Allah
Dr Hj Shahrul Hilmi bin Othman
Ketua Institut Pengurusan Haji dan Umrah
Universiti Melaka
Pengimarahan Masjid
َّ ِإ َّن َما َيعْ ُم ُر َم َسا ِج َد اللَّـ ِه َمنْ آ َم َن ِباللَّـ ِه َو ْال َي ْو ِم اآْل ِخ ِر َوَأ َقا َم ال
صاَل َة َوآ َتى
َ ك َأن َي ُكو ُنوا ِم َن ْال ُم ْه َت ِد
ين َ ش ِإاَّل اللَّـ َه ۖ َف َع َس ٰى ُأو َل ٰـِئ
َ الز َكا َة َو َل ْم َي ْخ
َّ
Konsep Taqarub
Qurb menurut bahasa adalah dekat
Taqarrub berasal dari kata Qaruba – Yaqrubu – Qurban – Qurbanan berarti
menghampiri, mendekati, mencari kedekatan. Tiada batas tempat dan batas
waktu
Secara istilah, qurb berarti kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya.
Kedekatan itu diperoleh melalui upaya sungguh-sungguh dengan melakukan
ketaatan kepada Tuhan dan disiplin waktu dalam menjaga dan melakukan
ibadah.
Taqarrub menurut Imām Al-Ghazālī jalan menuju Allah yakni dengan tazkiyatun nafs
(penyucian hati) berarti penguasaan diri dan pengendalian nafsu, berzikir kepada-Nya
karena Allah akan menyambut hamba-Nya yang mau mendekatkan diri kepada-Nya.
“Sejumlah ulama mengatakan, ‘Keimanan mengandung 313 akhlak sebanyak jumlah
para rasul. Setiap orang beriman yang meneladani salah satu akhlaknya, maka ia
disebut sebagai penempuh jalan (salikut thariq) kepada Allah.
surah Az- Zumar ayat 3, Allah berfirman:
َواق َترب
ِ َكاّل ال ُت ِطع ُه َواسجُد
19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan
dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
(Wasjud Waqtarib) adalah undangan atau ajakan untuk mendekat
sehingga menjadi dekat,
(Waqtarib) adalah keadaan dimana seorang hamba mendekatkan
dirinya kepada Allah swt dengan posisi sujud dan menyembah Allah
swt dengan penuh cinta, ikhlas dan pasrah, sehingga meninggalkan
sifat sombong pada siri seorang hamba, ketika hamba bersujud dia
akan menyadari bahwa dia diciptakan dari tanah dan suatu saat
akan kembali ketanah, sehingga dia tidak patut untuk
menyombongkan dirinya kepada sesama makhluk, karena hanya
Allahlah yang maha segala-gala-Nya, ketika seorang hamba bersujud
maka setan akan melarikan diri darinya, dan terbakar, dan sujud
menjadi saksi kepada hamba atas keataannya kepada Allah swt.
Dalam usaha taqarrub kepada Allah melalui wasilah (perantara)
amal soleh iaitu dengan beribadah kepada Allah tidak hanya
semata-mata beribadah akan tetapi harus di sertai syahadat
terlebih dahulu.
Seorang muallaf tidak sah ibadahnya jika tidak diawali dengan
syahadat, yaitu kesaksian bahwa Allah swt adalah satu-satunya
tuhan dan tidak ada tuhan selain Allah swt serta Muhammad
saw adalah utusan Allah swt, setelah kesaksian tersebut maka
semua ibadah manusia sah dimata Allah swt.
Abu Hāmid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazālī
Syaraful A'immah, Zainuddin, Hujjatul Islam
1058 M atau 450 H Ghazalah, Tabran, Tus, Khurasan, Empayar Saljuk,
Parsi (Iran) Isnin 19 Disember 1111 M atau 14 Jamadilakhir 505 H Tus
Syafii, Asy'ariyah.
Enam golongan tersebut adalah abid (ahli ibadah), alim (ulama), muta’allim
(pelajar/santri), wali (pemimpin/), muhtarif (pekerja ragam profesi), dan
muwahhid mustaghriq bil wahidis shamad an ghayrihi (orang yang tenggelam
dalam keesaan Allah sampai tidak ingat selain-Nya).
على وجميع ما ذكرـناه طرق إلى هللا تعالى قال تعالى قل كل يعمل
شاكلته فربكم أعلم بمن هو أهدى سبيال فكلهم مهتدون وبعضهم
أهدى من بعض وفي الخبر اإليمان ثالث وثالثون وثلثمائة طريقة
من لقى هللا تعالى بالشهادة على طريق منها دخل الجنة
Artinya, “Semua yang kami sebutkan menempuh jalan menuju Allah. Allah
berfirman, ‘Katakanlah, ‘Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya
masing-masing.’ Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya,’
(Surat Al-Isra ayat 84).’ Semuanya berjalan di atas petunjuk Allah. Sebagian lebih
mendapat jalannya di atas yang lain. Dalam hadits disebutkan, ‘Keimanan
memiliki 333 jalan. Siapa saja yang menjumpai Allah dengan menempuh salah
satu jalan itu, niscaya ia masuk surga,’” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut,
Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 441).
وقال بعض العلماء اإليمان ثلثمائة وثالثة عشر خلقا بعدد الرسل فكل مؤمن
على خلق منها فهو سالك الطريق إلى هللا فإذن الناس وإن اختلفت طرقهم في
العبادة فكلهم على الصواب أولئك الذين يدعون يبتغون إلى ربهم الوسيلة أيهم
أقرب وإنما يتفاوتون في درجات القرب ال في أصله وأقربهم إلى هللا تعالى
أعرفهم به وأعرفهم به ال بد وأن يكون أعبدهم له فمن عرفه لم يعبد غيره
Artinya, “Sejumlah ulama mengatakan, ‘Keimanan mengandung 313 akhlak sebanyak jumlah
para rasul. Setiap orang beriman yang meneladani salah satu akhlaknya, maka ia disebut
sebagai penempuh jalan (salikut thariq) kepada Allah. Dengan demikian, setiap orang
beriman meski jalan ibadah yang ditempuh berbeda tetap berada di atas rel kebenaran
sebagaimana firman Allah ‘Orang-orang yang mereka seru itu mencari jalan kepada Allah
siapa di antara mereka yang dekat kepada Allah, (Surat Al-Isra ayat 57).’ Mereka hanya
berbeda pada tingkat kedekatannya kepada Allah, bukan berbeda secara pokok. Mereka yang
paling dekat kepada Allah adalah mereka paling mengenal Allah (a’rafuhum billah). Mereka
yang paling mengenal Allah tentu orang yang paling menyembah-Nya karena siapa saja yang
mengenal-Nya niscaya takkan menyembah selain-Nya,’” (Imam Al-Ghazali, 2018 M:
I/441).