Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Taqwa Adalah

Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Wahyudin
Achmad, M. Ilyas, M. Saifulloh, dan Z. Muhibbin (2013: 35) kata taqwa berasal
dari waqa-yaqi-wiqoyoh, di mana secara ethimologi artinya hati-hati, waspada,
mawas diri, memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran
agama Islam secara utuh dan konsisten (istoqomah).
Pengertian taqwa secara terminologi dijelaskan dalam Al-Hadist yang artinya
menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya atau
imtitsalu bi’awamirillahi wajtinabu annawahihi.

Menurut Wikipedia Indonesia, taqwa adalah istilah dalam Islam yang merujuk
kepada kepercayaan akan adanya Allah, membenarkannya, dan takut akan Allah.
Asal muasal taqwa adalah bahasa Arab َ‫( ِلِّ ْل ُمتَّقِين‬Al-Muttaqin) yang merujuk pada
orang-orang yang bertaqwa.

Dalam Islam sendiri, taqwa-adalah mendekatkan diri dengan taat kepada Allah atas
petunjuk dari Allah untuk mengharap rahmat-Nya.

Taqwa adalah takut. Maksudnya adalah selain taat, orang yang bertaqwa juga
meninggalkan maksiat karena petunjuk dari Allah karena takut akan siksa-Nya
kelak. Seseorang dikatakan bertaqwa kepada Allah apabila ia menjalankan
kewajiban yang Allah tetapkan dan juga menunaikan hal-hal yang disunnahkan
serta menjauhi yang dilarang.

Terdapat pendapat dari beberapa ulama dan sahabat Nabi tentang pengertian taqwa,
antara lain :

1. Ibnu Abbas

Beliau berpendapat bahwa taqwa itu adalah, "Orang-orang yang meyakini (Allah)
dengan menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan patuh akan segala perintah-Nya".

2. Ibnu Katsir

Ibnu Katsir mempunyai pendapat bahwa taqwa artinya adalah menaati Allah SWT
dan tidak bermaksiat kepada-Nya. Senantiasa mengingat Allah SWT serta
bersyukur kepada-Nya tanpa ada pengingkaran (kufur) di dalamnya.

3. Ibnu Qayyim

Ibnu Qayyim berpendapat, “Hakikat taqwa adalah menaati Allah atas dasar iman
dan ihtisab, baik terhadap perkara yang diperintahkan atau pun perkara yang
dilarang. Oleh karena itu, seseorang melakukan perintah itu karena imannya, yang
diperintahkan-Nya disertai dengan pembenaran terhadap janji-jani-Nya. Dengan
imannya itu pula, ia meninggalkan yang dilarang Allah dan takut terhadap
ancaman-Nya.

4. Imam Ar-Raghib Al-Asfahani

Imam Ar-Raghib Al-Asfahani berkata, “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan
yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan
menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan”.

5. Imam Al-Jurjani

Imam Al-Jurjani mendefinisikan, “Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah
dengan mentaati-Nya. Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan
siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya”.

6. Sahabat Ubay bin Ka'ab

Ubay bin Ka'ab atau yang juga dikenal sebagai Abu Mundhir ("ayah Mundhir"),
adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal dan terpandang di antara
komunitas kaum Muslim awal.

Khalifah Umar bin Khattab bertanya kepada Ubay bin Ka'ab tentang taqwa. Ubay
bertanya, "Pernahkah kamu berjalan di jalan yang penuh dengan duri?" Umar
menjawab, "Ya." Ubay bertanya lagi, "Apa yang engkau lakukan?" Umar
menjawab, "Aku menggulung lengan bajuku dan berusaha (melintasinya)." Ubay
berkata, "Inilah (makna) taqwa, melindungi seseorang dari dosa dalam perjalanan
kehidupan yang berbahaya sehingga ia mampu melewati jalan itu tanpa terkena
dosa".

Rasulullah menganjurkan umatnya untuk selalu bertaqwa, hal ini diterangkan


dalam hadits riwayat berikut,

َ‫ب‬ ِ ‫ََّللاَقالَم ْنَعادَىَلِىَو ِليًّاَفقدَْآذ ْنتُهَُ ِب ْالح ْر‬ َّ ‫ََُّللاَ–َصلىَهللاَعليهَوسلمَ َ–َ«َ ِإ َّن‬ ِ َّ ‫سول‬ ُ ‫ع ْنَأ ِبىَهُريْرةَقالَقالَر‬
ُ َّ
َ،َُ‫ىَبِالنوافِ ِلَحتىَأحِ بَّه‬ َّ ُ‫ْت‬
َّ ‫َوماَيزالَُع ْبدِىَيتق َّربُ َإَِل‬،َِ‫ىَمِ َّماَافترض َعل ْيه‬ ْ َّ ‫ىَع ْبدِىَبِش ْىءٍ َأحبَّ َإِل‬
َّ ‫َوماَتق َّربَإِل‬،
َ،َ‫شَبِهاَو ِر ْجلهَُالَّتِىَي ْمشِىَبِها‬ ُ ‫َويدهَُالَّتِىَي ْب‬،َِ‫ْص ُرَبِه‬
ُ ‫ط‬ ِ ‫َوبصرهَُالَّذِىَيُب‬،َِ‫فإِذاَأحْب ْبتُهَُ ُك ْنتُ َس ْمعهَُالَّذِىَيَسْم ُعَبِه‬
ْ ‫س‬
َ،َ‫َال ُمؤْ مِ ِن‬ َ ِ ‫َوماَتردَّدْتُ َع ْنَش ْىءٍ َأناَفا ِعلُهَُتردَدِىَع ْنَن ْف‬،َُ‫َولئ ِِنَاسْتعاذنِىَألُعِيذنَّه‬،َُ‫و ِإ ْنَسألنِىَألُعْطِ ينَّه‬
ُ‫َالم ْوتَوأناَأ ْكرهَُمساءت َه‬ ْ ُ‫» ي ْكره‬

Artinya : “Dari Abu Hurairah RA. ia berkata: telah bersabda Rasulullah SAW.:
“Sesungguhnya Allah telah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi wali–Ku maka
sesungguhnya Aku telah menyatakan perang kepadanya, dan tidaklah seorang
hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai
dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa seorang hambaKu
mendekatkan diri kepada–Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku
mencintainya. Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia
gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk
melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya
yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepadaKu pasti Aku
akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan kepadaKu pasti Aku akan
melindunginya, tidaklah Aku ragu tentang sesuatu yang aku lakukan seperti
keraguanku tentang (mencabut) nyawa seorang mu’min, dia tidak suka kematian
(kesakitan dan kesulitannya), sedangkan Aku tidak suka keburukannya
(menyakitinya karena saat lanjut usia ia akan berkurang kekuatannya, menjadi uzur
dst, juga sakitnya ia menghadapi kematian)”. (HR. Imam Bukhori)

Oleh karena itu, apabila seseorang tidak menjalankan perintah Allah, terus menerus
melakukan maksiat dan enggan bertaubat, maka ia tidak masuk ke dalam kriteria
orang yang bertaqwa, terlebih lagi jika ia adalah pelaku kesyirikan. Maka yang
terakhir ini sangat jauh dari sifat taqwa dan sesungguhnya kelak ia akan
mendapatkan ganjaran yang sangat pedih dari Allah SWT.

Bertaqwa bisa kita lakukan salah satunya dengan selalu mensyukuri nikmat dan
rezeki dari Allah SWT, baca selengkapnya disini :
1. Doa Mensyukuri Nikmat Allah
2. 8 Rezeki yang Sudah Dibocorkan Dari Al-Qur'an dan Cara Mendapatkannya
3. Dianggap Nikmat Kecil Hingga Banyak yang Melupakan, Namun Saat Hilang
Banyak yang Mencarinya

Makna Taqwa dalam Al-Qur'an

Taqwa dalam Al-Quran mempunyai tiga makna yaitu:

1. Takut kepada Allah dan pengakuan keesaan Allah SWT.

Hal ini sesuai firman Allah yang termaktub dalam QS. Al-Baqarah ayat 41.

ً ‫وآمِ نُواَ ِبماَأ ْنز ْلتُ َ ُمص ِدِّقًاَلِماَمع ُك ْمَوَلَت ُكونُواَأ َّولَكاف ٍِرَ ِب ِهََۖوَلَت ْشت ُرواَ ِبآياتِيَثمنًَاَقَل‬
ِ ُ‫ِيًلَو ِإيَّايَفاتَّق‬
َ‫ون‬

Artinya : "Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Quran)
yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi
orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-
Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa".

2. Taat dan beribadah,

Makna kedua taqwa dalam Al-Qur'an adalah taat dan beribadah kepada Allah, hal
ini diterangkan dalam QS. Ali-Imran ayat 102,

َّ ُ‫ياَأيهاَالَّذِينَآمنُواَاتَّق‬
َ‫واََّللاَح َّقَتُقاتِهَِوَلَت ُموت ُ َّنَإِ ََّلَوأ ْنت ُ ْمَ ُم ْس ِل ُمون‬
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam".

3. Pembersihan hati dari noda dan dosa.

Membersihkan hati dari segala penyakit hati dan juga dari dosa-dosa dapat kita
lakukan dengan senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT,

Allah SWT berfirman,

َ‫َالفائ ُِزون‬ َٰ ُ ‫ََّللاَويَت َّ ْقهَِفأ‬


ْ ‫ولئِكَهُ ُم‬ َّ ‫سولهَُوي ْخش‬ َّ ‫وم ْنَيُطِ ِع‬
ُ ‫ََّللاَور‬

Artinya : "Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada
Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat
kemenangan".

Adapun makna-makna diatas juga menerangkan bahwa taqwa adalah solusi, yaitu
solusi dari menghilangkan penyakit hati, solusi menghapus dosa, solusi dari
masalah yang sedang kita hadapi, dan lain sebagainya.

Hal ini diterangkan dalam sebuah hadits riwayat berikut,

Ketika sahabat Abu Dzarr Al-Ghifari meminta nasihat kepada baginda Rasulullah
SAW, maka pesan paling pertama yang beliau sampaikan kepada sahabatnya itu
adalah taqwa.

Rasulullah SAW bersabda,

“Saya wasiatkan kepadamu, bertaqwalah engkau kepada Allah karena taqwa itu
adalah pokok dari segala perkara.” (Nasr bin Muhammad bin Ibrahim, Kitab Tanbih
al-Ghofilin li Abi Laits As-Samarkindi)

Ciri-Ciri Orang Bertaqwa


Dalam surat Al-Baqarah ayat 117 Allah SWT menjelaskan ciri-ciri orang bertaqwa
yang secara umum dapay dikelompokan menjadi lima indikator ketaqwaan yaitu:

Beriman kepada Allah SWT, para malaikat, kitab-kitab, dan para nabi. Indikator
taqwa yang pertama adalah memelihara fitrah iman.
Mengeluarkan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak yatim, orang-orang
miskin yang dalam perjalanan, orang yang minta-minta dana, orang yang tidak
memiliki kemampuan untuk memerdekakakn hamba sahaja. Indikator yang kedua
adalah mencintai sesame umat manusia yang diwijudkan melalui kesanggupan
mengorbankan harta.
Mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Indikator taqwa yang ketiga adalah
memelihara ibadah formal.
Menepati janji. Indikator taqwa yang keempat adalah memelihara kehormatan
atau kesucian diri.
Sabar saat kepayahan, kesusahan dan pada waktu jihad. Indikator yang kelima
adalah memiliki semangat perjuangan.

Taqwa artinya berdasarkan ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa taqwa adalah


sikap dan akhlak seorang muslim, yang merupakan buah dan hasil dari didikan-
didikan ibadah formal. Sedangkan ibadah-ibadah itu sendiri adalah pancaran dari
pada iman. Atau dengan kata lain bahwa taqwa adalah hasil dari ibadah kepada
Allah SWT karena itu tidak mungkin ada taqwa tanpa adanya amal ibadah kepada
Allah SWT. (WWN)

Ibnu Qayyim berkata, “Hakikat takwa adalah menaati Allah atas dasar iman dan
ihtisab, baik terhadap perkara yang diperintahkan atau pun perkara yang dilarang.
Oleh karena itu, seseorang melakukan perintah itu karena imannya, yang
diperintahkan-Nya disertai dengan pembenaran terhadap janji-jani-Nya. Dengan
imannya itu pula, ia meninggalkan yang dilarang Allah dan takut terhadap
ancaman-Nya.

Takwa dalam Alquran memiliki tiga makna yaitu:

1.Takut kepada Allah dan pengakuan superioritas Allah. Hal ini seperti kalam-Nya
yang artinya, “Dan hanya kepada-Ku lah kamu harus bertakwa. (Al-Baqarah: 41)

2.Bermakna taat dan beribadah, sebagaimana kalamnya yang berarti, “Hai orang-
orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah denan sebenar-benar takwa.”
(Ali-Imran: 102)

Ibnu Abbas berkata, “Taatlah kepada Allah dengan sebenar-benar ketaatan.”

Mujahid berkata “Takwa kepada Allah artinya, Allah harus ditaati dan tidak
dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.”

3.Dngan makna pembersihan hati dari noda dan dosa. Maka inilah hakikat dari
makna takwa, seain pertama dan kedua. Sbagaimana termaktub dalam irman-Nya;
“Dan barangsapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah dan
bertakwa, maka itulah orang-orang yang beruntung.” (An-Nur: 52) []

Sumber: Renungan Dahsyat untuk Muslimah. Nur Silaturohmah. Ziyad:Surakarta.


2015

Anda mungkin juga menyukai