DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
DOSEN PENGASUH :
BESTY HABEAHAN,SH.,MH
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Asuransi (insurance) merupakan usaha yang dilakukan oleh banyak pihak untuk
menghadapi adanya ketidakpastian (uncertainty) pada masa mendatang serta kemungkinan
terjadinya resiko yang memunculkan adanya kerugian baik kerugian berupa kehilangan jiwa
maupun kerugian barang yang dimiliki oleh seseorang. Ketidak pastian pada masa mendatang
sebagai kondisi yang senyatanya akan terjadi hampir seluruhnya merupakan resiko terhadap
diri manusia dan barang yang dimilikinya. Diantara banyak resiko yang bakal dihadapi
manusia maka resiko yang memunculkan kerugian jiwa dan kerugian harta benda adalah
kerugian yang tidak diharapkan terjadi oleh siapapun.
Keterkaitan langsung antara asuransi dengan resiko dan kerugian yang harus diterima
oleh banyak pihak yang dimungkinkan terjadi pada masa mendatang, dapat dicermati dari
Pasal 1 (1), Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian yang menegaskan
bahwa: “Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai
imbalan untuk: a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b. memberikan pembayaran yang didasarkan
pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana”.
B. Rumusan Masalah
3.
C. Tujuan Penulisan
Untuk lebih menjelaskan apa yang disebut dengan Asuransi angkutan laut dan objek
asuransi,dan mengetahui bagaimana bentuk pelaksanaan asuransi untuk barang yang
mengalami kerusakan.Maka dengan penulisan makalah ini kami sebagai penulis dan teman-
teman yang lain juga akan lebih paham Mengenai “ASURANSI ANGKUTAN LAUT”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.Asuransi
Di Indonesia saat ini ketentuan tentang asuransi tercantum didalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang dan diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian. Asuransi merupakan perjanjian sebagaimana dinyatakan dalam
Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, bahwa:
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi,
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
tertentu.
Ruang lingkup pengaturan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tersebut di atas
terlihat sangat sempit sekali, hanya terbatas pada perlindungan terhadap risiko kerugian,
kerusakan, dan kehilangan keuntungan saja, padahal seiring perkembangan jaman kita sadari
bahwa masih banyak risiko lain yang perlu untuk dilindungi. Oleh karena itu, Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1992 memperluas ruang lingkup perlindungan meliputi pula risiko
dari tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga, asuransi jiwa, dan bunga cagak hidup,
kemudian Undang-Undang tersebut diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014.
Dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang perasuransian
menyatakan bahwa:
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis,
yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 (tiga) unsur utama
dalam asuransi:
a. Unsur ke 1, pihak tertanggung atau terjamin berjanji membayar uang premi kepada pihak
tertanggung atau penjamin, baik sekaligus maupun berangsur-angsur.
b. Unsur ke 2, pihak penjamin berjanji akan membayar sejumlah uang kepada pihak terjamin,
sekaligus maupun berangsur-angsur apabila unsur ke 3 terlaksana.
1) Penanggung Pengertian penanggung secara umum adalah pihak yang menerima risiko,
dimana dengan mendapat premi, berjanji akan mengganti kerugian atau membayar sejumlah
uang yang telah disetujui jika terjadi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya yang
mengakibatkan kerugian bagi tertanggung.
2) Tertanggung Pengertian tertanggung secara umum adalah pihak yang mengalihkan risiko
kepada pihak lain dengan membayarkan sejumlah premi.
Berdasarkan Pasal 250 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang dapat bertindak sebagai
tertanggung adalah sebagai berikut: “Bilamana seseorang yang mempertanggungkan untuk
diri sendiri, atau seseorang, untuk tanggungan siapa diadakan pertanggungan oleh seorang
pertanggungan tidak mempunyai kepentingan atas benda tidak berkewajiban mengganti
kerugian.”
b. Objek Asuransi
1) Benda asuransi, dalam asuransi kerugian benda asuransinya adalah harta kekayaan yang
dapat dinilai dengan uang misalnya rumah, mobil, kapal, dan lain-lain sedangkan dalam
asuransi jumlah (asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan) benda asuransinya adalah jiwa atau
raga manusia.
2) Adanya kepentingan, setiap orang yang mengadakan asuransi harus ada kepentingan atas
benda yang diasuransikannya.
b. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ada 2 (dua) cara pengaturan asuransi, yaitu
pengaturan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat umum
terdapat dalam Buku I Bab 9 Pasal 246-Pasal 286 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
yang berlaku bagi semua jenis asuransi, baik yang sudah diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang maupun yang diatur di luar Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, kecuali
jika secara khusus ditentukan lain. Pengaturan yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I
Bab 10 Pasal 287-Pasal 308 Kitab UndangUndang Hukum Dagang dan Buku II Bab 9 dan
Bab 10 Pasal 592- Pasal 695 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dengan rincian sebagai
berikut:
2) Asuransi Hasil Pertanian Pasal 229-Pasal 301 Kitab UndangUndang Hukum Dagang.
4) Asuransi Pengangkutan Laut dan Perbudakan Pasal 592-Pasal 685 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang.
5) Asuransi Pengangkutan Darat, Sungai dan Perairan Pedalaman Pasal 686 6) Pasal 695
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
PEMBAHASAN
Selain diatur dalam Undang Undang Pelayaran No 17 Tahun 2008, dasar hukum dan
pengaturan pengangkutan laut diatur dalam :
a. Buku I Bab IX Pasal 246 -Pasal286 Kitab Undang-undang Hukum Dagang tentang
Asuransi pada umumnya sejauh tidak diatur dengan ketentuan khusus.
b. Buku II Bab IX Pasal 592 - Pasal685 tentang Asuransi Bahaya Laut, dan Bab X Pasal 686 -
Pasal 695 Kitab Undang-undang Hukum Dagang tentang Asuransi Bahaya Sungai dan
Perairan Pedalaman.
c. Buku II Bab XI Pasal 709- Pasal T2lKjtab Undang-undang Hukum Dagang tentang Avarai.
d. Buku II Bab XII Pasal 744KIJH Dagang tentang Berakhinrya Perikatan rlalam
Perdagangan Laut.
Penanggung(insurance)
Tertanggung(Insured)
Peristiwa tidak pasti (accident)
Kepentingan(interest)
a. Objek asuransi yang diancam bahaya, selalu terdiri dari kapal dan barang muatan.
b. Jenis bahaya yang mengancam benda asuransi, yang bersumber dari alam (badai,
gelombang besar, hujan angin, kabut tebal, batu karang, gunung es dan sebagainya dan yang
bersumber dari manusia (nahkoda, awak kapal, dan pihak ketiga), seperti perompakan bajak
laut, pemberontakan awak kapal, penahanan atau perampasan oleh penguasa negara dan
sebagainya.
c. Bermacam jenis benda asuransi, yaitu tubuh kapal, muatan kapal, alat perlengkapan kapal,
bahan keperluan hidup dan biaya angkutan.
Dalam Pasal 593 KUHD disebutkan bahwa yang dapat menjadi objek asuransi laut adalah :
a. Tubuh kapal (casco) kosong atau dengan muatennya, dipersenjatai atau tidak
d. Segala bahan keperluan hidupnya dan pada umumnya segala apa yang dikeluarkan oleh
Pada asuransi pertanggungan laut, keuntungan yang akan didapat bisa diasuransikan
maksimum 10% dari harga pertanggungan karena pengangkutan laut akan memakan waktu
yang lama meskipun pada saat mengalami kerugian tertanggung akan mendapatkan
penggantian yang utuh sebesar nilai pertanggungan yang telah diperjanjikan akan tetapi
tertanggung akan tetap rugi atas keuntungan yang mungkin didapat.
C.bahaya - Bahaya Laut (Maritime Perils) atau yang digolongkan sebagai evenemen
3.Extraneous Perils
adalah bahaya-bahaya/risiko ekstra, diluar Perils on the sea maupun of the Sea.Seperti :
Theft, Robbery, Pilferage, Gancu, dll.
Dalam KUHD bahaya-bahaya laut tersebut ditentukan dalam Pasal 637, tetapi rincian
tersebut tidak bersifat limitatif, sebab pada bagian akhir rincian itu ditutup dengan kata-kata
"pada umumnya karena segala bahaya yang datang dari luar apa pun namanya". Akan tetapi,
tidak semua bencana yang datang dari luar itu menjadi tanggungan penang- gung karena
Pasal 637 KUHD memberikan pengecualian, yaitu:
b.apabila suatu janji dalam polis menentukan bahwa bencana-bencana tertentu tidak menjadi
beban penanggung.
Untuk lengkapnya, berikut ini disajikan ketentuan Pasal 637 KUHD Semua kerugian dan
kerusakan atas barang-barang asuransi karena bahaya-bahaya laut berikut ini menjadi beban
penanggung :
a Bahaya badai, guruh, karam, kandas, melanggar kapal lain, menyenggol kapal, menabrak
kapal, terdampar kapal, terpaksa mengubah jurusan perjalanan, atau kapal.
c.Bahaya kebakaran, kekerasan, banjir, perampasan, bajak laut, penyamun, penahanan atas
perintah penguasa, pernyataan perang, tindakan pembalasan.
d. Bahaya karena kurang hati-hati, kealpaan atau kecurangan pihak nakhoda atau anak buah
kapal.
e. Pada umumnya karena segala bahaya yang datang dari luar apa pun namanya, kecuali oleh
ketentuan undang-undang atau janji- janji dalam polis penanggung dibebaskan dari bahaya-
bahaya tersebut.
Mengenai perubahan jurusan atau arah kapal perlu dibedakan antara perubahan karena
terpaksa dan perubahan karena kehendak sendiri. Apabila terjadi perubahan jurusan karena
terpaksa sehingga menimbulkan kerugian, maka kerugian tersebut menjadi tanggung jawab
penanggung (Pasal 637 KUHD) Akan tetapi, apabila terjadi perubahan jurusan itu karena
kehendak bebas nakhoda pengusaha kapal, atau tertanggung sendiri, maka kerugian yang
timbul karenanya bukan menjadi beban penanggung Hal ini diatur dalam Pasal 638 KUHD
yang menyatakan:
"Dalam asuransi atas kapal (casco), barang-barang, atau biay angkutan, apabila terjadi
perubahan jurusan atau perjalanan atau pertukaran kapal dengan sewenang-wenang atas
kemauan sendin dari nakhoda, pengusaha kapal, atau tertanggung, maka peruba an tersebut
bukan menjadi beban penanggung".
C.Polis Asuransi
polis asuransi laut selain harus memuat syarat-syarat umum Pasal 256 KUHD, harus memuat
juga syarat-syarat khusus yang hanya berlaku bagi asuransi laut seperti ditentukan dalam
Pasal 592 KUHD .Menurut ketentuan Pasal 592 KUHD, selain syarat-syarat umum yang
diatur Pasal 256 KUHD, polis asuransi laut harus memuat :
Polis asuransi laut merupakan akta yang harus ditandatangan oleh penanggung, dengan
demikian berfungsi sebagai bukti telah terjadi perjanjian asuransi laut antara tertanggung dan
penanggung. Asuransi laut di negara-negara maju pada umumnya dibuat di bursa dengan
perantaran pialang, karena itu polis yang digunakan adalah polis bursa. Menurut praktik
asuransi laut di Indonesia, asuransi laut umumnya dibuat di perusahaan dengan menggunakan
polis perusahaan yang mempunyai bentuk sendiri-sendiri menurut kehendak perusahaan yang
membuatnya.
Kemudian, ada 3 jenis risiko kerugian yang dijamin oleh PSAPBI setara dengan NMPF yaitu:
1. Jaminan PSAPBI setara dengan ICC ’C’ NMPF yang diakibatkan oleh:
Kebakaran atau ledakan
Kapal kandas, terdampar, tenggelam atau terbalik
Tabrakan atau benturan kapal dengan benda-benda lain kecuali air
Alat angkut darat tabrakan, terbalik atau keluar rel
Pembongkaran barang di pelabuhan darurat
2. Jaminan PSAPBI setara dengan ICC ’B’ NPMF yang diakibatkan oleh:
1.Kesimpulan
2.Saran
semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi kita semua, sebagaisumber referensi dan tolak ukur
dalam pembuatan makalah selanjutnya yang lebih baik lagi oleh penulis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA