Anda di halaman 1dari 6

PROGRAM KERJA PROGRAM PENGENDALIAN

RESISTENSI ANTIMIKROBA 2022

YAYASAN BAITUL MUSTASFA


RUMAH SAKIT NU BAITUSSYIFA’ LIMPUNG
TAHUN 2022
I. Pendahuluan

Resistensi antimikroba, antimicrobial resistance, AMR adalah resistensi mikroba terhadap


antimikroba telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak merugikan
dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan. Berkembangnya resistensi antimikroba karena
tekanan seleksi (selection pressure) yang sangat berhubungan dengan penggunaan antimikroba, dan
penyebaran mikroba resisten (spread). Tekanan seleksi resistensi dapat dihambat dengan cara
menggunakan secara bijak, sedangkan proses penyebaran dapat dihambat dengan cara
mengendalikan infeksi secara optimal.
Resistensi antimikroba yang dimaksud adalah resistensi terhadap antimikroba yang efektif
untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan parasit. Sedangkan antibiotik
merupakan antibakteri yang mana bakteri adalah penyebab infeksi terbanyak.
Masalah resistensi antimikroba juga terjadi di Indonesia. Pada tahun 2016, KPRA (Kominte
Pengendalian Resistensi Antimikroba) melakukan kajian penggunaan antibiotik di 6 rumah sakit
pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan 70-80% antibiotik digunakan secara tidak tepat, yaitu
berupa kecenderungan penggunaan antibiotik tanpa indikasi, penggunaan antibiotik terlalu lama
dan pilihan antibiotik yang cenderung menggunakan golongan antibiotik direstriksi /dikendalikan
atau high-end antibiotic yakni antibiotik yang kualitas sensitifitasnya baik dan harus dijaga agar
tetap bisa dipergunakan dalam waktu lama.
Berbagai cara perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah resistensi antimikroba ini baik
di tingkat perorangan, tingkat institusi atau lembaga pemerintahan, dalam kerja sama antar-institusi
maupun antar-negara. Hal ini sesuai dengan rekomendasi WHA dan WHO bulam Mei 2015 melalui
Global Action Plan (GAP) on Antimicrobial resistance (WHO, 2015) dengan menyampaikan 5
usulan strategis. Diperlukan pemahaman dan keyakinan tentang adanya masalah resistensi
antimikroba, yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan nasional melalui program terpadu antara
rumah sakit, profesi kesehatan, masyarakat, perusahaan farmasi, dan pemerintah daerah di bawah
koordinasi pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan. Gerakan penanggulangan dan
pengendalian resistensi antimikroba secara paripurna ini disebut dengan Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba (PPRA).
Dalam rangka pelaksanaan PPRA di rumah sakit NU Baitussyifa’, maka perlu disusun
pedoman pelaksanaan agar pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit.

II. Latar Belakang


Rumah Sakit NU Baitussyifa’ saat ini berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan,

Program Kerja Program Pengendalian Resistensi Antimikroba 1


2021
Rumah Sakit Siti Khodijah Pekalongan Tahun 2021
sehingga Rumah Sakit NU Baitussyifa’ mulai mengapresiasi pencapaian kualitasnya dengan
mengikuti standar akreditasi SNARS. Untuk itu, seluruh unit kerja Rumah Sakit NU Baitussyifa’
harus mengikuti standar yang ditetapkan Rumah Sakit untuk mencapai kualitas yang diharapkan.
Standar Akreditasi mengamanatkan bahwa rumah sakit wajib menyelenggarakan
pengendalian resistensi antimikroba sesuai aturan perundang-undangan, yaitu Permenkes No 8
Tahun 2015 tentang Program Pengendalian Antimikroba Di Rumah Sakit. Indikator mutu PPRA
dalam SNARS Edisi 1 meliputi perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik, perbaikan kualitas
penggunaan antibiotik, peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin dan
terintegrasi, penurunan angka infeksi rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba resisten, dan
indikator mutu PPRA yang terintegrasi pada indikator mutu PMPKP.
Diperlukan adanya strategi dan program kegiatan yang dibuat untuk satu tahun kedepan.
Program kegiatan antara lain adalah pembuatan pedoman PPRA dan pedoman penggunaan
antibiotik, penyusunan program kerja PPRA, sosialisasi PPRA kepada seluruh karyawan, analisis
kuantitatif penggunaan antibiotik profilaksis bedah Obsgyn, analisis kualitatif penggunaan
antibiotik pada pasien typhoid, pilot projek antibiotik profilaksis bedah section caesaria serta
diskusi multidisiplin evaluasi penggunaan antibiotik. Untuk selanjutnya sarana dan prasarana yang
belum terpenuhi dianggarkan kembali sesuai dengan kebutuhan dan standar yang berlaku

III. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mengendalikan resistensi antibiotik di rumah sakit NU Baitussyifa’ agar berlangsung secara
baku, terpadu, berkesinambungan, terukur, dan dapat dievaluasi.
2. Tujuan Khusus :
a. Menggunakan antibiotik secara tepat dan bijak
b. Mencegah terjadinya resistensi antibiotik

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


1. Penyusunan program kerja PPRA
2. Sosialisasi PPRA kepada seluruh karyawan R S
3. Pilot projek: Antibiotik profilaksis bedah sectio caesaria

4. Analisis kuantitatif penggunaan antibiotik profilaksis bedah sectio caesaria


5. Analisis kualitatif penggunaan antibiotik
6. Pertemuan berkala tim PPRA setiap bulan
7. Diskusi kasus multidisiplin evaluasi penggunaan antibiotik.

Program Kerja Program Pengendalian Resistensi Antimikroba 2


2021
Rumah Sakit Siti Khodijah Pekalongan Tahun 2021
V. Cara Melaksanakan Kegiatan
1. Penyusunan Program Kerja PPRA
Program kerja disusun sesuai dengan target yang ingin dicapai serta sesuai indikator mutu
program PPRA dalam SNARS
2. Sosialisasi
Pelaksanaan in house training (IHT) yang melibatkan seluruh tim PPRA, manajemen
pelayanan, unit kerja pelayanan, serta DPJP terkait. Pembicara adalah seorang dokter
spesialis mikrobiologi klinik atau praktisi lainnya yang sudah mendapat pelatihan.
3. Pilotproject antibiotik profilaksis kasus seetion caesarea
Penggunaan antibiotik profilaksis seetion caesarea menggunakan antibiotik cefazolin. Tim
KFT perlu memasukkan cefazolin dalam formularium rumah sakit. Tim pengadaan mulai
memesan antibiotik cefazolin. Sosialisasi penggunaan antibiotik profilaksis bedah sectio
caesaria kepada DPJP terkait.
4. Analisis kuantitatif penggunaan antibiotik profilaksis bedah sectio caesaria
Analisis kuantitatif dilakukan pada pasien ruang Shofa. Tim PPRA akan dibagi menjadi dua
tim yaitu tim ekstraktor data dan tim DDD. Tim ekstraktor data akan memasukkan data di
rekam medis pasien sesuai dengan data yang diperlukan dalam perhitungan DDD, data
tersebut akan di masukkan dalam form data DDD. Tim DDD bertugas menghitung DDD
antibiotik profilaksis bedah yang digunakan dalam satu bulan di ruang Shofa. Evaluasi hasil
DDD dilakukan bersama seluruh tim PPRA.
5. Analisis kualitatif penggunaan antibiotik
Analisis kualitatif dilakukan terhadap pasien dengan kasus tertentu dalam satu bulan. Tim
reviewer terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anestesi, serta dokter
spesialis obsgyn.
6. Diskusi kasus multidisiplin evaluasi penggunaan antibiotik
Kasus yang dipilih didiskusikan bersama antara dokter spesialis, dokter umum, tenaga
kefarmasian, perawat, petugas laboratorium serta profesi terkait.
7. Pertemuan berkala tim PPRA setiap bulan
Diadakan pertemuan berkala tim PPRA setiap bulan untuk evaluasi program kerja yang telah
dilaksanakan serta merencanakan kegiatan bulan berikutnya.

Program Kerja Program Pengendalian Resistensi Antimikroba 3


2021
Rumah Sakit Siti Khodijah Pekalongan Tahun 2021
VI. Indikator Mutu
1. Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik
2. Perbaikan kualitas penggunaan antibiotik
3. Penanganan mutu penanganna kasus infeksi multidisiplin dan terintegrasi
4. Penurunan angka infeksi rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba resisten
5. indikator mutu PPRA yang terintegrasi pada indikator mutu PMKP

VII. JADWAL KEGIATAN TAHUN 2021


No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Penyusunn Program
1
Kerja PPRA
Penyusunn Pedoman
2 PPRA

3 Sosialisasi Program
PPRA (IHT)
4 Pemilihan Pilot Proyek
Analisis Kuantitatif
5
DDD
Analisis Kualitatif
6
Gyssens
7 Diskusi Multidisiplin
Pertemuan rutin tim PPRA
8

VIII. Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan dilakukan setiap selesai melaksanakan kegiatan
2. Pelaporan hasil evaluasi kuantitatif dan kualitatif kepada Manajer Pelayanan Rumah Sakit
NU Baitussyifa’Limpung

IX. Pembiayaan dan Anggaran


Semua pembiayaan dan anggaran di tanggung oleh Rumah Sakit NU Baitussyifa’ Limpung
No. Nama Barang Jumlah Anggaran
Pembuatan Sarana dan Prasarana Ruang
1
Tim PPRA

2 In House Training PPRA

3 Sosialisasi DPJP terkait

4 Pelatihan Tim PPRA


Jumlah

Program Kerja Program Pengendalian Resistensi Antimikroba 4


2021
Rumah Sakit Siti Khodijah Pekalongan Tahun 2021
Demikian penyusunan program kerja PPRA tahun 2021 Rumah Sakit NU Baitussyifa’
Pekalongan kami buat agar dapat menjadi bahan dalam penyusunan program kerja Rumah Sakit
NU Baitussyifa’ Pekalongan

Batang, xxxxxx 2022


Mengetahui,
Ketua Tim PPRA

xxxxxxxx

Program Kerja Program Pengendalian Resistensi Antimikroba 5


2021
Rumah Sakit Siti Khodijah Pekalongan Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai