Anda di halaman 1dari 3

Persamaan Institusi-institusi Sosial dalam berbagai kelompok etnik di Indonesia

Pada setiap kebudayaan yang berada di berbagai daerah pasti mempunyai perbedaan dalam aspek
sistem kekerabatan, sistem religi, sistem politik, sistem mata pencaharian hidup, bahasa,
kesenian. Berikut ini beberapa persamaan yang terdapat dalam institusi sosial dalam berbagai
kelompok etnik di Indonesia. Dimana, setiap kebudayan dalam setiap daerah mempunyai
beberapa aspek yag telah terangkum dalam 7 unsur kebudayaan universal yakni :

1. Sistem religi
2. Sistem organisasi masyarakat
3. Sistem Pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem mata pencaharian
7. Sistem teknologi dan peralatan

Perbedaan Institusi-institusi Sosial dalam berbagai kelompok etnik di Indonesia


Dari 7 unsur kebudayaan di atas,bahwa dalam institusi sosial dalam berbagai kelompok etnik di
Indonesia mempunyai persamaan yang terkandung dalam 7 unsur kebudayaan universal. Namun,
dalam setiap daerah mempunyai perbedaan yang mencakup 7 aspek tersebut. Sebagai penambah
pengetahuan, saya akan menjelaskan 2 kebudayaan masyarakat yang berasal dari  Jawa dan
Ambon, dimana didalamnya terdapat beberapa mencakup 7 unsur kebudayaan tersebut.

Kebudayaan Jawa
Mayoritas orang Jawa menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Sebagian lainnya
menggunakan bahasa Jawa yang bercampur bahasa Indonesia. Bentuk rumah pada masyarakat
Jawa hampir semuaya berbentuk rumah joglo, limasan dan situbondo. Dalam suku Jawa atau
masyaraakat Jawa biasanya bermata pencaharian bertani, baik bertani disawah maupun tegalan,
juga Beternak pada umumnya bersipat sambilan, selain itu juga masyarakat Jawa bermata
pencaharian Nelayan yang biasanya dilakukan masyarakat pantai.  Salah satunya sistem
kekerabatan Jawa keturunan dari Ibu dan Ayah dianggap sama haknya, dan warisan anak
perempuan sama dengan warisan laki-laki, tetapi berbeda dengan banyak suku bangsa yang lain,
yang ada Indonesia.

Masyarakat Jawa dalam hal perkawinanya melalui beberapa tahapan. Biasanya seluruh rangkaian
acara perkawinan berlangsug selama kurang lebih dua bulan, mencangkup:

 Nontoni; Melihat calon istri dan keluarganya, dengan mengirim utusan (wakil).
 Nglamar (meminang); Tahapan setelah nontoni apabila si gadis bersedia dipersunting.
 Paningset; Pemberian harta benda, berupa pakaian lengkap disertai cin-cin kawin.
 Ngunduh Mantu (ngunduh temanten); Memboyong pengantin wanita kerumah pengantin pria
yang disertai pesta ditempat pengantin pria.
Jika di dalam perkawinan ada masalah antara suami istri maka dapat dilakukan “Pegatan”
(Perceraian). Jika istri menjatuhkan cerai di sebut “talak” sedangkan istri meminta cerai kepada
suami di sebut “talik”. Jika keinginan isteri tidak di kabulkan oleh suami istri mengajukan ke
pengadilan maka disebut “rapak”.

Mayoritas orang Jawa menganut agama Islam, sebagian yang lainya menganuti agama Kristian,
Protestan dan Katolik, termasuknya dikawasan luar bandar, dengan penganut agama Buddha dan
Hindu juga ditemukan dikalangan masyarakat Jawa. Terdapat juga agama kepercayaan suku
Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Sedangkan dalam sistem kesenian suku jawa ,orang
Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha,
yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakonsebagian besar
berdasarkan wiracarita Ramayana danMahabharata.

Kebudayaan Ambon
Desa adat suku Ambon dibangun sepanjang jalan utama antara satu desa dengan desa yang lain
saling berdekatan, atau bisa juga dalam bentuk kelompok yang terdiri dari rumah-rumah yang
dipisahkan oleh tanah pertanian. Bentuk kelompok kecil rumahrumah itu disebut ”Soa”. Salah
satu Sistem kekerabatan orang Ambon berdasarkan hubungan patrilineal yang diiringi pola
menetap patrilokal. Kesatuan kekerabatan amat penting yang lebih besar dari keluarga
batih adalah mata rumah atau fam yaitu suatu kelompok kekerabatan yang bersifat
patrilinal.Mata rumah penting dalam hal mengatur perkawinan warganya secara exogami dan
dalam hal mengatur penggunaan tanah-tanah deti yaitu tanah milik kerabat
patrilineal. Disamping kesatuan kekerabatan yang bersifat unilateral itu ada juga kesatuan lain
yang lebih besar dan bersifat bilateral yaitu famili atau kindred. Famili merupakan kesatuan
kekerabatan di sekeliling individu yang terdiri dari warga-warga yang masih hidup dari mata
rumah asli yaitu semua keturunan keempat nenek moyang.

Mata pencaharian orang Ambon pada umumnya adalah pertanian di ladang. Dalam hal ini orang
membuka sebidang tanah di hutan dengan menebang pohon-pohon dan membakar batangbatang
serta dahan-dahan yang telah kering. Ladang-ladang yang telah dibuka dengan cara demikian
hanya diolah sedikit dengan tongkat kemudian ditanami tanpa irigasi. Umumnya tanaman yang
mereka tanam adalah kentang, kopi, tembakau, cengkih, dan buahbuahan. Selain itu, orang
Ambon juga sudah menanam padi dengan teknik persawahan Jawa. Sedangakan sistem religi
atau kepercayaan suku ambon ,mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan
Islam. Hal ini dikarenakan pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang
telah menyebarkan kekristenan dan pengaruh kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan
Islam di wilayah Maluku.

Gambaran mengenei 2 kebudayaan tersebut maka dapat dilihat perbedaan dari masing-masing
tempat antara masyarakat Jawa dan Ambon. Guna menambah pemahaman bagi pembaca untuk
lebih lanjut silahkan buka link dibawah ini

https://tiwipratiwi07.wordpress.com/2012/01/12/suku-ambon/
Sesudah kalian membaca materi tentang Persamaan & Perbedaan Institusi Sosial Dalam
Berbagai Kelompok Etnik Di Indonesia ,agar lebih jelasnya untuk meningkatkan pemahaman
kalian,berikut ini terdapat beberapa pertanyaan-pertanyaan dijawab ya teman-teman.

1. Bagaimana Persamaan Institusi Sosial Dalam Berbagai Kelompok Etnik Di Indonesia?


2. Bagaimana Perbedaan Institusi Sosial Dalam Berbagai Kelompok Etnik Di Indonesia?
3. Analisislah kasus yang berada di link atas sesuai dengan pemahaman Anda mengenai salah satu
aspek yag terdapat dalam 7 unsur kebudayaan universal?

Daftar Pustaka:

Koentjaraningrat, dkk. 1971. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta Djambatan.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai