Pada hakikatnya, al-Qur`an lebih dari sekedar sumber pengetahuan, petunjuk dan ilham kebenaran yang tidak pernah habis. Namun, al-Qur`an juga merupakan sumber dari segala kebahagiaan sejati. Ajaran universal yang mengatur kehidupan tertuang dalam kitab suci yang dikenal dengan al-Qur`an. (Qaththan, 1994: 9) Beberapa fungsi diturunkan al-Qur`an ialah, hudan (sebagai petunjuk bagi manusia), bayyinah (sebagai penjelas atau memberikan pemahaman segala urusan, baik urusan dunia maupun akhirat) dan furqon (sebagai pembeda antara yang benar dan yang salah). Al-Qur`an senantiasa dijadikan pedoman bagi manusia, khususnya umat Islam dalam segala bidang kehidupan. Agar peran al-Qur`an sesuai dengan fungsinya dan tersampaikan kepada manusia, khususnya umat Islam dengan benar, maka muncul upaya untuk menafsirkan al-Qur`an dan mencoba menggali makna-makna yang terkandung dalam al-Qur`an. Muhammad Arkoun, menuliskan bahwa al- Qur`an memiliki kemungkinan-kemungkinan arti yang tidak terbatas pada setiap ayat, bahkan setiap kata yang ada dalam al-Qur`an. Kesan yang ada pada setiap isinya mengenai maksud dan pengertian pada tingkat wujud adalah mutlak. Oleh karena itu, setiap ayat bersifat terbuka untuk memiliki interpretasi baru, tidak hanya terpaku pada satu interpretasi yang hanya akan menghambat perkembangan penafsirannya. (Awwalina, 2022: 1) Pada dasarnya, al-Qur`an secara keseluruhan membahas semua masalah yang dihadapi individu dan kelompok dalam kehidupan sehari- hari. Salah satu persoalan kehidupan individu yang tercantum dalam al- Qur`an ialah mengenai Muflihun (orang-orang yang beruntung). Saat ini, setiap orang selalu berasumsi bahwa ada orang yang dianggap beruntung dan ada yang dianggap merugi. Setiap tindakan harus dievaluasi dalam hal