Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Hepatitis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat diIndonesia terutama Hepatitis A


sering muncul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sangat meresahkan masyarakat.
SementaraHepatitis B dan C seringkali diketahui apabila sudah terjadi sirosisatau kanker hati
(Hepatocarcinoma Celluler). Sesuai dengan resolusiWHA ke 63 tahun 2010, Indonesia dan
Brazil merupakan negara yang berinisiatif mengusulkan atau ditetapkannya resolusi WHA
tersebut, yang isinya bahwa sudah saatnya negara-negara di dunia mulai melaksanakan
pengendalian dan penanggulangan Hepatitis.Untuk menindak lanjuti resolusi WHA tersebut
perlu disusun pedoman Pengendalian Hepatitis, sebagai acuan bagi petugaskesehatan, baik di
rumah sakit maupun di Puskesmas.
Puji syukur kehadirat Allah SWT bahwa kami telah dapatmenyelesaikan penyusunan
Pedoman Pengendalian Hepatitis.Pedoman ini disusun melalui beberapa tahapan kegiatan seperti
penelusuran referensi, penyusunan draf, uji coba, seminar dandibahas dengan para ahli
Hepatology yang berasal dari berbagaifakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan di
Indonesia untuk memperkaya pedoman pengendalian Hepatitis ini.
Terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telahmembantu menyelesaikan
penyusunan buku pedoman Pengendalian Hepatitis Virus ini. Saya berharap agar buku pedoman
ini dapat bermanfaat bagi pengendalian penyakit Hepatitis di Indonesia.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................... iii
DAFTAR ISTILAH ................................................................v

BAB I PENDAHULUAN ..........................1


A. Latar Belakang ............................................ 1
B. Tujuan ...........................................................2
C. Sasaran...........................................................3
D. Dasar Hukum ............................................... 3
E. Kebijakan .................................................... .5
F. Strategi ......................................................... 6
G. Kegiatan ...................................................... 6

BAB II ANALISIS SITUASI .......................... 9


A. Beban Penyakit ........................................... 9
B. Kondisi Lingkungan .................................... 12
C. Perilaku Berisiko ......................................... 12
D. Sosial Ekonomi ........................................... 13

BAB III HEPATITIS AKIBAT VIRUS......... 19


A. Hepatitis A ................................................. 19
B. Hepatitis B .................................................. 23
C. Hepatitis C .................................................. 28

BAB IV PENGEMBANGAN PROGRAM........................... 47


A. Penapisan Hepatitis B Pada Ibu Hamil ........ 47
B. Penapisan dan Pencegahan Penularan
Hepatitis B pada Keluarga atau Orang yang
Tinggal Serumah dengan Penderita
Hepatitis B .................................................. 49
C. Penapisan dan Pencegahan Penularan
Hepatitis B pada Tenaga Medis ................... 50
D. Penapisan dan Pencegahan Penularan
Hepatitis B pda PSK, Orang dengan Pasangan
Seksual Multipel, dan IVDU ........................ 51
E. Penapisan dan Pencegahan Penularan
Hepatitis B pada Populasi Umum ................ 53
F. Profilaksis Pasca Pajanan Hepatitis B.......... 54
G. Terapi Penderita Hepatitis B........................ 54
H. Aspek Legal pada Hepatitis B ...................... 55

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI ........................ 57


A. Pemantauan ................................................ 57
1. Pengertian ............................................. 57
2. Tujuan .................................................. 57
3. Kegiatan Yang Dipantau........................ 57
4. Alat Pantau ........................................... 60
5. Cara Pemantauan ................................. 60
B. Evaluasi ...................................................... 60
1. Pengertian ............................................. 60
2. Tujuan .................................................. 60
3. Cara Evaluasi........................................ 61

BAB VII SARANA............................................................ 63


A. Perencanaan Kebutuhan ............................. 63
1. Reagen/Bahan Pemeriksaan Untuk
Penegakan Diagnosis............................. 63
a. Hepatitis A ..................................... 63
b. Hepatitis B ..................................... 63
c. Hepatitis C ..................................... 65
2. Penyediaan Obat ................................... 65
3. Media KIE ............................................. 66
B. Penganggaran.............................................. 66
1. Pusat..................................................... 66
2. Daerah .................................................. 67

BAB VIII PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM


PENGENDALIAN HEPATITIS .......................... 69
A. Pusat........................................................... 69
B. UPT Pusat (BBTKL, BTKL, KKP)................... 69
C. Propinsi....................................................... 70
D. Kabupaten/Kota ......................................... 70
E. Unit Pelayanan Kesehatan........................... 70
1. Puskesmas ............................................ 70
2. Rumah Sakit ......................................... 71
3. Klinik dan Praktek Swasta .................... 71
F. Organisasi Profesi ....................................... 71
G. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Masyarakat Peduli Penyakit
Hepatitis..................................................... 71
H. Akademi/Perguruan Tinggi ......................... 72
Hepatitis dan HBsAg Positif .......................... 77
Form 3 Formulir Pemantauan Pengobatan Penderita Hepatitis ....................................................... 78
Form 4 Formulir Pemantauan Hepatitis .................... 79

DAFTAR PUSTAKA............................................................. 81
DAFTAR ISTILAH

Hepatitis
VHA : Virus Hepatitis A
VHB : Virus Hepatitis B
VHC : Virus Hepatitis C
VHD : Virus Hepatitis D
VHE : Virus Hepatitis E
HBsAg : Hepatitis B surface Antigen
HBcAg : Hepatitis B core Antigen
HBeAg : Hepatitis B envelope Antigen
LFT : Liver Function Test ( Test Fungsi Hati )
AST : Asparlate Aminotransferase
ALT : Alanine Aminotransferase
Anti HBs : Antibody to Hepatitis B surface antigen
IgM anti-HBc : Immunoglobulin M. anti to Hepatitis B core
IgG anti-HBc : Immunoglobulin G. anti to Hepatitis B core
Anti-HBe : Antibody to Hepatitis B envelope
HBIG : Hepatitis B Immunoglobulin
HIV : Human Imunodeficiency Virus
Oro-fecal/fecal-oral : Penularan dari tinja ke mulut
Masa Inkubasi : Masa antara masuknya kuman penyakit dan munculnya gejala
CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
MSM : Man Sex Man (hubungan sex antara laki-laki dengan laki-laki)
IDUs : Injection Drug Users (Pengguna obat terlarang dengan cara suntik)
KLB : Kejadian Luar Biasa
Morbiditas : Angka Kesakitan
Mortalitas : Angka Kematian
Insidens rate : Proporsi antara jumlah penderita dengan jumlah penduduk
Isolasi : Dilakukan terhadap penderita, dengan memisahkan penderita dengan orang sehat untuk
mencegah dan mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun tidak langsung.
Karantina : Pembatasan kegiatan penderita, dicurigai penderita atau orang yang telah kontak
dengan penderita selama masa penularan.
SWOT : Strength Weakness Opportunity Threat (Analisa berdasarkan kekuatan, kelemahan,
peluang dan Ancaman)
WHA : World Health Assembly
WHD : World Hepatitis Day (Hari Hepatitis Sedunia, diperingati setiap tanggal 28 Juli).

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakatdi negara berkembang di dunia,
termasuk di Indonesia. VHB telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia dan sekitar240 juta
merupakan pengidap virus Hepatitis B kronis, penderitaHepatitis C di dunia diperkirakan 170 juta
orang dan sekitar 1.500.000 penduduk dunia meninggal setiap tahunnya disebabkan oleh infeksi
VHB dan VHC. Indonesia merupakan negara dengan pengidap Hepatitis B nomor 2 terbesar sesudah
Myanmar diantara negara-negara anggota WHO SEAR (South East Asian Region). Sekitar 23 juta
penduduk Indonesia telah terinfeksiHepatitis B dan 2 juta orang terinfeksi Hepatitis C. Penyakit
Hepatitis A sering muncul dalam bentuk KLB seperti yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2007, hasil pemeriksaan Biomedisdari 10.391 sampel serum yang
diperiksa, prevalensi HBsAgpositif 9.4% yang berarti bahwa diantara 10 penduduk diIndonesia
terdapat seorang penderita Hepatitis B virus.Pada tanggal 20 Mei 2010 World Health Assembly
(WHA) dalam sidangnya yang ke 63 di Geneva telah menyetujui untuk mengadopsi Resolusi WHA
63.18 tentang Hepatitis Virus, yang menyerukan semua negara anggota WHO untuk melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan hepatitis virus secara komprehensif. Sebagai pemrakarsa resolusi
ini adalah tiga negara anggota WHO, yaitu Indonesia, Brazil dan Columbia. Dalam resolusi ini,
ditetapkan tanggal 28 Juli menjadi Hari Hepatitis Sedunia atau World Hepatitis Day. Peringatan hari
Hepatitis Sedunia bermaksud untuk meningkatkan kepedulian pemerintah, masyarakat dan semua
pihak terhadap pengendalian penyakit Hepatitis. Dalam resolusi tersebut, WHO akan menyediakan
bantuan bagi negara berkembang dalam 80 Pedoman Pengendalian Hepatitis Virus Pedoman
Pengendalian Hepatitis.

B. TUJUAN
1. Umum
Tersusunnya pedoman pengendalian Hepatitis virus danterselenggaranya kegiatan pengendalian
Hepatitis dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat Hepatitis di
Indonesia.
2. Khusus
a. Tersedianya panduan bagi penentu kebijakan dalam pelaksanaan dan pengembangan program
pengendalian Hepatitis virus di Indonesia.
b. Tersedianya panduan dalam pelaksanaan deteksi dini Hepatitis virus
c. Tersedianya panduan dalam meningkatkan pengetahuan petugas dan masyarakat dalam
pengendalian Hepatitis virus.
d. Tersedianya panduan dalam pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit Hepatitis virus dan
upaya pengendaliannya.
e. Tersedianya panduan untuk sistem pencatatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi program
pengendalian Hepatitis virus.
f. Tersedianya panduan dalam pengadaan logistik untuk pengendalian Hepatitis virus.
g. Terbentuknya jejaring kerja dalam pengendalian Hepatitis virus.

C. SASARAN
Sasaran buku pedoman ini adalah pemangku kebijakan dan petugas kesehatan di setiap jenjang
pelayanan kesehatan sesuai dengan peran dan fungsinya.

D. DASAR HUKUM

Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Hepatitis dilakukan atas dasar beberapa landasan
hukum antara lain :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984, tentang Wabah penyakit menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 No. 20 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3273).
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.

E. Kebijakan
Kebijakan Program Pengendalian Penyakit Hepatitis virus adalah
sebagai berikut:
1. Pengendalian Hepatitis berdasarkan pada partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing daerah (local area specific).
2. Pengendalian Hepatitis dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan dan jejaring kerja secara multi
disiplin, lintas program dan lintas sektor.
3. Pengendalian Hepatitis dilaksanakan secara terpadu baik untuk pencegahan primer (termasuk
didalamnya imunisasi), sekunder, dan tersier.
4. Pengendalian Hepatitis dikelola secara profesional, berkualitas, merata dan terjangkau oleh masyarakat
melalui penguatan seluruh sumber daya.
5. Penguatan sistem surveilans Hepatitis sebagai bahan informasi bagi pengambilan kebijakan dan
pelaksana program.
6. Pelaksanaan kegiatan pengendalian Hepatitis harus dilakukan secara efektif dan efisien melalui
pengawasan yang terus ditingkatkan intensitas dan kualitasnya dengan pemantapan sistem dan prosedur,
bimbingan dan evaluasi.

F. STRATEGI
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat (PHBS) sehingga terhindar dari
penyakit Hepatitis.
2. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran serta masyarakat untuk penyebar
luasan informasi kepada masyarakat tentang pengendalian Hepatitis.
3. Mengembangkan kegiatan deteksi dini yang efektif dan efisien terutama bagi masyarakat yang
berisiko.
4. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui peningkatan
sumber daya manusia dan penguatan institusi, serta standarisasi pelayanan.
5. Meningkatkan surveilans epidemiologi Hepatitis di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Mengembangkan jejaring kemitraan secara multi disiplin lintas program dan lintas sector d semua
jenjang baik pemerintah maupun swasta.

G. KEGIATAN
1. Advokasi dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan.
2. Sosialisasi dan edukasi tentang pengendalian Hepatitis kepada petugas kesehatan terkait.
3. Promosi kesehatan kepada masyarakat melalui media komunikasi baik cetak maupun elektronik.
4. Upaya pencegahan yang melibatkan lintas program, lintas sektor dan masyarakat.
5. Penyusunan dan pengembangan pedoman teknis pengendalian Hepatitis virus.
6. Deteksi dini dan tatalaksana kasus sesuai standar.
7. Surveilans epidemiologi dan bantuan teknis dalam penanggulangan KLB Hepatitis.
8. Pengelolaan logistik sebagai sarana penunjang program.
9. Pemantauan dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
10. Pengembangan program berbasis riset baik riset operasional maupun riset klinis sebagai acuan
kebijakan pengendalian Hepatitis Virus secara komprehensif.
BAB II
ANALISIS SITUASI

Dalam rangka melaksanakan pengendalian Hepatitis di Indonesia, ada beberapa hal yang perlu
perhatikan, antara lain kondisi penyakit Hepatitis di masyarakat saat ini (epidemiologi, etiologi, kondisi
lingkungan di daerah endemis, perilaku masyarakat terhadap faktor risiko penyakit dll),peraturan-
peraturan yang terkait, sosial ekonomi, pengetahuan para pemangku kepentingan dan masyarakat tentang
Hepatitis, sumber daya yang tersedia, sehingga dari kondisi yang ada dapat dikelompokkan setiap unsur
dalam bagian-bagian menurut analisis SWOT. Setiap keadaan yang ada saat ini dikelompokkan dalam
bagan termasuk dalam Peluang, Kekuatan, Kelemahan atau Ancaman. Analisis SWOT diperlukan dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi suatu Kebijakan yang akan
ditetapkan dalam Pengendalian Hepatitis di Indonesia.

A. BEBAN PENYAKIT
Hepatitis A, WHO memperkirakan di dunia setiap tahunnya adasekitar 1,4 juta penderita Hepatitis A.
Di Amerika insidens Hepatitis A adalah 1 per 100.000 penduduk, dengan estimasi 21.000 orang (Tahun
2009). Di Eropa insidens Hepatitis A adalah3,9 per 100.000 penduduk (Publikasi tahun 2008). Di
Indonesia,Hepatitis A sering muncul dalam Kejadian Luar Indonesia (KLB).Tahun 2010 tercatat 6 KLB
dengan jumlah penderita 279, jumlahkematian 0, CFR 0 sedangkan tahun 2011 tercatat 9 KLB, jumlah
penderita 550, jumlah kematian 0, CFR 0. Tahun 2012 sampaibulan Juni, telah terjadi 4 KLB dengan
jumlah penderita 204,jumlah kematian 0, CFR 0.Data lain menunjukkan pada tahun 1998, di Kabupaten
Bogor,Jawa Barat telah terjadi KLB Hepatitis A dengan jumlah kasus
74 orang (AR = 1,4%) dan golongan umur terbanyak 19-25 tahun(AR = 3,4%), di Provinsi Jawa Timur
yatu di Kabupaten Bondowoso(Kecamatan Sukosari) dan Kabupaten Malang (Kecamatan
Wonosari) di 7 desa dengan jumlah kasus 998, tahun 2004 di72dalam sosialisasi dan pemberdayaan
masyarakat untuk pedulidan ikut berperan aktif dalam mensukseskan upaya-upayapengendalian Hepatitis.

B. KONDISI LINGKUNGAN
Diantara beberapa jenis penyakit Hepatitis, Hepatitis A dan Hepatitis E mempunyai mekanisme
penularan oro-fecal (ditularkan melalui makanan dan/atau minuman yang sudah terkontaminasi tinja
(faeces) yang mengandung virus Hepatitis A maupun E). Hal ini sangatberhubungan dengan kondisi
lingkungan yang tidak baik, seperti kurangnya penyediaan air bersih, pembuangan air limbah dan sampah
yang tidak saniter, kebersihan perorangan dan sanitasi yang buruk.

C. PERILAKU BERISIKO
Risiko tinggi terhadap Hepatitis A dan Hepatitis E, terdapat pada :
 Orang yang mengunjungi atau tinggal di negara endemis Hepatitis A dan Hepatitis E.

 Tinggal di daerah dengan kondisi lingkungan yang buruk (penyediaan air minum dan air bersih,
pembuangan airlimbah, pengelolaan sampah, pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat). dari ibu
penderita Hepatitis B.

Pasangan Penderita Hepatitis B.

 Orang yang sering berganti pasangan sex.

Personal hygiene yang rendah antara lain: penerapan PHBS masih kurang, cara mengolah makanan yang
tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Risiko tinggi terhadap Hepatitis B, terdapat pada:

 Anak yang dilahirkan


 MSM (Man Sex Man).
 IDUs (Injection Drug User).
 Kontak serumah dengan penderita.
 Penderita hemodialisis.
 Pekerja kesehatan, petugas laboratorium.
 Berkunjung ke wilayah dengan endemisitas tinggi.
Risiko tinggi terhadap Hepatitis C terdapat pada :
 Pengguna jarum suntik tidak steril (tato, tindik).
 Pengguna obat obatan terlarang dengan cara injeksi.
 Pekerja yang berhubungan dengan darah dan produk darah penderita VHC.
 Penderita HIV.
 Bayi yang lahir dari ibu penderita VHC.
Risiko tinggi terhadap Hepatitis D terdapat pada :
 Orang yang kontak langsung dengan darah penderita
Hepatitis D.

D. SOSIAL EKONOMI
Daerah dengan tingkat sosial ekonomi penduduk yang rendah, mempunyai sanitasi lingkungan yang
rendah pula. Pola penularan Hepatitis A dan Hepatitis E yang melalui oro-fecal
sangat dipengaruhi kualitas sanitasi lingkungan setempat, sehingga penduduk yang tinggal di daerah
endemis dan atau daerah dengan kualitas sanitasi yang rendah akan mempunyai risiko lebih besar untuk
menderita Hepatitis A maupun Hepatitis E.

Anda mungkin juga menyukai