Anda di halaman 1dari 29

TINGKATAN IMAN

OLEH
KOKO ISKANDAR
QS. Al-Baqarah ayat 173

• ٖ‫اِﻧﱠﻤَﺎ َﺣ ﱠﺮ َم َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ُﻢ ا ْﻟ َﻤ ْﯿﺘَﺔَ وَاﻟ ﱠﺪ َم َوﻟَﺤْ َﻢ اﻟْﺨِ ْﻨ ِﺰ ْﯾ ِﺮ َوﻣَﺂ اُ ِھ ﱠﻞ ﺑِﮫ‬


‫غ و َﱠﻻ ﻋَﺎ ٍد ﻓ ََﻶ اِ ْﺛ َﻢ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ ۗ اِنﱠ‬ ٍ ‫ﻟِ َﻐ ْﯿ ِﺮ اﻟ ّٰﻠ ِﮫ ۚ ﻓَﻤَﻦِ اﺿْ ﻄُ ﱠﺮ َﻏ ْﯿ َﺮ ﺑَﺎ‬
‫اﻟ ّٰﻠﮫَ َﻏﻔُﻮْ ٌر رﱠﺣِ ْﯿ ٌﻢ‬
• “Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai,
darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih
dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa
terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya
dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.
Kafir, Munafik = Sakit, Rusak
QS. Al-Baqarah : 10

َ‫ﺿ ۚﺎ َوﻟَﮭُ ْﻢ َﻋﺬَابٌ اَﻟِ ْﯿ ٌﻢ ۢ ەۙ ﺑِﻤَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮْ ا ﯾَ ْﻜ ِﺬﺑُﻮْ ن‬ ٌ ۙ ‫ﻓِﻲْ ﻗُﻠُﻮْ ﺑِ ِﮭ ْﻢ ﱠﻣﺮ‬.
ً ‫َض ﻓَﺰَا َدھُ ُﻢ اﻟ ّٰﻠﮫُ َﻣ َﺮ‬
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah
penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih,
karena mereka berdusta.

QS. Al-Baqarah : 11
ِ ۙ ْ‫ َواِذَا ﻗِ ْﯿ َﻞ ﻟَﮭُ ْﻢ َﻻ ﺗُﻔْﺴِ ﺪُوْ ا ﻓِﻰ ْاﻻَر‬.
َ‫ض ﻗَﺎﻟ ُْٓﻮا اِﻧﱠﻤَﺎ ﻧَﺤْ ﻦُ ﻣُﺼْ ﻠِﺤُﻮْ ن‬
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat
kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami
justru orang-orang yang melakukan perbaikan.”
- Penyakit Hati yg dimaksud dalam ayat 10 : adalah
keraguan tentang kebenaran agama Islam,
kemunafikan atau ketidak sukaan terhadap
kenabian Rasulullah SAW.
- Diantara bentuk kerusakan diatas bumi adalah
kekufuran, kemaksiatan, menyebarkan rahasiah
orang mukmin, dan memberikan loyalitas kepada
orang kafir. Melanggar nilai-nilai yg ditetapkan
agama akan mengakibatkan alam ini rusak,
bahkan hancur.
1. Dasar Iman
• Yaitu batasan minimal sahnya iman. Tidaklah ada
keimanan jika tanpa dasar iman tersebut.
• Dalilnya adalah Alquran surat Fathir ayat 32
bagian zhalim linafsih; QS. Al-Hujurat: 14 tentang
status muslim Al-A’rab; dan ashabul
masy’amah dalam QS. Al-Waqi’ah: 9; serta hadis
Malaikat Jibril ‘alaihis salam tentang Islam.

Ciri Khasnya
• Tingkatan ini disebut dengan ashlul iman (‫أﺻﻞ‬
‫ )اﻹﯾﻤﺎن‬atau al-iman al-mujmal (ُ‫ )اﻹﯾﻤﺎنُ اﻟﻤﺠ َﻤﻞ‬atau muthlaqul
iman ( ِ‫)ﻣُﻄﻠَﻖ اﻹﯾﻤﺎن‬
• Pelakunya disebut zhalim linafsihi (golongan yang menzhalimi diri sendiri)
atau ash-habul masy’amah (golongan kiri).

• Ini tingkatan islam umumnya manusia, sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah [1]

• Lawan dari dasar iman adalah kekafiran, sehingga orang yang tidak memiliki dasar
iman ini, maka ia kafir.

• Setiap dosa yang membatalkan keislaman, baik berupa ucapan, perbuatan, maupun
keyakinan, maka berakibat meniadakan dasar iman.
- Tingkatan dasar iman ini tidak mengenal status berkurang,
dan hanya mengenal status tiada atau bertambah sehingga
naik ke tingkatan kesempurnaan iman yang wajib.

- Barangsiapa yang memiliki dasar iman, maka ia dihukumi


sebagai seorang muslim, dan berlaku hukum-hukum seorang
muslim di dunia, dan jika berhasil mempertahankan dasar
iman sampai meninggal dunia, maka di akhirat ia terhindar
dari kekekalan di Neraka, dan pasti tempat akhirnya ada di
Surga.

- Setiap ada dalil yang meniadakan keimanan dari diri pelaku


maksiat, pastilah ia digolongkan ke dalam pemilik dasar iman
ini, karena berarti ditiadakan darinya tingkatan iman di
atasnya, yaitu tingkatan kesempurnaan iman yang wajib.
-
- Seseorang yang memiliki dasar iman saja -tidak menunaikan
kesempurnaan iman yang wajib- disebut sebagai ashabul
masy’amah (golongan kiri), sebagaimana diisyaratkan oleh
pakar Tafsir dari kalangan Sahabat, Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhu, dan disebutkan oleh pakar Tafsir dari kalangan
Tabi’in, Mujahid rahimahullah dalam Tafsir
At-Thabari. Alasannya, karena ia terancam azab, namun
keimanannya menyebabkan ia pada akhirnya
menjadi Ashabul Maimanah (golongan kanan). Demikian
penjelasan Ibnul Qoyyim dalam Tafsir Ibnul Qoyyim.
2. KESEMPURNAAN IMAN
a. Kesempurnaan Iman yg Wajib
• Kesempurnaan iman yang wajib
• Dalilnya adalah Alquran surat Fathir ayat 32
bagian Muqtashid; dan Ashabul Maimanah dalam QS.
Al-Waqi’ah: 8; serta hadis Malaikat Jibril ‘alaihis
salam tentang Iman.
• Ciri khasnya :
• Tingkatan ini disebut dengan kamalul iman al-wajib
(‫ )ﻛﻤﺎل اﻹﯾﻤﺎن اﻟﻮاﺟﺐ‬atau al-iman al-wajib (‫اﻹﯾﻤﺎن‬
‫ )اﻟﻮاﺟِ ﺐ‬atau al-iman al-mufashshol ( َ‫اﻹﯾﻤﺎن‬
‫ )اﻟﻤﻔَﺼﱠﻞ‬atau al-iman al-muthlaq (‫اﻹﯾﻤﺎن‬
‫ )اﻟﻤُﻄﻠَﻖ‬atau haqiqatul iman (‫)ﺣﻘﯿﻘﺔ اﻹﯾﻤﺎن‬
QS. Fatir : 32
• ۚ ‫ﺛُ ﱠﻢ اَوْ َر ْﺛﻨَﺎ ا ْﻟ ِﻜﺘٰﺐَ اﻟﱠ ِﺬﯾْﻦَ اﺻْ ﻄَﻔَ ْﯿﻨَﺎ ﻣِﻦْ ِﻋﺒَﺎ ِدﻧَ ۚﺎ ﻓَ ِﻤ ْﻨﮭُ ْﻢ ظَﺎﻟِ ٌﻢ ﻟﱢﻨَﻔْﺴِ ﮫٖ ۚ َو ِﻣ ْﻨﮭُ ْﻢ ﱡﻣ ْﻘﺘَﺼِ ٌﺪ‬
‫ﻚ ھُ َﻮ ا ْﻟﻔَﻀْ ُﻞ ا ْﻟ َﻜﺒِ ْﯿ ۗ ُﺮ‬
َ ِ‫ت ﺑِﺎِذْنِ اﻟ ّٰﻠ ِﮫ ۗذٰ ﻟ‬
ِ ‫َو ِﻣ ْﻨﮭُ ْﻢ ﺳَﺎﺑِ ٌۢﻖ ﺑِﺎ ْﻟ َﺨﯿ ْٰﺮ‬
• Artinya : Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada
orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba
Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri
sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang
demikian itu adalah karunia yang besar.
• ‫ۗ ﻓَﺎ َﺻْ ٰﺤﺐُ ا ْﻟ َﻤ ْﯿ َﻤﻨَ ِﺔ ەۙ ﻣَﺂ اَﺻْ ٰﺤﺐُ ا ْﻟ َﻤ ْﯿ َﻤﻨَ ِﺔ‬
• Artinya : Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya
golongan kanan itu, (QS. Al-Waqi’ah: 8)
Lanjut
• Pelakunya disebut Muqtashid (golongan pertengahan) atau Ashabul
Maimanah (golongan kanan) atau Mukmin (golongan yang sampai derajat
Iman).
• Tingkatan ini adalah keimanan yang lebih dari sekedar dasar iman,
sehingga untuk meraihnya seorang hamba harus memiliki dasar iman dan
kesempurnaan iman yang wajib dengan melaksanakan seluruh kewajiban
dan menghindari seluruh kemaksiatan.
• Apabila tercapai tingkatan kesempurnaan iman yang wajib ini, maka
pelakunya masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.
• Tingkatan kesempurnaan iman yang wajib ini merupakan syarat minimal
untuk masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. [2]
• Jika tingkatan kesempurnaan iman yang wajib ini ditinggalkan, maka
pelakunya berdosa, Meskipun statusnya sebatas kesempurnaan, tetapi
wajib dilakukan. Oleh karena itu, dinamakan kesempurnaan iman yang
wajib. Namun masih muslim, karena masih ada dasar iman.
• Tingkatan kesempurnaan iman yang wajib ini
mengenal status bisa berkurang dan bisa bertambah.
Bisa berkurang sehingga menjadi turun ke dasar
iman, dan bisa bertambah sehingga naik ke tingkatan
kesempurnaan iman yang sunnah.
• Tingkatan ini diraih dengan meninggalkan syirik dan
setingkatnya, bid’ah dan maksiat sehingga bersih dari
seluruh dosa di akhir hayat seorang hamba.
• Makna “bersih dari seluruh dosa” adalah meninggal
dalam keadaan sudah bertaubat dari seluruh dosa,
atau dosanya sudah terlebur dengan pelebur
(mukaffirat) dosa.
• Sebagian ulama menjelaskan bahwa melakukan dosa kecil
tidaklah mengeluarkan pelakunya dari tingkatan
kesempurnaan iman yang wajib, karena terlebur dengan
kebaikannya dan terlebur dengan sikapnya meninggalkan
dosa besar, dan tidaklah ditiadakan keimanan dari pelaku
maksiat kecuali karena melakukan dosa besar. Sebagaimana
hal ini disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah di Majmu’ul Fatawa, :7: 353.[3]

• Meski demikian, pelaku dosa kecil terancam azab di dunia


dan akhirat, terlebih lagi jika banyak atau terus menerus
melakukannya.
b. Kesempurnaan Iman yg Sunnah
• Dalilnya adalah Alquran surat Fathir ayat 32
bagian sabiqun bil khairat; dan Assabiqun dalam
QS. Al-Waqi’ah: 10; serta hadits Malaikat
Jibril ‘alaihis salam tentang Ihsan.

• Ciri-khasnya :
• Tingkatan ini disebut dengan kamalul iman
al-mustahab (‫)ﻛﻤﺎل اﻹﯾﻤﺎن اﻟﻤﺴﺘﺤﺐ‬
atau al-iman al-mustahab ( ‫)اﻹﯾﻤﺎنُ اﻟﻤﺴﺘﺤَﺐﱡ‬
• Pelakunya disebut Saabiqun bil khairat (golongan yang lebih
dahulu berbuat kebaikan) atau Assabiqun (golongan yang
bersegera kepada kebaikan) atau Muhsin (golongan yang
sampai derajat Ihsan) atau Shiddiqin (golongan yang sangat
jujur dan membenarkan kebenaran)
dan Muqarrabin (golongan yang didekatkan ke tempatnya
di Surga).

• Tingkatan ini adalah keimanan yang di atas kesempurnaan


iman yang wajib, sehingga untuk meraihnya seorang hamba
harus memiliki dasar iman, kesempurnaan iman yang wajib,
dan kesempurnaan iman yang sunnah dengan
melaksanakan perkara yang sunnah, meninggalkan
kemakruhan, musytabihat (samar), sebagian perkara
mubah dan perkara yang tidak diperlukan.
• Tingkatan iman ini telah sampai derajat Ihsan, yaitu
senantiasa meyakini diawasi oleh Allah dan menyaksikan
pengaruh nama dan sifat Allah sehingga menerapkan
tuntutannya dalam tingkah laku dan peribadatan kepada
Allah, seolah-olah ia melihat-Nya disertai dengan cinta,
harap, takut, tawakal, merendahkan diri, bertaubat,
mengagungkan-Nya, ikhlas, dan sesuai dengan Sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
• Golongan ini sudah sampai pada sikap berusaha senantiasa
ucapannya, perbuatannya, keyakinannya serta seluruh
gerak-geriknya itu Lillahi Ta’ala dengan meninggalkan
sesuatu yang tidak apa-apa (mubah) karena khawatir
(berakibat) ada apa-apanya (makruh/haram).
• Hatinya benar-benar menghadap kepada Allah
secara totalitas, tidak terdapat kecondongan
kepada selain Allah sehingga seluruh gerakan
diusahakan karena Allah Jalla Jalaaluh.
• Jika tingkatan iman ini ditinggalkan, pelakunya
tidaklah berdosa, namun terluput kesempurnaan
iman yang sunnah dan terluput pahala
besar.Pelaku tingkatan ini diganjar dengan masuk
surga tanpa hisab tanpa azab di atas tingkatan
golongan kesempurnaan iman yang wajib.
MODEL TINGKATAN IMAN
IMAN KONDISI IMAN IMAN TURUN AMALAN SYURGA
DASAR TURUN IMAN TURUN – TDK TDK KEKAL DI
MUSLIM TDK NAIK KAFIR MELAKUKAN NERAKA –
IBADAH TERKAHIR
SECARA BAIK& MASUK
PELAKU DOSA SYURGA
MENENGAH BISA TURUN IMAN TURUN- MELAKUKAN MASUK
MUKMIN BISA NAIK IMAN DASAR IBADAH DG SYURGA DG
IMAN NAIK – BAIK DAN TDK HISAB
MUHSIN MAKSIAT
ATAS BISA TURUN IMAN TURUN – MELAKUKAN MASUK
MUHSIN BISA NAIK MENENGAH – IBADAH DG SYURGA TANPA
DASAR BAIK DAN TDK HISAB
MAKSIAT &
IBADAH
SUNAT,
MENGHINDARI
SUBHAT
Kesimpulan
- Tingkatan iman dan orang yang beriman terbagi menjadi tiga
tingkatan :
1) Muslim yang menzhalimi diri sendiri,
2) Mukmin golongan pertengahan, dan
3) Muhsin yang bersegera dalam kebaikan.
- Masing-masing dari ketiga tingkatan ini masih bertingkat-tingkat
derajat pelakunya di dalamnya, sebagaimana hal ini dinyatakan
oleh Syaikh As-Sa’di rahimahullah dalam At-Taudhih wal Bayan li
Syajaratil Iman.
- Yang paling afdhol dari seluruh ketiga tingkatan tersebut
adalah Ulul ‘Azmi minar Rusul ‘alaihimush shalatu wassalamu dan
paling rendahnya adalah pelaku dosa besar dari kalangan Ahli
Tauhid, sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hafizh
Al-Hakami rahimahullah dalam Ma’arajil Qobul.[4]
TENTANG DOSA BESAR
Menurut Para Mutakallimin
Murji’ah Khawarij Mu’tazilah Asy ‘Ariyah

Pelaku dosa besar, Pelaku dosa besar, Pelaku dosa besar Pelaku dosa besar
Bukanlah kafir dan dia kafir bahkan digolongkan fasik, tetap mukmin,
tdk kekal di neraka. musyrik – Masuk dia tdk masuk karena imannya
Ada kemungkinan Neraka neraka, juga syurga masih ada –
Allah mengampuni (manjilah baina digolongkan fasik.
seluruh dosanya. manjilataini) (Orang Mukmin yg
berdosa)
TINGKATAN IMAN MENURUT
AL-GHAZALI

Anda mungkin juga menyukai