Disusun Oleh:
1.OLIVIA ANUARI PUTRI (22334094)
2.NURUL ETIKAH (22334093)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
2022
KATA PENGANTAR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Leininger
Teori Leininger tentang Transcultural Nursing atau
Transkultural keperawatan. Teori tersebut menekankan
pada kebudayaan perawat dimana mereka harus
memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap
pasien tanpa melihat latar belakang mereka dan
berusaha untuk menyamaratakan pelayanan yang
mereka terima. Dalam sebuah artikel, Leininger
berpendapat bahwa:
“Transcultural Nursing adalah suatu pelayanan
keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi
perbandingan tentang budaya. Keperawatan
transkultural merupakan ilmu yang difokuskan pada
perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat
atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai
latar belakang budaya. Pelayanan keperawatan
transkultural diberikan kepada klien sesuai dengan
latar belakang.” (Leininger dalam Ferry dan Makhfudli
2009:16).4 Perilaku Caring dapat ditunjukkan dalam
hubungan interpersonal, yaitu hubungan yang terjadi
antara perawat dengan klien dimana perawat
menunjukkan caring melalui perhatian, intervensi
untuk mempertahankan kesehatan klien dan energi
positif yang diberikan pada klien
• Tujuan Transcultural Nursing
Tujuan utama dari Transcultural Nursing yaitu
untuk melihat dari budaya maupun etnis dalam
mempengaruhi komunikasi dan juga diagnosa
keperawatan serta pengambilan keputusan dalam
pengobatan yang dilakukan (Roman et al., 2013).
Didalam buku (Leininger & Mc Farland, 2002),
“Transcultural Nursing: Concept, Theories,
Research and Practice” edisi ketiga, Transcultural
Nursing merupakan suatu tempat atau area dari
ilmu budaya pada proses belajar dan praktik
keperawatan yang berfokus terhadap perbedaan
dan kesamaan antar budaya manusia, tindakan,
dan kepercayaan dan memberi asuhan
keperawatan khususnya budaya. Tujuan lain dari
Transcultural Nursing yaitu terciptanya perawat
yang sebanding dengan budaya dengan melalui
proses pengembangan terhadap kebudayaan yang
kompeten.
BAB III
CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN YANG
MENERAPKAN TEORI LEININGER
A. KASUS
Tn. Ali Anyang berusia 21 tahun tinggal di
Barito Raya-kalimantan keturunan suku
Bakumpai merupakan Sub suku dayak. Saat ini
berada di ruang perawatan interna dengan
diagnosa medis ulkus peptikum. Klien masuk
dirumah sakit dengan keluhan nyeri di ulu hati,
demam, hematemesis-melena, mual, dan
kurang nafsu makan. Saat ini Tn. A di jaga oleh
ibunya. Keluarga Tn. A menggunakan daun
sawang untuk diusapkan dan di urutkan ke
sekujur tubuh Tn. A, mereka percaya daun
sawang dapat mengeluarkan benda-benda
dan roh jahat yang bersemayam dalam tubuh
Tn. A. Klien dan keluarga percaya bahwa sakit
yang didapat dan tidak bisa sembuh
merupakan hukuman para dewa. Keluarga Tn.
A juga membaca mantra tiap pagi kepada Tn.
A dan meletakkan beberapa sesajen di dekat
tempat tidur Tn. A seperti kemenyam, minyak
ikan, mayang pinang, beras kuning, kelapa tua,
kelapa muda, banyu gula, serta piduduk
(beras, gula merah, telur ayam, dan kelapa).
Mereka percaya sesajen ini di sukai oleh dewa
kemudian mempercepat penyembuhan
penyakit.
Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital maka di dapat hasil TD : 90/50 mmHg,
N:72x/menit, P : 20 x/menit, dan S : 380C.
Dari penampilan klien Warna kulit: sawo
matang (turgor kulit baik), Rambut: ikal,
Struktur tubuh: kurus, dan Bentuk wajah: bulat
B.PENGKAJIAN
a)Data Demografi
Nama lengkap: Tn. Ali anyang
Nama panggilan: Tn. A
Nama keluarga: Tn. A
Alamat: Barito raya
Jenis kelamin: laki-laki
Tempat lahir : Barito raya
Dignosis medis : Ulkus peptikum
b)Data Biologis/variasi biokultural
Warna kulit: sawo matang (turgor kulit baik)
Rambut: ikal
Struktur tubuh: kurus
Bentuk wajah: bulkuru
TTV:
TD : 90/50 mmHg
N : 72 x/menit
P : 20 x/menit
S : 380C
Beberapa komponen yang spesifik pada
pengkajian transkultural.
Faktor Teknologi
• Keluarga Tn. A menggunakan fasilitas perahu
kayu untuk menyeberangi desa kemudian
menggunakan transportasi darat untuk sampai
ke RS.
•Bahasa yang digunakan adalah bahasa
daerah setempat dan kadang juga
menggunakan bahasa Indonesia
• Keluarga klien kurang meyakini tindakan
kesehatan yang diberikan kepada klien yang
tidak sesuai dengan keyakinannya
Faktor agama dan filosofi
•Keluarga tn. A mempercayai tentang adanya
Tuhan yang maha kuasa yang dianggap sebagai
para dewa
•Pandangan klien dan keluarga tentang sakit
yang diderita karena merupakan hukuman dari
para dewa
•Yang dilakukan klien dan keluarganya untuk
berusaha menyembuhkan klien adalah
membaca mantra, menyajikan sesajen, dan
menggunakan daun sawang
Faktor social dan ikatan kekerabatan
(kindship)
•Pernyataan klien atau orang lain tentang
kesehatannya: Buruk
•Status perkawinan: Belum pernah menikah
•Klien dirumah tinggal dengan: Orang tua.
•Tindakan yang dilakukan keluarga jika ada
anggota keluarganya sakit: mengusapkan daun
sawang pada tubuh yang sakit
Nilai-nilai budaya, kepercayaan dan
pandangan hidup
•Masyarakat suku bakumpai-dayak dibariton
apabila ada keluarga yang sakit dan tidak
dapat disembuhkan menurut keluarga klien
mangatakan bahwa sakit tersebut merupakan
hukuman dari dewa. Sehingga biasanya
dilakukan upacara badewa yang dilakukan
secara alternative pengobatan sebagaimana
lazimnya para penganut animism dalam
melakukan pemujaan para dewa dengan
membuat sesajen untuk dipersembahkan
kepada dewa yang dimaksud. Untuk
mempercepat datangnya roh gaib, diperlukan
sarana penunjang berupa seperangkat
gamelan. Upacara ini biasanya dilakukan oleh
seorang dalang atau pembaca mantra.
Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
(political and legal factors)
Tn.A biasanya di tunggu dengan kedua orang
tua atau keluarga yang lain.
Faktor ekonomi (economical factors)
Tn.A berkerja serabutan( tidak tentu), biaya
pengobatan dari tabungan keluarga dan
bantuan dar pemerintahan atau bantuan dari
tempat Tn.A tinggal, Tn.A tidak memeliki
asuransi kesehatan .
Faktor Pendidikan
•Klien hanya sampai pada tingkat sekolah
menengah, sementara orang tua klien tidak
sekolah
•Sehat menurut klien dan keluarga jika
seseorang mampu bekerja dan beraktivitas
seperti biasa tanpa hambatan
•Sakit menurut klien dan keluarga jika
mendapat hukuman dari yang maha kuasa
sehingga tidak mampu melakukan aktivitas
seperti biasa
•Jenis penyakit yang sering diderita oleh
keluarga klien adalah nyeri pada ulu hati
•Pemahaman sakit menurut klien dan
keluarga adalah klien sedang mendapat
hukuman dari dewa sehingga klien perlu
memberikan sesajen dan didalam tubuh klien
terdapat roh jahat yang hanya mampu diusir
dengan mengusap daun sawang pada tubuh
klien.
•Klien dan keluarga berharap agar petugas
kesehatan mampu memberikan pertolongan
dalam membantu penyembuhan klien
c.Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri ber-hubungan
dengan adanya peradangan pada lambung
Ketidak patuhan dalam pengobatan
berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
Distres spiritual/gangguan spiritual
berhubungan dengan batasan atau
pencegahan praktik ritual keagamaan atau
budaya di RS
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kepercayaan tentang efektifitas perilaku
promosi kesehatan
d)Intervensi
salah satu dari diagnosa keperawatan yang
paling memberi pengaruh kepada petugas
kesehatan, klien, dan keluarga, serta
kebudayaan suku:
Distress kultural berhubungan dengan batasan
atau pencegahan praktik ritual keagamaan
atau budaya di RS
Distress kultural berhubungan dengan batasan
atau pencegahan praktik ritual keagamaan
atau budaya di RS, ditandai dengan :
DO Keluarga klien membawa sesajen dan
kemenyam di kamar pasien
DS Keluarga mengatakan bahwa sesajen
tersebut mempercepat kesembuhan
e) rencana tindakan
Kaji seberapa jauh keyakinan pasien dan
keluarga
Anjurkan keluarga klien menyalakan sesaji di
rumah dan mendoakan dari rumah
Kaji individu terhadap perubahan-perubahan
yang baru dialami klien.
Gali pengertian individu tentang masalah-
masalah dan pengharapannya pada
pengobatan dan hasil-hasil diharapkan.
Tetapkan apakah keyakinan realistis atau
tepat.
Pastikan hak-hak pasien untuk menolak semua
atau sebagian dari aturan pengobatan yang
dianjurkan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu
area/wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang focus
memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan,
sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu
ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger,
2002).Pengkajian dirancang berdasarkan 7
komponen yang ada pada “Sunrise Model”
yaitu :
1.Faktor teknologi (technological factors)
2.Faktor agama dan falsafah hidup (religious
and philosophical factors)
3.Faktor sosial dan keterikatan keluarga
(kinship and social factors)
4.Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (culture
value and life ways)
5.Faktor kebijakan dan peraturan yang
berlaku (political and legal factors)
6.Faktor ekonomi (economical factors)
7.Faktor pendidikan (educational factors)
B. SARAN
• Penerapan Teori Leininger diperlukan
pengetahuan dan pemahaman tentang
ilmu antropologi agar dapat memberikan
asuhan keperawatan yang baik
• Pelaksanaan Teori Leininger memerlukan
penggabungan dari teori keperawatan
yang lain agar berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Academia.edu(https://www.academia.edu)
Id.scribd.com(https://id.scribd.com)
Coursehero.com(https://www.coursehero.com)
Pdfcoffee.com(https://pdfcoffee.com)