Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Analisi Kasus Bank Mega

Diajukan sebagai tugas

Mata Kuliah Good Coorporate Governance

Disusun Oleh :

Nama : Rio Aditya Adjis

Nim : 2161201216

Kelas : E/F (Pagi)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN AJARAN 2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis

masih diberi Kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul “Analisi Kasus yang terjadi pada Bank Mega” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Ibu Resy

Purwithasari,SE.,MM selaku dosen dalam mata kuliah Good Corporate Governance.

Selain itu, dengan menyusun makalah ini penulis dapat memperoleh banyak ilmu dan

pengetahuan selama penulis menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Resy Perwithasari,SE.,MM selaku

dosen dalam mata kuliah Good Corporate Governance.

Dalam menyusun makalah ini, penulis mengalami beberapa hambatan dan

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan

kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh semua pihak.

Tangerang, 29 Desember 2022

Rio Aditya Adjis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Sejarah Bank Mega

Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT. Bank Karman yang

didirikan pada tahun 1969 dan berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada

tahun 1992 Berubah nama menjadi PT. Mega Bank dan melakukan relokasi

Kantor Pusat ke Jakarta. Seiring dengan perkembangannya PT. Mega Bank

pada tahun 1996 diambil alih oleh PARA GROUP (PT. Para Global Investindo

dan PT. Para Rekan Investama) sebuah holding company milik pengusaha

nasional - Chairul Tanjung. Selanjutnya PARA GROUP berubah nama menjadi

CT Corpora. Untuk lebih meningkatkan citra PT. Mega Bank, pada bulan Juni

1997 dilakukan perubahan logo Bank Mega berupa tulisan huruf M warna biru

kuning dengan tujuan bahwa sebagai lembaga keuangan kepercayaan

masyarakat, akan lebih mudah dikenal melalui logo perusahaan yang baru

tersebut. Tahun 1998 Pada saat krisis ekonomi, Bank Mega mencuat sebagai

salah satu bank yang tidak terpengaruh oleh krisis dan tumbuh terus tanpa

bantuan pemerintah bersama-sama dengan bank bank asing yang berada di

Indonesia. Dan pada tahun 2000 dilakukan perubahan nama dari PT. Mega

Bank menjadi PT. Bank Mega.

Dalam rangka memperkuat struktur permodalan, maka pada tahun yang

sama PT. Bank Mega melaksanakan Initial Public Offering dan pencatatan

(listed) di BEJ dan BES serta berubah namanya menjadi PT. Bank Mega Tbk.  
PT. Bank Mega Tbk. berpegang pada azas profesionalisme, keterbukaan

dan kehati-hatian dengan struktur permodalan yang kuat serta produk dan

fasilitas perbankan terkini.

Bank Mega meluncurkan logo baru dan semboyan baru “Untuk Indonesia

yang Lebih Baik”. Identitas baru ini merupakan refleksi yang mendalam atas

harapan Bank Mega untuk berkiprah membangun Indonesia menjadi bangsa

yang memiliki keunggulan dan pantang menyerah.

Penegasan simbol "M" menjadi representasi dari aspirasi, optimisme,

peluang dan cita-cita masyarakat Indonesia serta keinginan untuk membangun

masa depan keluarga dan bangsa yang lebih baik dan lebih sejahtera.

Rangkaian warna-warna hangat melambangkan energi dan semangat Bank

Mega, pemikiran yang baru dan solusi finansial menyeluruh bagi nasabah serta

insan Bank Mega. Warna kuning menggambarkan kecerdasan dan harapan,

dipadu dengan warna abu-abu yang menyimbolkan proses dan sistem yang

canggih. Warna oranye menggambarkan optimisme dan energisitas yang

menunjukkan bahwa Bank Mega selalu melihat dan melakukan sesuatu secara

positif dan dengan demikian selalu berjuang mendapatkan hasil yang positif

pula.

Transformasi logo dan semboyan baru Bank Mega menjadi cerminan

semangat seluruh elemen Bank Mega dalam mewujudkan cita-cita Indonesia.

Seluruh elemen Bank Mega sepakat untuk mewujudkan cita-cita tersebut dan

akan mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN KASUS

Sejumlah nasabah PT Bank Mega Tbk mengaku kehilangan dana

depositonya yang ditaruh pada bank Bank Mega cabang Gatot Subroto, Denpasar,

Bali. Saat ini sudah ada 14 nasabah yang menjadi korban dengan total kerugian

berkisar Rp 56 miliar. Salah satu kuasa hukum nasabah pun menaruh kecurigaan

sebab ada pergantian kepemimpinan di bank tersebut. Saat ini, kasus dana nasabah

itu pun ditangani dua kuasa hukum, yaitu Munnie Yasmin dan Suryatin Lijaya.

Masing-masing menangani sembilan dan lima nasabah. Dua kuasa hukum ini

menceritakan kasus kehilangan dana tersebut mencuat saat dilakukan pencetakan

rekening dan penarikan dana pada November 2020 lalu. Saat itu, kepala cabang

Bank Mega di Gatot Subroto telah mengundurkan diri. Para nasabah yang

dirugikan itu merupakan nasabah prioritas Bank Mega. Mereka tak hanya

menyimpan dana dalam bentuk deposito, tetapi juga sejumlah program simpanan

Bank Mega seperti tabungan selama enam bulan dengan bunga tertentu. Salah satu

nasabah Bank Mega di Bali yang tabungan depositonya raib ternyata sempat

menemukan kejanggalan dalam pencetakan rekening pada tahun 2012 silam.

Namun ia baru melaporkan ketika kepala cabang Bank Mega Cabang Gatot

Subroto, Denpasar, Bali mengundurkan diri pada November 2020 lalu. Munnie

(kuasa hukum) memaparkan, salah satu nasabah itu sempat mencetak rekening

simpanan satu hari seusai mempercayakan dananya disimpan di Bank Mega.

Pengecekan rekening pada Mei 2012 silam tersebut cukup mengejutkan, karena

dana yang baru satu hari disimpan telah raib.


Namun begitu, nasabah itu tetap menyimpan dananya di Bank Mega. Saat

itu, kepala cabang bersangkutan hanya memberikan buku tabungan kepada

nasabah, tanpa akses ke fasilitas electronic banking dengan dalih sistem sedang

error. Saat itu nasabah tak merasa ada firasat buruk. Dia pun tetap mempercayakan

tabungan depositonya di Bank Mega lantaran tiap bulan mendapat laporan bunga

deposito yang masuk ke rekening. Saat ini kasus raibnya dana nasabah Rp 56 miliar

itu sudah masuk dalam dua berkas pelaporan berbeda. Pertama, pelaporan yang

dilakukan langsung oleh nasabah ke Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan

Khusus Bareskrim Mabes Polri. Kedua, pelaporan dilakukan oleh Bank Mega ke

Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri. Munnie (kuasa

hukum) menilai selama ini Bank Mega tidak cukup koperatif dalam menangani

kasus tersebut. Pasalnya, saat kliennya melakukan pengaduan pada November 2020

silam, bank tersebut hanya meminta nasabah mengisi form pengaduan. Sejak itu

juga tak ada koordinasi dari bank yang mengaku masih dilakukan investasi dari

pusat.

Kasus baru bergulir ketika Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber)

Bareskrim Polri memanggil nasabah untuk meminta keterangan. Dari pemanggilan

tersebut, nasabah kemudian meminta bukti cetak rekening dari 2012. Dari bukti

cetak tersebut, diketahui dana nasabah telah dialihkan ke rekening lain tanpa seizin

pemilik dana. Sementara itu, kuasa hukum lima nasabah lainnya, Suryatin Lijaya,

mengatakan total dana kliennya yang raib sebanyak Rp 23 miliar. Tapi ia tidak

dapat memerinci nilai simpanan masing-masing nasabah berikut dengan bunganya.

"Klien saya jadi nasabah dari sekitar 2015-2016. Mereka baru tahu November 2020

(dananya hilang) karena pada waktu itu mereka mau cek rekening dan cairkan
depositonya," ucap Suryatin. Menanggapi hal ini, Direktur Utama Bank Mega

Kostaman Thayib mengatakan sejumlah pegawai Bank Mega yang diduga terlibat

dalam kasus ini sudah ditahan. Pihak kepolisian, lanjutnya, masih menyelidiki

kasus tersebut.
BAB III

ANALISIS KASUS

Proses penyelesaian raibnya Rp 56 miliar dana milik 14 orang nasabah PT

Bank Mega Tbk (MEGA) cabang Denpasar Bali yang terjadi jelang akhir tahun

2020 silam, terus bergulir. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan, OJK sangat

menaruh perhatian (concern) terhadap perkembangan dan penyelesaian kasus fraud

tersebut dan telah berkomunikasi intensif dengan para pihak, khususnya Bank

Mega terkait penyelesaiannya. "OJK tentunya sangat mengutamakan keamanan

dana nasabah di bank. Oleh karena itu, OJK telah meminta Bank Mega untuk

menjamin keamanan semua dana nasabahnya di bank dan menyelesaikan

permasalahan tersebut dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku," terang Hizbullah Kepala Departemen Pengawasan Bank 1 OJK kepada

KONTAN, Selasa (18/5).

Hizbullah menjelaskan, terkait dengan kasus Bank Mega di Bali tersebut,

bermula dari adanya kejadian fraud yang dilakukan oleh oknum internal Bank

Mega pada aktivitas pendanaan di kantor cabang. "Saat ini, oknum pegawai

tersebut sebagai pelaku, sudah ditetapkan sebagai tersangka dan dalam proses

penahanan oleh yang berwajib," tutur Hizbullah. Senada dengan Kostaman, Kepala

OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara Giri Tribroto mengatakan kasus yang

terjadi di Bank Mega saat ini sedang ditangani Kepolisian. Otoritas Jasa Keuangan

pun menghormati proses hukum yang sedang berjalan. Menurutnya, Bank Mega

saat ini juga masih melakukan investigasi kepada pihak-pihak yang terkait dan

melakukan penelusuran transaksi secara cermat. Siapa pun yang terbukti


melakukan tindak pidana maupun mengambil keuntungan dari hasil kejahatan akan

diproses sesuai perundang-undangan yang berlaku. Dalam penanganan kasus

tersebut, Bank Mega telah menyampaikan kepada OJK bahwa mereka memiliki

itikad baik untuk menyelesaikan kasus ini. Bank Mega telah melakukan beberapa

kali pertemuan langsung dengan para nasabah serta pihak kuasa hukum nasabah,

untuk membahas dan memberi penjelasan langsung terkait transaksi nasabah serta

proses hukum yang sedang berlangsung.

Namun demikian, lanjut Hizbullah, menurut bank Mega memang masih

terdapat beberapa hal yang belum mencapai kesepakatan, terutama terkait jumlah

klaim dana yang hilang karena menurut bank, sebagian besar dana yang diklaim

oleh nasabah tersebut telah dicairkan sebelumnya. Oleh karena itu, kata Hizbullah,

kasus tersebut telah ditangani kepolisian untuk menemukan titik terang dan

kejelasan dari kejadian yang sebenarnya, dan Bank berkomitmen akan

melaksanakan keputusan pengadilan nantinya, apabila telah memiliki kekuatan

hukum tetap. "Sampai saat ini, OJK masih melakukan pemantauan ketat terhadap

perkembangan dan penyelesaian kasus tersebut yang saat ini prosesnya telah

dilimpahkan ke Kejaksaan," imbuh Hizbullah. Hizbullah juga menekankan, bahwa

posisi OJK sebagai penengah. Jadi, selain melindungi kepentingan nasabah, OJK

juga melindungi bank dari pihak-pihak tertentu yang mencoba membobol dana

bank.

Dalam beberapa kasus, kata Hizbullah, fraud terjadi karena adanya kerja

sama antara oknum internal bank dengan pihak eksternal, termasuk dengan nasabah

yang nakal (sindikat). Terkait dengan itu, perlu dipastikan permasalahan yang

sebenarnya dan siapa yang salah. "Dalam kasus ini, bank juga melaporkan punya
bukti bahwa sebagian besar dana tersebut telah dicairkan sebelumnya. Kalau

memang terbukti pihak bank yang salah, maka bank harus bertanggung jawab

untuk mengembalikan dana nasabah tersebut," pungkas Hizbullah. Harapan ke OJK

DR Munnie Yasmin selaku kuasa hukum 9 orang nasabah Bank Mega saat

dihubungi KONTAN mengatakan, pihak OJK telah mendengar penjelasan nasabah

dengan detail. "Pihak OJK meminta kami untuk mengirimkan laporan, terutama

transaksi yang fiktif (tidak dilakukan oleh nasabah). Kami akan mengirimkannya

pekan depan," ujar Munnie, Jumat (21/5).

Sebelumnya Munnie mengatakan, bahwa pihak Bank Mega tidak mengakui

adanya rekening fiktif yang dibuat oleh para tersangka. "Jadi dianggap, bahwa dana

yang ditarik tanpa sepengetahuan klien kami dan dimasukkan ke rekening fiktik

atas nama klien itu adalah transaksi yang riil," kata Munnie. Padahal menurut

Munnie, kliennya sama sekali tidak tahu adanya penarikan dana tersebut. Munnie

berharap, OJK dapat bersikap tegas kepada bank untuk memerintahkan pemberian

ganti rugi ke nasabah. Jika Bank Mega tidak memberikan ganti rugi, lanjut Munnie,

seharusnya OJK sebagai pengawas dapat bertindak tegas agar tidak ada lagi korban.

"Apalagi jika dilihat dari sejarahnya, ada beberapa kasus yang polanya mirip terjadi

di Bank Mega, artinya SOP banknya lemah, tidak ada pengawasan," imbuh

Munnie.

Hal senada diungkapkan Suryatin Lijaya SH, pengacara 5 orang nasabah

Bank Mega. "Kami berharap OJK objektif dan melindungi kepentingan hak

nasabah. Dan yang paling penting, uang nasabah dikembalikan," ujar Suryatin,

Senin (17/5). Suryatin menambahkan, pihaknya masih mengklarifikasi data-data

yang diminta oleh Bank Mega. Ada banyak transaksi yang harus diklarifikasi. "Ada
pembukaan rekening atas nama klien, tapi klien tidak pernah mengadakan

persetujuan untuk pembukaan rekening tersebut. Makanya dibilang itu rekening

fiktif, yang bikin tentunya orang dalam bank sendiri," tukas Suryatin.

Pihak Bank Mega pun tidak tinggal diam dan berkali kali mencoba

meluruskan persoalan tersebut. Lewat penjelasan resminya, Sekretaris Perusahaan

PT Bank Mega Tbk Christiana M Damanik menyatakan, dua dari tiga orang

tersangka pembobolan dana nasabah berasal dari internal bank. Satu orang

tersangka lainnya, merupakan teman dari salah satu oknum internal Bank Mega

yang melakukan pembobolan dana nasabah. Ketiga tersangka kini telah

dilimpahkan kasusnya ke Kejaksaan Negeri Denpasar. Saat ini, lanjut Christiana,

para pelaku ditahan selama 20 hari ke depan sejak tanggal 5 Mei 2021 di Rutan

Polresta Denpasar. "Bank Mega serius dalam menindaklanjuti permasalahan fraud

yang terjadi dan telah berkoordinasi dengan OJK dan kepolisian. Bank Mega

berharap melalui proses hukum yang tengah berlangsung, akan mendapatkan

kejelasan mengenai peristiwa fraud yang terjadi di Cabang," terang Christiana,

Senin (17/5). Bank Mega, lanjut Christiana, akan mengikuti keputusan yang akan

ditetapkan pengadilan dan merupakan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Christiana menegaskan bahwa Bank Mega mempunyai itikad baik lewat

pertemuan-pertemuan dengan para nasabah dan kuasa hukum nasabah, serta

memberi penjelasan terkait transaksi nasabah dan proses hukum yang sedang

berlangsungung.
LATIHAN

1. Jelaskan tugas dan fungsi Dewan Komisaris dan Direksi!

Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab

secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada

Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun

demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan

operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris termasuk

Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama sebagai primus inter

pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris.

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara

kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat

melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas

dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota

Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing

anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara. Tugas Direktur Utama

sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi.

2. Jelaskan kemampuan dan integritas yang harus dimiliki oleh Dewan

Direksi!

Anggota direksi harus memenuhi syarat dan kemampuan integritas sehingga

pelaksanaan fungsi pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik.

Adapun kemampuan integritas yang harus dimiliki seorang direksi adalah

sebagai berikut:
 Anggota direksi dilarang memanfaatkan perusahaan untuk kepentingan

pribadi, keluarga, kelompo usahanya dan atau pihak lain.

 Anggota direksi harus memahami dan mematuhi anggaran dasar dan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugasnya.

 Anggota direksi harus memahami dan melaksanakan pedoman GCG ini.

3. Apa tujuan dibentuknya Komite Audit, Komite Pemantau Resiko, Komite


Remunerasi dan Nominasi oleh Dewan Komisaris?

Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa:

 Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi


yang berlaku umum.
 Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik.
Pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan
standar audit yang berlaku.
 Tindaklanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.

Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam


mengkaji sistem manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai
toleransi risiko yang dapat diambil oleh perusahaan. Anggota Komite Kebijakan
Risiko terdiri dari anggota Dewan Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga
menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan.

Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris


dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dan
Direksi serta sistem remunerasinya.

 Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris


mempersiapkan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan
mengusulkan besaran remunerasinya: Dewan Komisaris dapat
mengajukancalon tersebut dan remunerasinya untuk memperoleh keputusan
RUPS dengan cara sesuai ketentuan Anggaran Dasar.
 Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara,
perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh
masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap
kelestarian
 lingkungan, Komite Nominasi dan Remunerasi diketuai oleh Komisaris
Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku
profesi dari luar perusahaan.
 Keberadaan Komite Nominasi dan Remunerasi serta tata kerjanya
dilaporkan dalam RUPS.
4. Jelaskan tugas dan fungsi Komite Kebijakan Corporate Governance!
 Komite kebijakan corporate governance bertugas membantu Dewan
Komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun
oleh Direksi serta menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang
bertalian dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility).
 Anggota kebijakan corporate governance terdiri dari anggota Dewan
Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari
luar perusahaan.
 Bila dipandang perlu, komite kebijakan corporate governance dapat
digabung dengan komite nominasi dan remunerasi.

Anda mungkin juga menyukai