Oleh:
CATUR SIGIT PURNOMO, M.Th
b. Prophêtês
Nabi (Inggris: prophet, Yunani: prophêtês). Kata ini berasal dari kata kerja phêmi,
“bicara” dan pro, “sebelum”, gabungan kata ini bermakna “sebagai ganti…”, “di muka” atau
“secara umum”; sehingga kata prophêtês dapat bermakna “juru bicara”, orang yang diutus
dan diilhami oleh Allah untuk menyatakan sesuatu yang tersembunyi, mengungkapkan suatu
nubuat, menyatakan pikiran dan kehendak ilahi, dan juga untuk meramalkan masa depan.
Yohanes Pembaptis dipandang sebagai yang terakhir dan yang terbesar dari
“persekutuan para nabi”. Tuhan Yesus berkata: “Sesungguhnya di antara mereka yang
dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes
Pembaptis” (Mat 11:11). Perkataan ini bersifat paradoks, bila tidak ada seorang manusiapun
yang melampaui kebesaran Yohanes Pembaptis, maka bagaimanakah mungkin ada orang
yang lebih besar dari dia? Benarkah di antara para nabi itu tidak ada yang lebih besar dari
Nabi Yahya? Bahkan Musa atau Elia? Paradoks ini pasti disengaja.
b. Cara-cara berkomunikasi
Nabi tampil di depan masyarakat sezamannya sebagai orang yang ingin
mengucapkan sesuatu. Firman Allah diungkapkan dalam bentuk katakata yang diucapkan.
Masing-masing nabi mewarnai ucapannya dengan ciri pribadi dan pengalamannya sendiri.
Karena itu ada kesadaran rangkap dalam Kitab-kitab para nabi; di satu pihak ucapan ini
adalah firman yang diberikan Allah kepada nabi; Allah memakai orang itu sebagai mulut-
Nya; kata-kata yang mereka ucapkan ini adalah firman Allah. Di lain pihak, ucapan ini adalah
kata-kata orang tertentu, diucapkan pada suatu waktu tertentu dalam keadaan tertentu.
Kadang-kadang nabi mengemukakan firman yang dibawanya dalam bentuk
perumpamaan atau alegori (mis. Yer 5:1-7, 2 Sam 12:1-7 dan khususnya Yeh 16 dan 23), tapi
penyajian amanat mereka yang paling dramatis ialah perantaran firman yang dipentaskan.
Berpikir bahwa firman yang dipentaskan itu melulu alat peraga, pasti kita tak akan mengerti
tabiat dan fungsinya. Memang itu adalah alat peraga, tapi dalam hubungannya dengan
pengertian Ibrani tentang kemanjuran firman. Pementasan itu berfungis untuk membuat
firman itu menjadi lebih efektif. Ini nampak paling baik dalam percakapan antara Raja Yoas
dan Elisa yang akan mati itu (2 Raj 13:14).
Demikianlah Yesaya berjalan-jalan tanpa busana dan kasut (Yes 20), Yeremia
memecah buli-buli di tempat pemecahan tembikar (Yer 19), Ahia merobek jubah barunya
menjadi 12 potong dan memberikan 10 potong kepada Yerobeam (1 Raj 11:30 dst),
Yehezkiel mengepung satu kota model (Yeh 4:1-3), menggali tembok rumah (Yeh 12:1 dst),
tidak berkabung atas kematian istrinya (Yeh 1:24:15 dst). Perlu membedakan dengan tajam
pementasan firman oleh para nabi Israel dari ilmu sihir dalam pemujaan bangsa Kanaan.
Yang terakhir adalah gerakan dari manusia menuju kepada Allah supaya perbuatan tertentu
oleh manusia dengan maksud memaksa Baal, atau ilah apa saja yang lain, supaya berbuat
sesuai dengan itu. Firman Allah yang dipentaskan adalah gerak dari Allah tertuju kepada
manusia: firman Allah, perbuatan yang telah ditetapkan Allah, diumumkan dan
dikembangkan di bumi. Dalam hal ini, seperti dalam tiap segi yang lain dari agama yang ada
dalam Alkitab, prakarsa hanya ada pada Allah.
Kitab Amos
Nama Nabi : Amos
Perkiraan masa pelayanan : ± 760 SM
Penguasa bersangkutan di Yehuda : Uzia (=Azarya)
Penguasa bersangkutan di Israel : Yerobeam II
Latar belakang sejarah : 2 Raj 14:23, 15:7
Kitab Yunus
Nama Nabi : Yunus
Perkiraan masa pelayanan : ± 760 SM
Penguasa bersangkutan di Israel : Yerobeam II
Latar belakang sejarah : 2 Raj 14:23-29
Kitab Hosea
Nama Nabi : Hosea
Perkiraan masa pelayanan : ± 760-722 SM
Penguasa bersangkutan di Israel : Yerobeam II, Zakharia, Salum, Menahem, Pekahya,
Pekah, Hosea
Latar belakang sejarah : 2 Raj 14:23 – 18:37
Kitab Mikha
Nama Nabi : Mikha
Perkiraan masa pelayanan : ± 760-687 SM
Penguasa bersangkutan di Yehuda : Yotam, Ahas, Hizkia
Latar belakang sejarah : 2 Raj 15:32 – 20:21, 2 Taw 27:1 – 32:33, Yes 7:1 –
8:22
Kitab Yesaya
Nama Nabi : Yesaya
Perkiraan masa pelayanan : ± 740-700 SM
Penguasa bersangkutan di Yehuda : Uzia (=Azarya), Yotam, Ahas, Hizkia
Latar belakang sejarah : 2 Raj 15:1 – 20:21, 2 Taw 26:1 – 32:33
Kitab Nahum
Nama Nabi : Nahum
Perkiraan masa pelayanan : ± 664 dan 612 SM
Penguasa bersangkutan di Yehuda : Yosia
Latar belakang sejarah : 2 Raj 22:1 – 23:30, 2 Taw 34:1 – 36:1, Zef 2:13-15
Kitab Zefanya
Nama Nabi : Zefanya
Perkiraan masa pelayanan : ± 640 SM dan selanjutnya
Penguasa bersangkutan di Yehuda : Yosia
Latar belakang sejarah : 2 Raj 22:1 – 23:34, 2 Taw 34:1 – 36:4
Kitab Yeremia
Nama Nabi : Yeremia
Perkiraan masa pelayanan : ± 626-587 SM
Penguasa bersangkutan di Yehuda : Yosia, Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin, Zedekia
Latar belakang sejarah : 2 Raj 22:1 – 23:30, 2 Taw 34:1 – 36:21
Kitab Habakuk
Nama Nabi : Habakuk
Perkiraan masa pelayanan : ± 605 SM
Penguasa bersangkutan di Yehuda : Yoyakim
Latar belakang sejarah : 2 Raj 23:31 – 24:7
Kitab Daniel
Nama Nabi : Daniel
Perkiraan masa pelayanan : ± 605-535 SM
Penguasa bersangkutan di Yehuda : Yoyakim, Yoyakhin, Zedekia
Penguasa bersangkutan di Babilonia : Nebukadnezar, Belsazar, Darius, Koresh
Latar belakang sejarah : 2 Raj 24:1 – 25:30, 2 Taw 36:9 – 21
Kitab Yehezkiel
Nama Nabi : Yehezkiel
Perkiraan masa pelayanan : ± 593-570 SM
Penguasa bersangkutan di Babilonia : Nebukadnezar
Latar belakang sejarah : 2 Raj 24:8 – 25:26, 2 Taw 36:9 – 21
Kitab Obaja
Nama Nabi : Obaja
Perkiraan masa pelayanan : ± 587 SM dan selanjutnya
Penguasa bersangkutan di Babilonia : Nebukadnezar
Latar belakang sejarah : 2 Raj 25:2, 2 Taw 36:11 – 21
Kitab Hagai
Nama Nabi : Hagai
Perkiraan masa pelayanan : ± 520 SM
Penguasa bersangkutan di Babilonia : Darius
Latar belakang sejarah : Ezr 5:1 – 6:22
Kitab Zakharia
Nama Nabi : Zakharia
Perkiraan masa pelayanan : ± 520 SM dan selanjutnya
Penguasa bersangkutan di Babilonia : Darius, Koresh dan selanjutnya
Latar belakang sejarah : Ezr 5:1 – 6:22
Kitab Maleakhi
Nama Nabi : Maleakhi
Perkiraan masa pelayanan : ± 520 SM dan selanjutnya
Penguasa bersangkutan di Babilonia : Aryaxerxes I
Latar belakang sejarah : Neh 13
3. Negara Yehuda sementara itu masih dapat bertahan oleh karena bersikap mengalah
terhadap Asyur. Akan tetapi, lama kelamaan timbullah juga nafsu untuk memberontak
terhadap Asyur dengan mendapat dukungan dari Mesir. Dua kali mereka telah
memberontak. Pertama, pada waktu Raja Sargon II dari Asyur yang wafat pada tahun
705 sM (ps. 36-37). Pemberontakkan kedua ditumpas oleh Raja Sanherib. Yehuda
diduduki dan dirusak, akan tetapi Sanherib tidak berhasil merebut kota Yerusalem (701
sM).
4. Pesan Nabi Yesaya di tengah krisis nasional itu senantiasa aktif memberitakan firman
Tuhan kepada raja-raja Yehuda dan para pemimpin di Yehuda, agar dengan penuh
keberanian dan ketegasan tetap bersikap waspada dan bertindak. Yesaya menasihatkan
agar Yehuda tetap bersandar kepada Tuhan saja, dan jangan kepada negara-negara besar
lainnya, seperti Asyur atau Mesir. Pada satu pihak Asyur dipandang sebagai alat di
tangan Tuhan yang menghukum kejahatan dan kemurtadan Yehuda (10:5 dst). Akan
tetapi, pada pihak lain Asyur sendiri, oleh karena kesombongannya, tidak akan luput dari
hukuman Tuhan (10:7-19, 25-27; 14: 24-27; 30:30-33; 31:8 dst). Mesir pun merupakan
negara yang rapuh karena sebenarnya ia lemah dan juga hina (30:7; 31:3).
RATAPAN
Kitab Ratapan (disingkat Ratapan; akronim Rat) merupakan salah satu kitab pada
Perjanjian Lama Alkitab Kristen dan Tanakh (atau Alkitab Ibrani). Dalam Perjanjian Lama,
Kitab Ratapan merupakan bagian dalam kelompok kitab-kitab kenabian dan khususnya dalam
kelompok nabi-nabi besar. Sementara dalam Alkitab Ibrani, kitab ini disebut Gulungan
Eikhah (bahasa Ibrani: ְמגִַּלת אֵיכָה, translit. Megillat Eikhah), dan merupakan bagian dari
kelompok Ketuvim, atau lebih tepatnya merupakan salah satu dari Lima Gulungan. Dalam
Alkitab Terjemahan Lama, kitab ini disebut "Kitab Nudub Yeremia".
Nama
Nama "Ratapan" merupakan kependekan dari frasa "Ratapan Yeremia" yang
merupakan terjemahan harfiah dari nama kitab ini dalam Alkitab Septuaginta Yunani, yaitu
"Θρῆνοι Ἰερεμίου" (Thrênoi Ieremíou). Nama ini merujuk pada tema kitab ini, yaitu puisi
ratapan, dan juga pada tradisi Yahudi dan Kristen yang menyatakan bahwa puisi-puisi ini
ditulis oleh Nabi Yeremia sendiri.
Nama "Eikhah" dalam bahasa Ibrani secara harfiah berarti "mengapa", "dengan cara
apa", atau "betapa". Kata ( אֵיכָהeikhah) dan varian-variannya, yaitu ( אֵיְךeikh) dan אֵיכ ָָכ֤ה
(eikhakhah), dapat digunakan sebagai kata tanya (interogative) dan kata seru (interjeksi).
Nama ini dapat ditemukan sebagai kata pertama dari ayat pertama dalam Ratapan 1, 2, dan 4.
Isi
Kitab Ratapan, seperti nama kitabnya, berisi ratapan-ratapan atas jatuhnya Yerusalem
ke tangan tentara Babel pada tahun 586 SM, dan kehancuran serta masa pembuangan
setelahnya. Walaupun kitab ini pada umumnya bertemakan kesedihan karena kehancuran
Yerusalem, terdapat pula baris-baris yang menunjukkan keimanan kepada Tuhan dan harapan
akan adanya masa depan yang cerah di dalamnya. Misalnya ayat-ayat yang menuliskan: "Tak
berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi;
besar kesetiaan-Mu!" (3:22-23).
Kitab ini terdiri dari lima bait syair atau lima pasal yang berisi ratapan di dalamnya.
Pasal-pasal dalam Ratapan 1, 2, 4 dan 5 terdiri atas 22 ayat sedangkan Ratapan 3 terdiri dari
66 ayat, dan seluruhnya (dalam naskah aslinya) berbahasa Ibrani.
Syair-syair ini digunakan oleh orang Yahudi dalam ibadah mereka pada hari-hari
khusus untuk berpuasa dan berkabung. Hari-hari khusus seperti itu diadakan setiap tahun
untuk mengenang malapetaka yang menimpa bangsa itu pada tahun 586 SM.
Naskah sumber
1. Naskah Masorah (bahasa Ibrani, abad ke-10 M)
2. Septuaginta (bahasa Yunani; abad ke-3 SM)
Dalam naskah kuno Alkitab bahasa Yunani, Septuaginta, sebelum Ratapan 1:1,
terdapat kata-kata: "Dan terjadilah, setelah Israel dibawa ke dalam pembuangan, dan
Yerusalem dibuat sunyi, Yeremia duduk menangis, dan meratapkan ratapan ini
mengenai Yerusalem, dan berkata".
Dalam Septuaginta, kitab ini diberi judul "Ratapan Yeremia" (bahasa Yunani: Θρήνοι
Ιερεμίου, Threnoi Ieremiou)
3. Naskah Laut Mati (bahasa Ibrani, abad ke-2 SM)
Kepengarangan
Berdasarkan tradisi, kitab ini dianggap ditulis oleh nabi Yeremia, bahkan Alkitab
Kristen mengelompokkannya dalam kitab-kitab kenabian karena dianggap merupakan
kelanjutan karya nabi Yeremia. Namun menurut pakar modern, meskipun benar bahwa
kejatuhan Yerusalem oleh Babel pada tahun 586/7 SM menjadi latar waktu untuk kitab ini,
pengarang kitab ini mungkin bukanlah Yeremia. Masing-masing pasal atau bait syair dalam
kitab ini dianggap merupakan puisi yang berbeda satu sama lain yang kemudian digabung
membentuk kitab tersebut.
Perikop
Judul bait puisi atau judul perikop dalam Kitab Ratapan menurut Alkitab Terjemahan
Baru oleh LAI adalah sebagai berikut. Perlu dicatat bahwa daftar berikut diurutkan
berdasarkan nomor pasal.
a) Keruntuhan dan kesunyian Yerusalem
b) Murka Allah terhadap Sion
c) Penghiburan dalam penderitaan
d) Sengsara Sion yang dahsyat
e) Doa untuk pemulihan
Puisi akrostik
Ratapan 1-4 dalam naskah aslinya, yaitu dalam bahasa Ibrani, disusun dalam bentuk
puisi akrostik. Huruf awal dari kata pertama setiap ayat (atau setiap 3 ayat khusus untuk
Ratapan 3) secara berurutan merangkum seluruh abjad Ibrani yang terdiri dari 22 huruf (dan
merangkum sebanyak tiga kali khusus untuk Ratapan 3).
Pada Ratapan 2-4, tidak seperti urutan abjad Ibrani yang baku saat ini, huruf ( פpe;
huruf ke-17) muncul sebelum huruf ( עayin; huruf ke-16). Sedangkan pada Ratapan 1,
Naskah Masorah menggunakan urutan abjad yang baku/modern, tetapi Naskah Laut Mati
(4QLam/4Q111, sek. 37 SM - 73 M) menggunakan urutan pe-ayin seperti dalam pasal ke-2,
ke-3, dan ke-4. Urutan pe-ayin ini kemungkinan berasal dari urutan abjad Ibrani Kuno,
karena menurut abecedarium dan sumber-sumber teks sebelum pembuangan, huruf pe
memang diurutkan sebelum huruf ayin. Urutan pe-ayin tersebut menjadi tanda bahwa kitab
ini ditulis segera setelah pembuangan ke Babel, sebelum pengaruh abjad Aram (yang
mengurutkan huruf pe setelah huruf ayin) meluas di kalangan Yahudi.
Ratapan 5 juga terdiri dari 22 ayat. Namun tidak seperti pasal-pasal sebelumnya, pasal
ini tidak disusun secara akrostik. Dalam Septuaginta, bagian awal dari setiap ayat pada pasal-
pasal yang tersusun secara akrostik dalam naskah-naskah Ibrani ditambahkan nama-nama
dari abjad Ibrani yang sesuai dengan struktur akrostik dari puisi-puisi tersebut dalam naskah
Ibrani. Karena penerjemahan Tanakh ke dalam bahasa Yunani mau tidak mau akan
menghilangkan struktur akrostik dari puisi-puisi Kitab Ratapan, penyusun Septuaginta
merasa perlu untuk menambahkan huruf-huruf ini untuk menunjukkan adanya struktur
tersebut.
KITAB DANIEL
Kitab Daniel (disingkat Daniel; akronim Dan.; bahasa Ibrani: ֵספֶר ָּד נִֵּיאל, translit. Sefer
Daniyel) merupakan salah satu kitab pada Perjanjian Lama Alkitab
Kristen dan Tanakh (atau Alkitab Ibrani). Dalam Perjanjian Lama, Kitab Daniel merupakan
bagian dalam kelompok kitab-kitab kenabian dan khususnya menjadi kitab terakhir dalam
kelompok nabi-nabi besar. Sementara dalam Alkitab Ibrani, kitab ini termasuk dalam kitab-
kitab tanpa pengelompokan resmi dalam Ketuvim.
Kitab ini menurut tradisi dianggap berasal dari Daniel sendiri, sementara konsensus keilmuan
modern menganggap kitab ini pseudonim, kisah-kisah di bagian pertama legendaris asalnya,
dan penglihatan-penglihatan di bagian kedua dihasilkan oleh para penulis anonim pada
zaman kaum Makabe (abad ke-2 SM). Namun berdasarkan penganggalan fragmen-fragmen
paling awal Kitab Daniel di antara Naskah Laut Mati, para akademisi modern lainnya
menyimpulkan bahwa Kitab Daniel dianggap sebagai suatu teks Ibrani kanonik sebelum
zaman kaum Makabe.
Nama
Nama kitab ini merujuk pada tokoh utama dari kitab ini, yaitu Daniel atau Beltsazar, seorang
nabi yang ikut dalam pembuangan ke Babel dan menjalani beberapa ujian, hingga akhirnya
mendapat jabatan yang tinggi di Babel dan mampu melihat beberapa penglihatan. Nama
"Daniel" sendiri pada pangkalnya berasal dari bahasa Ibrani: ( ָּד נִֵּיאלDaniyel), yang
diperkirakan merupakan gabungan dari kata ( ָּד ןdan, har. "menghakimi, mengadili"), bentuk
terikat ( ־ִי-i, har. "-ku"), dan kata ( ֵאלel, har. "Allah/Tuhan"). Oleh karena itu, nama tersebut
kemungkinan berarti "Allah adalah hakimku" atau "Allah yang mengadiliku".
Isi
Kitab Daniel adalah salah satu Kitab dalam Alkitab yang memuat suatu "laporan aktivitas-
aktivitas dan penglihatan-penglihatan Daniel, seorang Yahudi terhormat dalam pembuangan
di Babel."
Kitab ini terbagi menjadi dua bagian, serangkaian kisah istana dalam Daniel 1–6 yang
dilanjutkan dengan empat penglihatan apokaliptik dalam Daniel 7–12. Pada versi-versi
Alkitab yang mencantumkan Deuterokanonika, kitab ini mengandung tiga cerita tambahan,
yaitu Doa Azarya dan Lagu Pujian Ketiga Pemuda, Kisah Susana dan Daniel, serta Dewa Bel
dan Naga Babel.
Pesan yang terkandung adalah bahwa sama seperti Allah Israel menyelamatkan Daniel dan
teman-temannya dari para musuh mereka, demikian pula Ia akan menyelamatkan
seluruh Israel dari penindasan yang mereka alami saat ini.
Kisah istana
Bagian yang pertama, keenam pasal pertamanya, terdiri atas serangkaian kisah istana yang
tidak terangkai erat, menjalin narasi-narasi yang besifat mengajar, atau kisah-kisah mujizat.
1. Daniel menolak makan daging di istana
2. Nebukadnezar bermimpi tentang "patung yang dibuat dari empat jenis logam" dengan
kakinya yang dibuat dari campuran besi dan tanah liat, yang ditafsirkan Daniel
sebagai empat kerajaan berturut-turut.
3. Kisah tentang "dapur api", tempat Hananya (Sadrakh), Misael (Mesakh) dan Azarya
(Abednego) dibuang, karena menolak untuk menyembah kepada patung emas; Allah
menyelamatkan mereka dari api tersebut
4. Nebukadnezar menceritakan mimpinya tentang sebuah pohon yang tinggi, lalu
menjadi gila dan kemudian waras kembali
5. Pesta Belsyazar; di sini Daniel menafsirkan tulisan mene mene tekel upharsin
6. Daniel di gua singa
Narasi ini ditempatkan pada masa Pembuangan di Babel, mula-mula di
istana Nebukadnezar dan penggantinya di kemudian hari, Belsyazar, dan kemudian pada
zaman pemerintahan 'Raja Darius' yang tidak jelas identitasnya (lih. 'Keakuratan sejarah' dan
'Waktu penulisan' di bawah). Daniel dipuji dalam Easton's Bible Dictionary, 1897, sebagai
"sejarawan di Pembuangan, satu-satunya penulis yang dapat memberikan laporan tentang
rangkaian kejadian pada masa yang gelap dan berat pada saat harapan Israel tergantung di
pohon-pohon yang bertumbuh di tepi Sungai Efrat." Kisahnya boleh dikatakan pada
umumnya menyelingi di antara Kitab Raja-raja dan Kitab Tawarikh di satu pihak
dengan Kitab Ezra di pihak lain, atau (lebih tepatnya) mengisi catatan singkat yang diberikan
oleh penulis Tawarikh dalam satu ayat saja dalam pasalnya yang terakhir: "Mereka yang
masih tinggal dan yang luput dari pedang diangkutnya ke Babel dan mereka menjadi
budaknya dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa."
Daniel muncul sebagai penafsir mimpi dan penglihatan dalam narasi-narasi ini, namun bukan
sebagai seorang nabi.
Penglihatan apokaliptik
Bagian yang kedua, enam pasal sisanya, berisi tentang penglihatan-penglihatan, sebuah
contoh awal dari sastra apokaliptik. Di sini si penulis, yang kini berbicara sebagai orang
pertama, mengungkapkan sebuah penglihatan yang hanya diberikan kepadanya saja. Latar
belakang historis dari pasal pertamanya tidak muncul, kecuali dalam bentuknya yang sangat
singkat, yang terdiri dari tanggal-tanggal (regnal dates). Bagian ini pun terdiri dari dari dua
bahasa, sebagian (hingga 7:28) ditulis dalam bahasa Aram, sisanya (pasal 8-12) dalam bahasa
Ibrani. Bagian apokaliptik dari Daniel terdiri dari tiga penglihatan dan sebuah komunikasi
kenabian yang panjang, yang terutama berkaitan dengan masa depan Israel:
1. Penglihatan pada tahun pertama Belsyazar Raja Babel (7:1) mengenai empat binatang
buas yang besar (7:3) mewakili empat raja (7:17) dan empat kerajaan (7:23) yang
akan datang, dan yang keempat akan menelan seluruh bumi, menginjak-injak, dan
menghancurkannya (7:23); kerajaan keempat ini menghasilkan sepuluh orang raja,
dan kemudian, orang kesebelas yang khusus, muncul dari kerajaan keempat yang
menaklukkan tiga dari sepuluh raja (7:24), berbicara melawan Yang Maha Tinggi dan
orang-orang kudus dari Yang Maha Tinggi, dan bermaksud mengubah masa dan
hukum (7:25); setelah suatu masa dan satu setengah masa (tiga setengah tahun), orang
ini dihakimi dan wilayahnya pun diambil daripadanya (7:26). Lalu kerajaan itu dan
wilayahnya dan kebesaran kerajaan-kerajaan di bawah seluruh langit itu diserahkan
kepada orang-orang kudus dari Yang Maha Tinggi (7:27)
2. Penglihatan dalam tahun ketiga Belsyazar mengenai seekor domba jantan dan
seekor kambing jantan (8:1-27); Daniel menafsirkan kambing itu sebagai "kerajaan
Yawan" artinya, kerajaan Yunani (8:21)
3. Penglihatan pada tahun pertama dari Darius anak Ahasyweros (9:1) mengenai tujuh
puluh minggu, atau tujuh puluh kali "tujuh", yang dibagi ke dalam sejarah bangsa
Israel dan Yerusalem (9:24)
4. Sebuah penglihatan yang panjang dalam tahun ketiga dari Koresh, raja
dari Persia (10:1 - 12:13)
Penglihatan-penglihatan kenabian dan eskatologis Daniel, dengan penglihatan-penglihatan
Yehezkiel dan Yesaya, adalah ilham kitab suci bagi banyak ideologi dan simbolisme
apokaliptik dari Naskah Laut Mati komunitas Qumran dan sastra awal kekristenan.
"Hubungan Daniel yang jelas dengan pemberontakan Makabe di Palestina tidak disangsikan
merupakan salah satu alasan mengapa para prabi, setelah pemberontakan melawan Roma,
menurunkannya dari posisinya di antara 'Nabi-nabi'.
Dalam Daniel terdapat rujukan-rujukan pertama kepada "kerajaan Allah", dan rujukan yang
paling jelas terhadap kebangkitan orang mati di dalam Tanakh.
Naskah sumber
Naskah sumber kitab yang ditemukan (yang bukan termasuk Deuterokanonika) ditulis tidak
bersamaan dalam dua bahasa, yaitu bahasa Ibrani dan bahasa Aram. Cerita yang pertama
ditulis dalam bahasa Ibrani, lalu bahasa Aram digunakan mulai dari Daniel 2:4, dimulai
dengan pembicaraan tentang "para Kasdim" hingga Daniel 7. Kemudian bahasa Ibrani
digunakan lagi mulai dari Daniel 8 hingga Daniel 12.
Sumber bahasa Ibrani dan Aram, yaitu:
Naskah Masorah (abad ke-10 M)
Naskah Laut Mati (abad ke-2 SM), terutama:
o 1Q71 Daniela (1QDana)
o 1Q72 Danielb (1QDanb)
o 4Q112 Daniela (4QDana)
o 4Q113 Danielb (4QDanb)
o 4Q114 Danielc (4QDanc)
o 4Q115 Danield (4QDand)
o 4Q116 Daniele (4QDane)
o 6Q7 papDaniel (6QpapDan)
sedangkan sumber bahasa Yunani (terutama sumber Deuterokanonika), yaitu:
Septuaginta (abad ke-3 SM)
Versi Theodotion (~180 M)
Kepengarangan
Menurut tradisi, Kitab Daniel diyakini ditulis oleh orang yang bernama sama (yaitu Daniel)
pada masa dan tak lama sesudah pembuangan di Babel pada abad ke-6 SM. Sementara
kebanyakan sarjana Kristen konservatif dan Yahudi Ortodoks masih menegaskan tanggal ini
sebagai waktu yang realistik, di kalangan sarjana liberal terdapat konsensus
bahwa arkeologi dan analisis tekstual menunjukkan waktu penulisan yang jauh di kemudian
hari.
Pembagian ini terutama disebabkan oleh teologi: Para sarjana Alkitab yang konservatif
menerima klaim Alkitab bahwa nabi-nabi dapat melihat jauh ke masa depan dan kemudian
menggambarkan apa yang mereka lihat di dalam bahasa lisan atau tulisan. Para sarjana
Alkitab yang liberal, yang berasal dari aliran Kritik Tinggi Jerman, menolak pendapat bahwa
nabi-nabi dapat melihat jauh ke masa depan, bahwa pada kenyataannya Daniel tidak
mempunyai penglihatan seperti itu. Hal ini membangkitkan lebih banyak persoalan daripada
memecahkannya. Banyak dari metafora yang digunakan dalam penglihatan-penglihatan
Daniel cukup hidup, menunjuk kepada individu-individu dan kerajaan-kerajaan tertentu.
Spesifisitas dari penglihatan-penglihatan ini merupakan garis pemisah di antara kedua kubu.
Jadi, para ahli liberal harus mengatasi masalah spesifisitas Daniel, menetapkan waktu
penulisan Kitab Daniel jauh belakangan (lihat di bawah) dan menghubungkan kitab ini
kepada seorang penulis yang tidak dikenal yang menampilkan Daniel sebagai si pengarang
kitab ini yang memakai namanya.
Penetapan waktu penulisan Kitab Daniel yang belakangan ini terbagi pada dua kubu: yang
pertama mengatakan bahwa kitab ini secara keseluruhan ditulis oleh satu orang pengarang
pada masa dicemarkannya Bait Suci Yerusalem (168-165 SM) di bawah
penguasa Seleukus Antiokhus IV Epifanes (memerintah 175-164 SM), yang lainnya
menganggapnya sebagai kumpulan cerita yang berasal dari waktu yang berbeda-beda di
sepanjang periode Helenis (dengan sebagian bahannya kemungkinan berasal dari periode
Persia yang terakhir), dengan penglihatan-penglihatan dalam pasal 7-12 ditambahkan di
kemudian hari pada masa pencemaran Bait Suci oleh Antiokhus. John Collins berpendapat
bahwa menurut analisis tekstual bagian "kisah-kisah istana" dari Daniel ini tidak mungkin
ditulis pada abad ke-2 SM. Dalam entrinya untuk Kitab Daniel pada 1992 dalam Anchor
Bible Dictionary, ia menyatakan "jelas bahwa cerita-cerita istana dalam pasal 1-6 'tidak
ditulis pada masa Makabe'. Bahkan tidak mungkin kita mengisolir satu ayat pun yang
menunjukkan penyisipan oleh seorang redaktur dari masa tersebut."
Flavius Yosefus, penulis sejarah untuk raja-raja Romawi sekitar abad pertama Masehi,
mencatat bahwa Aleksander Agung menerima salinan Kitab Daniel dari imam Yahudi ketika
ia merebut Yerusalem pada musim gugur tahun 332 SM.(Antiquitates Iudaicae, XI, pasal viii,
alinea 3-5) Imam Besar "Yaddua" menunjukkan bahwa Kitab Daniel sudah menubuatkan
bahwa tentara Yunani (Aleksander Agung) akan mengalahkan tentara Persia hampir 200
tahun sebelumnya. Aleksander sangat terkesan, ia melarang tentaranya untuk merusak
Yerusalem, bahkan turut mempersembahkan korban kepada Tuhan sesuai aturan imam-
imam.
Sebaliknya, ada pandangan-pandangan ilmiah modern menganggap kitab ini ditulis jauh di
kemudian hari, pada pertengahan abad ke-2 SM. Menurut pandangan ini, si pengarang
membuat seolah-olah kitab itu ditulis sekitar 400 tahun sebelumnya untuk membangun
kredibilitas dengan mencantumkan “ramalan-ramalan” yang tepat tentang sejumlah peristiwa
historis yang terjadi dari abad ke-5 hingga abad ke-2 SM. Sebuah pandangan ketiga
berpendapat bahwa meskipun bagian-bagian tertentu Kitab ini ditulis pada abad ke-2 SM,
yang lainnya mungkin ditulis oleh para penulis lain pada waktu yang lebih awal. Pandangan-
pandangan ini sekarang mulai ditinggalkan sejak penemuan Naskah-naskah Laut Mati, dan
orang kembali ke pandangan tradisional bahwa Daniel menulis kitab ini pada abad ke-6 SM.
Pengaruh kitab ini bergema melewati masa-masa setelahnya, dari komunitas Naskah Laut
Mati serta para penulis Injil dan Wahyu, sampai berbagai gerakan dari abad ke-2
hingga Reformasi Protestan dan gerakan-gerakan milenialis modern —yang mendapat
pengaruh besar darinya.
Teori kitab utuh
Studi tentang masalah kesatuan dalam Daniel sangat berbeda dibandingkan dengan studi
mengenai penentuan tanggal penulisannya. Sementara hampir semua ahli menyimpulkan
bahwa kitab ini selesai ditulis pada bentuk finalnya pada abad ke-2 sebelum
ditemukannya Naskah Laut Mati, mereka saling berbeda pendapat mengenai kesatuan kitab
Daniel. Banyak ahli, yang menemukan bagian-bagian dari kitab ini membahas tema-tema
yang mereka anggap tidak cocok dengan masa Antiokhus, menyimpulkan bahwa bagian-
bagian yang berlainan dari kitab ini ditulis oleh penulis yang berbeda-beda pula. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah Barton, L. Berthold, Collins, dan H. L. Ginsberg.
Sejumlah sejarawan yang mendukung bahwa kitab ini adalah sebuah kitab yang utuh
menyatu termasuk J.A. Montgomery, S.R. Driver, R. H. Pfeiffer, dan H.H. Rowling dalam
risalatnya yang diberinya judul The Unity of the Book of Daniel. (Kesatuan Kitab Daniel)
Mereka yang berpegang pada klaim bahwa Daniel adalah sebuah kitab yang utuh
beranggapan bahwa lawan-lawan mereka gagal menemukan konsensus apapun dalam
berbagai teori mereka tentang di mana pembagian itu muncul. Montgomery khususnya sangat
keras terhadap rekan-rekannya, dan menyatakan bahwa pengembangan teori-teori yang tidak
menghasilkan kesepakatan itu menunjukkan “kebangkrutan kritik.” Mereka juga menuduh
bahwa teori-teori komposit (penggabungan tulisan) gagal dalam menjelaskan gambaran
tematis yang konsisten tentang kehidupan Daniel di sepanjang Kitab Daniel.
Teori fragmen kitab
Sejumlah peneliti di Eropa mengemukakan teori, bahwa kitab Daniel pada awalnya bukanlah
merupakan kitab yang utuh seperti halnya yang diterima sekarang ini. Penulisan kitab ini
melalui tahapan yang sangat panjang dan berlapis-lapis. Hal ini dapat dilihat dari problem-
problem sastra yang terdapat dalam kitab ini.
Daniel di gua singa karya Peter Paul Rubens.
1. Cerita-cerita tentang Daniel dan teman-temannya di Babel (Daniel 1-6): Para peneliti
di Eropa dan AS hampir sepakat, bahwa cerita-cerita (yang sangat fragmentaris) ini
merupakan bagian tertua kitab Daniel. Bagian ini berisi tentang legenda-legenda
tentang Daniel dan teman-temannya di pembuangan Babel. Kemungkinan cerita-
cerita ini berkembang dan beredar secara lisan di dalam keluarga-keluarga (bahasa
Ibrani: bet-av) Yahudi yang berada dalam pembuangan ke Babel pada
zaman Persia (sekitar abad ke-4 SM). Hal ini dapat dibuktikan dengan kata-kata
Persia yang dapat dijumpai dalam Daniel 1-6, misalnya "pat-bag" yang berarti
"makanan raja". Keenam legenda ini diduga semula ditulis dalam
bahasa Aram (termasuk juga Daniel 1).
2. "Kitab Daniel Aramaik" (Daniel 1-7): Pada zaman para diadok Yunani (sekitar abad
ke-3 SM) diduga terjadi penambahan ke dalam cerita-cerita ini dengan penglihatan
Daniel 7. Pengeditan ini menghasilkan "kitab Daniel Aramik" (dalam bahasa Aram)
yang mempunyai struktur kiasmus di bawah ini. Struktur kiasmus yang sangat paralel
ini membuktikan, bahwa bagian ini merupakan bagian yang utuh.
(Daniel 2): Empat bahan dalam mimpi Nebukadnezar
(Daniel 3): Pola kemartiran dalam cerita tentang "Tiga pemuda di perapian"
(Daniel 4): Kesombongan Nebukadnezar dan hukumannya
(Daniel 5): Kesombongan Belsyazar dan hukumannya
(Daniel 6): Motif kemartiran dalam cerita "Daniel di gua singa"
(Daniel 7): Empat binatang dalam penglihatan Daniel
3. Kitab Daniel (bentuk akhir): Pada masa sulit, ketika Antiokhos IV
Epiphanes menguasai Siro-Fenisia, ketika terjadi pelecehan agama dan penganiayaan
orang-orang Yahudi yang taat, terjadi lagi pengembangan kitab Daniel Aramik
(Daniel 1-7) dengan penambahan 3 penglihatan Daniel 8-12. Penyuntingan ini tadinya
dianggap ditulis antara tahun 167 SM sampai 165 SM, tetapi penemuan naskah Laut
Mati yang memuat bagian-bagian ini meyakinkan para sarjana, bahwa penulisannya
paling sedikit 5 dekade lebih awal dari terjadinya peristiwa. Pada tahap ini
diduga Daniel 1 yang semula ditulis dalam bahasa Aram diterjemahkan ke dalam
bahasa Ibrani, sehingga terlihat, bahwa Daniel 1; Daniel 8-12 merupakan bingkai
bahasa Ibrani dan kitab ini adalah kitab berbahasa Ibrani (motif ini dapat dijumpai
juga dalam kitab Ezra), dan hal ini merupakan bentuk "penyelamatan" kitab ini,
karena bahasa Ibrani merupakan "bahasa suci" orang Yahudi.
Perdebatan kepengarangan
Antiokhus IV Epifanes
Kebanyakan penafsir menemukan bahwa rujukan-rujukan dalam Kitab Daniel mencerminkan
penganiayaan Israel oleh Antiokhus IV Epifanes (175–164 SM), dan akibatnya mereka
percaya bahwa bagian itu berasal dari periode tersebut. Secara khusus, penglihatan
dalam pasal 11, yang memusatkan perhatian pada serangkaian peperangan antara "Raja dari
Utara" dengan "Raja dari Selatan," pada umumnya ditafsirkan sebagai pembahasan mengenai
sejarah Timur Dekat dari masa Alexander Agung hingga masa Antiokhus IV; yang
dimaksudkan dengan "Raja-raja dari Utara" adalah raja-raja Seleukus dan "Raja-raja dari
Selatan" adalah raja-raja Ptolemaik, penguasa Mesir. Kesimpulan ini pertama kali diambil
oleh filsuf Porfiri dari Tirus, seorang Neoplatonis kafir abad ke-3 yang tulisannya sebanyak
15 jilid yang berjudul Melawan Orang Kristen hanya kita kenal melalui jawaban yang
diberikan oleh Hieronimus. Hieronimus menerima banyak (tetapi tidak semua) dari
penafsiran Porfiri tentang penglihatan Daniel, tetapi berpegang pada pandangan tradisional
tentang tanggal penulisan Daniel dan berpendapat bahwa kesamaan-kesamaan dengan sejarah
yang sesungguhnya disebabkan oleh karena Daniel memang seorang nabi sejati, dan bukan
karena kitab itu ditulis di kemudian hari. Jadi, Porfiri adalah satu-satunya kritikus yang
dikenal hingga abad ke-17 yang mengungkapkan keraguannya bahwa Daniel ditulis pada
masa yang lebih awal. Banyak sejarawan berpendapat bahwa kitab ini ditulis untuk
memengaruhi orang-orang Yahudi yang hidup di bawah penganiayaan Antiokhus. Mereka
yakin bahwa kejadian-kejadian yang digambarkan di dalam penglihatan-penglihatan itu
sesuai benar dengan kejadian-kejadian pada masa Makabe sementara kitab itu keliru pada
peristiwa-peristiwa penting yang menyangkut sejarah Babel. Dengan ditemukannya banyak
salinan Kitab Daniel di antara Naskah Laut Mati yang diperkirakan dibuat pada abad ke-2
SM, maka dugaan bahwa Daniel baru ditulis pada abad ke-2 SM tidak lagi dapat diterima.
Apalagi dengan tambahan informasi dari Septuaginta, yaitu terjemahan Alkitab Ibrani ke
dalam bahasa Yunani pada tahun 275 SM, yang memuat lengkap Kitab Daniel dan
diselesaikan bahkan sebelum Antiokhus IV lahir.
Empat kerajaan
Kebanyakan sarjana Alkitab menganggap bahwa keempat kerajaan yang dimulai dengan
Nebukadnezar, yang disebutkan dalam penglihatan tentang patung Nebukadnezar dalam
Daniel 2, identik dengan empat kerajaan “akhir zaman’ yang disebutkan dalam penglihatan
pada pasal 7, dan biasanya menganggap kerajaan-kerajaan itu adalah (1) Babel, (2) Media,
(3) Persia, dan (4) Yunani (Collins). Sebagian orang Kristen konservatif
mengidentifikasikannya sebagai (1) Babel, (2) "Media-Persia," (3) Yunani, dan (4) Roma
(mis. Young); yang lainnya (mis. Stuart, Lagrange) mendukung skema berikut ini: (1) Neo-
Babel, (2) Media- Persia, (3) kerajaan Yunani dari Alexander Agung, dan (4)
saingannya, Diadochi, yaitu. Mesir dan Suriah.
Bahasa
Daerah perdebatan besar terakhir menyangkut masa penulisan Daniel berkaitan dengan
bahasa yang digunakan.
Daniel 1:1-Daniel 2:3 aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani
Di Daniel 2:4 tertulis: "Lalu berkatalah para Kasdim itu kepada raja (dalam bahasa
Aram)". Sejak itu maka teks ini aslinya ditulis dalam bahasa Aram sampai di akhir
pasal 7. Rupanya bahasa Aram digunakan sebagai bahasa resmi saat itu untuk orang-
orang terpelajar.
Mulai pasal 8 (Daniel 8:1), teks ini menurut Naskah Masorah ditulis dalam bahasa
Ibrani lagi sampai akhir kitab.
Banyaknya salinan Kitab Daniel di antara Naskah Laut Mati memastikan bahwa penggunaan
2 bahasa ini memang demikian adanya dan bukan kesalahan penyalinan pada masa
kemudian.
Kedua rujukan yang digunakan untuk menetapkan masa penulisan bahasa Aram adalah
naskah Samaria yang berasal pada masa yang sezaman (abad ke-4 SM) dan Naskah Laut
Mati (abad ke-2 SM sampai abad pertama M). Menurut John Collins dalam tafsiran 1993-
nya, Daniel, Hermennia Commentary, bahasa Aram dalam Daniel hampir secara universal
dianggap oleh para sarjana berasal dari bentuk yang belakangan yang digunakan di Samaria
pada masa yang sama, tetapi bentuk bahasa ini dianggap oleh banyak orang sedikit lebih awal
daripada apa yang digunakan dalam Naskah Laut Mati. Oleh karena itu, kisah-kisah Aram
dalam pasal 2-6 dianggap oleh sebagian pakar telah ditulis lebih awal dalam masa Helenistik
daripada sisa kitab ini, dengan kisah tentang penglihatan dalam pasal 7 sebagai satu-satunya
bagian berbahasa Aram yang berasal dari masa Antiokhus. Namun sebagaimana dijelaskan di
bagian "Antiokhus IV", bukti-bukti dari berbagai fragmen dan juga dari Septuaginta memberi
kesimpulan bahwa Kitab Daniel ini sudah lengkap jauh sebelum Antiokhus dilahirkan. Lagi
pula studi lebih lanjut membuktikan ciri-ciri bahasa Aram dalam kitab Daniel lebih mirip
kepada dialek timur (Babilonia, Persia) daripada dialek barat yang dipakai di daerah Yudea
dan Siria.
Bahasa Ibrani dalam kitab ini, betapapun juga, mirip dengan yang ditemukan dalam Naskah
Laut Mati, sehingga ada dugaan tanggal pembuatan pada masa abad kedua SM untuk bagian-
bagian berbahasa Ibrani dari kitab ini (pasal 1 dan 8-12). 2 Diarsipkan 2006-02-16
di Wayback Machine. Namun, mengingat waktu itu bahasa sehari-hari adalah bahasa Aram,
maka bahasa Ibrani tidak lagi berkembang seperti yang diasumsikan, dan bahasa Ibrani dalam
kitab Daniel ini mirip dengan kitab-kitab sebelum Pembuangan ke Babel.
Bahasa Aram yang digunakan dalam kitab ini sudah diteliti merupakan bahasa Aram kerajaan
("Imperial Aramaic") yang digunakan paling sedikit sejak abad ke-7 SM dan dipakai penuh
sampai abad ke-3 SM, kemudian menjadi usang karena muncul perkembangan bahasa baru.
Dengan demikian dari segi bahasa Aram, kitab Daniel kemungkinan ditulis antara awal abad
ke-6 sampai awal abad ke-2, dengan mengingat pola gramatikanya mempunyai
kecenderungan jauh sebelum tahun 300 SM.
Kata-kata pinjaman
Ada tiga kata Yunani yang dialihaksarakan ke dalam bahasa Aram yang digunakan di
dalam pasal 3 ayat 5, 7, 10 dan 15. Ini dianggap sebagai indikasi bahwa Kitab Daniel ditulis
pada zaman budaya Yunani (setelah abad ke-4 SM, yaitu sesudah zaman Aleksander Agung).
Ketiga kata Aram-Yunani ini digunakan untuk alat-alat musik: ""קיתרוס כ
(qî·ṯā·rō·ws·k; bahasa Yunani: κιθαρις, kithara), "( "פסנתריןpə·san·tê·rîn; bahasa
Yunani: ψαλτηριον, psalterion) dan "( "סומפניהsū·mə·pō·nə·yāh; bahasa
Yunani: συμφωνια, symfonia).
Adanya kata Yunani 'symphonia' (simfoni) menurut Rowlings paling awal digunakan pada
abad ke-2 SM, tetapi sekarang diketahui bahwa kata ini digunakan jauh lebih awal, baik
dalam pengertian sebagai alat musik spesifik dan sebagai istilah untuk merujuk kepada
sebuah kelompok alat musik yang dimainkan dalam satu suara. Pythagoras menggunakan
istilah ini untuk sebuah alat musik pada abad ke-6 SM, sementara penggunaannya untuk
sebuah kelompok yang bermain bersama-sama ditemukan pada abad ke-6 SM 'Hymni
Homerica, ad Mercurium 51'. Diduga alat-alat musik ini dibawa ke Mesopotamia pada masa
Neo-Babel melalui para serdadu sewaan dari Yunani dan Lidia yang turut dalam peperangan
antara Asyur, Babilon dan Persia. Jadi, penafsiran sebagai anakronisme sudah tidak lagi
diterima luas.
Juga terdapat 19 kata pinjaman bahasa Persia di dalam kitab ini, kebanyakan daripadanya
berkaitan dengan posisi-posisi pemerintahan. Ini membuat kecil kemungkinan Kitab Daniel
ditulis di daerah Palestina (terutama berbahasa Aram), yang setelah abad ke 4 SM semakin
jauh dari pengaruh Persia, lebih banyak mendapat pengaruh Yunani (akibat
kedatangan Aleksander Agung), dan lebih besar kemungkinan Kitab Daniel ditulis di Persia
pada saat istilah-istilah itu masih sering digunakan (sebelum abad ke-4 SM).
Penggunaan kata Kasdim
Kitab Daniel menggunakan istilah "Kasdim" untuk merujuk kepada sebuah kelompok etnis
Babel dan kepada para ahli bintang pada umumnya. Menurut Montgomery dan Hammer,
penggunaan kata ‘Kasdim’ oleh Daniel untuk merujuk para ahli bintang pada umumnya
adalah suatu anakronisme, karena pada masa Neo-Babel dan awal Persia ketika Daniel konon
hidup, kata itu hanya merujuk kepada suatu kelompok etnis. Bandingkan dengan Orakel
Kasdim yang belakangan. Pendapat ini tidak lagi lazim dengan munculnya berbagai
penemuan serta analisis yang lebih lanjut.
Perikop
Judul perikop dalam Kitab Daniel menurut Alkitab Terjemahan Baru (TB) oleh LAI adalah
sebagai berikut.
Kisah di istana Babel
Di istana Babel (1:1–21)
Mimpi Nebukadnezar (2:1–49)
Perapian yang menyala-nyala (3:1–30)
Nebukadnezar meninggikan diri dan direndahkan (4:1–37)
Tulisan di dinding (5:1–30)
Gua singa (6:1–29)
Penglihatan apokaliptik Daniel
Keempat binatang dan anak manusia (7:1–28)
Domba jantan dan kambing jantan (8:1–27)
Doa Daniel (9:1–19)
Tujuh puluh kali tujuh masa (9:20–27)
Penglihatan Daniel di tepi sungai Tigris (10:1 – 11:1)
Raja negeri Utara dan raja negeri Selatan (11:2–45)
Akhir zaman (12:1–13)
Kitab Suci Katolik
Khusus dalam Kitab Suci Katolik, judul perikop dalam Kitab Daniel Yunani, yaitu "Kitab
Daniel" beserta "Tambahan-tambahan pada Kitab Daniel", menurut Alkitab
TB Deuterokanonika oleh LAI & LBI adalah sebagai berikut.
Kisah di istana Babel
Di istana Babel (1:1–21)
Mimpi Nebukadnezar (2:1–49)
Perapian yang menyala-nyala (3:1–23)
DOA AZARYA DAN LAGU PUJIAN KETIGA PEMUDA DALAM PERAPIAN[a]
Doa Azarya (3:24–50)
Lagu pujian ketiga pemuda (T. Dan. 3:51–90)
Lanjutan kisah di istana Babel
[Lanjutan] Perapian yang menyala-nyala (3:24–30)
Nebukadnezar meninggikan diri dan direndahkan (4:1–37)
Tulisan di dinding (5:1–30)
Gua singa (6:1–29)
Penglihatan apokaliptik Daniel
Keempat binatang dan anak manusia (7:1–28)
Domba jantan dan kambing jantan (8:1–27)
Doa Daniel (9:1–19)
Tujuh puluh kali tujuh masa (9:20–27)
Penglihatan Daniel di tepi sungai Tigris (10:1 – 11:1)
Raja negeri Utara dan raja negeri Selatan (11:2–45)
Akhir zaman (12:1–13)
KISAH SUSANA DAN DANIEL
Tanpa judul (T. Dan. 13:1–64)
DANIEL DENGAN DEWA BAL DAN NAGA BABEL
Daniel dan para imam dewa Bel (T. Dan. 14:1–22)
Daniel membunuh naga Babel (T. Dan. 14:23–42)
Tambahan-tambahan pada Kitab Daniel
Artikel utama: Tambahan-tambahan pada Kitab Daniel
Teks Yunani untuk Kitab Daniel (terutama dalam versi Septuaginta) memuat ayat-ayat yang
jauh lebih panjang daripada teks dalam Alkitab Ibrani karena ada tiga kisah tambahan yang
tidak dimiliki oleh naskah-naskah sumber Ibrani. Cerita-cerita tersebut ialah sebagai berikut.
Doa Azarya dan Lagu Pujian Ketiga Pemuda. Kisah tambahan ini disisipkan di antara
ayat 23 dan 24 dalam Daniel 3 pada Alkitab Ibrani, sebagai Daniel 3:24–90 pada versi
Deuterokanonika. Dengan demikian, Daniel 3:24–30 pada Alkitab Ibrani secara
otomatis menjadi Daniel 3:91–97 versi Deuterokanonika.
Kisah Susana dan Daniel. Kisah ini ditempatkan sebagai prolog pada Alkitab
Septuaginta, yaitu sebelum Daniel 1 pada Alkitab Ibrani. Pada Alkitab Vulgata dan
versi-versi turunannya, kisah ini ditempatkan setelah Daniel 12 dalam Alkitab Ibrani,
sehingga menjadi Daniel 13:1–64.
Dewa Bel dan Naga Babel. Kisah ini ditempatkan di akhir kitab, sebagai epilog pada
Alkitab Septuaginta dan sebagai Daniel 14:1–42 pada Alkitab Vulgata.
Tambahan Daniel diterima oleh semua kelompok dalam Kekristenan sampai gerakan
Protestan menolaknya pada abad ke-16 dengan pertimbangan bahwa tambahan-tambahan ini
tidak terdapat dalam Alkitab Ibrani. Semua tambahan ini hingga sekarang tetap ada
dalam Kitab Suci Katolik dan Ortodoks
Kitab Hosea
Kitab Hosea (disingkat Hosea; akronim Hos.) merupakan salah satu kitab yang termasuk
dalam kelompok kitab-kitab kenabian dan khususnya menjadi kitab pertama dalam
kelompok nabi-nabi kecil pada Perjanjian Lama di
dalam Alkitab Kristen. Dalam Tanakh atau Alkitab Ibrani, kitab ini menjadi bagian dari kitab
kolektif yang bernama "Dua Belas Nabi", yang termasuk dalam kelompok Nevi'im, atau yang
lebih tepatnya dalam kelompok nabi-nabi akhir.
Nama
Nama kitab ini merujuk pada tokoh utama kitab ini, yaitu Hosea bin Beeri, nabi yang hidup
di Kerajaan Israel Utara (Samaria) pada zaman pemerintahan Raja Yerobeam bin Yoas.
Nama "Hosea" sendiri merupakan serapan dari kata dalam bahasa bahasa Ibrani: ַהֹוֵׁש ע
(Hosyea), yang awalnya secara harfiah berarti "selamatkan" dalam modus imperatif, lalu
berkembang menjadi arti "keselamatan".
Isi
Kitab Hosea diyakini ditulis oleh nabi Hosea dan (kemungkinan juga) oleh para pengikutnya
yang tidak diketahui namanya. Kitab ini merupakan salah satu kitab dalam Perjanjian
Lama yang termasuk dalam kitab nabi-nabi kecil. Kitab ini mengutuk penduduk Kerajaan
Israel Utara atas tindakan mereka kepada Allah selama masa kemunduran dan kejatuhan
bangsa itu. Kata Khesed dalam kitab ini mengantar pembaca kitab Hosea kepada inti kitab
tersebut. Bagi Hosea, agama merupakan suatu hubungan dengan Allah. pandangannya
tersebut mewarnai segala segi agama. Berkaitan dengan siapa Hosea, tidak terdapat
keterangan mengenai siapa Hosea itu dan keluarganya. Sedikit yang diketahui mengenai
Hosea adalah ia merupakan seorang Israel dan merupakan penduduk dari bangsa Israel.
Hosea memberitahukan kepada Israel bahwa mereka harus menyesali perbuatan mereka dan
kembali kepada Tuhan. Dia menunjukkan bahwa Allah bangsa Israel merupakan Allah yang
sabar dan pengasih yang mengingat janji-Nya kepada orang yang beriman kepada-
Nya. Penekanan ini ditunjukkan dalam Hosea 2:19.
Garis besar
1. Perkawinan sang nabi menggambarkan hubungan antara bangsa Israel dengan
Tuhannya dalam Hosea 1:1-Hosea 3:5.
2. Hosea menegur kejahatan, kesombongan, dan pemujaan dewa yang dilakukan oleh
bangsa Israel dalam Hosea 4:1-Hosea 8:5.
3. Penghukuman yang pasti berlaku dalam Hosea 9:1-Hosea 10:5.
4. Kemenangan kasih dan belas kasihan Tuhan dalam Hosea 11:1.
5. Ketidaksetiaan dan pemberontakan Israel akan berakhir dengan penghukuman dan
kehancuran dalam Hosea 11:12-Hosea 13:16.
6. Belas kasihan Tuhan bagi orang-orang yang sabar dalam Hosea 14:1.
Naskah sumber
Naskah Masorah (bahasa Ibrani, abad ke-10 M)
Septuaginta (bahasa Yunani; abad ke-3 SM)
Naskah Laut Mati (bahasa Ibrani, abad ke-2 SM), terutama:
o 4Q78c (4QXIIc)
o 4Q79d (4QXIId)
o 4Q82g (4QXIIg)
o Komentari Kitab Hosea 4Q166 (4QpHosa)
Di antara Naskah Laut Mati ditemukan fragmen Komentari Kitab Hosea yang diperkirakan
dibuat sebelum abad pertama SM.
Perikop
Judul perikop dalam Kitab Hosea menurut Alkitab Terjemahan Baru oleh LAI adalah sebagai
berikut.
Riwayat pernikahan dan keluarga Hosea
Judul (1:1)
Keluarga Hosea sebagai gambaran Israel yang tidak setia (1:2–9)
Janji tentang keselamatan (1:10–12)
Israel ditolak dan dipulihkan (2:1–22)
Diterima kembali, tetapi dianggap sepi (3:1–5)
Peringatan atas Efraim dan Israel yang tidak taat
Menentang imam dan bangsa yang tidak setia (4:1–19)
Ancaman terhadap Israel serta pemimpin-pemimpinnya (5:1–7)
Israel mencari pertolongan di mana-mana tetapi sia-sia (5:8–14)
Pertobatan yang pura-pura dari pihak orang Israel (5:15 – 6:6)
Efraim tidak mau bertobat (6:7 – 7:2)
Dosa Israel di bidang agama dan kenegaraan (7:3–16)
Hukuman atas Efraim dan Israel yang tidak taat
Keruntuhan Israel sebagai akibat kedurhakaannya (8:1–14)
Tidak akan ada sukacita dalam pembuangan (9:1–9)
Akibat ketidaktaatan Israel (9:10–17)
Hukuman karena penyembahan berhala (10:1–8)
TUHAN kecewa terhadap Efraim (10:9–15)
Kasih dan murka Allah atas Efraim dan Israel yang tidak taat
Kasih TUHAN mengalahkan kedegilan orang Israel (11:1–11)
Efraim dan Yakub bapa leluhurnya (12:1–15)
Murka TUHAN akan menimpa Efraim (13:1 – 14:1)
Tentang pertobatan dan janji (14:2–9)
Penutup (14:10)
Latar belakang
Hosea berada dalam sebuah masa di mana bangsa Israel sedang mengalami kekacauan akibat
tidak mengandalkan Tuhan. Ia berada pada masa tahta kerajaan Asyur sedang direbut oleh
seorang yang bernama Tiglath-Pileser III. Zaman kemakmuran raja Yerobeam pun berubah
menjadi zaman kekecewaan. Dalam situasi seperti ini Israel justru tidak mengandalkan Tuhan
tetapi mengandalkan kekuatan bangsa lain dengan cara bersekutu dengan Asyur. Ia juga
hidup dan melihat bagaimana bangsa Israel dikalahkan dan dibuang setelah penyerangan
bangsa Asyur yaitu pada masa 722 Sebelum Masehi. Israel mengalami kemakmuran dan
kemenangan ketika berada dibawah pemerintahan Yorebeam II. Yorebeam II memerintah
selama 41 tahun. Namun, di balik kemakmuran dan kemenangan tersebut terdapat korupsi
dan kemerosotan spiritual merajalela. Hal ini menyebabkan keadaan ekonomi dan moral
bangsa Israel semakin memburuk. Keadaan tersebut membuka jalan pada kejatuhan
Israel. Selain itu, realitas sosial yang terjadi pada saat itu juga tidak cukup baik. Hal ini
dibuktikan dengan penekanan baik oleh pemilik tanah juga raja kepada petani. Hal ini
menyebabkan para petani melakukan migrasi dari peternakan ke kota.
Muatan teologis
Dalam kitab Hosea terdapat beberapa muatan-muatan teologis seperti dosa, anugerah dan
lainnya. Muatan-muatan teologis dalam kitab Hosea adalah sebagai berikut.
Dosa
Pandangan Hosea mengenai dosa tidak jauh berbeda dengan pandangan Amos. Hosea
memandang bahwa dosa akan menyebabkan Israel akan jatuh ke dalam pembuangan. Hal ini
terkait dengan makna dari nama-nama anak hosea yaitu Yizreel yang merujuk pada hukuman
atas Israel, Lo-Ruhama yang berarti Allah tidak mengasihani, dan Lo-Ami yang berarti
sebuah penyangkalan terhadap Israel sebagai umat Allah. Dalam Hosea 4:11 digambarkan
bahwa dosa adalah sesuatu yang mengacaukan, menyesatkan, dan mencemarkan segala
sesuatu yang disentuhnya.
Anugerah
Pandangan mengenai anugrah dibagi ke dalam tiga hal. Bagian pertama merupakan anugrah
pada waktu lampu di mana Allah telah mengambil prakarsa memanggil Israel yang terdapat
dalam Hosea 11:1. Bagian kedua merupakan anugrah masa kini yang merupakan
pengharapan dari bangsa Israel. Anugrah dalam hal ini berfungsi sebagai suatu cara Allah
untuk mengembalikan Israel kepada Allah. Bagian akhir adalah anugrah pada masa
mendatang di mana anugrah dipahami sebagai suatu harapan bahwa Israel akan kembali
kepada Allah.
Pertobatan
Dalam Hosea 6:1 merupakan pasal yang dapat dilihat sebagai suatu pertobatan. Pasal ini
pertama-tama dapat dilihat sebagai pertobatan sejati. Pertobatan bagi nabi Hosea merupakan
hal yang sukar. Hosea melihat bahwa pertobatan haruslah secara rasional dan diucapkan serta
dilakukan dengan jelas.
Pengetahuan akan Allah
Menurut Hosea, pengetahuan memimpin manusia untuk berbuat sesuatu. Baginya, kurangnya
pengetahuan akan Allah mempunyai akibat yang bermacam-macam, salah satunya adalah
kejahatan seperti sumpah palsu, berdusta, dan sebagainya. Hosea mempunyai keyakinan
bahwa apabila bangsa Israel dibimbing untuk mempunyai pengetahuan yang sungguh akan
Allah maka kelakuan dari bangsa Israel akan berubah.
KITAB YOEL
Kitab Yoël atau Kitab Yoel (disingkat Yoël; akronim Yl.) merupakan salah satu kitab yang
termasuk dalam kelompok kitab-kitab kenabian dan khususnya dalam kelompok nabi-nabi
kecil pada Perjanjian Lama di dalam Alkitab Kristen. Dalam Tanakh atau Alkitab Ibrani,
kitab ini menjadi bagian dari kitab kolektif yang bernama "Dua Belas Nabi", yang termasuk
dalam kelompok Nevi'im, atau yang lebih tepatnya dalam kelompok nabi-nabi akhir.
Nama
Nama kitab ini merujuk pada tokoh utama kitab ini, yaitu Yoël bin Petuel, nabi Yahudi yang
diperkirakan hidup jauh setelah pembuangan ke Babel, tepatnya pada abad ke-5 SM
saat Yudea menjadi provinsi di bawah Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Nama "Yoël" sendiri
merupakan serapan dari kata dalam bahasa bahasa Ibrani: ( יֹו ֵאלYoel), yang diperkirakan
merupakan gabungan dari nama Allah ( יהYah) dan kata ( אֵלel, har. "Allah/Tuhan"). Oleh
karena itu, nama tersebut kemungkinan berarti "Yahweh adalah Allah" atau "yang baginya
Yahweh adalah Allah".
Isi
Kitab ini berisi nubuat-nubuat yang datang kepada nabi Yoël bin Petuel. Tema besar kitab ini
adalah: Hari Tuhan yang Besar dan Mengagumkan. Pemberitaan tentang Hari Tuhan oleh
nabi Yoël bukanlah baru pertama kalinya diberitakan, sebelumnya sudah pernah diberitakan
oleh nabi-nabi terdahulu seperti nabi Amos. Kitab Yoël menceritakan tentang bencana yang
menimpa umat Israel dan ajakan nabi Yoël kepada para imam dan seluruh umat untuk
bertobat. Bencana alam merupakan pendahuluan sebelum datangnya Hari Tuhan atau akhir
zaman.
Struktur dari Kitab Yoël terbagi sebagai berikut:
Bagian pertama: Tulah Belalang (Yoel 1:1–2:17)
1. Yoel 1:1–4, tentang kerusakan yang ditimbulkan belalang.
2. Yoel 1:5–20, berisi seruan nabi Yoël untuk meratap.
3. Yoel 2:1–11, tentang tanda akan bahaya besar.
4. Yoel 2:12–17, berisi ajakan kepada umat agar bertobat.
Bagian kedua: Jawaban Tuhan kepada Israel dan segala bangsa (Yoel 2:18–3:21)
1. Yoel 2:18–27, tentang belas kasih Tuhan pada umat.
2. Yoel 2:28–32, tentang berkat bagi umat.
3. Yoel 3:1–17, berisi tentang penghakiman segala bangsa.
4. Yoel 3:18–21, tentang kehadiran Tuhan di Yerusalem.
Deskripsi
Bencana di Israel
Nabi Yoël menyerukan tentang bencana alam yang akan menimpa Israel yaitu munculnya
kawanan belalang yang memakan habis tumbuhan di seluruh penjuru negeri. Akibatnya,
terjadi kelaparan hebat yang mengancam pelaksanaan ibadat korban (Yoel 1:2–5; 2:1–
11). Disusul dengan datangnya musim kemarau yang panjang sehingga membuat tanah
kering dan mematikan kehidupan tumbuhan dan hewan (Yoel 1:9–12; 16–20). Bagi nabi
Yoël, semua bencana tersebut menandakan bahwa umat dan bangsa-bangsa yang lain akan
segera mendapatkan penghakiman dari Allah. Datangnya belalang dan bencana kekeringan
menjadi pertanda akan kedatangan hari Tuhan yang menakutkan seperti yang diberitakan
oleh nabi Amos (Amos 5:18–20) dan Zefanya (Zefanya 1:7; 14–18).
Hari Tuhan
Kedatangan hari Tuhan ditandai dengan munculnya belalang perusak yang mengancam
kota Yerusalem dan tanah Yehuda. Ini membuktikan bahwa umat belum menyadari
kedatangan Hari Tuhan yang benar-benar akan terjadi sehingga mereka diajak untuk berbalik
kembali kepada Allah melalui pertobatan dengan sungguh-sungguh. Walaupun pada bagian
awal kitab ini digambarkan keadaan umat dan seluruh kota berada di ambang kehancuran
tetapi pada penjelasan tentang Hari Tuhan menegaskan bahwa penghakiman akhir itu pun
akan tiba juga. Orang-orang yang beriman pada Tuhan tidak akan menerima penghukuman
sedangkan mereka yang melawan kehendak-Nya akan dihukum. Uniknya dalam kitab Yoël,
sama sekali tidak disebutkan tentang dosa atau kesalahan khusus yang dilakukan
umat. Dalam kitab ini umat dipanggil untuk mempersiapkan dirinya menghadap Tuhan
dengan berlaku rendah hati selama menjalani hidup di dunia.
Struktur
Pasal 1
Pasal ini terdiri dari 20 ayat, diawali dengan judul yang mengandung identitas
nabi Yoël: "Firman TUHAN yang datang kepada Yoël bin Petuel."(Yoel 1:1) dan
berpusat pada "Tulah belalang sebagai hukuman TUHAN" yang berlanjut
sampai pasal 2 ayat 11.
Struktur:
1. Yoel 1:1 = Judul
2. Yoel 1:2–4 tentang kerusakan yang ditimbulkan belalang.
3. Yoel 1:5–20 berisi seruan nabi Yoël untuk meratap
Pasal 2
Pasal ini terdiri dari 32 ayat, berpusat pada "Tulah belalang sebagai hukuman
TUHAN" yang dimulai dari pasal 1 ayat 2 serta belas kasih Tuhan bagi umat-Nya.
Struktur:
1. Yoel 2:1–11 tentang tanda akan bahaya besar.
2. Yoel 2:12–17 berisi ajakan kepada umat agar bertobat.
3. Yoel 2:18–27 tentang belas kasih Tuhan pada umat.
4. Yoel 2:28–32 tentang berkat bagi umat
Pasal 3
Pasal ini terdiri dari 21 ayat yang berpusat pada hukuman TUHAN atas musuh-musuh
Israel dan berkat untuk umat Tuhan.
Struktur:
1. Yoel 3:1–17 berisi tentang penghakiman segala bangsa.
2. Yoel 3:18–21 tentang kehadiran Tuhan di Yerusalem.
Naskah sumber
Naskah Masorah (bahasa Ibrani, abad ke-10 M)
Septuaginta (bahasa Yunani; abad ke-3 SM)
Naskah Laut Mati (bahasa Ibrani, abad ke-2 SM), terutama:
o 4Q78c (4QXIIc)
o 4Q82g (4QXIIg)
o Wadi Murabba’at Minor Prophets (MurXII)
Kepengarangan
Kitab ini diyakini ditulis oleh Yoël atau pengikutnya yang mencatat nubuat yang diterima
nabi itu dari Tuhan. Yoël adalah seorang nabi yang bernubuat di tanah Yehuda tepatnya di
pusat kota Yerusalem. Nama Yoël sendiri adalah nama yang umum di Israel yang
artinya Tuhan (="Yah" dari "YHWH") adalah Allah (="El"). Ia dikenal sebagai nabi kultis
oleh karena ia bertugas di sekitar Bait Allah. Ia banyak menekankan pada upacara imamat
dan berbagai perayaan keagamaan. Yoël memperkenalkan dirinya sebagai "bin Petuel" atau
anak Petuel.
Tidak ada keterangan apapun mengenai waktu penulisan kitab Yoël, karena kitab ini tidak
menyebutkan raja atau peristiwa bersejarah yang diketahui tanggalnya, sehingga untuk
menetapkan waktu harus dengan memperhatikan isi kitabnya.
Ada yang beranggapan bahwa berita Yoël terjadi sementara masa awal pemerintahan Raja
Yoas (835-830 SM) yang naik takhta Yehuda pada usia 7 tahun dan tetap berada di bawah
perwalian imam besar Yoyada selama ia di bawah umur; situasi itu mungkin menjelaskan
keunggulan para imam dalam kitab ini dan tidak adanya acuan kepada raja. Tema nubuat dan
gaya sastra Yoël lebih dekat dengan nabi-nabi abad ke-8 SM, Amos, Mikha,
dan Yesaya daripada dengan nabi-nabi pasca-pembuangan
seperti Hagai, Zakharia dan Maleakhi. Semua fakta ini dan beberapa fakta lainnya cenderung
mengarah pada abad ke-9 SM sebagai latar belakang kitab ini.
Ada juga yang beranggapan bahwa pelayanan Yoël terjadi setelah orang Yahudi
dari pembuangan ke Babel kembali ke Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci (~ 510-
400 SM). Pada waktu ini tidak ada raja di Yehuda dan para pemimpin rohani yang terkemuka
adalah imam. Sejumlah pertimbangan yang mendukung:
1. Peristiwa penyerakan yang disebutkan dalam Yoel 3:1–3 menandakan bahwa zaman
pembuangan telah terjadi.
2. Keadaan umat yang digambarkkan lebih menunjukkan umat pada masa setelah
pembuangan. Tidak disebutkan sama sekali tentang raja-raja. Umat dipimpin oleh
para tua-tua (Yoel 1:2; 1:14) dan para imam.
3. Pokok-pokok eskatologis yang disampaikan sangat khas dari zaman setelah
pembuangan.
Perikop
Judul perikop dalam Kitab Yoël menurut Alkitab Terjemahan Baru oleh LAI adalah sebagai
berikut.
Hukuman bencana di Israel
Judul (1:1)
Tulah belalang sebagai hukuman TUHAN (1:2 – 2:11)
Seruan untuk bertobat (2:12–17)
Janji berkat untuk umat Israel dan hukuman bagi musuh-musuhnya
Janji TUHAN kepada bangsa yang bertobat (2:18–27)
Hari TUHAN (2:28–32)
Hukuman atas musuh-musuh Israel (3:1–8)
Berkat untuk umat TUHAN (3:9–21)
Analisis
Banyaknya acuan ke Sion dan pelayanan di dalam Bait Suci sepanjang kitab ini menunjukkan
bahwa ia seorang nabi kepada Yehuda dan Yerusalem. Keakrabannya dengan imam-imam
menyebabkan beberapa orang mengira bahwa dia seorang nabi "imam" (bandingkan Yeremia
28:1,5) yang mengucapkan firman Tuhan yang sejati.
Peristiwa langsung yang mengakibatkan penulisan kitab ini ialah serbuan belalang dan
musim kering yang hebat, perpaduan yang menghancurkan hampir setiap lapisan masyarakat
Yehuda. Kemampuan wabah belalang untuk melahap segala sesuatu yang hijau seluas
beberapa mil persegi cukup sering terjadi di wilayah itu pada zaman dahulu dan sekarang.
Lima ciri utama menandai kitab ini.
1. Kitab ini menjadi salah satu adikarya sastra yang terindah dalam PL.
2. Kitab ini berisi nubuat PL yang paling terkemuka tentang pencurahan Roh Kudus atas
seluruh umat manusia pada hari Pentakosta.
3. Kitab ini mencatat banyak malapetaka nasional—bencana belalang, kekeringan dan
kelaparan, kebakaran, serbuan pasukan asing, bencana-bencana di langit—sebagai
hukuman Allah atas kemerosotan rohani dan moral.
4. Kitab ini menekankan bahwa Allah kadang-kadang bekerja secara berdaulat di dalam
sejarah melalui bencana-bencana alam dan serbuan pasukan supaya mendatangkan
pertobatan, kebangunan rohani dan penebusan.
5. Kitab ini memperagakan seorang pengkhotbah kenabian yang, karena hubungannya
dekat dengan Allah dan keunggulan rohani, dapat memanggil umat Allah secara
meyakinkan untuk bertobat sebagai bangsa pada masa krisis dalam sejarah mereka
dan menghasilkan hal-hal positif melalui pertobatan itu.
Hubungan dengan Perjanjian Baru
Beberapa ayat kitab Yoël sangat menyumbang kepada berita Perjanjian Baru.
1. Nubuat tentang kedatangan Roh Kudus (Yoel 2:28–32) secara khusus dikutip Petrus
dalam khotbahnya pada hari Pentakosta (Kis 2:16-21), setelah Roh Kudus turun dari
sorga dengan kuasa atas 120 anggota gereja mula-mula dengan manifestasi-
manifestasi rohani berupa berbicara dalam bahasa roh, bernubuat, dan memuji Allah
(Kisah Para Rasul 2:4,6–8,11,17–18).
2. Ajakan Petrus kepada banyak orang yang berkumpul pada hari raya Yahudi itu
mengenai perlunya berseru kepada nama Tuhan dan menerima keselamatan telah
diilhami (sebagian) oleh apa yang dikatakan Yoël (Yoel 2:32; Yoel 3:14, lihat Kisah
Pra Rasul 2:21,37–41); Paulus juga mengutip ayat yang sama dari Yoël (lihat Roma
10:13).
3. Tanda-tanda apokaliptis di langit yang dinubuatkan Yoël akan terjadi pada akhir
zaman (Yoel 2:30–31) bukan saja dikutip oleh Petrus (Kisah Para Rasul 2:19–20)
tetapi juga diacu oleh Yesus (misalnya Matius 24:29) dan Yohanes di Patmos (Wahyu
6:12–14).
4. Nubuat Yoël tentang penghakiman Allah atas bangsa-bangsa di Lembah Yosafat
(Yoel 3:2,12–14) dikembangkan lebih jauh dalam kitab terakhir di Alkitab (Wahyu
14:18–20; Wahyu 16:12–16; Wahyu 19:19–21; Wahyu 20:7–9).
Ada unsur masa kini dan masa depan dalam semua penerapan kitab Yoël oleh Perjanjian
Baru ini. Karunia-karunia Roh yang mulai mengalir melalui umat Allah pada hari Pentakosta
masih tersedia bagi orang percaya hari ini (bandingkan 1 Korintus 12:1–14:40). Demikian
pula, ayat-ayat yang langsung mendahului nubuat Yoël tentang Roh Kudus (yaitu gambaran
masa menuai dari hujan musim gugur dan musim semi, Yoel 2:23–27) dan ayat-ayat setelah
itu (yaitu tanda-tanda di langit pada akhir zaman, Yoel 2:30–32) menunjukkan bahwa nubuat
tentang pencurahan Roh Kudus (Yoel 2:28–29) mencakup bukan hanya hujan awal Roh
Kudus pada hari Pentakosta, tetapi juga pencurahan akhir Roh Kudus atas seluruh umat
manusia pada akhir zaman. Uniknya dalam kitab Yoël, sama sekali tidak disebutkan tentang
dosa atau kesalahan khusus yang dilakukan umat. Dalam kitab ini umat dipanggil untuk
mempersiapkan dirinya menghadap Tuhan dengan berlaku rendah hati selama menjalani
hidup di dunia.