Anda di halaman 1dari 3

Yohanes Karuniawan

2006573733
Pengolahan Data
Modul BO – Bendung Ogee

Modul praktikum BO atau bendung ogee bertujuan untuk mengetahui karakteristik


aliran yang melimpas melalui bendung ogee. Dalam praktikum ini menggunakan total 8
manometer yang tersebar pada bendungan yang bertujuan untuk mengukur kecepatan aliran
dengan lebar bendungan sebesar b = 300 mm. Penggunaan dari 8 manometer ini tersebar dari
hulu sebanyak 2 buah, 5 di hilir, serta 1 di puncak bendung. Penempatan dari manometeri ini
bertujuan untuk mendapatkan variasi data yang dapat menggambarkan pola kenaikan dan
turunan dari kecepatan aliran. Mengenai jumlah penemapatan ini pada dasarnya tidak ada
ketentuan yang pasti. Jika di suatu titik antara bagian hulu atau hilir ditempatkan lebih banya
manometer dari titik lainnya maka varaisi dari debit aliran juga akan semakin banyak pada
titik tersebut.

Setelah melakukan prosedur praktikum, praktikan mendapatkan beberapa data hasil


percobaan, yaitu lebar bendung (b), ketinggian muka air (h), tekanan yang terjadi pada 8 buah
manometer di masing masing ketinggian muka air (P), dan kecepatan aliran (v). Pada tahap
pertama praktikan dapat menghitung luas permukaan (A) yang dihitung dengan menghalikan
lebar bendung dengan ketinggian pada manometer ke-6. Pemilihan dari manometer ke-6 ini
disebabkan oleh pada titik manometer tersebut aliran yang terjadi mengalami pengaruh dari
peredam energi. Selain itu, pemilihan dari titik ini sebab aliran yang terjadi dapat terbilang
cukup konstan yang disebabkan oleh peredam energi serta karakteristik bendungan.
Pemakaian dari peredam energi ini dapat terlihat pengaruhnya pada manometer 6 ini, sebab
tekanan yang terjadi pada setiap ketinggian muka air memiliki angka terkecil dari manometer
lainnya. Nilai ini kemudian dilihat hubungannya dengan kecepatan aliran dimana
besdasarkan persamaan antara hubungan tekanan dengan kecepatan aliran, bahwa semakin
kecil tekanan maka keceatan yang dihasilkan akan semakin besar pula, begitu pula
sebaliknya. Pada data percobaan, dapat dikatakan bahwa pada manometer ke-6 memiliki
kecepatan aliran paling tinggi sedangkan manometer ke-1 memiliki kecepatan aliran terendah
sebab tekanannanya paling besar jika dibandingkan dengan manometer lainnya. Berikutnya,
praktikan menghitung besar debit aliran (Q) dengan mengkalikan besar luas permukaan yang
didapatkan sebelumnya dengan kecepatan aliran (v) yang didapat dari data percobaan. Setela
itu, dihitung juga besar discharge coefficient (C) dengan melakukan perbandingan antara nilai
debit (Q) dengan lebar bendungan (b) yang kemudian hasilnya dikalikan dengan tingggi
Yohanes Karuniawan
2006573733
muka air yang dipangkatkan 3/2. Nilai dari discharge coefficient ini dihasilakan dengan
menggunakan debit maksunum yang didapatkan secara teoritis. Setelah semua data dihitung
pada setiap ketinggian muka air maka praktikan perlu membaut grafik yang menunjukkan
hubungan antar parameter dalam percobaan ini. Hubungan antar paramert yang dilihat adalah
grafik hubungan ketinggian muka air bendung (h) dengan debit (Q), grafik perbandingan
tekanan 8 manometer pada semua ketinggian muka air, dan 8 grafik tekanan manometer pada
setiap ketinggian muka air bendung.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat dilihat suatu
fenomena yang terjadi di sepanjang bendung. Jika dilihat dari data yang dibeirkan bahwa
tekanan mengalami penurunan dari manometer pertama hingga manometer 6 dan kemudian
mengalami sedikit kenaikan sampai pada manometer ke-8. Hal ini disebabkan oleh adanya
peredam energi yang membuat penambahan dari tekanan pada manometer selanjutnay tidak
terlalu besar. Selain itu, pada kecepatan aliran yang terjadi mengalami penurunan dari
ketinggianmuka air 24,5 cm ke 25 cm dan kemudian mengalami kenaikan kembali sampai
pada ketinggian 26 cm. Hal ini juga merupakan pola yang terjadi pada debit aliran yang
nampak jelas pada grafik. Berdasarkan grafik hubungan antara ketinggian air bendung
dengan debit didapatkan persamaan y = 4894,2x – 116113 dengan nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,681. Selain itu pada discharge coefficient yang didapat dari hasil perhitungan
menunjukkan pola kenaikan dan keturunan yang sama dengan debit aliran. Hal ini
dikarenakan pada persamaan untuk mendapatkan discharge coefficient menggunakan nilai
debit aliran. Maka dapat dikatakan discharge coefficient berbanding lurus dengan debit
aliran. Sementara itu, jika dilihat dari perubahan discharge coefficient bahwa terjadi
peningkatan menjadi 2 kali dari ketinggian 25,5 cm ke 26 cm. Kondisi ini terjadi akibat
adanya pressure drop yang besar dari ketinggian 25,5 cm ke 26 cm yang membuat kecepatan
aliran meningkat drastic sebab hubungan antara kecepatan dengan tekanan adalah berbanding
terbalik. Kecepatan aliran ini tentu berpengaruh serta bebanding lurus dengan discharge
coefficient yang didapat.

Kemudian jika dilihat pada grafik hubungan antara tekanan pada semua ketinggian
muka air, dapat dilihat bahwa tekanan yang terjadi pada manometer 1 hingga 5 cenderung
kurang stabil, kemudian setelah melewati manometer 6 tekanan yang dihasilkan cenderugn
stabil sebab tidak banyak terjadi perubahan dan cenderung lebih kecil jika dibandingkan
manometer 1 ke 5. Hal ini disebabkan oleh adanay peredam energi pada manometer ke 6
sehingga aliran air yang terbentuk setelahnya menjadi lebih stabil dan konstan jika
Yohanes Karuniawan
2006573733
dibandingkan kalua tidak memakai peredam energi. Selanjutnya pada grafik perbedaaan
posisi tekanan pada setiap ketinggia muka air memiliki pola kenaikan serta penurunan yang
kurang sama pada setiap ketinggian muka air. Namun pada ketinggian muka iar 25,5 cm pada
manometer 7 ke 8 tidak mengalami perubahan tekanan sama sekali sebab tidak terjadi
pressure drop sehingga kecepatan pada titik tersebut konstan. Lalu pada ketinggian muka air
26 cm justru mengalami penurunan tekanan dari manometer 7 ke 8 sehingga sempat terjadi
sedikit kenaikan kecepatan dari manometer 7 ke 8.

Berdasarkan hasil praktikum bendung ogee yang telah dilakukan maka didapatkan 3
kesimpulaan, antara lain:

1. Didapatkan debit aliran pada ketinggian muka air 24,5 cm, 25 cm, 25,5 cm, dan 26 cm
secara berturut turut 5,373 L/s, 4,95 L/s, 6,237 L/s, dan 13,101 L/s
2. Nilai discharge coefficient yang didapat sebesar 1,476 pada ketinggian 24,5 cm, 1,32
pada ketinggian 25 cm, 1,614 pada ketinggian 25,5 cm, dan 3,294 pada ketinggian 26
cm.
3. Terjadi suatu kecenderungan dimana semakin tinggi muka air bendung maka
kecepatan aliran, debit aliran serta discharge coefficient mengalami kenaikan pula
sehingga lompatan air yang terjadi akan semakin besar pula. Hal ini juga menandakan
aliran air yang terbentuk seiring bertambahnya tinggi muka air semakin tidak stabil
atau tenang.

Anda mungkin juga menyukai