Anda di halaman 1dari 1

Di beberapa kitab fikih, seperti Fath al-Mu’in, tidak disebutkan kapan wudhu disebutkan, disana

hanya disebutkan kalau shalat disyariatkan sebelum hijrah ke Madinah, pada tahun ke-10 kenabian
Muhammad Saw. Dalam pendapat yang sama di kitab fikih Syafi’iyyah lain, seperti Hasyiyah Qalyubi
‘ala al-Mahalli. Imam Qalyubi, penulis kitab juga memberikan sejumlah pendapat lain. Menurutnya,
ada yang berpendapat kalau wudhu baru disyariatkan pada tahun ke-16 kenabian. Namun, menarik
karena al-Qalyubi juga menghadirkan pendapat yang menyatakan kalau syariat wudhu adalah syariat
umat-umat sebelumnya.

Penjelasan yang ber-genre sejarah seputar ibadah salat dapat ditemukan dalam sebuah buku setebal
94 halaman berjudul Tarikh al-Shalat karya Dr. Jawwad Ali. Sebagai seorang sejarawan, ia
mengelaborasi sejarah syariat wudhu, dengan memulai penjelasan lewat tradisi Islam. Hadis pun
dipilih sebagai penyokong penjelasannya yang pertama. Riwayat al-Baihaqi dalam al-Dalail al-
Nubuwwah menyebutkan bahwa berwudhu disyariatkan bersamaan dengan pengajaran shalat oleh
malaikat Jibril kepada Nabi Saw. ‫عن محمد بن إسحاق قال وكانت خديجة أول من آمن باهلل ورسوله وصدق بما جاء به قال‬
‫ثم أن جبريل عليه السالم أتى رسول هللا حين افترضت عليه الصالة فهمز له بعقبه في ناحية الوادي فانفجرت له عين من ماء مزن‬
‫فتوضأ جبريل ومحمد عليهما السالم ثم صليا ركعتين وسجدا أربع سجدات ثم رجع النبي قد أقر هللا عينه وطابت نفسه وجاءه ما يحب‬
‫من هللا فأخذ بيد خديجة حتى أتى بها العين فتوضأ كما توضأ جبريل ثم ركع ركعتين وأربع سجدات هو وخديجة ثم كان هو وخديجة‬
‫“يصليان سرا‬Dari Muhammad ibn Ishaq berkata: bahwa Khadijah adalah orang pertama yang beriman
kepada Allah Swt. dan rasulnya dan meyakini kebenaran ajarannya. Kemudian, Jibril alaihi-s-salam
mendatangi Rasulullah Saw. ketika sudah (diturunkan perintah) diwajibkan shalat. Lalu, Malaikat
Jibril menekan tumitnya disalah satu sisi lembah, lalu memanucurlah mata air dingin dan digunakan
oleh malaikat Jibril dan Nabi Muhammad Saw. berwudhu, kemudian mereka berdua shalat dua
rakaat dan empat sujud. Setelahnya, Rasulullah Saw. pulang dan mata airnya itu dijadikan oleh Allah
tetap memancur, senanglah perasaan Rasulullah dan kembali kemata air itu bersama Khadijah untuk
melakukan shalat. Keduanya berwudhu seperti yang dilakukan Jibril, kemudia shalat dua rakaat dan
empat sujud secara sembunyi-sembunyi.” (HR. Al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah)Dari hadis ini
pula, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pendapat dikalangan pakar sejarah mengenai tahun
terjadinya Isra’ Mi’raj dan wafatnya Khadijah. Ibn Ishaq, seperti yang kemudian dikutip Ibn Hisyam
menyatakan bahwa Khadijah baru wafat setelah peristiwa Isra’ Mi’raj. Sehingga, wudhu pun sudah
diketahui oleh Khadijah dan beberapa umat muslim lain sebelum hijrah ke Madinah. Bagaimana Soal
Ayat “Idza qumtum ila-s-shalaati fa-ghsiluu wujuuhakum...” ?Sementara, yang berpendapat kalau
baru disyariatkan di Madinah, berpegang kepada asbab al-nuzul ayat 5 dari surah al-Maidah ini.
Tahir ibn ‘Ashur, mufasir asal Tunisia memaparkan bahwa melihat surah al-Maidah adalah diantara
surat yang turun paling akhir, maka ayat ini tidak menunjukkan kalau wudhu baru disyariatkan,
justru wudhu sudah diajarkan bersamaan dengan shalat, berdasarkan hadis riwayat al-Baihaqi tadi.
Sementara kedudukan ayat ini, adalah paparan tentang diantara nikmat-nikmat Allah Swt. yang
diberikan kepada umat manusia yang bertakwa. Demikan pendapat Ibn ‘Ashur dalam tafsirnya. Atau,
seperti yang disampaikan Ibn Hazm dalam karyanya dibidang sejarah, al-Sirah al-Halbiyah seperti
dikutip Jawwad Ali, bahwa perintah wudhu sifatnya adalah makiyyun fi al-fardh, wa madaniyyun fi
al-tilaawah (diwajibkan di Mekkah, namun diturunkan nash Qurannya di Madinah), Wallahu A’lam.

Anda mungkin juga menyukai