Anda di halaman 1dari 6

Problematika Pencemaran Lingkungan Bagi Standar Kelayakan Hidup Masyarakat

Sekitar TPST Piyungan Akibat Pengelolaan Sampah yang Kurang Efektif

Oleh:
Aurelia Syah Anwar
20410553

Diajukan dalam rangka memenuhi Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Advokasi Masyarakat Kelas C
Semester 2022/2023

Dosen:
RIZKY RAMADHAN BARIED, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI HUKUM PROGRAM SARJANA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2023
I. PENDAHULUAN
Pasal 1 angka 14 UU PPLH, Menyatakan pencemaran lingkungan adalah segala
bentuk tindakan memasukkan makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan. TPA/TPST berdampak pada lingkungan dan merugikan
masyarakat, dan tidak jarang menimbulkan konflik.1
Pengelolaan sampah di TPA Piyungan adalah menggunakan sistem “Sanitary
Landfill”, tumpukan sampah dilapisi dengan timbunan tanah, serta terdapat kolam
pengolahan “leachate (lindi)” pipa pengendali gas buang, sistem drainase dan lapisan kedap
air. Sifat leachate yang mengandung zat-zat kimia berbahaya dan dapat menyebar pada
beberapa komponen lingkungan seperti tanah, air tanah dan air permukaan, sehingga
metode itu dapat memberikan dampak negatif yaitu pencemaran lingkungan yang
kemudian akan memunculkan dan berpotensi menimbulkan resiko seperti pencemaran
udara, pencemaran air tanah, perubahan tata guna lahan, pencemaran air permukaan, dan
lain sebagainya.2 Keberadaan TPST Piyungan juga memberikan dampak bagi kesehatan
masyarakat yang ada di sekitar lingkungan TPST Piyungan tersebut. Tidak hanya masalah
kerusakan lingkungan, tingkat kesehatan masyarakat juga tampaknya terpengaruh, akibat
polusi yang disebabkan oleh kotoran dari bakteri sampah. Sehingga perlu adanya kebijakan
baru untuk masalah ini.3 Namun belum adanya jalan atau keputusan yang tepat nampaknya
masih harus dihadapi oleh warga sekitar.4 Hal ini juga tidak sejalan pada Pasal 28H ayat
(1): “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Dimana setiap warga setempat yang terdampak maka wajib bagi pemerintah
untuk memberikan tempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik.
Dari permasalahan permasalahan di atas, kelompok kami tertarik untuk meneliti
bagaimana kelayakan hidup masyarakat yang berada di sekitar TPST Piyungan. Penelitian
yang digunakan oleh peneliti pada paper ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dan data
yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Dimana Sebagian data akan diperoleh
secara langsung dari wawancara dengan warga sekitar dan pemulung di Piyungan dan
observasi di TPST Piyungan, pada data sekunder diperoleh dari artikel atau jurnal yang
memuat informasi relevan dengan penelitian yang akan dibahas serta melakukan
dokumentasi secara resmi untuk memperoleh informasi.

2. MASALAH HUKUM
1. Bagaimana efektivitas pengelolaan sampah di TPST Piyungan?
2. Apakah terjadi pencemaran lingkungan akibat pengelolaan sampah yang kurang
efektif?
3. Apakah kehadiran TPST di Piyungan menurunkan standar kelayakan hidup
masyarakat sekitar TPST Piyungan?
1
Maharani Cheni dan Farida Hanum. 2021. KONFLIK WARGA TERDAMPAK DENGAN PENGELOLA
TPST PIYUNGAN, BANTUL, DI YOGYAKARTA. Jurnal Pendidikan Sosiologi. Vol 10 No 4.
2
Kasam. 2011. Analisis Resiko Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah (Studi Kasus:
TPA Piyungan Bantul). Jurnal Sains dan Teknologi, Vol 3 No 1.
3
Zuchriyastono, M., & Purnomo, E. (2020). ANALISIS LINGKUNGAN LAHAN
TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH TERPADU TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT SEKITAR
STUDI KASUS : TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH TERPADU PIYUNGAN (TPST).
4
Ibid. Zuchriyastono, M., & Purnomo, E.
1
II. ANALISIS S.W.O.T.
STRENGTH WEAKNESS
1. Keberadaan TPST tersebut 1. Pencemaran Udara, keberadaan
menjaga serta mengurangi TPST tersebut membuat udara di
timbulan sampah dari berbagai wilayah sekitar TPST menjadi
tempat karena sampah kurang sedap dan mengganggu
dikumpulkan dan diletakkan di kenyamanan masyarakat sekitar.
satu titik. Sampah di TPST Pencemaran Udara ini jika terjadi
tersebut juga dikelola serta secara berkelanjutan akan
dimanfaatkan oleh masyarakat mengancam kesehatan masyarakat
setempat. sekitar TPST.
2. Keberadaan TPST ini memberikan 2. Kebersihan lingkungan sekitar
kesempatan yang menguntungkan TPST juga ikut menurun, hal ini
secara ekonomi bagi warga sekitar disebabkan oleh pengelolaan
yang memilah dan mereduksi terhadap TPST yang kurang
sampah-sampah tersebut dan maksimal.
menjadikan sampah di TPST 3. Gas metan yang diproduksi oleh
memiliki nilai ekonomi. sampah akan menimbulkan potensi
3. Keberadaan TPST tersebut yang cukup berbahaya seperti
dimanfaatkan oleh masyarakat meledak atau terbakar jika ada
sekitar untuk pakan sapi mereka. sumber api dan gas metan menjadi
TPST tersebut dinilai sangat salah satu faktor terbesar penyebab
efisien karena tidak perlu global warming.
menunggu dan menggiring sapi 4. Keberadaan TPST ini membuat
mencari makan. penduduk di sekitar TPST merasa
lingkungan mereka kurang nyaman
dan layak untuk dihuni sehingga
memutuskan untuk pindah dan
berisiko terhadap perubahan tata
guna lahan.
OPORTUNITY THREAT
1. Dengan adanya TPST Piyungan 1.Resiko rawan terjadinya kecelakaan lalu
tersebut telah menciptakan lintas. Masyarakat pun juga mendapatkan
lapangan pekerjaan bagi dampak yang negatif salah satunya sering
masyarakat sekitar dilewati oleh truk sampah sehingga
2. Menciptakan kepedulian dan jalanan tersebut mudah rusak
kerjasama antar sesama 2. Pemeriksaan kesehatan gratis dari
masyarakat pendatang dengan pemerintah hanya dilakukan dua kali
masyarakat setempat dalam satu tahun. Sehingga apabila
3. Meningkatkan pembangunan dan masyarakat menderita sakit diluar waktu
perbaikan sarana prasarana desa itu, harus tetap mengeluarkan biaya untuk
4. Sering mendapat bantuan berupa pengobatan
bahan makanan dari warga atau 3. Jalan rusak dan kurang memadai
mahasiswa yang melakukan riset 4. Terkait kelayakan hidup khususnya

2
untuk tugas observasi pada ketersediaan layanan kesehatan di
5. Mendapatkan pemeriksaan TPST Piyungan cenderung belum
kesehatan gratis dari pemerintah maksimal. Dari hasil pengamatan serta
wawancara di lapangan, kami
menemukan bahwa pengecekan kesehatan
khususnya DBD tidak merata dilakukan.
Hal ini kami temukan dari beberapa
narasumber yang memberikan keterangan
yang berbeda. Ada yang mengatakan
pengecekan kesehatan rutin dilakukan
tiap 3 (tiga) bulan sekali, namun
keterangan dari warga lain bahwa
pengecekan rutin sudah hampir 2 (dua)
tahun tidak diadakan begitupun dengan
fogging. Selain itu, keterangan yang
disampaikan oleh narasumber bahwa
penyakit DBD sedang marak menimpa
masyarakat sekitar TPST Piyungan dan
DBD yang menimpa saat ini merupakan
salah satu peristiwa dengan pasien DBD
terbanyak yang pernah terjadi.
5. Sistem drainase yang kurang maksimal
dan banyaknya tumpukan sampah
mengakibatkan air limbah dari tumpukan
sampah TPST Piyungan mengalir hingga
kediaman warga sekitar, menyebabkan
banjir hingga ke pemukiman warga dan
tentu hal ini mengganggu kenyamanan
warga sekitar TPST Piyungan.

III. TAWARAN SOLUSI dan PERUBAHAN KEBIJAKAN


Strategi advokasi yang sesuai untuk penyelesaian masalah di TPST Piyungan adalah
dengan melakukan kampanye oleh warga sekitar TPST Piyungan untuk mendapat
dukungan dari masyarakat lain terhadap permasalahan pengelolaan sampah tersebut.
Kampanye dapat dilakukan dalam bentuk nyata seperti mengajak secara langsung warga
lain untuk melakukan pembicaraan terkait upaya untuk menjaga lingkungan sekitar dengan
ide untuk memisahkan jenis sampah anorganik dan organik atau dalam bentuk media massa
melalui Instagram dan youtube. Saat ini, peran media massa sangat penting agar
permasalahan TPST Piyungan ini dapat diketahui secara luas sehingga akan membentuk
sebuah pandangan masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tidak efektif. Dengan
banyaknya dukungan terhadap warga sekitar TPST Piyungan diharapkan dapat
mempengaruhi pemerintah daerah Jogja untuk segera menyelesaikan permasalahan ini.
Diperlukan negosiasi antara kedua belah pihak yaitu masyarakat sekitar dan pemerintah
daerah agar menemukan metode pengelolaan sampah yang sesuai dengan kesepakatan.
Hasil negosiasi tersebut diharapkan dapat menguntungkan kepentingan kedua belah pihak.
Namun, apabila negosiasi tersebut tidak dapat direalisasikan dengan baik, terdapat BATNA
3
sebagai penyelesaian masalah dengan adanya beberapa metode alternatif sehingga terdapat
beberapa rencana ketika kesepakatan kedua belah pihak gagal.
Selain itu, pemerintah seharusnya menerapkan metode Bank Sampah. Dengan
metode ini, sampah anorganik plastik dari masyarakat akan dibeli untuk didaur ulang dan
dimanfaatkan kembali. Metode ini merubah kebiasaan masyarakat yang dulunya harus
membayar uang untuk membuang sampah, sekarang mendapat uang dari setiap kilogram
yang dikumpulkan sehingga dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. Metode ini
juga merubah TPST yang dulunya merupakan pengelolaan sampah menjadi pengolahan
sampah. Karena saat ini TPST Piyungan hanya mengelola sampah yang ada hanya dengan
menggunakan tanah (sanitary landfill) dengan standar ketinggian sampah mencapai 5-7
meter. Metode tersebut dinilai tidak efektif karena sampah tidak akan hilang maupun
berkurang justru akan bertambah dan kemudian overload, sedangkan luas area penimbunan
tetap dan tidak bertambah.
Cara lain adalah dengan membentuk suatu komunitas peduli sampah dan
lingkungan untuk mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik dan
benar. Dalam komunitas ini, pemuda yang masih mempunyai pikiran maju dan
berpendidikan diberi edukasi atau solusi tentang pemilahan sampah, dimana sampah
tersebut dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik kemudian
dapat diolah menjadi pupuk kompos yang berdaya jual atau dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan sendiri. Sedangkan sampah anorganik dapat dijual ke pengepul atau diolah
menjadi kerajinan yang berdaya jual tinggi. Pelaksanaan kegiatan ini dapat dimulai dari
rumah anggota komunitas dan lingkungan sekitarnya, sehingga hal tersebut selain dapat
mengurangi jumlah sampah yang ada, dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar
juga, sekaligus memberdayakan masyarakat untuk membangun masyarakat berdedikasi.
Kemudian, pemerintah seharusnya mengoptimalisasi manajemen serta SDM untuk
menangani serta mengelola sampah yang kian menumpuk di TPST Piyungan. Pemerintah
juga perlu untuk mengadakan pengawasan dan penegakan hukum secara berkala terhadap
ketentuan mengenai pengelolaan sampah dari industri-industri yang menghasilkan sampah
dengan jumlah yang besar seperti perhotelan, apartment, rumah sakit, dan industri lainnya
dan pemerintah perlu untuk memfasilitasi serta mendorong partisipasi masyarakat luas
untuk bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan melalui regulasi ataupun
kebijakan dengan sanksi yang lebih tegas.

Maka, dari point-point di atas hal-hal yang perlu diperhatikan dan dibenahi dengan lebih
lanjut di TPST Piyungan adalah:
1. Perlu adanya perhatian yang lebih dari pemerintahan terhadap fasilitas kesehatan
yang telah dijanjikan dan disosialisasikan kepada masyarakat. Fasilitas dan
pelayanan kesehatan sudah semestinya didapatkan oleh warga sekitar TPST
Piyungan sehingga seharusnya dijadwalkan dengan lebih rutin dan merata bagi
semua masyarakat sekitar TPST Piyungan.
2. Perlu diadakan perhatian lebih terkait pengelolaan sampah organik dan non organik
bagi semua masyarakat. Karena sampah adalah tanggung jawab bersama, sehingga
sudah semestinya semua masyarakat ikut memberikan andil dalam pengelolaan dan
bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan. Pemerintah juga dapat
mengadakan pengangkutan sampah dengan truk ataupun menjadwalkan sampah di
hari yang berbeda. Misalnya pengangkutan terhadap sampah organik di hari senin
4
dan di hari selasa untuk sampah non-organik.
3. Pemerintah perlu untuk memberikan perhatian lebih terhadap sampah-sampah yang
kian menumpuk dan mencemari udara dengan mencari tempat lain ataupun wilayah
lain yang juga dapat menampung sampah serta dapat dikelola dengan lebih
maksimal.
4. Pemerintah seharusnya turut memperhatikan kondisi infrastruktur khususnya sistem
drainase air di TPST Piyungan. Sistem drainase yang kurang maksimal dan
banyaknya tumpukan sampah mengakibatkan air limbah dari tumpukan sampah
TPST Piyungan mengalir hingga kediaman warga sekitar, menyebabkan banjir
hingga ke pemukiman warga dan tentu hal ini mengganggu kenyamanan warga
sekitar TPST Piyungan.

DAFTAR PUSTAKA

Maharani Cheni dan Farida Hanum. 2021. KONFLIK WARGA TERDAMPAK DENGAN
PENGELOLA TPST PIYUNGAN, BANTUL, DI YOGYAKARTA. Jurnal Pendidikan Sosiologi.
Vol 10 No 4.

Kasam. 2011. Analisis Resiko Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah (Studi
Kasus: TPA Piyungan Bantul). Jurnal Sains dan Teknologi, Vol 3 No 1.

Zuchriyastono, M., & Purnomo, E. (2020). ANALISIS LINGKUNGAN LAHAN


TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH TERPADU TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT
SEKITAR STUDI KASUS : TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH TERPADU PIYUNGAN
(TPST). JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN HIDUP, 5(1), 22-28.
Retrieved from
http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat/article/view/1138

PERDA Istimewa Yogyakarta No 3 Tahun 2013 tentang PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH


TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

UU Perlindungan dan Pengelolan Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai