Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai konsep penyakit TB Paru dan

konsep Asuhan Keperawatan Keluarga.

A. Konsep Penyakit TB Paru

Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai konsep penyakit TB Paru yang meliputi

pengertian, patofisiologi, dan penatalaksanaan penyakit TB Paru.

1. Pengertian

Dibawah ini akan diuraikan beberapa definisi TB Paru dari beberapa ahli diantaranya

menurut (Indah, 2018) Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan

oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium,

antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga

dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium

selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran

nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang

terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC).

Tuberkulosis (TB) Paru adalalı penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang Paru,

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman TB berbentuk batang

mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan yang discbut pula

Basil Tahan Asam (BTA) (Utama, 2018).

8
9

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini mampu hidup selama berbulan-bulan di

tempat yang sejuk dan gelap, terutama di tempat yang lembab. Kuman TB dapat

menimbulkan infeksi pada paru-paru schingga disebut TB paru (Tim Program TB St.

Carolus, 2017).

TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru dan

disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (Somantri, 2009) dalam (Ardiansyah,

2012). Sementara itu, (Junaidi, 2010) dalam (Ardiansyah, 2012) menyebutkan

tuberculosis (TB) sebagai suatu infeksi akibat mycobacterium tuberculosis yang

dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat

bervariasi

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TB Paru adalah Penyakit

infeksi yang menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis

yang menyerang paru paru.

2. Patofisiologi

Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Kuman

ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada

pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman

TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa

jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat

Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun (Utama, 2018).


10

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,

penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak).

Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama

beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran

pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan,

kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem

peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung

kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan

oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif

hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut (Utama, 2018).

Droplets yang berisi Mycobacterium tuberculosis ini, apabila terinhalasi orang lain

akan masuk sampai di antara terminal alveoli paru. Organisme kemudian akan

tumbuh dan berkembang biak dalam waktu 2-12 minggu sampai jumlahnya

mencapai 1000-10.000. Jumlah tersebut akan cukup untuk mengeluarkan respon

imun seluler yang mampu dideteksi melalui reaksi terhadap tes tuberkulin. Namun,

tubuh tidak tinggal diam, dan akan mengirimkan pertahanan berupa sel-sel makrofag

yang memakan kuman-kuman TB ini.  Selanjutnya, kemampuan basil tahan asam ini

untuk bertahan dan berproliferasi dalam sel-sel makrofag paru menjadikan organisme

ini mampu untuk menginvasi parenkim, nodus-nodus limfatikus lokal, trakea,

bronkus (intrapulmonary TB), dan menyebar ke luar jaringan paru (extrapulmonary

TB). Organ di luar jaringan paru yang dapat diinvasi oleh Mycobacterium

tuberculosis diantaranya adalah sum-sum tulang belakang, hepar, limpa, ginjal,

tulang, dan otak (Riawati, 2018).


11

Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.

Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk

darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,

malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu

bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala

TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih.

(Indah, 2018)

Jika tidak ditangani tuberkulosis akan berubah menjadi infeksi sekunder. Peradangan

terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil Mycobacterium

pada usia 1 – 3 tahun. Sedangkan, post primer tuberculosisi ( reinfection) adalah

peradangan yang terjadi pada jaringan paru yang disebabkan oleh penularan ulang.

Komplikasi lainnya seperti Hemoptusis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah),

kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial, fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada

proses pemulihan), pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura), penyebaran

infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Kondisi

ini akan memperberat keadaan pasien yang mengalami TB Paru (Wahid & Suprapto,

2013).

3. Penatalaksanaan

Zain (2001) dalam (Ardiansyah, 2012) membagi penatalaksaan Tuberkulosis Paru

menjadi tiga bagian, yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita.

a. Pencegahan Tuberkulosis Paru

1) Pemerikasaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat

dengan penderita TB paru BTA positif.


12

2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksan massal terhadap kelompok-kelompok

populasi tertentu, misalnya karyawan rumah sakit atau puskesmas atau balai

pengobatan, penghuni rumah tahanan, dan siswa-siswi pesantren.

3) Vaksinasi BCG, reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi BCG

langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah

penyuntikan.

4) Kemoprokfilaksis, yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12

bulan dengan tujuan mengahncurkan atau mengurangi populasi bakteri yang

masih sedikit.

5) Komunikasi, informasi, dan edukasi ( KIE ) tentang penyakit Tuberkulosis kepada

masyarakat di tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah

atau petugas LSM.

b. Pengobatan Tuberkulosis Paru

Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru, selain untuk mengobati, juga untuk

mencegah kematian, kekambuhan, resistensi kuman terhadap OAT serta

memutuskan mata rantai penularan.

c. Penemuan penderita

1) Penatalaksanaan terapi: asupan nutrisi adekuat / mencukupi.

2) Kemoterapi yang mencakup pemberian Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial

terhadap basil yang tumbuh aktif.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Pada sub bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai konsep keluarga dan konsep

proses keperawatan keluarga.

1. Konsep keluarga
13

Dalam konsep keluarga akan dibahas mengenai pengertian keluarga dan keperawatan

kesehatan keluarga, tipe atau jenis keluarga, struktur keluarga, peran keluarga, fungsi

keluarga, tahap-tahap dan tugas perkembangan keluarga.

a. Pengertian keluarga dan keperawatan kesehatan keluarga

Ada beberapa pengertian tentang keluarga diantaranya adalah menurut Undang–

Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009, Keluarga adalah unit terkecil

dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami, istri dan anaknya atau

ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya, Anak yang dimaksudkan dalam pengertian

ini adalah anak yang belum menikah. Apabila ada anak yang sudah menikah dan

tinggal bersama suami/istri atau anak-anaknya, maka anak tersebut dapat menjadi

keluarga tersendiri (keluarga lain atau keluarga baru) dalam (Nies & McEwen,

2019).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, hidup dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain, serta masing-masing berperan dalam menciptakan dan

mempertahankan suatu kebudayaan (Harmoko, 2012).

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga

dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998) dalam (Bakri, 2017)

Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan darah,

adopsi, perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan adanya
14

hubungan psikologi (ikatan emosional) (Hanson 2001, dalam Doane & Varcoe,

2005) dikutip oleh (Khalifa & Widagdo, 2016)

Dari keempat pengertian dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan

orang yang diikat dalam hubungan keluarga resmi (ikatan perkawinan dan hubungan

darah) yang tinggal dalam satu rumah terdiri dari suami, istri, anak dan keluarga

lainnya serta memiliki keterikatan emosional satu sama lainnya.

Keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai

kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan. Pelayanan keperawatan

keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga dan

komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga. Pelayanan

keperawatan keluarga di rumah merupakan integrasi pelayanan keperawatan

keluarga dengan pelayanan kesehatan lain di rumah untuk mendukung kebijakan

pelayanan kesehatan di masyarakat sehingga dapat mengatasi masalah kesehatan

pasien dan keluarganya (Riasmini, Sahar, & Wiarsih, 2017).

b. Tipe atau jenis keluarga

Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola

kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga juga akan

berkembang mengikutinya. Agar mengupayakan peran serta keluarga dalam

meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe

keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003) dalam (Susanto, 2012)

1) Keluarga tradisional terdiri dari:

a) The nuclear family


15

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

b) The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam

satu rumah.

c) Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak

memisahkan diri.

d) The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak

terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang

terjadi pada wanita.

e) The extended family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah

seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua (kakek-nenek), keponakan.

f) The single-parent family

Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini

terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena ditinggalkan

(menyalahi hukum pernikahan).

g) Commuter family

Kedua orangtua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut

sebagai tempat tinggal dan orangtua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada

anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada waktu waktu tertentu.

h) Multigenerational family
16

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama

dalam satu rumah.

i) Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan

saling menggunakan barang-barang pelayanan yang sama. Contoh: dapur, kamar

mandi, televisi, telepon dan lain-lain.

j) Blanded family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan

anak dari hasil perkawinan atau dari hasil perkawinan sebelumnya.

k) The single adult living alone/single adult family

Keluarga yang teridiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilhannya

atau perpisahan (serpasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.

2) Non Tradisional

a) The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan

tanpa nikah.

b) The stepparent family

Keluarga dengan orangtua tiri.

c) Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara

yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,

pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas

kelompok/membesarkan anak bersama.

d) The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.


17

e) Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana ‘marital

partners.

f) Cohabitating family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan Karena beberapa

alasan tertentu.

g) Group marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang

saling merasa saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk

sexual dan membesarkan anaknya.

h) Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama

lain dan saling menggunakan barang barang rumah tangga bersama, pelayanan,

dan bertanggunng jawab membesarkan anaknya.

i) Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara didalam

waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan

untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

j) Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai pelindungan yang permanen,

Karena krisis personal yang dihubungkan dnegan keadaan ekonomi dan atau

problem kese-

hatan mental.

k) Gang
18

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang orang muda yang mencari

ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang

dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

c. Struktur keluarga

Struktur dan fungsi keluarga merupakan hubungan yang dekat dan adanya interaksi

yang terus menerus antar satu dengan yang lainnya. Struktur didalam keluarga yang

sangat kaku dan fleksibel akan dapat meneruskan fungsi didalam keluarga

(Friedman, Bowden, & Jones, 2003), dikutip oleh (Susanto, 2012)

1) Pola komunikasi keluarga

Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti

sender, channel-media, massage, environment, dan receiver. Komunikasi dalam

keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional, komunikasi verbal dan

nonverbal, serta komunikasi sirkular, menurut Wright & Leahey (2000), dikutip

oleh (Susanto, 2012)

2) Struktur peran keluarga

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial

yang diberikan sehingga pada struktur peran dapat bersifat formal atau informal.

Posisi atau status dalam keluarga adalah posisi individu dalam keluarga yang

dapat dipandang oleh masyarakat sebagai istri, suami, atau anak. Peran formal

didalam keluarga merupakan kesepakatan bersama yang dibentuk dalam suatu

norma agama. dapat juga terjadi peran ganda sehingga anggota keluarga dapat

menyesuaikan peran tersebut. Peran didalam keluarga menunjukkan pola tingkah


19

laku dari semua anggota didalam keluarga (Wright, 1984) yang dikutip oleh

(Susanto, 2012)

3) Norma dan nilai keluarga

Nilai merupakan persepsi seseorang tentang sesuatu hal apakah baik atau

bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran - peran yang dilakukan manusia,

berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah sesuai dengan nilai yang dianut

oleh masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil (Delauna, 2002),

dikutip oleh (Susanto, 2012). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan

kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga

dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan

pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.

4) Struktur kekuatan keluarga

Friedman, Bowden, & Jones (2003), dikutip oleh (Susanto, 2012), kekuatan

keluarga merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk

mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah

positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: legitimate

power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orangtua terhadap anak, referent

power (seseorang yang ditiru), resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain-

lain), reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan

diterima), coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginan),

informational power (pengaruh yang dilalui persuasi), affective power (pengaruh

yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan

seksual).

d. Fungsi keluarga
20

Sepanjang perkembangannya, keluarga memiliki fungsi-fungsi tradisional yang telah

dikenal (Kaakinen, Hanson, & Denham, 2010) dikutip oleh (Nies & McEwen, 2019).

Terdapat lima fungsi keluarga yaitu fungsi ekonomi, fungsi reproduksi, fungsi

sosialisasi, fungsi afektif, dan fungsi perawatan kesehatan (Stanhope & Lancaster,

2012) dikutip oleh (Nies & McEwen, 2019). Keluarga di Indonesia masih memegang

fungsi tradisional dalam menjalankan fungsi keluarga.

1) Fungsi Ekonomi

Menurut Stanhope dan Lancaster (2012) pendapatan keluarga merupakan faktor

yang sangat penting dan harus tersedia di dalam keluarga. Fungsi ekonomi

keluarga berkaitan juga dengan pola konsumsi keluarga, pengelolaan keuangan,

penyediaan perumahan, asuransi, dans pensiun dan tabungan. Ekonomi dan

keuangan keluarga merupakan substansi terkecil yang akan memberikan

gambaran terhadap kondisi perekonomian negara secara umum. Fungsi ekonomi

keluarga ialah keluarga memperoleh sumber-sumber penghasilan dan penggunaan

penghasilan dalam memenuhi kebutnhan keluarga, serta menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga di masa depan yang dalam prosesnya fungsi

ekonomi ini mampu membagikan kerangka keluarga, misainya ayah sebagai

pencari uang untuk kebutuhan dan ibu bertugas menguruu anak (BKKDN, 2016)

dalam (Nies & McEwen, 2019)

2) Fungsi Reproduksi

Keberlangsungan dan keberlanjutan populasi akan berhubungan dengan pola dan

tingkat reproduksi. Keluarga merupakan struktur tradisional yang melibatkan

terjadinya proses reproduksi. Pengertian fungsi reproduksi saat ini berkembang

tidak hanya sebatas menghasilkan keturunan melalui perkawinan. Fungsi

reproduksi bertujuan untuk melanjutkan garis keturunan, memelihara dan


21

membesarkan anak, serta memelihara dan merawat anggota keluarga. Fungsi

reproduksi keluarga merupakan sebuah bentuk jaminan keberlangsungan antar

generasi keluarga dan masyarakat, yaitu memberikan anggota baru kepada

masyarakat.

3) Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi merupakan fungsi keluarga untuk menanamkan nilai-nilai yang

ada di keluarga terhadap anggota keluarga yang dimilikinya. Keluarga memiliki

harapan dalam memberikan jaminan perlindungan untuk anak-anaknya agar dapat

masuk dalam lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. Fungsi sosialisasi dimulai

saat lahir dan berakhir pada saat kematian. Fungsi sosialisasi adalah proses

sepanjang hidup ketika individu secara berkelanjutan memodifikasi, perilaku

mereka sebagai respons terhadap keadaan yang terpola secara sosial yang mereka

alami.

4) Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan pembentukan struktur dan pembatas yang menciptakan

rasa memiliki antar sesama anggota keluarga dan menciptakan identitas sebagai

bagian dari keluarganya. Fungsi afektif merupakan kemampuan keluarga dalam

memelihara lingkungan keluarga yang saling asuh atau saling menyayangi. Fungsi

afektif sebagai respons térhadap berbagai kebutuhan anggota keluarga secara

emosional. Ketika kebutuhan afektif anggota keluarga tidak dapat terpenuhi

secara adekuat, maka akan menimbulkan tekanan dalam keluarga, gangguan

kesehatan dan kesedihan atau kesusahan dari satu atau lebih dari anggota

keluarga.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan


22

Friedman, Bowden, dan Jones (2003) dalam (Nies & McEwen, 2019) menyatakan

bahwa fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam

merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang memberdayakan

sumber daya keluarga dan berbasis keluarga. Fungsi perawatan kesehatan

keluarga bukan hanya sebagai fungsi essensial dan dasar keluarga. tetapi fungsi

yang mengemban fokus sentral dalam keluarga agar keluarga berfungsi dengan

baik dan sehat. Namun pemenuhan fungsi perawatan kesehatan antuk semua

anggota keluarga dapat menjadi sulit karena tantangan internal dan eksternal.

e. Tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga.

Perkembangan keluarga merupakan model kerangka kerja yang memperkenalkan

bahwa keluarga berkembang melalui pengalaman dan transisi peran yang dialami

selama perkembangan. keluarga dituntut untuk memenuhi tugas perkembangan di

setiap periode transisi perkembangan keluarga. keluarga akan mampu memenuhi

tugas perkembangan yang harus diselesaikannya dengan pemahaman terhadap tugas

perkembangan keluarga (Nies & McEwen, 2019).

1) Keluarga pemula atau pasangan baru

perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru

keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau

status lajang ke hubungan baru yang intim. tugas-tugas perkembangan keluarga

yaitu : menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan

jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga.

2) Keluarga menanti kelahiran anak

Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai bayi berusia 30 tahun.

tugas-tugas perkembangan nya yaitu : membentuk keluarga muda sebagai sebuah

unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga), rekonsiliasi


23

tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga,

mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas

persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orangtua

dan kakek-nenek.

3) Keluarga dengan Anak Usia Pra Sekolah

Tahap perkembangan ini siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama

berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. (Duvall dan Miller,

1985) dalam (Nies & McEwen, 2019). Tugas-tugas keluargannya yaitu:

memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi,

keamanan. mensosialisasikan anak, mengintegrasi anak yang baru sementara tetap

memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain, mempertahankan hubungan yang sehat

dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan

diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas)

4) Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk

sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. tugas-tugas

perkembangannya : mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatka prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat,

mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan

kesehatan fisik anggota keluarga.

5) Keluarga dengan Anak remaja

ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap pertama dari siklus kehidupan

keluarga dimulai. tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap

ini dapat lebih singkat jika anak meningglkan keluarga lebih awal atau lebih lama

jika anak masih tinggal dirumah hingga 19 atau 20 tahun. tugas-tugas


24

perkmbangan nya : menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri, memfokuskan kembali hubungan

perkawinan, berkominikasi secara terbuka antara orantua dan anak-anak.

6) Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini di tandai oleh anak pertama sampai

ketika anak terakhir meningglkan rumah orangtua sehingga dikenal sebagai

“sarang yang kosong”. meskipun tahap ini biasanya berlangsung dalam 6 atau 7

tahun. tugas-tugas perkembangan keluarganya : memperluas siklus keluarga

dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan

anak-anak, melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan

perkawinan, membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan baik dari pihak

suami maupun istri.

7) Keluarga lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua

pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan

meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. tahap-tahap

perkembangan keluarganya : mempertahankan pengaturan hidup yang

memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan

hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan,

mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga

Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga pendekatan yang digunakan proses

keperawatan keluarga. Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah proses


25

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, penapisan masalah,

perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi.

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat mengambil informasi

secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Pengkajian

merupakan syarat utama untuk mengidentifikasi masalah. Pengkajian keperawatan

keluarga dapat menggunakan metode observasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik

(Maglaya, 2009) dalam (Riasmini, Sahar, & Wiarsih, 2017). Pengkajian keperawatan

dalam keluarga memiliki dua tahapan. Pengkajian tahap satu berfokus pada masalah

kesehatan keluarga. Pengkajian tahap dua menyajikan kemampuan keluarga dalam

melakukan lima tugas kesehatan keluarga.

Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah sebagai berikut (Harmoko, 2012) :

1) Data umum yang terdiri dari : nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon

jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang

terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan

dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga,

dan genogram; tipe keluarga menjelaskan tipe keluarga beserta kendala atau

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut; suku bangsa atau latar

belakang budaya (etnik) mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa yang tekait dengan kesehatan: agama,

mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan; status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh

pendapatan, baik dari kepela keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selai itu,

status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan - kebutuhan yang

dimiliki oleh keluarga: aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi
26

keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk

mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton televisi dan

mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu dikaji pula

penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi, tahap perkembangan

keluarga saat ini; tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi; riwayat

keluarga inti, mejelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi riwayat

penyakit keturunan, riwayat kesetan masing - masing, anggota, dan sumber

pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga

yang hilang; riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua.

3) Pengkajian lingkungan dari karakteristik rumah, gambaran tipe tempat tinggal,

gambaran kondisi rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar, penggunaan

kamar tersebut, bagaimana kondisi dan kecukupan rumah perabotan,

penerangan,ventilasi, dan kondisi bangunan tempat tinggal; karakteristk

lingkungan dan komunikasi tempat tinggal yaitu tipe lingkungan tempat tinggal

komuunitas kota atau desa; mobilitas geografis keluarga yang ditentukan, apakah

keluarga tinggal didaerah ini, atau apakah sering mempunyai kebiasaan berpindah

- pindah tempat tinggal; perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta serta

perkumpulan keluarga yang ada; sistem pendukung keluarga meliputi, jumlah

anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang

kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis; sumber dukungan dari anggota

keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat, lembaga

pemerintah, maupun swasta; jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki

keluarga.
27

4) Struktur keluarga terdiri dari pola komunikasi keluarga; struktur kekuatan

keluarga keluarga meliputi keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat, yang

memutuskan dalam penggunaan keungan, pengambilan keputusan dalam

pekerjaan atau tempat tinggal, serta siapa yang memutuskan kegiatan dan

kedisiplinan anak-anak, medel kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga

dalam membuat keputusan; struktur peran menjelaskan peran dari masing-masing

anggota keluarga baik secara formal dan informal; sturktur nilai atau norma

keluarga menjelaskan mengenai nilai normal yang dianut keluarga dengan

kelompok atau komunitas.

5) Stres dan koping keluarga meliputi; stersor jangka pendek, yaitu stresor yang

dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ±6 bulan; stresor

jangka panjang, yaitu stresor yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan;

kemampuan dalam keluarga dalam berespon terhadap situasi atau stresor; strategi

koping yang digunakan; stategi adaptasi disfungsional, yaitu yang digunakan

keluarga bila menghadapi permasalahan.

6) Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

7) Harapan keluarga pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau

masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data

secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana

perawa bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga

di analisis dari hasil pengkajian terhadap masalah dalam tahap perkembangan


28

keluarga,lingkungan keluarga, stuktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga koping

keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko, maupun sejahtera di mana perawat

memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan untuk

melakukan keperawatan bersama-sama dengan keluarga, berdasarkan kemampuan,

dan sumber daya keluarga. (Harmoko, 2012).

Menurut (Achjar, 2010) Diagnosis keperawatan keluarga disusun berdasarkan jenis

diagnosis seperti:

1) Diagnosa sehat atau wellness, digunakan bila keluarga mempunyai potensi untuk

ditingkatkan, belum ada data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan

keluarga potensial, hanya terdiri dari komponen problem (P) saja atau P (problem)

dan S (symptom/sign) tanpa komponen etiologi (E).

2) Diagnosis ancaman (risiko), digunakan bila belum terdapat paparan masalah

kesehatan, namum sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang

memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga

risiko, terdiri dari Problem (P), etiologi (E), dan symptom atau sign (S).

3) Diagnosis nyata atau gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan atau

masalah kesehatan dikeluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaptif.

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga nyata atau gangguan, terdiri dari

problem (P), etiologi (E), dan symptom atau sign (S). Perumusan problem (P)

merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan

etiologi (E) mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu: Ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan,

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, Ketidakmampuan keluarga

menggunakan fasilitas keluarga.


29

c. Penapisan masalah

Setelah diagnosa keperawatan teridentifikasi langkah selanjutnya adalah melakukan

penapisan untuk menetapkan prioritas masalah/diagnosis perawatan keluarga dengan

menggunakan skala menyusun prioritas Menurut (Maglaya, 2009) dalam (Riasmini,

Sahar, & Wiarsih, 2017)

Tabel 2.1 Penapisan Masalah

No Kriteria Skor Bobot


1. Sifat Masalah
Skala : Aktual 3
Resiko 2 1

Potensial 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala : Mudah 2
Sebagian 1 2

Tidak dapat 0
3, Potensial masalah yang dapat dicegah
Skala : Tinggi 3
Cukup 2 1

Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala : Segera 2
Tidak perlu 1 1

Tidak dirasakan 0

Cara penghitungan skor :

Tentukan skor untuk setiap kriteria kemudian skor dibagi dengan angka tertinggi dan
Skor x Bobot
kalikanlah dengan bobot.
Angka tertinggi
30

Jumlahkan skor untuk semua kriteria

Penentuan prioritas masalah didasarkan dari empat kriteria yaitu sifat masalah,

kemungkinan masalah daapat diubah, potensi masalah untuk dicegah dan

menonjolnya masalah.

Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah, yaitu:

1) Sifat masalah, sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tidak atau

kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut

memerlukan tindakan yang segera dan biasanya masalahnya dirasakan dan

disadari oleh keluarga. Sehat atau keadaan sejahtera diberikan bobot yang paling

sedikit atau rendah karena faktor kebudayaan biasanya dapat memberikan

dukungan bagi keluarga untuk mengatasi masalahnya dengan baik.

2) Kemungkinan masalah dapat diubah, adanya kemungkinan berhasilnya

mengurangi atau mencegah masalah jika ada tindakan (intervensi). Faktor – faktor

yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan masalah dapat

diperbaiki adalah : pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat

dilakukan untuk menangani masalah, sumber – sumber yang ada pada keluarga,

baik dalam bentuk fisik, keuangan, atau tenaga, sumber – sumber dari

keperawatan, misalnya dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan waktu serta

sumber – sumber dari masyarakat, misalnya dalam bentuk fasilitas kesehatan,

organisasi masyarakat, dan dukungan sosial masyarakat.

3) Potensi masalah dapat dicegah, menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akan

timbul dapat dikurangi dan dicegah. Faktor – faktor yang perlu diperhatikan

dalam menentukan skor kriteria potensi masalah bisa dicegah adalah sebagai

berikut.
31

a) Kepelikan dari masalah, yaitu berkaitan dengan beratnya penyakit atau

masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan mengubah masalah. Umumnya

makin berat masalah tersebut makin sedikit kemungkinan untuk mengubah

atau mencegah sehingga makin kecil potensi masalah yang akan timbul.

b) Lamanya masalah, hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah

tersebut. Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan

potensi masalah bila dicegah.

c) Adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok yang peka/ rawan. Adanya

kelompok tersebut pada keluarga akan menambah potensi masalah bila

dicegah.

4) Menonjolnya masalah, merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah dan

mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang

perlu diperhatikan dalam memberikan skor pada kriteria ini, perawat perlu menilai

persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini jika

keluarga menyadari masalah dan perlu untuk menangani segera, maka harus

diberi skor yang tinggi.

d. Perencanaan keperawatan

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau

mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosis keperawatan tahap

ini, dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi (Nursalam, 2001) dalam (Bakri, 2017). Membuat perencanaan

merupakan salah satu tahapan dari proses dimulainya tindakan untuk menuju tujuan

yang lebih spesifik.


32

Beberapa yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga

menurut (Harmoko, 2012) diantaranya :

1) Rencana Keperawatan Harus Didasarkan Atas Analisis, yang menyeluruh tentang

masalah atau situasi keluarga.

2) Rencana yang Baik Harus Realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat

menghasilkan apa yang diharapkan.

3) Rencana Keperawatan Harus Sesuai dengan Tujuan dan Falsafah Kesehatan,

misalnya bila instansi kesehatan pada daerah tersebut tidak memungkinkan

pemberian pelayanan cuma – cuma, maka perawat harus mempertimbangkan hal

tersebut dalam menyusun perencanaan.

4) Rencana Keperawatan Dibuat Bersama dengan Keluarga, hal ini sesuai dengan

prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga bukan bekerja untuk keluarga.

5) Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Sebaiknya Dibuat Secara Tertulis. Hal

ini selain berguna untuk perawat juga akan berguna bagi anggota tim kesehatan

lainnya, khususnya perencanaan yang telah disusun untuk keluarga tersebut.

Selain itu, dengan membuat rencana asuhan keperawatan secara tertulis akan

membantu mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.

Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga:

1) Menentukan sasaran atau goal, yang paling penting adalah bahwa sasaran harus

ditentukan bersama keluarga jika keluarga mengerti dan menerima sasaran yang

telah ditentukan, mereka diharapkan dapat berpartisipasi dalam mencapai tujuan

secara aktif. Misalnya setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu

merawat anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

2) Menetukan tujuan dan objektif, objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik

atau lebih terperinci, berisi tentang hasil yang diharapkan dari tindakan
33

keperawatan yang akan dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang baik adalah

spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis, dan ada batasan waktu. Misalnya

setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan anggota keluarga yang sakit

hipertensi mengerti tentang cara pencegahan, pengobatan hipertensi, dan tekanan

darah 120/80 mmHg.

3) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan, tindakan

keperawatan yang dipilih sangat bergantung pada sifat masalah dan sumber-

sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah. Dalam perawatan kesehatan

keluarga tindakan keperawatan yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau

menghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan

keluarga dalam merlaksanakan tugas-tugas kesehatan.

4) Menentukan kriteria dan standar kriteria, kriteria merupakan tanda atau indikator

yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar

menunjukkan tingkat penampilan yang diinginkan untuk membandingkan bahwa

perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah dicapai. Pernyataan

tujuan yang tepat akan menentukan kejelasan kriteria dan standar evaluasi

Menurut Friedman (1970), dikutip oleh Andarmoyo (2012), mengklasifikasikan

intervensi keperawatan sebagai berikut:

1) Suplemental, perawat berlaku sebagai pemberi pelayanan perawatan langsung

dengan mengintervensi bidang-bidang keluarga tidak bisa melakukannya.

2) Fasilitatif, dalam hal ini, perawat menyingkirkan halangan – halangan terhadap

pelayanan-pelayanan yang tidak diperlukan, seperti pelayanan medis,

kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanan kesehatan dirumah.


34

3) Perkembangan, perawat membantu keluarga dalam memanfaatkan sumber-

sumber keluarga dan dukungan sosial sehingga tindakan keperawatan bersifat

mandiri atau bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri.

Menurut Wright dan Leahey (1984), dikutip oleh Andarmoyo (2012),

menggolongkan rencana keperawatan dalam tiga tingkatan fungsi keluarga yaitu:

1) Kognitif, intervensi diarahkan pada aspek kognitif pada fungsi keluarga yang

meliputi pemberikan informasi, gagasan baru tentang suatu keadaan dan

mengemukakan pengalaman.

2) Afektif, intervensi diarahkan pada aspek afektif fungsi keluarga, dirancang untuk

mengubah emosi keluarga agar dapat memecahkan masalah secara efektif.

3) Perilaku, intervensi diarahkan untuk membantu keluarga berinteraksi atau

bertingkah laku, berkomunikasi secara efektif dengan anggota keluarga lainnya

yang sifatnya berbeda-beda.

Kriteria dan standar dapat dirumuskan sebagaimana pernah ditulis oleh Dion dan

Betan (2013) dalam (Bakri, 2017) sebagai berikut.

Tabel 2.2 Kriteria dan Standar Intervensi

No Kriteria Standar

1 Pengetahuan Keluarga mampu menjelaskan kembali

kepada perawat tentang pengertian suatu

penyakit. keluarga mampu menjelaskan

kembali tentang tanda dan gejala suatu

penyakit.

2 Sikap Keluarga mampu memutuskan tindakan untuk

diikuti pasien. Keluarga mampu mengatur


35

waktu pengobatan ke pusat layanan kesehatan.

3 Psikomotor Keluarga menghidangkan makanan sesuai

kebutuhan pasien. Keluarga sudah mulai

melakukan pengobatan ke pusat layanan

e. Pelaksanaan keperawatan

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana

perawat mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan minat keluarga dalam

mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan, kebingungan,

serta ketidakmampuan yang dihadapi keluarga harus menjadikan perhatian. Oleh

karena itu, diharapkan perawat dalam memberikan kekuatan dan membantu

mengembangkan potensi-potensi yang ada, sehingga keluarga mempunyai

kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan masalah (Harmoko, 2012)

Pelaksanaan pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan pada individu dalam

keluarga dan pada anggota keluarga lainnya (Riasmini, Sahar, & Wiarsih, 2017).

Pelaksanaan ditujukan pada individu meliputi :

a. Tindakan keperawatan langsung

b. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar

c. Tindakan observasi

d. Tindakan Pendidikan kesehatan

Pelaksanaan ditujukan pada keluarga meliputi :

a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi


36

kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat

terhadap masalah.

b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat untuk individu

dengan cara mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan

cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dirumah.

d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi

sehat, dengan cara menemukan sumber yang dapat digunakan keluarga.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan

cara mengenalkan fasilitas yang ada dilingkungan keluarga.

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Program evaluasi

dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencana program dan pengambil

kebijakan tentang efektifitas dan efisiensi program. Evaluasi merupakan sekumpulan

metode dan ketrampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan

rencana dan tuntutan

keluarga (Achjar, 2010).

Evaluasi bisa dimulai dari pengumpulan data, apakah masih perlu direvisi untuk

menentukan, apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi, dan

apakah perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnosis juga perlu dievaluasi

dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Menurut (Nursalam, 2001) dalam

(Bakri, 2017). Tujuan dan intervensi evaluasi adalah untuk menentukan apakah

tujuan tersebut dapat dicapau secara efektif.


37

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan evaluasi

diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun

rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat

dilaksanakan dalam satu kali kunjungan keluarga, untuk itu dapat dilaksakan secara

bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan klien. Tahapan evaluasi dapat dilakukan

selama proses asuhan keperawatan atau pada akhir pemberian asuhan (Riasmini,

Sahar, & Wiarsih, 2017).

Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan balik

selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program

selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan.

Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi

kesuksesan dalam pelaksanaan program. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga,

didokumentasikan dalam SOAP (subjektif, objektif, analysis, planning) (Achjar,

2010).

Untuk melakukan evaluasi, ada baiknya disusun dengan menggunakan SOAP secara

operasional (Bakri, 2017):

S adalah berbagai persoalan yang disampaikan oleh keluarga setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

O adalah berbagai persoalan yang ditemukan oleh perawat setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

A adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang

terkait dengan diagnosis.

P adalah perencanaan direncanakan kembali setelah mendapatkan hasil dari respons

keluarga pada tahapan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai