Disusun Oleh:
1. Hidayatullah (6110122178)
2. Hikmat Kurniawan
3. Nurafni Amalia (6110122177)
4. Saefulloh (61101221170)
5. Siti Kusmaryeni (6110122123)
6. Usi Susela (6110122141)
KELOMPOK 1
Kelas: R3
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS PRIMAGRAHA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, seorang investor memiliki tuntutan besar untuk dapat mengambil
keputusan secara cepat dan tepat. Dalam berinvestasi, ada banyak faktor yang
melatarbelakangi pengambilan keputusan tersebut, salah satunya adalah bias
dalam behavioral finance. Behavioral finance adalah suatu kajian atau studi yang meyakini
bahwa ada pengaruh psikologis yang memengaruhi investor dalam pengambilan keputusan
investasi. Kajian ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Daniel Kahneman dan Amos
Tversky serta ekonom Robert J. Shiller pada sekitar tahun 1970–1980an. Behavioral finance
theory menunjukkan bahwa investor tidak selalu bersikap rasional saat mengambil suatu
keputusan. Mereka juga memiliki batasan pengendalian diri dan sering kali dipengaruhi oleh
subjektivitas dalam pengambilan keputusan investasi. Salah satu aspek dari behavioral
finance adalah munculnya bias akibat pengaruh psikologis dalam pengambilan keputusan
investasi. Bias dalam behavioral finance ini dapat mengaburkan informasi penting yang
berpotensi menguntungkan investor.
Dalam behavioral finance, bias dapat muncul karena berbagai alasan. Oleh karena itu,
dibuatlah konsep behavioral finance untuk menganalisis penyebab dan dampak dari
kemunculan bias tersebut. Berikut adalah 5 konsep dasar behavioral finance, diantaranya
Mental accounting mengacu kepada kecenderungan seseorang untuk menyimpan dan
mengalokasikan uang untuk tujuan tertentu. Dalam behavioral finance, kecenderungan ini
dapat menyebabkan seseorang mengalokasikan jumlah uang yang sama untuk nilai
atau value yang berbeda. Perbedaan pengalokasian dana ini dapat berdampak pada
ketidakteraturan aktivitas keuangan. Dalam rangka menyeimbangkan mental accounting,
banyak profesional pun menyarankan untuk menetapkan nilai yang sama untuk jumlah aset
yang sama serta mengenali bias dalam pengambilan keputusan. Herd Behavior,
dalam behavioral finance, herd behavior adalah kecenderungan individu untuk mengikuti
atau meniru perilaku keuangan seseorang yang ada sekitarnya. Contohnya adalah mengikuti
teman membeli saham tertentu tanpa melakukan analisis individu sebelumnya. Berinvestasi
tanpa melakukan riset secara mandiri tentu akan membahayakan Anda. Untuk menghindari
bahaya dari herd behavior, Anda harus melakukan riset dan analisis serta mengenali risiko
yang ada sebagai bentuk perencanaan yang baik. Emotional gap atau kesenjangan emosi
mengacu pada pengambilan keputusan investasi yang dipengaruhi oleh emosi yang kuat.
Adanya pengaruh emosi ini sering kali menjadi alasan utama mengapa investor membuat
pilihan yang tidak rasional. Keputusan investasi yang didasarkan pada pengaruh emosi
biasanya terjadi karena mengikuti tren tertentu atau pengaruh lainnya yang terjadi di
sekitarnya. Untuk menghindari hal ini, para pakar menyarankan untuk tidak latah dalam
menghadapi tren yang kerap muncul dan tetap berada pada perencanaan keuangan jangka
panjang yang memiliki dasar rasional. Anchoring dalam behavioral finance mengacu pada
standar atau harga patokan yang memiliki pengaruhi tinggi dalam pengambilan
keputusan. Anchoring akan menyebabkan seseorang hanya terpaku pada satu standar dan
mengabaikan faktor lain. Misalnya, seseorang berinvestasi saham sebesar Rp10 juta. Dengan
demikian, ia akan menggunakan harga pembelian saham tersebut sebagai referensi untuk nilai
saham tersebut. Self-attribution adalah kecenderungan seseorang untuk mengambil keputusan
berdasarkan pengetahuan dan kemampuan mereka sendiri. Dalam konsep ini, seseorang
cenderung menganggap bahwa pengetahuan mereka lebih tinggi dibanding yang lain. Bias
yang ada dalam konsep ini dapat membawa investor pada keputusan yang salah. Hal ini dapat
diatasi dengan cara berkonsultasi dengan profesional terkait faktor-faktor lain yang mungkin
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi.
BAB II
ISI
2.1 Anchoring
Anchor adalah suatu hal yang jika terjadi akan memicu suatu perasaan atau emosi
tertentu. Dalam istilah psikologi klasik, anchor adalah suatu stimulus yang memicu
reaksi khusus. Anchor dapat terjadi dengan sendirinya (alami), dapat pula di ciptakan
secara sengaja. Ide-ide dan pendapat kita harus berdasarkan fakta yang relevan dan
benar agar dapat dianggap sah. Namun hal ini tidak selamanya berlaku. Konsep
anchoring mengacu kepada kecenderungan untuk melampirkan atau ‘penahan’ pikiran
kita ke titik referensi. Anchor adalah sesuatu yang bisa mengingatkan kita tentang
kejadian-kejadian yang pernah kita alami sebelumnya. Salah satu contoh anchor alami
adalah phobia. Phobia adalah reaksi takut yang berlebihan (tidak masuk akal) pada
suatu stimulus (anchor) tertentu. Misalnya ketika melihat kecoa, langsung memicu
takut dan tidak berani berjalan mendekatinya. Anchor yang diciptakan dengan sengaja
misalnya adalah lampu merah lalu lintas. Karena melihat asosiasi berkali-kali antara
warna merah dan berhenti, maka mata kita mejadi terlatih. Begitu melihat warna
merah lampu lalu lintas, maka secara otomatis kita akan berhenti. Disiplin psikologi
sudah meletakkan dasar-dasar teknik anchor dengan sangat baik.
a) Diamond Anchor
Kebijakan konvensional menyatakan bahwa cincing berlian untuk pertunangan
berharga gaji selama daua bulan. Percaya atau tidak, standar ini merupakan
contoh paling logis dari anchoring. Sementara untuk menghabiskan gaji dua
bulan berfungsi sebagai patokan. Banyak pria yang tidak mampu memberikan
gaji dua bulannya untuk sebuah cincin karena dia masih memiliki beban biaya
hidup. Akibatnya, banyak yang berhutang untuk memenuhi ‘standar’ tersebut.
b) Investment Anchoring
Anchoring juga dapat menjadi sumber frustasi dalam dunia keuangan, karena
investor mendasarkan keputusan mereka pada angka yang tidak relevan dan
statistik. Sebagai contoh, anggaplah saham ABC memiliki pendapatan yang
sangat kuat tahun lalu, menyebabkan harga saham menanjak naik dari $25 sampai
$80. Sayangnya, salah satu pelanggan utama perusahaan yang berkontribusi 50%
dari pendapatan ABC telah memutuskan untuk tidak memperpanjang perjanjian
pembelian dengan ABC. Perubahan peristiwa ini menyebabkan penurunan harga
saham ABC dari $80 menjadi $40. Dengan penahanan di ketinggian $80 dan
harga saat ini sebesar $40, investor keliru bahwa ABC berada pada under value.
Perlu diingat bahwa ABC tidak dijual pada harga diskon, melainkan penurunan
harga saham tersebut diberikan pada perubahan fundamental ABC (kehilangan
pendapatan dari pelanggan besar).
c) Menghindari Anchor
Investor yang sukses tidak mendasarkan keputusan mereka hanya pada satu atau
dua tolak ukur, mereka mengevaluasi setiap perusahaan dari berbagai perspektif
dalam rangka untuk memperoleh gambaran sesungguhnya dari lahan investasi.
Hal yang dapat kita lakukan agar terhindar dari anchoring:
1. Banyaklah mempelajari sesuatu terlebih dahulu sebelum memutuskan
sesuatu. Contoh: saat mau beli otomotif/rumah, cari dulu informasi harga dan
fasilitas yang ditawarkan apakah relevan dengan harga yang ditawarkan.
Minimal pelajari dahulu apapun yang kita lakukan.
2. Berprinsiplah untuk tidak langsung menetapkan suatu informasi adalah 100%
absah dan valid tanpa kita tahu kebenaran yang sebenarnya. Pembuktian itu
penting.
3. Tidak perlu ragu untuk mengganti pandangan atau persepsi jika informasi
pertama ternyata terbukti salah atau informasi baru yang kamu temui ternyata
benar. Kesalahan berpikir dan mencerna informasi itu wajar asal jangan
keseringan.
4. Berlatihlah untuk berpikir lebih rasional terhadap apapun.
3.1 Kesimpulan
Behavioral finance adalah kajian yang berfokus pada pengaruh psikologis dalam
mengambil keputusan investasi. Finance behaviour meyakini bahwa investor tidak
selalu rasional dan memiliki batasan untuk mengendalikan diri. Behavioral finance
theory menunjukkan bahwa investor tidak selalu bersikap rasional saat mengambil
suatu keputusan. Mereka juga memiliki batasan pengendalian diri dan sering kali
dipengaruhi oleh subjektivitas dalam pengambilan keputusan investasi. Salah satu
aspek dari behavioral finance adalah munculnya bias akibat pengaruh psikologis
dalam pengambilan keputusan investasi. Bias dalam behavioral finance ini dapat
mengaburkan informasi penting yang berpotensi menguntungkan investor. Dalam
behavioral finance mencakup beberapa konsep dasar, diantaranya adalah Mental
Accounting, Herd Behavior, Emotional gap (kesenjangan emosional), Self
Attribution, dan Anchoring.
DAFTAR PUSTAKA
Isfenti, Sadalia & Novi Andrani. (2016). Perilaku Keuangan: Teori dan Implementasi.
Pustaka Bangsa Press: Medan.
https://www.researchgate.net/publication/
318748305_Mental_Accounting_dan_Ilusi_Kebahagiaan_Memahami_Pikiran_dan_Implikasi
nya_bagi_Akuntansi
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JAUJ/article/view/15393
https://www.researchgate.net/publication/
331935827_PENERAPAN_MENTAL_ACCOUNTING_DALAM_EDUKASI_PENGELOL
AAN_KEUANGAN_TIM_BASKET_SWS