Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ERMALINA

NIM : 170104040012

MATKUL : PSIKOPATOLOGI

Kasus 1:

1. Diagnosis sesuai dengan PPDGJ F91 untuk anak pada kasus pertama ini adalah gangguan
tingkah laku (CD/ Conduct Disorder) dengan beberapa gejala:
- Berperilaku sinis
- Masih berusia dibawah 10 tahun
- Sering menentang orang yang ada di sekolah, missal : sering bolos, sering berkelahi
di sekolah dan berkelahinya sangatlah berlebihan sampai melempar barang, sering
tidak mengerjakan tugas, oleh sebab perilakunya yang sering menantang aturan
sekolah sering kali mendapatkan teguran dari guru itulah juga penyebab dia jadi
malas bersekolah
- Dia melakukan tindakkriminalitas yaitu kedapatan mencuri sebanyak 2 kali di mini
market dengan teman-temannya di panti, dan dia tidak mengaku akan perlakuannya
selalu membela dirinya dengan mengatakan bahwa dia diajak oleh teman-temannya
padahal kenyataan nya dialah yang mengajak teman-temannya untuk mencuri.

Ada beberapa penyebab kenapa anak bisa melakukan hal tersebut:

- Pola asuh orang tua yang negative, seperti yang diceritakan dalam kasus tersebut
bahwasanya orang tua dari anak itu sangatlah bermasalah, missal dari bapaknya yang
sering keluar masuk penjara akibat melakukan tindal krimal seperti mencuri
merampok dan sebagainya, bapaknya juga sering melakukan tindak kekerasan secara
verbal maupun non verbal kepada ibunya di depan anaknya ataupun melakukan
tindak kekerasan terhadap anaknya sendiri. Begitupula ibunya yang sering kali
bergonta ganti pasangan atau sebut saja ibunya adalah seorang pelakor, dan tindakan
ibunya yang menyerahkan anak-anaknya ke panti seakan-akan membuang mereka.
- Seperti yang dijelaskan ibu pada penyampaian materi bahwasanya perilaku anak yang
mengakibatkan gangguan tersebut bisa disebabkan oleh anak yang me modeling dari
orang tuanya, seperti yang kita tahu dari cerita kasus tersebut orang tuanya juga
sering melakukan tindak kriminalitas seperti mencuri oleh itu anaknya pun berani
melakukan tindak pencurian.
2. Pendekatan yang harus dilakukan menurut saya adalah pendekatan behaviorisme karena
pendekatan ini bertujuan untuk menghilangkan tingkah laku salah suai. Diharapkan
konseli memiliki tingkah laku baru yang terbentuk melalui proses conditioning,
hilangnya symptom dan mampu merespon terhadap stimulus yang dihadapi tanpa
menimbulkan masalah baru. Arah behavior pada dasarnya tertuju kepada perolehan
tingkah laku baru yang lebih adaptif, sehingga dapat menghapus perilaku yang mal
adaptif. Seperti yang kita ketahui gangguan tingkah laku menimbulkan perilaku-perilaku
yang adaptif, contohnya saja yang terdapat pada kasus ini anak melakukan tindakan
mencuri, berkelahi sampai melempar barang dan bahkan sering kali melempar kesalah
yang dilakukannya kepada orang lain. Oleh karena itu dengan pendekatan behaviorisme
diharapkan mampu menghapu perilaku mal-adaptif itu dan menggantinya dengan
perilaku adaptif. Dari penyebab di atas kita tahu bahwa anak me modeling kekerasan dari
ayahnya yang sering memukuli dia dan ibunya, mungkin bisa saja dengan mencari role
model berbeda yang lebih baik dari ayahnya mampu untuk menangani gangguan yang
dialami oleh anak tersebut.

Kasus 2 :

1. Diagnosis sesuai dengan PPDGJ F91.3 untuk anak perempuan pada kasus ini adalah
gangguan sikap menentang (ODD/Oppositional Defiant Disorder) dengan beberapa
gejala di bawah ini:
- Anak berada di bwah umur 9/10 tahun dalam kasus yang ceritakan anak berada di
kelas 5 SD yang artinya usia nya masuk dalam diagnosis menurut PPDGJ
- Adanya perilaku menantang yang dilakukan oleh anak, seperti yang kita ketahui dari
cerita bahwa anak sering menentang dengan perintah orang tuanya terutama ibunya,
ibunya sering menyuruhnya untuk berhenti bermain HP akan tetapi dia tidak
menghiraukan, ibunya juga sering meminta anaknya untuk tidur cepat, tapi anak
tersebut tetap saja menonton TV sampai larut malam.
- Anak sering kali menantang dalam berbagai situasi, misalnya saat di sekolah sering
kali dia tidak mengikuti aturan yang ada di sekolah seperti tidak ikut shalat zuhur
berjama’ah dengan berbagai alasan, mewarnai rambutnya dengan warna yang bukan
dari rambut aslinya, anak juga sering kali bolos karena tidak ingin mendengar
ceramah dari sang guru, oleh karena itu pula anak sering kali tidak mengerjakan tugas
dan pada akhirnya anak pun tidak naik kelas.
- Akan tetapi anak ini tidak sampai melakukan tindakan kriminalitas itulah sebabnya
diagnosis nya hanya pada gangguan menentang bukan pada gangguan tingkah laku.

Dari kasus yang diceritakan oleh ibu tadi dapat kita ketahui beberapa penyebab kenapa
ank bisa berbuat seperti itu:

- Orang tua memberikan penguatan yang kurang tepat kepada anak, misalnya ketika
anak tersebut tidak mau sekolah orang tua mengimingi akan mengabulkan
keinginannya asalkan anaknya mau pergi ke sekolah, oleh sebab itu sang anak
memanfaatkan momentum dengan tidak masuk sekolah agar keinginannya di
kabulkan.
- Perasaan di nomor duakan pada anak karena ibunya yang serinng membela adiknya
daripada dia ketika mereka berkelahi, anak pun merasa cemburu kepada sang adik.
- Anak sudah terbiasa menjadi anak bungsu akan tetapi tiba-tiba dia memiliki adik
sehingga dia tidak mampu membiasakan diri nya yang sudah bukan lagi anak bungsu
2. Menurut saya yang harus dilakukan orang tua untuk menghadapi anak seperti kasus yang
diceritakan adalah agar bisa memberikan pengertian kepada sang anak dengan cara
melakukan pendekatan persuasive, mengajak anak berkomunikasi dari hati ke hati.
Menjadi pendengar yang aktif untuk sang anak bukan hanya menuntut untuk di
dengarkan, memberikan apresiasi kepada sang anak bukan malah menghakimi dengan
apa yang dilakukan oleh sang anak, apabila anak melakukan suatu kesalahan tegurlah dia
dengan lemah lembut, jangan terlalu membedakan perhatian antara anak 1, 2, dan tiga
karna itulah pemicu yang membuat anak merasa insecure terhadap dirinya maupun orang
tuanya, hal itu juga yang menyebabkan anak merasa cemburu kepada adiknya.
3. Tujuan yang sebenarnya dari anak sehingga dia berani menentang menurut saya adalah
anak ingin mendapatkan kembali perhatian ibunya yang pernah ada untuknya dulu
dengan cara mencari perhatian melalui tindakannya yang menentang semua orang.
Seperti yang kita tahu perasaan anak-anak sangat lah sensitive, apalagi anak yang sudah
terbiasa menjadi seorang anak bungsu malah dikejutkan dengan hadirnya sosok adik yang
menurut dia merampas semua perhatian yang sebelumnya dimilikinya, belum lagi
bapaknya yang jarang berada di rumah sehingga dia mungkin sedikit merasakan kehilang
sosok ayah yang selalu menuruti apa keinginan nya. Sedikit bercerita saya adalah anak
bungsu meski begitu saya bukanlah anak yang diperlakukan lebih special dibandingkan
saudara yang lain, kaka ketiga saya lebih diperlakukan special karena dia lebih lama
tinggal dengan orang tua, sedangkan saya pergi merantau untuk menuntut ilmu. Sering
kali ayah saya membandingkan kerja saya dengan kaka saya, seakan-akan saya tidak
pernah melakukan apa-apa padahal saya juga sering melakukan pekerjaan rumah tapi
ayah saya tidak melihat saya pun bingung kenapa waktunya selalu seperti itu. Di
bandingkan dengan kaka-kaka saya, saya lebih sering memperoleh penghargaan baik itu
dari prestasi akademik, atau memenangkan lomba olahraga atapun dalam bidang
kesenian. Sayangnya saya tidak pernah mendapatkan apresiasi dari orang tua saya. Ayah
saya hanya sibuk melihat kesalahan saya, beliau lebih suka menghakimi daripada
mengapresiasi. Mungkin hal itu dirasakan oleh sang anak dalam kasus ini, dia tidak
menerima apresisasi dari ibunya, dia merasanya ibunya tidak memperhatikan dia lebih
disbanding adiknya, karena perilaku ibu yang suka menspesialkan anak bungsu.
Harusnya porsi perhatian di bagi rata untuk semua anak, bukan hanya untuk satu orang
saja.
Intinya anak itu ingin perhatian dari sang ibu, ingin di apresiasi bukan dihakimi, dia tidak
butuh iming-iming dari ibunya, yang dia butuhkan kasih saying dan pengertian dari sang
ibu kepaddanya.

Anda mungkin juga menyukai