Anda di halaman 1dari 4

Tarif pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

1. Lapisan Penghasilan Kena Pajaksampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta


rupiah) dikenai tarif 5%(lima persen)
2. Lapisan Penghasilan Kena Pajak  di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dikenai
tarif 15%(lima belas persen)
3. Lapisan Penghasilan Kena Pajakdi atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima  ratus juta rupiah) dikenai tarif 25%
(dua puluh limapersen)
4. Lapisan Penghasilan Kena Pajakdi atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) dikenai tarif 30%(tiga puluh persen).

Jenis – Jenis Pemotongan dan Pemungutan  Pajak


Berikut ini adalah jenis – jenis pemotongan dan pemungutan Pajak di Indonesia.

Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21


Pemotongan untuk Pajak Penghasilan (PPh) ini dilakukan oleh pihak yang
memberikan penghasilan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
sehubungan dengan suatu pekerjaan ataupun kegiatan yang dilakukan. Sebagai
contoh dalam hal ini adalah pembayaran terkait dengan upah atau gaji yang
diterima oleh pegawai/karyawan akan dipotong oleh perusahaan yang menjadi
pihak pemberi kerja.

Wajib Pajak yang berbentuk badan telah ditunjuk oleh Undang-Undang (UU)
perpajakan sebagai pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas
penghasilan yang dibayarkan atau diterima oleh karyawan maupun yang bukan
merupakan karyawannya. Namun, Wajib Pajak orang pribadi juga dapat ditunjuk
sebagai pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ini apabila mendapatkan
penunjukkan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak orang
pribadi terdaftar.

Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23


Untuk pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 ini dilakukan oleh pihak
yang memberikan penghasilan sehubungan dengan adanya pembayaran
berupa dividen, bunga, sewa, royalti, dan juga jasa kepada Wajib Pajak
berbentuk badan dalam negeri dan juga Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Wajib Pajak berbentuk badan memang ditunjuk untuk memotong Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 23, namun Wajib Pajak orang pribadi tidak ditunjuk
untuk memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23. Maka, apabila Wajib Pajak
menerimakan penghasilan yang termasuk ke dalam objek pemotongan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan pihak pemberi penghasilan atau pemberi kerja
juga merupakan pihak pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23, maka
penghasilan yang diterimakan tersebut nantinya akan dipotong atas Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 23 oleh pihak pemotong yang bersangkutan.

Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26


Pemotongan ini dilakukan oleh pihak yang memberikan penghasilan atau pihak
pemberi kerja sehubungan dengan adanya pembayaran berupa dividen, bunga,
hadiah, royalti, dan penghasilan lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri. Untuk
kegiatan pemotongan ini, Wajib Pajak orang pribadi maupun Wajib Pajak
berbentuk badan ditunjuk untuk dapat memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
26 atau sesuai dengan ketentuan yang mengatur tentang tax treaty.

Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Final Pasal 4 ayat (2)


Pemotongan ini dilakukan oleh pihak yang memberikan penghasilan
sehubungan dengan pembayaran yang berkaitan dengan pembayaran atas
objek tertentu, sepeti hal nya sewa tanah atau bangunan, jasa konstruksi,
pengalihan hak atas tanah atau bangunan, dan lain sebagainya. Kata ‘final’ pada
pemotongan pajak ini berarti pajak yang telah dipotong, dipungut oleh pihak
yang memberikan penghasilan atau dibayarkan sendiri oleh pihak penerima
penghasilan, dan untuk perhitungan pajaknya telah selesai dan tidak dapat
dikreditkan kembali dalam penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) pada Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

Dalam hal ini, Wajib Pajak berbentuk badan saja yang ditunjuk untuk memotong
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2), sedangkan untuk Wajib Pajak orang
pribadi tidak mendapatkan penunjukkan untuk memotong. Sama halnya dengan
Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23, apabila Wajib Pajak
menerimakan penghasilan yang termasuk ke dalam objek pemotongan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) dan pihak pemberi penghasilan atau pemberi
kerja juga merupakan pihak pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2),
maka penghasilan yang diterimakan tersebut nantinya akan dipotong atas Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) oleh pihak pemotong yang bersangkutan.
Namun, apabila Wajib Pajak menerimakan penghasilan yang merupakan objek
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) dan pihak pemberi penghasilan adalah
orang pribadi yang bukan merupakan pemotong, maka Wajib Pajak yang
bersangkutan diwajibkan untuk menyetorkan sendiri Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 4 ayat (2) tersebut. Hal ini misalnya menyangkut dalam proses transaksi
sewa atau penjualan properti tanah atau bangunan.

Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15


Pemotongan ini dilakukan oleh pihak yang memberikan penghasilan kepada
Wajib Pajak tertentu dengan menggunakan norma perhitungan khusus. Wajib
Pajak tertentu yang dimaksudkan adalah seperti perusahaan pelayaran,
penerbangan internasional, perusahaan asuransi luar negeri, perusahaan yang
melakukan pengeboran miyak, gas, dan panas bumi, perusahaan dagang asing,
serta perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangunan guna
serah.

Dalam hal ini, Wajib Pajak berbentuk badan saja yang ditunjuk untuk melakukan
pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15, sedangkan Wajib Pajak orang
pribadi tidak ditunjuk. Dan sama seperti sebelumnya, apabila Wajib Pajak
menerimakan penghasilan yang termasuk ke dalam objek pemotongan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 15 dan pihak pemberi penghasilan atau pemberi kerja
juga merupakan pihak pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15, maka
penghasilan yang diterimakan tersebut nantinya akan dipotong atas Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 15 oleh pihak pemotong yang bersangkutan. Namun,
apabila Wajib Pajak menerimakan penghasilan yang merupakan objek Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 15 dan pihak pemberi penghasilan adalah orang pribadi
yang bukan merupakan pemotong, maka Wajib Pajak yang bersangkutan
diwajibkan untuk menyetorkan sendiri Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15
tersebut.

Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22


Pemungutan ini dilakukan oleh pihak tertentu sesuai dengan penunjukkan yang
dilakukan oleh Menteri Keuangan (Menkeu). Pemungutan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 22 ini meliputi:

1. Pembelian barang yang dilakukan oleh instansi pemerintah


2. Kegiatan impor barang
3. Kegiatan produksi barang tertentu, misalnya baja, kertas, rokok, dan
otomotif
4. Pembelian bahan untuk keperluan industri atau ekspor yang dilakukan oleh
badan usaha industri atau eksportir di bidang perhutanan, pertanian,
perkebunan, serta perikanan yang berasal dari pedagang pengumpul
5. Pemungutan atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah
Dalam hal ini, Wajib Pajak dapat ditunjuk sebagai pemungut ataupun sekaligus
sebagai pihak yang dipungut atas Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22.
Pemungutan PPN dan PPnBM
Pemungutan ini dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau pemungut
yang memang ditunjuk atas penyerahan barang/jasa kena pajak (seperti
Bendaharawan Pemerintah). PKP yang ditunjuk untuk memungut adalah
pengusaha yang memiliki perdaran bruto atau omzetnya melebihi 4,8 miliar
dalam satu tahun dan telah dikukuhkan sebagai PKP. Wajib Pajak orang pribadi
maupun badan yang telah dikukuhkan sebagai PKP, maka diwajibkan untuk
memungut PPN dan PPnBM kepada pihak penerima barang, apabila barang
yang diserahkan tergolong mewah.

Anda mungkin juga menyukai