Judul Tugas 1
PEMBAHASAN
Jawaban:
Berdasarkan buku IDIK 4017 halaman 1.1-1.41.
a. Perbedaan pembelajaran inovatif dengan pembelajaran tradisional
Unsur kebaruan atau adanya sesuatu yang lain dari biasanya di setiap
perternuan begitu terasa, sehingga siswa selalu antusias untuk rnengikuti
pelajaran.
Unsur kebaruan ini merupakan salah satu cara menarik perhatian dalam
model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and
Satisfaction) dari Keller (1987). Menurut Keller, perhatian siswa dapat
diperoleh melalui :
inovatif:
Guru aktif (berkeliling, mendekat ke siswa)
Siswa aktif (diskusi, presentasi)
Sumber belajar guru lebih dari 1
Siswa diperlakukan beda karena karekteristik siswa yang berbeda-
beda
tradisional:
Guru berdiri di depan kelas
Siswa diam dan mencatat
Siswa pasif
Buku guru sama dengan buku siswa
Semua siswa sama perlakuannya
Jawaban:
Berdasarkan buku IDIK 4017 halaman 2.1 -2.37 dan
https://riausky.com/news/detail/64206/kendala-yang-dihadapi-dalam-penerapan--
kurikulum-k13.html
Tantangan internal terkait dengan kondisi dan tuntutan pendidikan yang mengacu
pada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi:
standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Tantangan lainnya adalah perkembangan penduduk Indonesia. Jumlah penduduk
Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak
berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah usia produktif ini akan
mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 (70%). Tantangan terbesar adalah
mengupayakan agar sumber daya manusia produktif yang melimpah ini dapat
ditransformasikan menjadi sumber daya yang memiliki kompetensi dan keterampilan
rnelalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
Tantangan Eksternal:
Minimnya sarana dan Bantuan operasional sekolah yang sering dibatasi oleh
peraturan sehingga sekolha tidak dapat membeli sarana dan prasana yang
dibutuhkan oleh peserta didikdan sekolah.
Disamping itu, peserta didik juga kesulitan dalam memahami pembelajaran yang
ada di K13 ini seperti pembelajaran Tematik. Yang mana dalam pembelajaran
Tematik ini banyak memadukan beberapa tema sehingga peserta didik tidak dapat
fokus dengan satu pembelajaran saja.
Jawaban:
Berdasarkan Buku Modul IDIK4017 Pembaharuan dalam Pemeblajaran halaman
3.4-3.38 dan https://core.ac.uk/download/pdf/229571972.pdf
A. LATAR BELAKANG MUNCULNYA PEMBELAJARAN TEMATIK
Pembelajaran tematik muncul dari gagasan filosofis yang menekankan bahwa
kreativitas anak didik terbentuk dari aktivitas yang diperoleh melalui pengalaman
langsung di lingkungan yang natural (Trianto, 2010). Anak didik mendapat pengetahuan
yang pertama berasal dari pengamatan pada lingkungan sekitar yang terdekat. Ilmu
pengetahuan yang terbentuk pada anak tidak hanya berasal dari materi yang diberikan
oleh guru, tapi juga perlu diarahkan dari pengetahuan awal yang diketahui anak tersebut.
Seperti yang dijelaskan pada teori Piaget tentang kontruktivisme (constructivism).
Secara psikologis, teori perkernbangan kognitif Piaget juga mengatakan beberapa ciri-ciri
perkembangan berpikir anak pada usia 6 - 9 tahun yang sudah dianggap matang dalam
belajar. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk bisa ke tahap abstrak
tergantung pada irama perkembangan anak. Pengetahuan yang diperoleh dibangun
melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyerapan informasi
baru dalam berpikir. Informasi tersebut disusun kembali dan dikaitkan dengan informasi
lama yang sudah ada sebelumnya dalam pikiran anak sehingga terbentuk pengetahuan
atau skema baru, proses ini disebut dengan akomodasi.
Piaget. juga menekankan bahwa pengetahuan anak diperoleh melalui tindakan
aktif
dalam memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Semakin aktif anak tersebut
maka sernakin banyak informasi yang diperoleh dan disusun menjadi pengetahuan atau
skema baru yang diketahui anak.
Kemudian dalam UU No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab
V Pasal lb menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
Menurut Trianto (2010) juga menuliskan beberapa alasan yang mendasari pentingnya
kegiatan pembelajaran tematik, antara lain:
1. dunia anak adalah dunia nyata;
2. proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/objek akan lebih
terorganisir;
3. pembelajaran akan lebih bermakna;
4. memberikan peluang kepada siswa untuk rnengembangkan kemarnpuan diri;
5. memperkuat kernarnpuan yang diperoleh;
6. efisiensi Waktu.
3. Prinsip evaluasi: evaluasi sangat dibutuhkan dalam mengetahui hasil suatu proses
pembelajaran. Ada beberapa langkah-langkah positif yang diperlukan dalam melakukan
evaluasi pada pembelajaran tematik, yakni:
a. siswa diberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation
selfassessment) agar siswa mampu merefleksikan hasil belajar mereka;
b. guru perlu rnengajak siswa mengevaluasi proses pembelajaran yang telah tercapai
berdasarkan kriteria keberhasilan dari tujuan pembelajaran pada topik tersebut.
4. Prinsip reaksi: guru hams mampu memberikan reaksinya terhadap aksi-aksi siswa
baik itu perilaku siswa rnaupun dalam hal jawaban-jawaban siswa rnengenai
pembelajaran di kelas. Dalam memberikan reaksi tersebut, gurumenggiring siswa untuk
mampu menemukan suatu ketercapaian dari tujuan-tujuan pembelajaran secara utuh dan
bermakna.
4. Di era millenial dan era disruspi seperti sekarang ini, pendidikan karakter memiliki
urgensi yang sangat besar.
a. Pelaksanaan Pendidikan karakter dapat dilakukan melalui beragam cara, jelaskan
empat bentuk pembelajaran karakter.
b. Dari keempat bentuk pembelajaran karakter berilah masing-masing contoh bagaimana
Anda menerapkan dalam proses pembelajaran untuk Pendidikan karakter di kelas
Anda.
Jawaban:
Bentuk Pembelajaran Karakter.
Integrasi pembelajaran karakter dalam mata pelajaran
Chattey dan Mittleberg (2004) mengungkapkan bahwa biasanya
Pendidikan karakter dilakukan dalam keseharian siswa di sekolah, misalnya
dengan cara pembacaan kutipan, puisi, atau melalui kegiatan hands-on dengan
pengembangan kemampuan terkait karakter yang baik. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan sebagai sebuah program terpisah dari mata pelaj aran yang diberikan
kepada para siswa. Hanya saj a, cara ini dirasa tidak memadai karena tidak
menyediakan ruang
bagi siswa untuk berdiskusi ataupun menganalisis dan menghadapi permasalahan
di dunia nyata.
Berdasarkan pertimbangan kurang efektifnya pembelajaran karakter yang
terpisah dari kurikulum, penelitian Chattey dan Mittleberg (2004) menunjukkan
adanya guru- guru yang telah berhasil mengintegrasikan pembelajaran karakter ke
dalam rencana pemberian materi pelaj aran yang telah mereka buat sébelumnya.
Contohnya dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam, Mould dalam Chattey dan
Mittleberg (2004) menyatakan bahwa fokus pada produktivitas berpikir lebih
bennanfaat bagi para siswa dibanding hanya melandaskan kemampuan berbasis
pemahaman terhadap pembelajaran. Maksudnya. siswa diminta untuk berpiki
secara kritis mengenai ide-ide dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam, tidak
hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru tanpa mengkritisi.
Dengan cara tersebut, guru mengajarkan siswa untuk berpikiran terbuka
dan kreatif, bertanggung jawab, serta memiliki motivasi intrinsik yang tinggi
dalam belajar. Contoh lainnya adalah penggabungan pembelajaran karakter pada
pelajaran olah raga. Beller dalam Chattey dan Mittleberg (2004) menemukan
bahwa dalam olah raga terdapat dua jenis karakter yang telah berjalan, yaitu
karakter sosial dan karakter moral. Karakter sosial di antaranya adalah kesetiaan,
dedikasi, kolaborasi, dan menjadi Warga negara yang baik. Sedangkan, karakter
moral adalah kejujuran, adil, dan bertanggung jawab. Kedua jenis karakter
tersebut sudah terdapat pada pelajaran olahraga, yang guru lakukan adalah
memaksimalkan penggunaan pelajaran olah raga untuk pembelajaran karakter
tersebut.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran karakter dapat
dilakukan tanpa harus menyusunnya menjadi suatu program yang terpisah dari
kurikulum pembelajaran. Guru dapat menyampaikan materi pelajaran yang telah
disusun sebelumnya dan memberikan pembelaj aran karakter dalam waktu yang
bersamaan.