Analisi Bank Mega
Analisi Bank Mega
Disusun Oleh :
Nim : 2161201216
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
masih diberi Kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Analisi Kasus yang terjadi pada Bank Mega” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Ibu Resy
Selain itu, dengan menyusun makalah ini penulis dapat memperoleh banyak ilmu dan
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh semua pihak.
BAB I
PENDAHULUAN
Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT. Bank Karman yang
tahun 1992 Berubah nama menjadi PT. Mega Bank dan melakukan relokasi
pada tahun 1996 diambil alih oleh PARA GROUP (PT. Para Global Investindo
dan PT. Para Rekan Investama) sebuah holding company milik pengusaha
CT Corpora. Untuk lebih meningkatkan citra PT. Mega Bank, pada bulan Juni
1997 dilakukan perubahan logo Bank Mega berupa tulisan huruf M warna biru
masyarakat, akan lebih mudah dikenal melalui logo perusahaan yang baru
tersebut. Tahun 1998 Pada saat krisis ekonomi, Bank Mega mencuat sebagai
salah satu bank yang tidak terpengaruh oleh krisis dan tumbuh terus tanpa
Indonesia. Dan pada tahun 2000 dilakukan perubahan nama dari PT. Mega
sama PT. Bank Mega melaksanakan Initial Public Offering dan pencatatan
(listed) di BEJ dan BES serta berubah namanya menjadi PT. Bank Mega Tbk.
PT. Bank Mega Tbk. berpegang pada azas profesionalisme, keterbukaan
dan kehati-hatian dengan struktur permodalan yang kuat serta produk dan
Bank Mega meluncurkan logo baru dan semboyan baru “Untuk Indonesia
yang Lebih Baik”. Identitas baru ini merupakan refleksi yang mendalam atas
masa depan keluarga dan bangsa yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Mega, pemikiran yang baru dan solusi finansial menyeluruh bagi nasabah serta
dipadu dengan warna abu-abu yang menyimbolkan proses dan sistem yang
menunjukkan bahwa Bank Mega selalu melihat dan melakukan sesuatu secara
positif dan dengan demikian selalu berjuang mendapatkan hasil yang positif
pula.
Seluruh elemen Bank Mega sepakat untuk mewujudkan cita-cita tersebut dan
PEMBAHASAN KASUS
depositonya yang ditaruh pada bank Bank Mega cabang Gatot Subroto, Denpasar,
Bali. Saat ini sudah ada 14 nasabah yang menjadi korban dengan total kerugian
berkisar Rp 56 miliar. Salah satu kuasa hukum nasabah pun menaruh kecurigaan
sebab ada pergantian kepemimpinan di bank tersebut. Saat ini, kasus dana nasabah
itu pun ditangani dua kuasa hukum, yaitu Munnie Yasmin dan Suryatin Lijaya.
Masing-masing menangani sembilan dan lima nasabah. Dua kuasa hukum ini
rekening dan penarikan dana pada November 2020 lalu. Saat itu, kepala cabang
Bank Mega di Gatot Subroto telah mengundurkan diri. Para nasabah yang
dirugikan itu merupakan nasabah prioritas Bank Mega. Mereka tak hanya
menyimpan dana dalam bentuk deposito, tetapi juga sejumlah program simpanan
Bank Mega seperti tabungan selama enam bulan dengan bunga tertentu. Salah satu
nasabah Bank Mega di Bali yang tabungan depositonya raib ternyata sempat
Namun ia baru melaporkan ketika kepala cabang Bank Mega Cabang Gatot
Subroto, Denpasar, Bali mengundurkan diri pada November 2020 lalu. Munnie
(kuasa hukum) memaparkan, salah satu nasabah itu sempat mencetak rekening
Pengecekan rekening pada Mei 2012 silam tersebut cukup mengejutkan, karena
nasabah, tanpa akses ke fasilitas electronic banking dengan dalih sistem sedang
error. Saat itu nasabah tak merasa ada firasat buruk. Dia pun tetap mempercayakan
tabungan depositonya di Bank Mega lantaran tiap bulan mendapat laporan bunga
deposito yang masuk ke rekening. Saat ini kasus raibnya dana nasabah Rp 56 miliar
itu sudah masuk dalam dua berkas pelaporan berbeda. Pertama, pelaporan yang
Khusus Bareskrim Mabes Polri. Kedua, pelaporan dilakukan oleh Bank Mega ke
hukum) menilai selama ini Bank Mega tidak cukup koperatif dalam menangani
kasus tersebut. Pasalnya, saat kliennya melakukan pengaduan pada November 2020
silam, bank tersebut hanya meminta nasabah mengisi form pengaduan. Sejak itu
juga tak ada koordinasi dari bank yang mengaku masih dilakukan investasi dari
pusat.
tersebut, nasabah kemudian meminta bukti cetak rekening dari 2012. Dari bukti
cetak tersebut, diketahui dana nasabah telah dialihkan ke rekening lain tanpa seizin
pemilik dana. Sementara itu, kuasa hukum lima nasabah lainnya, Suryatin Lijaya,
mengatakan total dana kliennya yang raib sebanyak Rp 23 miliar. Tapi ia tidak
"Klien saya jadi nasabah dari sekitar 2015-2016. Mereka baru tahu November 2020
(dananya hilang) karena pada waktu itu mereka mau cek rekening dan cairkan
depositonya," ucap Suryatin. Menanggapi hal ini, Direktur Utama Bank Mega
Kostaman Thayib mengatakan sejumlah pegawai Bank Mega yang diduga terlibat
dalam kasus ini sudah ditahan. Pihak kepolisian, lanjutnya, masih menyelidiki
kasus tersebut.
BAB III
ANALISIS KASUS
Bank Mega Tbk (MEGA) cabang Denpasar Bali yang terjadi jelang akhir tahun
2020 silam, terus bergulir. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan, OJK sangat
tersebut dan telah berkomunikasi intensif dengan para pihak, khususnya Bank
dana nasabah di bank. Oleh karena itu, OJK telah meminta Bank Mega untuk
bermula dari adanya kejadian fraud yang dilakukan oleh oknum internal Bank
Mega pada aktivitas pendanaan di kantor cabang. "Saat ini, oknum pegawai
tersebut sebagai pelaku, sudah ditetapkan sebagai tersangka dan dalam proses
penahanan oleh yang berwajib," tutur Hizbullah. Senada dengan Kostaman, Kepala
OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara Giri Tribroto mengatakan kasus yang
terjadi di Bank Mega saat ini sedang ditangani Kepolisian. Otoritas Jasa Keuangan
pun menghormati proses hukum yang sedang berjalan. Menurutnya, Bank Mega
saat ini juga masih melakukan investigasi kepada pihak-pihak yang terkait dan
tersebut, Bank Mega telah menyampaikan kepada OJK bahwa mereka memiliki
itikad baik untuk menyelesaikan kasus ini. Bank Mega telah melakukan beberapa
kali pertemuan langsung dengan para nasabah serta pihak kuasa hukum nasabah,
untuk membahas dan memberi penjelasan langsung terkait transaksi nasabah serta
terdapat beberapa hal yang belum mencapai kesepakatan, terutama terkait jumlah
klaim dana yang hilang karena menurut bank, sebagian besar dana yang diklaim
oleh nasabah tersebut telah dicairkan sebelumnya. Oleh karena itu, kata Hizbullah,
kasus tersebut telah ditangani kepolisian untuk menemukan titik terang dan
hukum tetap. "Sampai saat ini, OJK masih melakukan pemantauan ketat terhadap
perkembangan dan penyelesaian kasus tersebut yang saat ini prosesnya telah
posisi OJK sebagai penengah. Jadi, selain melindungi kepentingan nasabah, OJK
juga melindungi bank dari pihak-pihak tertentu yang mencoba membobol dana
bank.
Dalam beberapa kasus, kata Hizbullah, fraud terjadi karena adanya kerja
sama antara oknum internal bank dengan pihak eksternal, termasuk dengan nasabah
yang nakal (sindikat). Terkait dengan itu, perlu dipastikan permasalahan yang
sebenarnya dan siapa yang salah. "Dalam kasus ini, bank juga melaporkan punya
bukti bahwa sebagian besar dana tersebut telah dicairkan sebelumnya. Kalau
memang terbukti pihak bank yang salah, maka bank harus bertanggung jawab
DR Munnie Yasmin selaku kuasa hukum 9 orang nasabah Bank Mega saat
dengan detail. "Pihak OJK meminta kami untuk mengirimkan laporan, terutama
transaksi yang fiktif (tidak dilakukan oleh nasabah). Kami akan mengirimkannya
adanya rekening fiktif yang dibuat oleh para tersangka. "Jadi dianggap, bahwa dana
yang ditarik tanpa sepengetahuan klien kami dan dimasukkan ke rekening fiktik
atas nama klien itu adalah transaksi yang riil," kata Munnie. Padahal menurut
Munnie, kliennya sama sekali tidak tahu adanya penarikan dana tersebut. Munnie
berharap, OJK dapat bersikap tegas kepada bank untuk memerintahkan pemberian
ganti rugi ke nasabah. Jika Bank Mega tidak memberikan ganti rugi, lanjut Munnie,
seharusnya OJK sebagai pengawas dapat bertindak tegas agar tidak ada lagi korban.
"Apalagi jika dilihat dari sejarahnya, ada beberapa kasus yang polanya mirip terjadi
di Bank Mega, artinya SOP banknya lemah, tidak ada pengawasan," imbuh
Munnie.
Bank Mega. "Kami berharap OJK objektif dan melindungi kepentingan hak
nasabah. Dan yang paling penting, uang nasabah dikembalikan," ujar Suryatin,
yang diminta oleh Bank Mega. Ada banyak transaksi yang harus diklarifikasi. "Ada
pembukaan rekening atas nama klien, tapi klien tidak pernah mengadakan
fiktif, yang bikin tentunya orang dalam bank sendiri," tukas Suryatin.
Pihak Bank Mega pun tidak tinggal diam dan berkali kali mencoba
PT Bank Mega Tbk Christiana M Damanik menyatakan, dua dari tiga orang
tersangka pembobolan dana nasabah berasal dari internal bank. Satu orang
tersangka lainnya, merupakan teman dari salah satu oknum internal Bank Mega
para pelaku ditahan selama 20 hari ke depan sejak tanggal 5 Mei 2021 di Rutan
yang terjadi dan telah berkoordinasi dengan OJK dan kepolisian. Bank Mega
Senin (17/5). Bank Mega, lanjut Christiana, akan mengikuti keputusan yang akan
ditetapkan pengadilan dan merupakan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.
memberi penjelasan terkait transaksi nasabah dan proses hukum yang sedang
berlangsungung.
LATIHAN
demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan
Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama sebagai primus inter
anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara. Tugas Direktur Utama
Direksi!
sebagai berikut:
Anggota direksi dilarang memanfaatkan perusahaan untuk kepentingan