PEMBAHASAN
1. Untuk mendapatkan SDM yang unggul perlu strategi yang spesifik dan sensitive, mulai sejak awal
kehidupan
2. Masalah gizi akibat penyakit yang memerlukan upaya khusus untuk penyelamatan hidup harus
ditangani secara baik di Rumah Sakit
3. Sistem rujukan pada kasus stunting harus dapat dilaksanakan sampai Rumah Sakit yang akan
menyediakan SDM yang berkompeten untuk penanganan masalah gizi yang diakibatkan oleh penyakit
atau kondisi tertentu pada bayi secara komprehensif
4. Dukungan fasyankes primer dalam surveilans gizi, deteksi dan penumpukan kasus di masyarakat
sangat dibutuhkan.
5. RS menerima rujukan pasien gangguan gizi dengan grade sedang dan berat.
6. Tatalaksana penanggulangan gizi butuk, kurang dan stunting sesuai dengan PMK 29/2019 .
7. Klaim pasien malnutrisi berdasarkan INA CBGS. Kode untuk gangguan malnutrisi ringan E 410,
sedang E 411 berat E 412. (KMK 514/2015 no 79, INA CBGS)
8. Stunting (stunted0 adalah perawakan pendek dengan pangjang atau tinggi badan menurut usia dibawah
-2SD berdasarkan WHO yang disesbabkan kekurangan gizi kronik saat usia dua tahun pertama
kehidupan (1000hpk).
9. Penilaian berat badan terhadap umur pada minimal 2 periode pengukuran, sedangkan panjang badan
dan lingkar kepala yang juga merupakan parameter pertumbuhan mungkin masih normal atau bisa
mengikuti terjadi keterlambatan
10. cara mementukan stunting pada balita dengan mengukur panjang atau tinggi badan pada anak. Posisi
berbaring jika usia <2tahun dan posisi berdiri jika usia >=2 tahun . Selanjutnya plot pada grafik
pertumbuhan PB atau TB menurut usia dan jenis kelamin. PB/U (TB/U) <-2SD disebut STUNTED
(pendek). PB/U (TB/U) <-3SD disebut SEVERLY STUNTED (sangat pendek)
11. Skrining resiko malnutrisi RS untuk anak usia 1bulan-18tahun mwnggunakan strong kids.
12. Pemberian intervensi nutrisi yang adekuat bila sudah terjadi gagal tumbuh, gizi kurang, gizi buruk
tanpa komplikasi atau gizi buruk komplikasi pada fase transisi/ rehabilitasi, stunted untuk catch up
growth (tumbuh kejar) denan Oral Nutrition Supplement (ONS) / Susu Tinggi Kalori (PKMK).
13. ONS merupakan formula indikasi medis khusus dengan jumlah kalori 1-1,24 kkal/ml dan protein ratio
10-15% (kandungan kalori dan protein lebih tinggi dari susu formula standart dan susu UHT yang
hanya 0.067 dan rasio protein 7%).
14. ONS 9susu tinggi kalori) terdapat dalam sediaan cair, semi solid atau powder yang mencukupi zat gizi
makro dan mikro.
15. Cara memberikan PKMK dengan menentukan berat badan badan ideal dan usia berdasarkan tinggi
natau panjang badan, menghitung kebutuhan kalori total, memberikan 30% dari kalori total untuk ONS
(PKMK, dan preskripsi ONK/ PKMK.
16. Jadwal pemberian makan
08.00 Makan Pagi komposisi lengkap
10.00 100ml ONS
12.00 Makan Siang komposisi lengkap
14.00 100ml ONS
16.00 Makanan selingan (buah atau biskuit)
18.00 Makan Malam komposisi lengkap
RENCANA TINDAK LANJUT
1. skrining setiap bayi atau balita yang beresiko malnutrisi/ yang tidak mengalami kenaikan BB
dalam 2 bulan
2. kolaborasi dengan dokter spesialis anak/ dokter umum yang terlatih untuk menentukan stunting
atau bukan
3. Bila terdiagnosis penyakit kronik misal TBC, selain terapi OAT berikan tatalaksana dengan
PKMK
4. Memberikan edukasi/konseling kepada orantua pasien oleh ahli gizi mengenai cara mebuat
serta pemberian PKMK pada pasien malnutrisi yang sudah diperbolahkan untuk pulang
5. melakukan sosialisasi mengenai PMK no 29 TAHUN 2019 kepada Tim Terapi Gizi)
6. kolaborasi dngan dinas kesehatan mengenai pengadan Pkmk / ONS.
7. update regulasi sesuai sesuai dengan PMK 29/2019 tentang tatalaksana gangguan gizi
Notulis
Mengetahui