinjauan Pustaka
Bab III
Bab IV Pembahasan
Bab V
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu (280 hari) dihitung dari HPHT (Hari Pertama
Haid Terakhir). Kehamilan normal (aterm) ialah usia kehamilan antara 38-42 minggu. Namun, sekitar 3,4-
14 % atau rata-rata 10 % kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Prevalensi ini bervariasi
bergantung pada kriteria yang dipakai oleh peneliti (Prawirohardjo, 2008).
Penentuan usia kehamilan berdasarkan rumus Neagele, dihitung dari HPHT, jadi untuk menentukan
kehamilan Postmatur harus diketahui umur kehamilan yang tepat. Selain dari haid, penentuan umur
kehamilan dapat dibantu secara klinis dengan mengevaluasi kembali umur kehamilan dari saat pertama
kali ibu datang. Makin awal pemeriksaan kehamilan dilakukan, umur kehamilan makin mendekati
kebenaran. Pemeriksaan USG sangat membantu taksiran umur kehamilan dan bila dilakukan sebelum
trimester kedua, hasilnya lebih akurat (FK Unpad, 2005).
Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dari pelayanan dasar yang terjangkau oleh seluruh
masyarakat. Salah satunya berupa pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat
melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat. Seorang perawat dituntut agar mampu
memberikan pelayanan yang tepat dan akurat. Oleh karena itu, dalam memberikan pelayanan
kesehatan perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan kehamilan
postmatur.
Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam
persiapan praktek di rumah sakit maupun di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan merupakan kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut
rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008). Sedangkan menurut
Manuaba (1999), kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan
belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama
haid terakhir.
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir,
atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara
langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin (Helen, 2007).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kehamilan postmatur adalah
kehamilan lebih dari 40 minggu.
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini masih belum diketahui secara
jelas. Menurut (Sarwono,2010) beberapa teori yang diajukan di antaranya:
Pengaruh Progresteron
Penurunan hormon progresteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin
yang penting dalam memacu prose biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin, sehingga terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya
pengaruh progresteron.
Teori Oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan dipercaya bahwa oksitosin secara
fisiologis memgang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan okstitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu penyebab
kehamilan postterm.
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya persalinan adalah janin,
diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan memperngaruhi
plasenta sehingga prosuksi progresteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti
anesefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan
kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus.
Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.
Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan posterm mempunyai
kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren menyatakan bahwa
bilamana seorang ibu mengalami kehamilan posterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar
kemungkinan anak perempuan akan mengalami kehamilan posterm.
Menurut (Bayu,2009) penyebab Postmatur pasti belum diketahui, faktor yang dikemukakan adalah :
Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga
kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu
Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan
faktor tidak timbulnya His Kurangnya air ketuban Insufiensi plasenta.
Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara objektif dengan
KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit. (Echa, 2012)
Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh dan mudah
mengelupas.
Stadium II
Stadium III
Kuku-kuku panjang
2.4 Patofisiologi
Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas lebar-lebar,
badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya
terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup
panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya
jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya.banyak bayi postmatur Clifford mati dan
banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup
mengalami kerusakan otak. Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu
masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Sindrom ini terjadi pada sekitar 10 % kehamilan
antara 41 dan 43 minggu serta meningkat menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion yang
menyertainya secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.
Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada kehamilan yang mencapai 41
minggu atau lebih dan meskipun tidak ada agar skor dan gas darah tali pusat yang abnormal pada bayi
ini, bahwa terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm. Janin posterm mungkin terus
bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa beras pada sat lahir. Janin yang terus
tumbuh menunjukan bahwa fungsi plasenta tidak terganggu. Memang, pertumbuhan janin yang
berlanjut, meskipun kecepatannya lebih lambat, adalah cirri khas gestasi antara 38 dan 42 minggu.
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa dengan diameter tali pusat yang
mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap gawat janin intrapartum, terutama bila disertai
dengan ologohidramnion. Penurunan volume cairan amnion biasanya terjadi ketika kehamilan telah
melewati 42 minggu, mungkin juga pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion
yang sudah berkurang merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada sindrom
aspirasi mekonium.
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilna yang seharusnya tanpa
komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan janin terhambat menyertai kasus lahir mati pada
usia gestasi 42 minggu atau lebih, demikian juga untuk bayi lahir aterm. Morbiditas dan mortalitas
meningkatkan secara signifikan pada bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan. Memang,
seperempat kasus lahir mati yang terjadi pada kehamilan memanjang merupakan bayi-bayi dengan
hambatan pertumbuhan yang jumlahnya relatif kecil ini.
Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan memanjang karena pada wanita dengan
umur kehamilan 41 minggu mempunyai serviks yang belum berdilatasi. Dilatasi serviks adalah indicator
prognostic yang penting untuk keberhasilan induksi dalam persalinan.
Terlampir.
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu dengan kehamilan postmatur (Prawirohardjo,
2008), antara lain:
Ultrasonografi (USG)
Ketetapan usia kehamilan sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan USG pada trimester pertama.
Pada trimester pertama pemeriksaan panjang kepala-tunggingn (crown-rump length/CRL) memberikan
ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan. Sedangkan pemeriksaan sesaat setelah trimester
III dapat digunakan untuk menentukan berat janin, keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasentan
yang sering berhubungan dengan kehamilan postmatur, tetapi sulit untuk memastikan usia kehamilan.
Pemeriksaan radiologi
Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Cara ini sekarang jarang digunakan karena
pengenalan pusat penulangan seringkali sulit dan radiologic mempunyai pengaruh yang kurang baik
terhadap janin.
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan kadar lesitin/ spingomielin, aktivitas
tromboplastin cairan amnion (ATCA), sitologi cairan amnion, dan sitologi vagina.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilan postmatur ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain:
Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau bukan. Dengan demikian,
penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi dari postmatur ini.
Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat waktu bila keadaan janin baik dapat
dilakukan dengan cara:
Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3
hari kemudian, Bila hasil positif, segera lakukan seksio sesarea.
Induksi Persalinan.
Induksi persalinan merupakan suatu usaha supaya persalinan mulai berlangsung dengan jalan
merangsang timbulnya his. Ada dua cara yang biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi, yaitu
mekanik dan kimia. Kedua cara ini pada dasarnya dilakukan untuk mengeluarkan zat prostaglandin yang
fungsinya sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi.
1) Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti menggunakan metode stripping,
vibrator, kateter, serta memecahkan ketuban.
2) Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan dengan cara diminum,
dimasukan ke dalam vagina, diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung. Biasanya, tak lama setelah
salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan merasakan datangnya kontraksi
Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang dapat diberikan antra lain :
1). Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya, pastikan bahwa handuk dan atau selimut
yang tipis yang telah dihangatkan telah tersedia. Pertahankan suhu ruang bersalin pada suhu 22 C,
dengan kelembaban relatif 60%-65%.
2). Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan, khususnya yang ada di kepala,
dengan handuk yang telah dihangatkan sebelumnya
4). Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan pindahkan bayi ke ibu
5). Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong dengan selimut yang hangat
Resiko cidera
1). Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin terhadap kontraksi uterus selama
asuhan intrapartum
2). Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia sebelum pemberian ASI dan sebelum 2
jam setelah kelahiran
4). Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada kemampuan infan
5). Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan terhadap infan
2.8 Komplikasi
Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada
janin. Komplikasi yang terjadi pada janin seperti gawat janin, gerakan janin berkurang, kematian janin,
asfiksia neonaturum dan kelainan letak.
Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan kongenital, sindroma aspirasi
mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat,
kelainan jangka pangjang pada bayi.
2.9 Prognosis
Pada kehamilan 43 minggu jumlah kematian janin/bayi tiga kali lebih besar dari pada kehamilan 40
minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin
bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan
42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor telepon, agama,status perkawinan,
pekerjaan, dan tanggal anamnesis.
Keluhan Utama
Menurut Manuaba (1998) dalam bukunya Ilmu Kebidanan, keluhan ibu pada kasus postmatur adalah :
2) Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
Alasan datang : alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan kata –kata
sendiri.
Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan ini. Digunakan sebagai identifikasi
masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan antenatal yang dilakukan.
3) Penyakit berat misal pneumonia, hepatitis, damam rematik, difteri, dan polio.
10) Aktifitas.
11) Resiko dalam pekerjaan :posisi, tarikan, ventilasi, paparan racun kimiawi.
Riwayat keluarga.
2) Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan persalinan yang sama.
Riwayat mestruasi
3) Lamanya.
5) Disminore.
Riwayat Obstetri.
1) Gravida/para
Tanggal terminasi
Usia genital
Tempat lahir
Masalah obstetrik, medis dan sosial yang lain, dalam kehamilan, dalam persalinan.
Riwayat ginekologi
Riwayat seksual.
Riwayat pernikahan.
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan apakah ada kegagalan dalam menjalankan program
berKB (Sutjiati, 2010).
1) Kehamilan
Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan berapa tinggi fundus uteri,
apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak.
2) Persalinan
Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak perdarahan, waktu persalinan ditolong
oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada atau tidak riwayat persalinan prematur sebelumnya.
3) Nifas
Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.
4) Anak
Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia berapa dan sebab meninggal, berat
badan dan panjang badan waktu lahir.
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang lebih 8 gelas per hari,
susu, teh dan air putih.
2) Pola Aktivitas
Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan normal dan ada keluhan atau tidak.
Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat-obatan serta alkohol.
3.2 Pemeriksaan
2) Kesadaran.
Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis, apatis, samnolen, atau koma. Normalnya
kesadaran composmentis
Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
4) Suhu.
Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh adalah 35,6 0 C – 37,60C .
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas normal 60-100x/menit.
6) Respirasi.
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit. Batas normal dalam 1 menit
adalah 16-24 x/menit
Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama hamil. Penambahan berat badan rata-rata 0,3-
0,5 kg/ minggu. Tetapi nilai normal untuk penambahan berat badan selama kehamilan 9-12 kg
8) Tinggi badan.
Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145 cm atau tidak, termasuk resiko tinggi atau
tidak
9) Lila.
1) Kepala
Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak, adakah oedema atau tidak.
Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau tidak
Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada carries, dan karang gigi atau tidak
2) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris, pembesaran kelenjar limfe dan tyroid
Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting, puting susu menonjol, benjolan
abnormal dan kolostrum
4). Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess atau tidak, reflex patella + / -
1) Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk abdomen, linea alba / nigra, striae
albkan / lividae, kelainan dan pergerakan janin.
2) Palpasi
Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat pada fundus ibu
Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan dan kiri perut ibu
Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah perut ibu dan apakah sudah masuk PAP
atau belum
Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP (pada primipara masuk PAP
pada usia kehamilan 36 minggu dan pada multipara saat persalinan)
HIS / Kontraksi
Pada ibu post matur tidak ada his walaupun kehamilan sudah mencapai 42 minggu
Tafsiran berat
Untuk memperkirakan berat badan janin. Pada ibu dengan partus prematurus iminens tafsiran berat
janin adalah > 2500 gram
1) Vulva/vagina
Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka, kemerahan atau tidak, pembesaran kelenjar bartolini,
ada pengeluarann pervaginam atau tidak, ada pembukaan atau tidak, penipisan, presentasi, selaput
ketuban masih utuh atau tidak dan sudah sejauh mana penurunan kepala.
2) Perineum.
Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan atau tidak
3) Anus.
Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau tidak.
1). USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta.
3). Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan, dinilai
apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin ). Salah satu tanda dari postmaturitas adalah air
ketuban yang berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium, menunjukkan bahwa terjadi gawat
janin.
4). Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%
Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi serviks
Kriteria hasil :
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi atau nafas dalam dengan efektif
- Klien mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil akhir klien tampak rileks
Intervensi:
Rasional : Menyadarkan bahwa mereka telah melakukan yang etrbaik dan untuk mempermudah proses
adaptasi
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan keluarga dapat melakukan penyesuaian secara realistis
terhadap masalah klien
Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi serviks
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan serviks
Intervensi :
Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan, meningkatkan resiko komplikasi maternal atau
janin.
Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan menghambat penurunan janin.
Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk memungkinkan tidur dan menurunkan
tingkat ansietas pada ibu
Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma
Intervensi :
Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi yang mungkin disebabkan stress,
hipoksia dan asidosis
Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal.
Rasional : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat mengidentifikasi faktor –faktor yang
memperberat disfungsional persalinan.
Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada presentase kening, wajah atau
dagu.
Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter lebih besar dari tengkorak janin
masuk ke pelvic karena kegagalan kemajuan dan pola persalinan memerlukan kelahiran secara sesarea.
Ny Y berusia 25 tahun dan hamil anak pertama bermaksud memeriksakan keadaan kandungannya ke
rumah sakit pada tanggal 15 Maret 2014. Ny Y juga ingin menanyakan kepada dokter apakah
kandungannya baik- baik saja sebab ini sudah memasuki minggu ke 43 dan janin belum lahir. Saat
dilakukan anamnesa Ny. Y mengatakan bahwa gerak janinnya makin hari makin berkurang dan ia takut
terajdi apa- apa terhadap janinnya. Hasil dari pemeriksaan fisik untuk TTV ibu sendiri adalah TD 120/80
mmHg, RR 18x/menit, nadi 80x/ menit dan suhu 36oC.
PENGKAJIAN
a. Anamnesa
Identitas klien :
Keluhan yang paling dikeluhkan oleh Ny. Y adalah usia kehamilannya yang sudah lebih dari 43 minggu
tetapi belum terasa ingin melahirkan.
3) Alasan datang : Ny. Y ingin mengetahui kondisi kehamilannya dan menanyakan kepada dokter
apakah janinnya tidak apa- apa karena sampai sekarang belum terasa ingin melahirkan.
Tidak mempunyai penyakit masalalu yang serius, hanya batuk pilek saja. Ny. Y juga tidak pernah
mengalami kecelakaan ataupun sakit parah sebelumnya yang mengharuskan ia MRS. Riwayat imunisasi
Ny. Y saat kecil lengkap. Ia juga imunisasi TT sebelum hamil ini.
Ny. Y merupakan ibu rumah tangga yang tidak mempunyai aktifitas berlebih. Ia tinggal berdua bersama
suaminya. Ia juga tidak mempunyai riwayat merokok ataupun konsumsi alkohol. Selama hamil, bidan
tidak menyarankan untuk melarang makanan tertentu. Ia hanya dianjurkan untuk mengonsumsi banyak
asam folat seperti ikan untuk kesehatan bayinya.
Ayah dan ibu Ny. Y saat ini berusia 56 dan 53 tahun. Ny. Y adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara. Diantara
anggota keluarganya tidak ada yang pernah mengalami gangguan persalinan yang sama seperti ini.
Siklus : 28 hari
Frekuensi : teratur
4) Gravida/para : Ny. Y merupakan primigravida. Adapun skor GPAPAH nya adalah G1P0
Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi berhubungan dalam seminggu adalah 2x. Tidak
ada masalah dalam hubungan suami istri.
Pada awal menikah pasien memutuskan untuk mengikuti KB suntik setiap 1 bulan sekali karena klien
sepakat untuk menunda kehamilan dulu bersama suaminya. Klien menggunakan KB selama 2 tahun dan
kemudian berhenti karena menginginkan anak dan baru hamil saat ini.
Kehamilan
Ini merupakan kehamilan pertama klien dengan keterangan sebagai berikut: HPHT klien adalah pada
tanggal 17 Mei 2013, maka saat ini usia kehamilan klien adalah 43 minggu. Berdasarkan kartu
kehamilan, letak janin normal (membujur). Sementara itu, tinggi fundus uteri ibu adalah 37,6 cm.
Persalinan
Nifas
Tidak ada bekas apapun karena klien sebelumnya belum pernah melahirkan.
Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang lebih 8 gelas per hari,
susu, teh dan air putih.
Pola Aktivitas
Ibu hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga dan melakukan kegiatan sebagai istri saja seperti
memasak, mencuci baju, dll. Risiko dari aktifitas ini berupa kelelahan.
Pola Seksual
Selama ini pola seksual klien dengan suami berjalan lancar. Akan tetapi memasuki bulan ke-8 kehamilan
klien dan suami sepakat untuk mengurangi kegiatan seksual mereka.
Pola eliminasi
Pola BAB = ±1-2x sehari, pola BAK : ±5-8x sehari dengan intake cairan ± 2L
PEMERIKSAAN
Saat melakukan pemeriksaan ke rumah sakit ibu dalam keadaan sehat dan sadar penuh.
2) Kesadaran.
Kesadaran composmentis
4) Suhu.
6) Respirasi.
Selama hamil ini ibu mengalami panambahan berat badan sebesar 11 Kg dari 59Kg menjadi 70 Kg.
Tinggi badan ibu adalah 163cm dan bukan termasuk golongan beresiko.
9) Lila.
1) Kepala
a) Rambut : rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi yang merata di kepala.
b) Muka : muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat tegang.
e) Telinga : bentuk telingan normal dan keadaan telinga bersih bebas dari serumen.
f) Mulut : mulut terlihat lembab, bersih dan tidak ada caries maupun karang gigi.
2) Leher
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun kelenjar tiroid.
a) Mamae : pembesaran simetris, areola mammae coklat, puting susu menonjol, colostrum tidak
ada.
4) Ekstremitas
Ekstremitas tungkai simetris, tidak ada edema pada ekstremitas. Varices (-).
Inspeksi
1. Inspeksi
Terdapat pembesaran abdomen sesuai umur kehamilan dengan striae nigra dan juga linea livide.
2. Palpasi
Tinggi fundus uteri saat diukur di kartu kehamilan saat periksa seminggu yang lalu adalah 37,6 cm.
Berdasarkan kartu kehamilan tersebut juga didapatkan data sebagai berikut:
Leopold I : tinggi fundus uteri hampir mencapai payudara, bagian pada fundus adalah kepala dengan
persentase melenting.
Leopod II : bentuk/ posisi janin normal dengan punggung berada di sisi kiri ibu.
HIS / Kontraksi
Ny. Y tidak merasa ada his walaupun kehamilan sudah mencapai 43 minggu ini.
Tafsiran berat
Tafsiran berat saat ini: (TFU-11)x 155= (37,6- 11) x 155= 4123 gram.
Pada pemeriksaaan penunjang dengan USG didapatkan hasil normal, tidak ada oligohidroamnion dan
janin sudah masuk PAP serta tidak ditemukan kegawatan pada janin. Dan pada pemeriksaan sitologi
vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%.
ANALISA DATA
Ansietas
↓
DO: tidak ditemukan Berat janin besar sekitar
tanda- tanda 4000gram
kontraksi/ pun dilatasi
serviks padahal sudah ↓
memasuki minggu ke
Seharusnya sudah
43.
memasuki kelahiran
Hasil pemeriksaan BJJ
↓
sekitar 4000 gram
Risiko cedera pada ibu
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2) Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi serviks
3) Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria hasil :
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi atau nafas dalam dengan efektif
- Klien mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil akhir klien tampak rileks
Intervensi:
Rasional : Menyadarkan bahwa mereka telah melakukan yang etrbaik dan untuk mempermudah proses
adaptasi
Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada dilatasi serviks
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan serviks
Intervensi :
2) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan, meningkatkan resiko komplikasi maternal atau
janin.
Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan menghambat penurunan janin.
4) Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk memungkinkan tidur dan menurunkan
tingkat ansietas pada ibu
Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma
Intervensi :
Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi yang mungkin disebabkan stress,
hipoksia dan asidosis
2). Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal.
Rasional : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat mengidentifikasi faktor –faktor yang
memperberat disfungsional persalinan.
3). Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada presentase kening, wajah atau
dagu.
Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter lebih besar dari tengkorak janin
masuk ke pelvic karena kegagalan kemajuan dan pola persalinan memerlukan kelahiran secara sesarea.
4). Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
Rasional: kelebihan cairan amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan yang berhubungan dengan
anomaly janin.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengertian Postmatur
Postmatur merupakan istilah untuk menyebut kelahiran bayi yang terjadi terlalu lama yakni setelah
minggu ke-41. Kondisi seperti ini penting untuk diperhatikan karena beberapa alasan dapat
menyebabkan bahaya bahkan bisa berakibat fatal jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat.
Postmatur biasanya merujuk pada kelahiran bayi pada minggu ke-42 kehamilan atau setara dengan 294
hari setelah periode menstruasi terakhir sang ibu. Perlu diketahui bahwa kelahiran bayi yang normal
seharusnya terjadi pada minggu ke-37 sampai ke-41. Jika bayi lahir setelah minggu ke-41, maka kondisi
inilah yang disebut dengan postmaturitas atau pasca-matur.
Ciri-Ciri Postmatur
Secara umum, bayi yang lahir postmatur memiliki kondisi kesehatan yang normal. Hanya saja, dalam
beberapa kasus, bayi yang lahir postmatur bisa mengalami beberapa ciri khusus. Di bawah ini beberapa
ciri-ciri bayi postmatur yang perlu diwaspadai:
Lipatan atau kerutan pada kaki dan tangan bayi terlihat sangat jelas.
Bayi lahir dengan warna kulit tidak normal seperti kuning, hijau, atau cokelat diakibatkan oleh
pewarnaan mekonium, yaitu kondisi tinja yang sudah masuk ke dalam cairan ketuban.
Penyebab Postmatur
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan ibu hamil mengalami kehamilan postmatur. Beberapa
penyebab postmatur antara lain:
Kehamilan pertama
Bayi laki-laki
Meskipun bayi bisa terlahir dengan normal tanpa cacat, akan tetapi kelahiran postmatur tetap memiliki
risiko yang perlu diwaspadai. Beberapa risiko kelahiran postmatur antara lain:
1. Fetal macrosomia
Fetal macrosomia merupakan kondisi dimana ukuran bayi sangat besar dibandingkan dengan rata-rata
bayi lainnya. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko persalinan lewat bedah sesar atau C-section karena jika
dilakukan secara normal, ada kemungkinan pundak bayi tersangkut di belakang tulang panggul ibu.
2. Sindrom postmaturity
Ciri-ciri bayi postmatur yang mengalami sindrom ini ditandai dengan berat badan bayi tidak bertambah.
Selain itu, kulit bayi juga terasa kendur dan kering. Tanda lainnya dari sindrom ini adalah berupa kuku
jari tangan dan kaki yang panjang.
3. Ketuban sedikit
Kelahiran Postmatur bisa berakibat pada jumlah air ketuban yang semakin berkurang. Berkurangnya air
ketuban secara signifikan bisa berdampak pada denyut jantung bayi. Selain itu, asupan oksigen ke janin
juga bisa berkurang karena risiko tali pusat tertekan saat kontraksi.
Sindrom ini dapat terjadi jika bayi menelan mekonium ketika masih dalam kandungan. Jika masuk ke
paru-paru, kondisi tersebut bisa berdampak pada pernapasan mereka. Mekonium sendiri merupakan zat
pelapis usus bayi berwarna kehijauan.
Selain itu, kelahiran postmatur juga bisa menyebabkan risiko terjadinya kematian bayi atau stillbirth.
Sedangkan risiko komplikasi dalam persalinan postmatur biasanya berupa robekan vagina, infeksi,
hingga perdarahan pasca-persalinan.
Kelahiran prematur lebih berisiko menimbulkan masalah kesehatan pada bayi jika dibandingkan dengan
kelahiran postmatur. Hal ini karena organ tubuh bayi belum berkembang dengan sempurna. Semakin
cepat terjadinya kelahiran prematur maka semakin tinggi juga risiko bayi mengalami gangguan
kesehatan.
Bagi ibu hamil sebaiknya selalu rutin memeriksakan kondisi kehamilannya. Hal ini untuk mengetahui jika
ada tanda-tanda kelahiran postmatur sehingga bisa mendapatkan penanganan dengan tepat.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan merupakan kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut
rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Penyebab terjadinya kehamilan postterm/
postmature sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas. Namun ada berbagai teori yang
berkembang antara lain : pengaruh progresteron, pengaruh oksitosin, kortisol, saraf uterus dan
herediter. Pada partus postmatur tanda-tandanya Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif
kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/
20menit. (Echa, 2012).
4.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang
tepat dan baik karena telah mengetahui penyebabnya serta cara pencegahan maupun pengobatannya
terhadap klien dengan partus postmature.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyl, Evha Vella. 2012. Postmatur. Diambil melalui http://id.scribd.com/doc pada tanggal 18 Maret 2014
Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.
Hockenberry, Wilson, (2007). Wong’s Nursing Care of Infant and children, 8th edition. Mosby : Evolve
Ladewig, Patricia W., London, Marcia L., Olds, sally B., (2006). Asuhan Ibu & Bayi Baru Lahir. Jakarta :
EGC
Luxner, Karla L., (2004). Delmar’s Maternal-Infant : Nursing Care Plans, 2th edition. Thomson : Delmar
Learning
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Nanda Internasional, (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R., (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis Nanda,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC