Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 19, No.

2, Agustus 2017

Implementasi Program Imtaq dalam Pembentukan Sikap Toleransi


Peserta Didik
M. Zaki*

Abstract: The aims of this research are gaining deep understanding and describing the planning,
implementation, and effect of Imtaq program in forming students’ tolerant attitude at SMPN 2
Mataram. The research method used was qualitative method, especially case study one. Data
collection technique used were participative observation, indepth interview, and documentation. The
procedure of analyzing data used interactive model with the channel of: data reduction, data
presentation, and conclusion/verification. The research results are: (1) Planning of imtaq program
utilizes system approach with societal participatory mechanism; (2) Imtaq program is implemented
through the forming of religious culture, religious extracurricular activity and by developing societal
participation; (3) Imtaq program has positive impacts on the development of students' tolerant
attitude, this is indicated by: knowing and respecting, appreciating and tolerating those who believe
in other religions, caring and helping, and willing for cooperation.

Keywords: Imtaq Program, Students’ Tolerant Attitude, Religious Culture, Religious Extra-
Curricular

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dan
mendeskripsikan sistem perencanaan, implementasi dan dampak program imtaq dalam
pembentukan sikap toleransi peserta didik di SMPN 2 Kota Mataram. Metode yang
digunakan kualitatif dengan jenis studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan
pengamatan partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi. Prosedur analisis data
menggunakan model interaktif dengan alur: reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian: (1) Perencanaan program imtaq menggunakan
pendekatan sistem dengan mekanisme partisipatori; (2) Program imtaq diimplementasikan
melalui pembentukan budaya religius, ekstrakurikuler keagamaan dan pengembangan
partisipasi masyarakat; (3) Program imtaq berdampak positif terhadap pembentukan sikap
toleransi peserta didik, indikasinya: saling mengenal dan menghormati, menghargai dan
tidak memaksakan keyakinan terhadap pemeluk agama yang lain, peduli dan mau saling
tolong menolong, dan bersedia untuk bekerja sama.

Kata Kunci: Program Imtaq, Sikap Toleransi Peserta Didik, Budaya Religius, Ekstrakurikuler
Keagamaan

*Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Mataram, Jalan
Gajah Mada No. 100 Kota Mataram, NTB, e-mail: amakikaz02@gmail.com 

99
M. Zaki, Implementasi Program Imtaq …

PENDAHULUAN dan kemajemukan tersebut telah menjadi


landasan berkehidupan dan berkebangsaan yang
Sekolah sebagai salah satu sistem sosial,
membuat bangsa ini menjadi bangsa yang besar
memiliki posisi strategis dalam pembentukan
dengan berdiri di atas segala perbedaan suku,
sikap toleransi. Mengingat sekolah sebagai
agama, budaya, dan sebaginya.
rumah kedua bagi peserta didik, memiliki latar
Pendidikan merupakan salah satu media
belakang yang beragam baik suku, agama,
yang paling efektif untuk melahirkan generasi
budaya, asal daerah, status sosial ekonomi, latar
muda yang memiliki sikap toleran dan memiliki
belakang pendidikan orang tua dan sebagainya.
pandangan bahwa keragaman sebagai bagian
Sejatinya keragaman yang terjadi di lingkungan
yang harus diapresiasi secara konstruktif. Sebab,
sekolah merupakan salah satu modal dasar untuk
pendidikan bersifat sistemik (Naim dan Sauqi,
terus menumbuhkan dan mengembangkan sikap
2008: 8), dan berkontribusi signifikan dalam
toleransi terhadap peserta didik agar tercipta
membentuk karakter peserta didik serta mampu
kehidupan yang damai dan harmonis. Namun di
menjadi guiding ligth bagi generasi muda
sisi lain, keragaman dapat menjadi pemicu
penerus bangsa (Ma'arif, et. al: 2006: 19-36).
konflik apabila tidak dikelola dengan baik dan
Dewasa ini, lembaga-lembaga pendidikan dari
secara komprehensif.
berbagai jalur, jenis dan jenjang telah tersebar
Potensi konflik yang terjadi dalam
secara luas diberbagai wilayah Indonesia, dengan
lingkungan sosial yang beragam, cenderung lebih
tingkat penyebaran yang cukup merata. Setelah
tinggi dan dapat berlangsung secara terus-
keluarga, kelompok bermain, serta lingkungan,
menerus. Meningkatnya peserta didik yang
sekolah merupakan tempat yang potensial untuk
terlibat dalam berbagai tindak pidana, seperti:
menabur dan menanam sikap, norma dan nilai-
perkelahian, pencurian, pembunuhan,
nilai, serta harapan orang tua mempersiapkan
pemerkosaan, penyalahgunaan narkoba adalah
masa depan bagi putra-putrinya (Mustain dan
indikator yang sangat nyata, betapa sikap
Umam, 2005: 48-49). Batasan ini bermakna,
toleransi mulai memudar dan tergerus dalam
pendidikan bukan hanya untuk menghasilkan
lingkungan sekolah.
sumber daya manusia yang cerdas, kreatif, dan
Fenomena ini meniscayakan seluruh
inovatif, tetapi juga sumber daya yang memiliki
komponen bangsa untuk berusaha secara sengaja,
sikap yang positif.
serius, sistematis, dan komprehensif dalam
Domain pendidikan yang dideskripsikan di
rangka meminimalisir potensi konflik dan secara
atas, berelevansi dengan nilai-nilai normatif
luas membangun kesadaran terhadap keragaman
yang dipegang teguh bangsa Indonesia dan telah
dalam masyarakat. Tumbuhnya kesadaran
terpatri di dalam Undang-Undang Nomor 20
semacam ini akan melahirkan sikap toleransi dan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
memandang mereka yang berbeda sebagai mitra
yaitu pendidikan nasional berfungsi
yang harus dihormati dan dihargai
mengembangkan kemampuan dan membentuk
keberadaannya.
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
Pendidikan merupakan suatu komponen
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
yang mendasar dalam usaha menyiapkan peserta
Selanjutnya pendidikan nasional bertujuan untuk
didik untuk menghadapi dinamika kehidupan
berkembangnya potensi peserta didik agar
berbangsa dan bernegara di tengah-tengah
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
pluralitas (Zainuddin, 2008: 1). Pluralitas bagi
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
bangsa Indonesia merupakan indigenous,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
mengingat sejak dulu, negeri ini selalu majemuk
menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

100
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 19, No. 2, Agustus 2017

Mengacu pada tri domain pendidikan agama peserta didik dengan perilaku religius
(afektif, kognitif dan psikomotorik), tatanan nilai yang diharapkan.
yang tertuang dalam UU No. 20/2003 ini lebih Salah satu hasil penelitian yang
banyak didominasi oleh domain afektif atau mendeskripsikan tentang belum optimalnya
cenderung kepada pembentukan sikap. Hal ini pendidikan agama mengemban peran dan
menunjukkan bahwa tatanan nilai (kepribadian fungsinya dilakukan oleh Azizy (2002: 61-79).
yang luhur) berfungsi sebagai pengayom domain Menurutnya pembelajaran agama dewasa ini
lainnya. Artinya, kecerdasan dan keterampilan lebih banyak menekankan pada aspek kognitif,
harus berasaskan nilai-nilai luhur yang dianut metode pembelajaran yang monoton, sistem
bangsa Indonesia. Di antara sekian banyak nilai- penilaian yang formalistik, kurang berorientasi
nilai luhur yang diharapkan tumbuh dan penghayatan nilai-nilai agama, kurang relevan
berkembang melalui pendidikan adalah sikap dengan konteks sosial, dan tidak terintegrasi
toleransi, sebagai kristalisasi nilai-nilai dengan mata pelajaran yang lain. Dampak yang
keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia. paling kontras dari pendidikan agama seperti ini
Pendidikan terutama pendidikan agama di adalah lahirnya sikap keberagamaan yang
sekolah harus mampu mengemban peran dan ekslusif, intoleran, fanatik buta, penuh prasangka
fungsinya sebagai media yang efektif dalam negatif serta tidak dapat memahami secara
menumbuhkan kesadaran tentang realitas yang mendalam arti pluralitas dan kemajemukan
majemuk demi terciptanya generasi bangsa yang (Rosyidi, 2009: 52).
memiliki sikap toleran. Berdasarkan Peraturan Potret buram pembelajaran pendidikan
Pemerintah Nomor 55/2006, pendidikan agama agama di sekolah pada tingkat makro,
merupakan pendidikan yang memberikan berbanding lurus dengan implementasi
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, pendidikan agama di SMPN 2 Kota Mataram.
dan keterampilan peserta didik dalam Berdasarkan studi pendahuluan, pembelajaran
mengamalkan ajaran agamanya, yang agama pada institusi ini masih bersifat tekstual,
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata dogmatis, dan eksklusif. Pembelajaran seperti
pelajaran pada semua jalur, jenjang, dan jenis ini, jelas belum memberikan ruang secara
pendidikan. Pendidikan agama berfungsi proporsional bagi terciptanya pemahaman dan
membentuk manusia Indonesi yang beriman dan kesadaran terhadap makna keragaman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kemajemukan melalui pengenalan terhadap
berkhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian simbol-simbol keragaman antar suku, agama,
dan kerukunan hubungan inter dan antar umat budaya, serta latihan-latihan dan pengalaman
beragama. nyata dalam kehidupan riil masyarakat. Implikasi
Peran dan fungsi pendidikan termasuk dari pola pembelajaran seperti ini mempersempit
pendidikan agama di sekolah dalam ruang bagi tumbuhnya sikap toleransi terhadap
pengembangan sumber daya manusia, meliputi peserta didik.
internalisasi nilai-nilai, transformasi pengetahuan Merespon berbagai fenomena sosial
dan konstruksi keterampilan. Namun demikian, keagamaan dan optimalisasi peran dan fungsi
internalisasi nilai yang cukup mendapat posisi pendidikan agama di sekolah, SMPN 2 Kota
strategis dalam bingkai pendidikan nasional, Mataram menyelenggarakan program iman dan
pada tataran implementasi belum berperan secara taqwa, yang lazim disingkat dan disebut dengan
ril dan optimal dalam membentuk kepribadian program imtaq. Program imtaq merupakan
peserta didik. Indikatornya adalah masih salah satu pengembangan pendidikan agama di
lebarnya jurang pemisah antara pemahaman sekolah yang dilakukan melalui kegiatan

101
M. Zaki, Implementasi Program Imtaq …

ekstrakurikuler keagamaan. Kegiatan ini teoretis penelitian ini diharapkan memperkaya


dilakukan di luar jam intrakurikuler, dengan khazanah ilmu pengetahuan terutama studi
bentuk pembelajaran melalui tatap muka dan non tentang pengembangan pendidikan agama pada
tatap muka, baik di dalam dan atau di luar institusi pendidikan dasar yang lebih apresiatif
lingkungan sekolah. terhadap nilai-nilai pluralistik dan toleransi.
Berdasarkan studi pendahuluan, terdapat Sementara itu, secara praktis, hasil penelitian ini
beberapa alasan yang mendorong SMPN 2 Kota diharapkan bermanfaat bagi: (1) Pihak-pihak
Mataram untuk mengembangkan pendidikan yang terlibat dan aktif dalam penyelenggaraan
agama dalam bentuk program imtaq, di antaranya pendidikan agama dalam bentuk program imtaq
adalah: (1) Terbatasnya alokasi waktu yang di SMPN 2 Kota Mataram; (2) Dinas Pendidikan
tersedia dalam standar isi kurikulum untuk Pemuda dan Olah Raga Kota Mataram, sebagai
pembelajaran intrakurikuler pendidikan agama di bahan informasi untuk mengambil langkah-
sekolah; (2) Program imtaq diharapkan dapat langkah konkret dalam membuat kebijakan baru
menambah wawasan, penghayatan, serta praktek untuk mendorong penyelenggaraan program
amaliyah keagamaan peserta didik; dan (3) imtaq; dan (3) Sebagai bahan informasi bagi
Program imtaq merupakan media untuk saling pengembangan kurikulum pendidikan agama
mengenal dan memahami secara mendalam bagi yang lebih apresiatif terhadap nilai-nilai
seluruh warga sekolah melalui berbagai kegiatan. pluralistik dan toleransi.
Rasionalisasi pengembangan pendidikan agama Pembentukan sikap individu peserta didik
dalam bentuk program imtaq, yang dilaksanakan pada tingkat SMP sangat penting dan mendasar,
di SMPN 2 Kota Mataram mendorong lahirnya mengingat pada usia ini, peserta didik sedang
keinginan peneliti untuk memahamainya secara mengalami pertumbuhan dan perkembangan,
lebih komprehensif dalam bentuk penelitian. baik secara fisik maupun psikis. Sebagai
Fokus utama penelitian ini adalah organisme yang sedang tumbuh dan berkembang,
implementasi program imtaq dalam membentuk peserta didik dipandang sebagai individu yang
sikap toleransi peserta didik di SMPN 2 Kota berbeda antara satu dengan yang lainnya. Setiap
Mataram. Fokus penelitian ini dijabarkan ke individu adalah unik. Ketika memperhatikan
dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai peserta didik di dalam kelas, terlihat perbedaan
berikut: (1) Bagaimana perencanaan program individual yang sangat banyak dan beragam.
imtaq dalam pembentukan sikap toleransi peserta Bahkan peserta didik dengan usia hampir sama
didik di SMPN 2 Kota Mataram? (2) Bagaimana (antara 12-14 tahun), akan memperlihatkan
implementasi program imtaq dalam performance, temperamen, minat dan sikap yang
pembentukan sikap toleransi peserta didik di sangat beragam.
SMPN 2 Kota Mataram? (3) Apa dampak Kata attitude dapat diterjemahkan dengan
program imtaq dalam pembentukan sikap kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat
toleransi peserta didik di SMPN 2 Kota merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan,
Mataram? tetapi sikap tersebut disertai dengan
Tujuan penelitian ini adalah untuk kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan
memperoleh pemahaman yang mendalam dan sikap objek itu (Gerungan, 2010: 161).
komprehensif tentang perencanaan, implementasi Sementara itu, Secord dan Backman dalam
dan dampak program imtaq dalam pembentukan Azwar (2013: 5) mendefinisikan sikap sebagai
sikap toleransi peserta didik di SMPN 2 Kota keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
Mataram. Penelitian ini diharapkan bermanfaat pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan
baik secara teoretis maupun praktis. Secara (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di

102
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 19, No. 2, Agustus 2017

lingkungan sekitarnya. Batasan ini bermakna hubungan sosial yang mampu menolak terjadinya
bahwa sikap merupakan interaksi dari kekerasan. Tanpa toleransi, kedamaian tidak
komponen-komponen kognisi, afeksi dan konasi. akan terwujud. Dengan toleransi kekuatan
Sikap dimaknai sebagai predisposisi atau hubungan antara peserta didik dapat dicapai, di
kecenderungan yang relatif stabil dan antaranya meliputi evolusi dalam menciptakan
berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku budaya hidup yang damai. Dengan demikian
atau bereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap yang dimaksud dengan sikap toleransi dalam
orang lain, objek, lembaga, atau persoalan penelitian ini adalah suatu sikap menerima pihak
tertentu (Ali dan Asrori, 2014: 152). Deskripsi lain dan menghargai perbedaan.
ini bermakna bahwa sikap merupakan Tumbuh dan berkembangnya sikap
predisposisi emosional yang dipelajari untuk toleransi pada diri setiap individu, menuai
merespon secara konsisten baik secara positif berbagai keuntungan, antara lain: (1) Membuat
maupun negatif terhadap suatu objek, lembaga orang terbuka untuk mengenal orang lain; (2)
atau situasi-situasi tertentu. Di dalam sikap Mengembangkan kemampuan untuk menerima
terdapat variabel laten yang mendasari, kehadiran orang lain yang berbeda-beda dengan
mengarahkan, dan mempengaruhi perilaku. tujuan dapat hidup bersama orang lain secara
Sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata- damai; (3) Memberikan kesempatan untuk
kata atau tindakan yang merupakan respon reaksi menemukan dan menghilangkan stigma dan
dari sikapnya terhadap objek, baik berupa orang, prasangka negatif mengenai orang-orang yang
peristiwa, atau situasi-situasi tertentu. berbeda bangsa, agama, budaya maupun warisan
Dinamika kehidupan peserta didik di etniknya (Nashir, 2013: 94).
sekolah membutuhkan sikap toleransi, sebagai Pada konteks inilah, lembaga pendidikan
salah satu sikap hidup untuk mewujudkan formal memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
kehidupan sosial yang harmonis, damai, dan membentuk sikap toleransi terhadap peserta
tenteram. Keniscayaan mewujudkan sikap didiknya agar mampu bersikap toleran dalam
toleransi ini dilatarbelakangi oleh keragaman setiap tempat dan waktu. Berdasarkan realitas
peserta didik dalam bidang agama, suku, budaya, inilah, SMPN 2 Kota Mataram menjadikan
status sosial ekonomi dan lainnya. Sikap program imtaq sebagai salah satu sarana
toleransi merupakan cermin pola kehidupan membentuk sikap peserta didik yang bukan
sosial yang bermoral. Dapat dipastikan, banyak hanya memiliki agama (having religion) tetapi
masalah yang akan terjadi apabila sikap toleransi juga agamis (being relegious), sehingga mampu
dalam kehidupan di sekolah tidak diterapkan. menghayati serta mengamalkan sikap toleran di
UNESCO (1994: 12) memberikan batasan tengah keragaman, baik di lingkungan sekolah
toleransi sebagai berikut: Tolerance is not an end ataupun lingkungan masyarakat.
but a means; it is the minimal essential quality of
social relations that eschew violence and
coercion. Without tolerance, peace is not METODE PENELITIAN
possible. With tolerance, a panoply of positive
Penelitian ini menggunakan metode
human and social possibilities can be pursued,
kualitatif, dengan jenis studi kasus intrinsik.
including the evolution of a culture of peace.
Creswell (1998: 15) memaknai penelitian
Deskripsi ini bermakna toleransi bukanlah
kualitatif sebagai berikut: Qualitative research is
sebagai sebuah jalan akhir tetapi toleransi
an inquiry process of understanding based on
merupakan jalan tengah; toleransi merupakan
distinct methodological traditions of inquiry that
ukuran esensial yang minimal dari bentuk

103
M. Zaki, Implementasi Program Imtaq …

explore a social or human problem. The Islam, 10 orang tua peserta didik beragama
researcher builds a complex, holostic picture, Hindu, dan masing-masing 5 orang tua peserta
analyzes words, reports detailed views of didik beragama Budha, Katholik dan Protestan.
informants, and conducts the study in a natural Untuk memperkuat data penelitian pada masing-
setting. masing fokus, wawancara juga melibatkan
Studi kasus bisa berarti metode atau informan dari ketua dan sekretaris komite
strategi. Dalam konteks penelitian ini, peneliti sekolah.
lebih memfokuskan pada pengertian yang Teknik dokumentasi dilakukan untuk
pertama yaitu sebagai metode penelitian. Pilihan menjaring, mengkaji dan menelaah data-data
ini disandarkan pada pendapat Yin (2009: 18), yang bertalian dengan dokumen tertulis berupa
yang mendeskripsikan penelitian studi kasus regulasi-regulasi yang bertalian dengan program
sebagai berikut: a case study is an empirical imtaq, dokumen perencanaan dan pelaksanaan
inquiry that investigates a contemporary kegiatan imtaq dan data keadaan peserta didik,
phenomenon in depth and within its real-life guru, dan data-data skunder lainnya.
context, especially when the boundaries between Teknik analisis data yang digunakan
phenomenon and context are not clearly evident. adalah model interaktif, yang digagas oleh Milles
Teknik pengumpulan data dilakukan dan Huberman (1992: 15-21), dengan alur
melalui pengamatan partisipatif, wawancara sebagai berikut: reduksi data, penyajian data dan
mendalam dan dokumentasi. Dalam melakukan penarikan kesimpulan. Untuk memperoleh
observasi, fokus pengamatan dilakukan terhadap keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan
tiga komponen utama yaitu ruang atau tempat, empat kriteria pengujian yaitu kredibilitas,
aktor atau pelaku dan aktivitas kegiatan program transferabilitas, dependabilitas dan
imtaq. konfirmabilitas. Kriteria pengujian kredibilitas
Wawancara dilakukan terhadap 92 dilakukan dengan cara triangulasi (sumber dan
(sembilan puluh dua) informan, terdiri dari teknik), pengecekan sejawat melalui diskusi, dan
kepala sekolah, tiga wakil kepala sekolah yakni pengecekan anggota.
wakil kepala sekolah bidang kurikulum,
kesiswaan, serta sarana dan prasarana. Selain itu HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
wawancara juga melibatkan 6 informan guru Pembahasan terhadap hasil penelitian ini
agama (2 guru agama Islam, dan masing-masing mengacu pada subfokus penelitian yaitu
satu orang guru agama Hindu, Budha, Katholik, perencanaan, implementasi dan dampak program
dan Protestan). Data yang digali berfokus pada imtaq dalam pembentukan sikap toleransi peserta
kebijakan dan implementasi program imtaq didik di SMPN 2 Kota Mataram.
seperti perencanaan tujuan, materi, metode atau Perencanaan Program Imtaq
strategi dan tim pelaksana, serta sarana dan
Perencanaan merupakan fungsi
prasarana dalam pelaksanaan program imtaq.
manajemen yang paling utama dan mendasar.
Wawancara yang bertalian dengan dampak
Pada urut-urutan kegiatan, perencanaan
program imtaq, melibatkan 40 informan dari
menempati urutan pertama dan utama. Fungsi-
peserta didik (15 orang peserta didik beragama
fungsi manajemen yang lainnya akan bekerja
Islam, 10 peserta didik beragama Hindu, dan
apabila telah dilakukan perencanaan. Oleh
masing-masing 5 peserta didik beragama Budha,
karena itu, perencanaan merupakan proses dasar
Katholik dan Protestan). Selain itu informan juga
manajemen untuk menentukan tujuan dan
berasal dari 40 orang tua peserta didik (masing-
masing 15 orang tua peserta didik beragama

104
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 19, No. 2, Agustus 2017

langkah-langkah yang harus dilakukan agar besar dalam usaha pencapaian tujuan atau
tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. sasaran tersebut.
Hasil penelitian terhadap rancangan Secara umum tujuan penciptaan budaya
program imtaq, yang dilakukan di SMPN 2 Kota religius di SMPN 2 Kota Mataram berdasarkan
Mataram menunjukkan bahwa perencanaan yang data penelitian yang diperoleh adalah
dilakukan meliputi keseluruhan bentuk terbentuknya cara berpikir dan cara bertindak
implementasi program imtaq yaitu: (a) seluruh warga sekolah yang didasarkan atas
Perencanaan pembentukan budaya religius; (b) nilai-nilai keberagamaan. Tujuan ini beririsan
Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler dengan tujuan utama pendidikan nasional yakni
keagamaan; dan (c) Perencanaan pengembangan peningkatan keimanan dan ketaqwaan peserta
partisipasi masyarakat. didik terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan ini
Perencanaan pembentukan budaya religius diikhtiarkan melalui berbagai bentuk aktivitas
di SMPN 2 Kota Mataram dimulai dengan religius.
merencanakan tujuan. Dalam suatu wawancara Aktivitas religius yang dimaksud dalam
dengan kepala sekolah, hal ini tergambar dengan konteks penelitian ini adalah program imtaq yang
jelas sebagai berikut: “.....Sebelum program dilaksanakan dalam bentuk kegiatan harian,
imtaq dilaksanakan di sini, saya mengundang mingguan, bulanan dan tahunan. Data ini
pimpinan sekolah, para guru, sekali lagi semua didukung oleh hasil wawancara dengan wakil
guru ya, bukan hanya guru agama dan komite kepala bidang kesiswaan SMPN 2 Kota Mataram
sekolah dalam forum rapat untuk menyusun dan sebagai berikut: “.....Sebagai bentuk perwujudan
menetapkan tujuan atau sasaran yang ingin dari budaya religius di sekolah, kami
dicapai. Kami sepakati bahwa sasaran tersebut merencanakan berbagai hal yang bisa
haruslah jelas, realistis, sistematis, logis dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
terukur, sehingga dapat dimengerti dan Wujudnya bisa berkaitan dengan aktivitas-
dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah. Ibarat aktivitas religius seperti program imtaq yang
kata: jika Anda sendiri tidak tahu ke mana akan bersifat harian, mingguan, bulanan dan
pergi, bagaimana mungkin Anda tahu tahunan….”
bagaimana caranya untuk sampai ke sana...? Data penelitian yang dideskripsikan di atas
Memperhatikan pernyataan terakhir yang mengindikasikan bahwa program imtaq yang
diungkapkan oleh kepala sekolah "jika Anda dilaksanakan di SMPN 2 Kota Mataram telah
sendiri tidak tahu ke mana akan pergi, bagaimana direncanakan dengan baik. Perencanaan program
mungkin Anda tahu bagaimana caranya untuk imtaq sebagai suatu kegiatan pendidikan atau
sampai ke sana", menunjukkan bahwa sebagai pembelajaran yang dilaksanakan dalam berbagai
seorang pimpinan pada sebuah lembaga bentuk sangatlah urgen dan mendasar, mengingat
pendidikan formal, kepala SMPN 2 Kota perencanaan merupakan langkah utama yang
Mataram memahami dengan benar tugas dan akan mempengaruhi langkah-langkah berikutnya
fungsinya dalam mengelola lembaganya. Salah dalam dinamika lembaga pendidikan. Uno (2012:
satu tugas dan fungsi manajerial kepala sekolah 2) mengandaikan perencanaan sebagai suatu cara
adalah merencanakan dan menetapkan tujuan yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat
dari berbagai kegiatan atau program yang telah berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai
direncanakan. Hal ini juga mengindikasikan, langkah yang antisipatif guna memperkecil
kepala sekolah menyadari betul bahwa kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan
perencanaan yang baik terhadap suatu tujuan dari tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
sebuah kegiatan atau program, berkontribusi

105
M. Zaki, Implementasi Program Imtaq …

Selain merencanakan tujuan dan bentuk dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan
kegiatan imtaq, juga direncanakan waktu dan upaya memperluas hak dan kewajiban mereka.
tempat kegiatan imtaq. Perencanaan pada Ketua komite sekolah SMPN 2 Kota
komponen ini tentu saja sangat penting, Mataram dalam suatu wawancara menyatakan
mengingat program imtaq merupakan kegiatan sebagai berikut: ".....Mengenai keberadaan kita
yang mengambil bentuk tatap muka dan non di kegiatan imtaq, kita selalu dilibatkan, baik
tatap muka. Wakil kepala sekolah bidang dalam perencanaan maupun pelaksanaan.....”
kesiswaan dalam suatu wawancara menyatakan: Pernyataan yang disampaikan oleh ketua
“.....Sejak awal kami rencanakan bahwa waktu komite sekolah membuktikan bahwa pada tahap
pelaksanaan program imtaq ditetapkan pada perencanaan, program imtaq benar-benar telah
hari Jum'at, mulai pukul 07.00-08.00. Tempatnya dilakukan. Kedua belah pihak menyadari bahwa
pelaksanaannya akan disesuaikan. Karena kesuksesan berbagai program pendidikan
di sekolah kita ini mayoritas peserta termasuk program imtaq, bermula dari
didiknya beragama Islam, maka pelaksanaan keterlibatan aktif seluruh komponen, termasuk
imtaqnya di Mushalla, sedangkan yang komponen masyarakat. Proseudur perencanaan
beragama Budha dan Kristen berlokasi di salah seperti ini oleh Pidarta (2005: 32) dapat
satu ruang belajar. Bagi penganut agama Hindu, digolongkan sebagai perencanaan partisipatori
sekali sebulan kegiatan imtaq dilaksanakan di yaitu suatu perencanaan yang melibatkan
suatu pura yang tidak jauh dari lokasi sekolah. beberapa orang dalam suatu kegiatan.
Deskripsi data dan hasil penelitian di atas, Berdasarkan deskripsi pembahasan temuan
mengindikasikan bahwa perencanaan tersebut penelitian di atas, dapat disimplikasi bahwa
berbasis pendekatan sistem sebagaimana yang perencanaan keseluruhan bentuk program imtaq
dideskripsikan oleh Sanjaya (2010: 195) bahwa menggunakan pendekatan sistem dengan
pendekatan sistem bertolak dari pandangan mekanisme partisipatori.
bahwa aktivitas kependidikan merupakan suatu
Implementasi Program Imtaq di SMPN 2
kesatuan atau holistik, memiliki bagian-bagian Kota Mataram
atau komponen-komponen yang tersusun
Berdasarkan data hasil penelitian, program
sistematis, berelasi satu dengan yang lain, serta
imtaq di SMPN 2 Kota Mataram diimplementasi
konsen terhadap konteks lingkungannya.
melalui: pembentukan budaya religius, kegiatan
Keseriusan pihak sekolah dalam
ekstrakurikuler keagamaan, dan pengembangan
merencanakan program imtaq tidak hanya
partisipasi masyarakat.
sebatas pernyataan. Pada tataran implementasi,
Pembentukan budaya religius dilakukan
keseriusan itu tampak dengan jelas melibatkan
melalui pembentukan nilai-nilai akhlak mulia.
masyarakat. Yang dimaksud dengan masyarakat
Oleh kepala sekolah diistilahkan dengan
dalam konteks penelitian ini adalah orang tua
"pembudayaan 20 nilai akhlak mulia".
peserta didik yang direfresentasikan dalam
Data penelitian yang diperoleh melalui
lembaga komite sekolah. Perencanaan yang baik
wawancara dengan kepala SMPN 2 Kota
terhadap keterlibatan komponen ini penting,
Mataram menyebutkan secara detail
mengingat masyarakat sejatinya memiliki
pembudayaan 20 nilai akhlak mulia, sebagai
potensi, nilai dan budaya yang perlu diakomodasi
berikut: “....Mungkin terasa klise, tapi inilah
oleh sekolah, baik dalam perencanaan maupun
nilai-nilai yang kami yakini dan sepakati
dalam pelaksanaan berbagai program pendidikan
bersama di sini sebagai perwujudan
di sekolah. Keterlibatan masyarakat
pembentukan budaya religius yaitu: jujur, ikhlas,

106
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 19, No. 2, Agustus 2017

rendah hati, kasih sayang, disiplin, santun, Mataram, nilai-nilai toleransi dan saling hormat
percaya diri, hemat, pantang menyerah, adil, menghormati sebagai implementasi dari budaya
berpikir positif, mandiri, cinta damai, toleransi, religius tampak terang benderang mewarnai
pengendalian emosi, tanggung jawab, perilaku seluruh komponen sekolah termasuk
kewarganegaraan, kreatif, kerja keras dan kerja peserta didiknya. Hal ini bersesuaian dengan
sama. idealisasi budaya religius sekolah yang
Membaca nilai akhlak mulia yang telah dideskripsikan oleh Sahlan (2010: 75) bahwa
disepakati oleh seluruh warga SMPN 2 Kota budaya religius sekolah merupakan cara berpikir
Mataram, tampak dengan jelas bahwa nilai dan cara bertindak warga sekolah yang
akhlak mulia tersebut, esensinya adalah nilai- didasarkan atas nilai-nilai religius
nilai luhur dan bersifat universal. Bagi individu (keberagamaan).
yang normal, nilai-nilai tersebut tidak akan Pembentukan budaya yang dijadikan
pernah ditolak atau ditentang, justru sebaliknya acuan dalam sebuah organisasi atau masyarakat
nilai-nilai tersebut ingin dimiliki, diamalkan serta sangatlah urgen, sebab esensinya budaya
mewarnai setiap tata pikir, tata tutur dan tata laku merupakan pola kebiasaan yang berkembang
dalam kehidupannya. dalam suatu kelompok masyarakat. Budaya
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di sejatinya merupakan wahana di mana anak-anak
lokasi penelitian, nilai-nilai tersebut terasa begitu manusia untuk pertama kali dan seterusnya
melekat dan mewarnai aktivitas seluruh mengalami proses pembelajaran menjadi
komponen di SMPN 2 Kota Mataram. Data hasil manusia melalui hubungan dengan sesamanya,
observasi membuktikan betapa indahnya saling alam dan khaliq-Nya. Menurut Nugraha (2011:
hormat menghormati dalam momen kegiatan xix) pada taraf tertentu, budaya merupakan
Ramadhan in school yang baru lalu. Guru, sistem kepercayaan serta praktek-praktek dengan
karyawan dan peserta didik yang beragama Islam mana sebuah masyarakat memahami, mengatur
menunaikan ibadah puasa dengan khusu', tenang dan membentuk kehidupan, baik individual
dan damai. Lantunan ayat-ayat suci al-Qur'an maupun kolektif.
terdengar sayup-sayup dari mushalla tempat Hubungan yang terbangun di atas nilai-
peserta didik Muslim membaca dan mengkaji al- nilai budaya juga disepakati oleh Schein (2012:
Qur'an dengan bimbingan guru pembina imtaq. 17) sebab baginya budaya merupakan suatu pola
Tidak satu pun peserta didik non-Muslim merasa asumsi dasar yang dipelajari oleh suatu
terganggu. Sebaliknya, mereka menunjukkan kelompok, difungsikan untuk memecahkan
rasa hormat dan peduli dengan tidak melakukan berbagai permasalahan hidup serta melakukan
aktivitas-aktivitas (makan dan minum di penyesuaian ke luar kelompok dan berintegrasi
sembarang tempat) yang dapat mengganggu ke dalam kelompok. Asumsi-asumsi tersebut
kekhusu'an puasa teman-temannya. Bahkan saat diyakini sebagai sesuatu yang sah dan
diadakan buka puasa bersama sekaligus disampaikan kepada anggota baru sebagai sebuah
menyambut peristiwa nuzulul qur'an, seluruh cara untuk menerima, berpikir, dan merasakan
warga sekolah terlibat secara aktif dengan hal-hal yang berhubungan dengan masalah-
memberikan kontribusi yang telah disepakati masalah dalam kelompok.
bersama oleh seluruh warga sekoah. Sungguh Implementasi program imtaq juga
pemandangan yang menakjubkan sekaligus dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler
mengharukan. Betapa tidak, di tengah keagamaan. Sebagaimana sifat dan bentuknya,
heterogenitas budaya dan pluralitas agama yang implementasi program imtaq di SMPN 2 Kota
mewarnai kehidupan warga SMPN 2 Kota Mataram melalui kegiatan ekstrakurikuler

107
M. Zaki, Implementasi Program Imtaq …

keagamaan ini dilakukan di luar kelas dan di luar dan (6) How, bagaimana cara melaksanakan
jam pelajaran dengan bentuk tatap muka dan non rencana tersebut.
tatap muka. Berdasarkan Peraturan Menteri Keberhasilan pelaksanaan program imtaq
Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun juga ditentukan oleh pilihan pendekatan dan
2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama metode yang digunakan oleh para guru pembina.
pada Sekolah Pasal 1, ayat 6 disebutkan bahwa Berdasarkan data penelitian, salah satu metode
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan merupakan yang digunakan adalah metode among. Metode
upaya pemantapan dan pengayaan nilai-nilai dan among merupakan gagasan otentik atau ide
norma-norma serta pengembangan keperibadian, brilian putra Indonesia, Ki Hajar Dewantara,
bakat dan minat peserta didik pendidikan agama yang digali dari kearifan lokal.
yang dilaksanakan di luar jam intrakurikuler Secara filosofis, metode among diandaikan
dalam bentuk tatap muka dan non tatap muka. sebagai sebuah cara pemebelajaran yang
Norma ini juga selaras dengan pedoman dikonstruksi atas hak seseorang untuk mengatur
penyelenggaraan ekstrakurikuler keagamaan dirinya sendiri yang berlandaskan tertibnya
yang secara spesifik mendeskripsikan bahwa persatuan dalam perikehidupan umum. Tertib
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dengan dan damai (tata lan tenterm, orde en vrede)
berbagai kegiatan yang diselenggarakan dalam itulah tujuan yang setinggi-tingginya. Tidak akan
rangka memberikan jalan bagi peserta didik ada ketertiban jika tidak disandarkan pada
untuk dapat mengamalkan ajaran agama yang kedamaian. Sebaliknya tak akan ada orang hidup
diperolehnya melalui kegiatan intrakurikuler di damai jika ia dihalangi dalam segala syarat
kelas, serta mendorong pembentukan pribadi kehidupan. Tumbuh menurut kodrat merupakan
mereka sesuai dengan nilai-nilai agama (Depag. hal utama untuk meraih kemajuan. Oleh karena
RI, 2005: 9). itu pendidikan yang didasarkan pada "paksaan-
Secara garis besar program imtaq memiliki hukuman-ketertiban" (regreeng -tucht-en orde)
dua bentuk kegiatan yaitu kegiatan tatap muka dianggap memperkosa hidup kebatinan anak.
dan non tatap muka. Salah satu bentuk kegiatan Yang kita pakai sebagai alat pendidikan ialah
tatap muka adalah kegiatan mingguan yang pemeliharaan dengan sebesar perhatian untuk
dilaksanakan pada hari Jum'at mulai pukul mendapat tumbuhnya anak, lahir dan batin
07.00-08.00 WITA. Kegiatan ini memiliki menurut kodratnya sendiri. Inilah yang kita
perencanaan dan pelaksanaan yang sangat jelas, namakan among methode (Dewantara, 1977: 48).
mulai dari tujuan, waktu, tempat, cara, orang Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode
yang melaksanakan alasan pelaksanaan kegiatan. among merupakan metode pembelajaran yang
Setidak-tidaknya kejelasan program imtaq berjiwa kekeluargaan, serta bersendikan dua
mingguan ini telah mampu memberikan jawaban dasar yaitu (1) kodrat alam sebagai syarat untuk
terhadap enam pertanyaan yang harus diajukan menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan
pada saat merancang sebuah kegiatan, secepat-cepatnya; dan (2) kemerdekaan sebagai
sebagaimana yang disarankan oleh Hamid (2012: syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan
61), antara lain: (1) What, apa yang akan kekuatan lahir peserta didik sehingga dapat hidup
direncanakan; (2) When, kapan rencana tersebut mandiri. Metode ini sering dikaitkan dengan azas
dilaksanakan; (3) Where, dimana kegiatan ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun
tersebut akan dilaksanakan; (4) Who, siapa yang karso, tut wuri handayani.
akan melaksanakan rencana bersangkutan; (5) Komponen berikutnya yang mendukung
Why, untuk apa rencana tersebut dilaksanakan; keberhasilan program imtaq mingguan adalah
tim pelaksana, dan tempat pelaksanaan.

108
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 19, No. 2, Agustus 2017

Berdasarkan data penelitian, subyek dan obyek masyarakat dan sekaligus memberi penerang
yang dilibatkan adalah program imtaq mingguan kepada masyarakat setempat.
adalah seluruh warga sekolah. Kepala sekolah Hubungan antara sekolah dan masyarakat
dan guru pembina imtaq memegang peranan hendaknya terus dipupuk dan dikembangkan.
penting dalam keberhasilan pelaksanaan program Sebab antara sekolah dan masyarakat terdapat
imtaq mingguan. Tempat pelaksanaan (sarana hubungan yang bersifat simbiosisme mutualisme.
dan prasarana) juga sangat menentukan Sekolah memberikan manfaat kepada masyarakat
keberhasilan pelaksanaan program imtaq. begitu pula masyarakat memberikan
Menurut Hernawan (2006: 21-22) terdapat dukungannya kepada sekolah. Hubungan seperti
beberapa faktor yang dapat mendukung ini jelas menguntungkan kedua belah pihak.
keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler, antara Untuk membangun hubungan tersebut, dapat
lain: (1) Sumber daya manusia yang tersedia. dan dilakukan dengan berbagai cara seperti yang
(2) Dana, sarana, dan prasarana. disarikan dari pendapat Mulyasa (2007: 174-
Sementara itu, berdasarkan data hasil 175), antara lain: (1) Melaksanakan program
penelitian tentang pengembangan partisipasi kemasyarakatan; (2) Mengadakan open house
masyarakat pada implementasi program imtaq di yang memberikan kesempatan kepada
SMPN 2 Kota Mataram, berjalan dengan baik. masyarakat untuk mengetahui berbagai program
Dimulai dari tahap perencanaan sampai kepada atau kegiatan sekolah; (3) dan menghadirkan
tahap pelaksanaan, masyarakat dan orang tua tokoh masyarakat sebagai nara sumber,
peserta didik dilibatkan secara aktif dalam pembicara atau pembina suatu program sekolah.
program imtaq. Setidaknya langkah ini telah Salah satu komponen masyarakat yang
beririsan dengan pendekatan yang disarankan menonjol dalam implementasi program imtaq di
untuk oleh Mulyasa (2011: 141-141) kepada SMPN 2 Kota Mataram adalah komite sekolah.
kepala sekolah dan tenaga kependidikan dalam Keterlibatan aktif komponen ini adalah wajar
rangka menggalang partisipasi masyarakat yakni mengingat eksistensinya merupakan referesentasi
melibatkan masyarakat dalam berbagai program keterlibatan orang tua peserta didik. Hal ini juga
dan kegiatan di sekolah yang bersifat sosial mengindikasikan bahwa komite sekolah di
kemasyarakatan. SMPN 2 Kota Mataram telah menjalankan peran
Pelibatan aktif masyarakat dan orang tua dan fungsinya. Berdasarkan Keputusan Menteri
peserta didik dalam berbagai kegiatan atau Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002,
program pendidikan di SMPN 2 Kota Mataram Komite Sekolah berperan sebagai pemberi
juga bermakna bahwa sebagai salah satu institusi pertimbangan, pendukung dan pengontrol dalam
sosial, sekolah ini memposisikan dirinya sebagai rangka transparansi dan akuntanbilitas
mercu penerang bagi masyarakat di penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di
lingkungannya. Hal ini sejalan dengan idealisasi satuan pendidikan. Sementara itu fungsi komite
Pidarta (1997: 169-170), terhadap sekolah yaitu sekolah antara lain mendorong tumbuhnya
sekolah tidak dibenarkan sebagai menara air perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
yakni melebur menjadi satu dengan masyarakat penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
tanpa memberikan identitas apa-apa. Sekolah Partisipasi masyarakat pada institusi
juga tidak dibenarkan sebagai menara gading SMPN 2 Kota Mataram, merupakan salah satu
yang mengisolasi diri terhadap masyarakat faktor penentu bagi keberhasilan program imtaq.
sekitarnya. Lembaga pendidikan yang benar Hal ini bertalian dengan sebuah proposisi yang
apakah itu sekolah atau perguruan tinggi adalah menyatakan bahwa semakin banyak pihak yang
ibarat menara penerang yaitu berada di terlibat semakin besar kemungkinan suatu

109
M. Zaki, Implementasi Program Imtaq …

program terlaksana, atau dengan kata lain antar peserta didik, maupun warga sekolah
semakin besar partisipasi masyarakat semakin lainnya.
tinggi tingkat keberhasilan lembaga pendidikan Dampak selanjutnya adalah tebentuknya
untuk merealisasikan tujuannya. semangat peduli dan saling tolong menolong
antar sesama. Sikap ini merupakan salah satu
Dampak Program Imtaq dalam Membentuk
Sikap Toleransi wujud nyata toleransi beragama. Pernyataan
tegas disampaikana oleh orang tua peserta didik
Program imtaq yang dilaksanakan di
yang beragama Hindu dalam suatu wawancara
SMPN 2 Kota Mataram, dengan berbagai
sebagai berikut “.....Dalam hal saling tolong
bentuknya berdampak pada terciptanya kondisi
menolong antar peserta didik di sekolah kami
saling mengenal dan menghormati antar peserta
SMPN 2 Kota Mataram ini tidak berlaku istilah
didik. Kondisi ini tentu saja penting dan
berdasarkan agama, tetapi berdasarkan
merupakan modal dasar dalam menciptakan
keperluan atau kebutuhan. Jadi, jika peserta
toleransi. Pernyataan informan dari kalangan
didik yang beragama Kristen atau agama
orang tua peserta didik yang beragama Budha,
lainnya memerlukan bantuan, yang beragama
dengan tegas mengatakan: “....Program imtaq ini
lain juga ikut dan begitu sebaliknya.
memiliki dampak yang sangat besar terhadap
Dampak yang lain adalah munculnya
perilaku anak saya. Interaksi dan komunikasi
kemauan dan kesediaan untuk bekerjasama antar
yang terjadi pada saat mereka melakukan
peserta didik. Peserta didik tampak sangat
berbagai kegiatan membuat mereka saling kenal
antusias membangun kerja sama manakala para
satu sama lain. Karena sudah saling kenal, tentu
pembina imtaq membuat suatu program yang
saja akan lahir sikap saling menghormati antar
melibatkan semua peserta didik tanpa melihat
sesama peserta didik di sekolah.
latar belakang agama dan budaya yang
Data ini diperkuat oleh pernyataan peserta
dimilikinya. Dalam suatu kesempatan wawancara
didik yang beragama Islam dalam suatu
dengan ketua komite sekolah, beliau
wawancara sebagai berikut: “.....Saya sekarang
menyatakan: “.....Baru-baru ini kami
baru keals VII (tujuh) G, dengan pelaksanaan
mengadakan kegiatan bakhti sosial untuk
imtaq tiap pagi Jum'at saya lebih mengenal
membantu saudara-saudara kita yang ada di
teman-teman di kelas yang lain. Kenal asal dan
lingkungan itu yang beberapa waktu lalu
tau alamat rumahnya, tau agamanya. Pernyataan
rumahnya terbakar. Kami seluruh warga sekolah
senada disampaikan oleh peserta didik yang
mengumpulkan dana, alhamdulillah cukup
beragama Katholik dalam sebuah wawancara
banyak. Menurut pantauan kami seluruh warga
sebagai berikut: “.....Di kelas saya (kelas
sekolah berpartisipasi pada acara ini. Tidak ada
sembilan) kami berlima berasal Kota Mataram
kami dengar dari peserta lain menolak kegiatan
dan asli Lombok. Teman-teman yang lain ada
ini. Bahkan aktif semua. Padahal kita tau bahwa
yang berasal dari Sumbawa, Bima, Jawa. Tapi
penduduk yang kita bantu seluruhnya beragama
tidak masalah kok om. Teman-teman di kelas
Islam. Anak-anak tidak mempermasalahkan itu.
baik-baik aja kok. Kita saling menghormati.
Ikhtiar yang selalu diupayakan oleh para
Data hasil penelitian yang diperoleh
pembina program imtaq adalah mengingatkan
melalui wawancara di atas, menggambarkan
peserta didik tentang manfaat toleransi dalam
betapa program imtaq yang dilaksanakan di
kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan
SMPN 2 Kota Mataram berkontribusi positif
sekolah, keluarga, masyarakat serta
sebagai media saling mengenal dan menghormati
merencanakan kegiatan khusus yang melibatkan
seluruh warga sekolah. Ikhtiar ini tampaknya

110
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 19, No. 2, Agustus 2017

berhasil menumbuhkan benih-benih toleransi, Mataram meliputi perencanaan terhadap


seperti kesediaan saling tolong menolong, dan keseluruhan bentuk program imtaq dan berkaitan
bekerja sama dengan sesama peserta didik pada dengan seluruh unsur perencanaan. Proses
setiap kegiatan yang diadakan oleh sekolah. perencanaannya menggunakan pendekatan
Berdasarkan data hasil penelitian, program sistem, dengan menggunakan prosedur
imtaq berkontribusi positif dalam membentuk partisipatori.
sikap toleransi peserta didik di SMPN 2 Kota Program imtaq di SMPN 2 Kota Mataram
Mataram, indikatornya adalah: (1) Saling kenal- diimplementasikan melalui tiga bentuk kegiatan
mengenal dan menghormati antar warga sekolah; yaitu pembentukan budaya religius, kegiatan
(2) Saling menghargai dan tidak memaksakan ekstrakurikuler keagamaan dan pengembangan
keyakinan terhadap pemeluk agama yang lain; partisipasi masyarakat. Pembentukan budaya
(3) Peduli dan mau saling tolong-menolong; dan religius dimanifestasikan, di antaranya melalui
(4) Bersedia untuk bekerjasama antar peserta pembudayaan nilai-nilai akhlak mulia.
didik. Sedangkan implementasi program imtaq melalui
Temuan-temuan penelitian ini beririsan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan mengacu
dengan tiga pandangan dasar dalam membentuk pada upaya pemantapan dan pengayaan nilai-
sikap toleransi yang diajukan olah Al-Munawwar nilai dan norma-norma serta pengembangan
(2003: 208-210), yaitu: 1) agree in disagreement keperibadian, bakat dan minat peserta didik
yaitu setuju untuk tidak setuju dalam hal-hal pendidikan agama yang dilaksanakan di luar jam
yang bersifat prinsipil; 2) agree in agreement intrakurikuler dalam bentuk tatap muka dan non
yaitu setuju untuk setuju dalam hal kesamaan tatap muka. Sementara itu, implementasi
yang dimiliki; dan 3) agree in different yaitu program imtaq melalui pengembangan partisipasi
setuju dalam perbedaan. masyarakat dilakukan melalui pelibatan
Institusi SMPN 2 Kota Mataram telah dan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
terus berikhtiar secara serius program imtaq.
mengimplementasikan program imtaq sebagai Program imtaq yang diimplementasian di
salah satu pengembangan pendidikan agama di SMPN 2 Kota Mataram berdampak terhadap
sekolah yang bertujuan membentuk sikap pembentukan sikap toleransi peserta didik.
toeransi terhadap peserta didik. Hajat ini Dampak tersebut tergambar jelas dalam dinamika
beririsan dengan elaborasi teoretis yang kehidupan peserta didik berupa: (1) Saling kenal-
dilakukan oleh Mustain dan Umam (2005: 48- mengenal dan menghormati antar warga sekolah;
49), yang mengandaikan sekolah sebagai tempat (2) Saling menghargai dan tidak memaksakan
seseorang mempelajari prinsip-prinsip yang keyakinan terhadap pemeluk agama yang lain;
mendasari perilakunya sebagai anggota (3) Peduli dan mau saling tolong menolong; dan
masyarakat. Setelah keluarga dan kelompok (4) Bersedia untuk bekerja sama antar peserta
bermain, serta lingkungan, sekolah merupakan didik. Dampak-dampak tersebut jelas
tempat untuk menanamkan nilai-nilai, norma- merefresentasikan tiga pandangan dasar dalam
norma serta harapan masyarakat terhadap putra- membentuk sikap toleransi, yaitu: agree in
putrinya. disagreement, agree in agreement, dan agree in
different.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan temuan DAFTAR RUJUKAN


penelitian maka dapat ditarik simpulan bahwa Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad.
perencanaan program imtaq di SMPN 2 Kota Psikologi Remaja: Perkembangan

111
M. Zaki, Implementasi Program Imtaq …

Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara, Ma'arif, Syamsul, et al. "SMU Plus Muthahhari
2014. Bandung: Praksis Teologi Pluralisme
dalam Pendidikan Agama", Jurnal
Ali, Yunasril. Sufisme dan Pluralisme:
Istiqra, Volume 05, (1), Jakarta 2006.
Memahami Hakekat Agama dan Relasi
Agama-Agama. Jakarta: Elex Media Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael.
Komputindo, 2012. Analisis Data Kualitatif terjemahan
Rohidid Tj. R. Jakarta: Universitas
Al- Munawwar, Sayyid Aqil Husein. Fiqh
Indonesia, 1992.
Hubungan Antar Agama. Jakarta:
Ciputat Press, 2003. Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam:
Mengurai Benang Kusut Dunia
Azizy, Qodri. Pendidikan (Agama) Untuk
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Membangun Etika Sosial (Mendidik
Persada, 2006.
Anak Sukses masa Depan: Pandai dan
Bermanfaat). Semarang: Aneka Ilmu, Mulyasa, Enco. Manajemen dan Kepemimpinan
2002. Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara,
2011.
Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia: Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka --------. Menjadi Kepala Sekolah Profesional.
Pelajar, 2013. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.
Creswell, John W. Qualitative Inquiry and Mustain dan Umam, Fawaizul. Pluralisme
Research Design: Choosing Among Pendidikan Agama: Hubungan Muslim
Five Traditions. California: Sage Hindu di Lombok. Mataram: LKIM
Publication, Inc., 1998. Mataram, 2005.
Departemen Agama RI. Panduan Kegiatan Naim, Ngainun dan Sauqi, Achmad. Pendidikan
Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Multikultural: Konsep dan Aplikasi.
Islam. Jakarta: Departemen Agama RI, Yogyakarta: Arruz Media, 2008.
2005.
Nashir, Haedar. Pendidikan Karakter Berbasis
Dewantara, Ki Hajar. Pendidikan. Yogyakarta: Agama dan Budaya. Yogyakarta: Multi
Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Presindo, 2013.
1977.
Nugroho, ST. Peran Budaya dalam
Gerungan. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Multikulturalisme: Belajar Hidup
Aditama, 2010. Bersama dalam Perbedaan. Jakarta:
Indeks, 2011.
Hamid, Hamdani. Pengembangan Kurikulum
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
2012. Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Pendidikan Agama pada
Hernawan, Asep. Pengembangan Kurikulum dan
Sekolah Pasal 1, ayat 6. h. 3.
Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
Agama dan Keagamaan Bab I, Pasal 1,
044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan
ayat 1 dan Bab II, Pasal 2, ayat 1.
dan Komite Sekolah.

112
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 19, No. 2, Agustus 2017

Pidarta, Made. Perencanaan Pendidikan


Partisipatori dengan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
-------. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu
Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Rosyidi, Imran. Pendidikan Berparadigma
Inklusif. Malang: UIN Malang Pres,
2009.
Sahlan, Asmaun. Mewujudkan Budaya Religius
di Sekolah: Upaya Mengembangkan
PAI dari Teori ke Aksi. Malang: UIN
Malang Press, 2010.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran:
Teori dan Praktek Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2010.
Schein, E.H. Organizational Culture and
Leadership. Sanpransisco: Jossey Bass,
2012.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3.
UNESCO, Tolerance: The Threshold of Pace A
Teaching/Learning Guide for
Education for Pace, Human Rigths and
Democracy. Paris: UNESCO, 1994.
Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Yin, Robert K. Case Study Research: Design and
Methods. California: Sage Publications,
Inc., 2009.
Zainuddin. Reformasi Pendidikan: Kritik
Kurikulum dan Manajemen Berbasis
Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008.

113

Anda mungkin juga menyukai