Anda di halaman 1dari 2

Bismillah...

Mohon ijin menanggapi. Mohon solusinya.

1. Model Mental

Apabila perancang ingin membangun sebuah sistem yang mudah digunakan, maka
seorang oerancang ada baiknya perancang harus melihat dunia nyata dengan
menggunakan sudut pandang pengguna, sehingga perancang akan benar-benar
memahami apa yang dirasakan pengguna ketika mereka menggunakan program
rancangannya. Untuk melakukan hal tersebut, perancang harus memahami bagaimana
manusia mengatasi kompleksitas suatu lingkungan kerja yang kompleks secara teknis.

Proses untuk menciptakan kerangka kerja tentang suatu proses atau cara kerja suatu
benda disebut dengan "model mental". Model mental adalah penyajian kognitif suatu
proses atau obyek yang menyatakan suatu perkiraan logis dan dapat diterima tentang
bagaimana suatu benda dibentuk atau bagaimana benda berfungsi.

Model mental menciptakan kerangka kerja yang memungkinkan pengguna untuk


melakukan suatu pekerjaan. Jika model mental pengguna cukup dekat dengan cara
bekerjanya sistem, maka pengguna dapat menggunakan sistem tersebut tanpa kesulitan
berarti. Perancang sistem juga mempunyai model konseptual sebelum sistem
dikembangkan.

Secara ideal, model mental (pengguna) haruslah persis sama dengan model konseptual
yang diciptakan oleh perancang. Tetapi karena berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh
pengguna, model mental seringkali berbeda dengan model konseptual. Dengan
mengacu pada hal tersebut, maka tantangan yang dihadapi oleh perancang antarmuka
adalah menciptakan antarmuka yang sesuai atau mendekati model mental yang
dibangun oleh pengguna.

2. Pemetaan

Konsep pemetaan menjelaskan tentang bagaimana pengguna menghubungkan satu


benda dengan benda lain. Dalam lingkungan yang lebih kompleks, kebingungan yang
disebabkan oleh adanya hubungan yang kompleks dan pemetaan yang tidak logis
dapat mengakibatkan kesalahan dan frustasi. Jika dimungkinkan, perancang harus selalu
mencari pemetaan alami yang sudah ada di dunia nyata dan menerapkannya ketika
mereka merancang system.
3. Jarak Semantik dan Artikulatori

Ketika pengguna berinteraksi dengan sebuah peranti atau sebuah system, pengguna
akan mencoba untuk mempertemukan apa yang pengguna inginkan dengan apa yang
sesungguhnya dilakukan oleh peranti yang bersangkutan. Menurut Hutchins et al (1986)
hal seperti itu disebut sebagai jarak semantik Antara pengguna dengan sistem. Aspek
lain yang bias diamati adalah adanya jarak Antara penampakan fisik suatu peranti
dengan fungsi yang sesungguhnya yang disebut dengan jarak artikulatori. Jarak
semantik menunjukkan hubungan antara fungsionalitas yang tersedia dengan
fungsionalitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Hal tersebut
merupakan salah satu ukuran kedayagunaan (usefulness) dari sebuah rancangan.
Perancang interaksi harus berusaha secara maksimal untuk meminimalisir kedua jarak
ini.

4. Affordance

Sesuai apa yang dinyatakan Norman (1990), affordance menyatakan hubungan antara
obyek dengan penggunanya, bukan merupakan atribut obyek tersebut. Apa yang bagi
seseorang merupakan affordance belum tentu berlaku bagi orang lain. Sebagai contoh,
affordance dari antarmuka penyantang tunanetra pasti sangat berbeda dengan
antarmuka untuk orang normal. Dalam perancangan, persepsi terhadap affordance akan
membantu dalam hal memeahami kebergunaan (usability) sebuah system. Perancang
perlu meyakinkan bahwa affordance yang diperlukan pengguna harus Nampak nyata
dan tidak boleh kontradiktif dengan apa yang pengguna harapkan.

Sumber :

BMP MSIM 4208 Modul 3

Anda mungkin juga menyukai