Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI III

BAB IV

Diabetes Melitus pada Orang Dewasa

Disusun oleh

Cagiva Geofani : 18.0605.0032

Erika Khoirul Maghfiroh : 18.0605.0033

Erisa Maulina : 18.0605.0034

Fadhil Luthfian : 18.0605.0035

Nur Hasanah : 18.0605.0036

Puput Setiyani : 18.0605.0037

telah diperiksa dan disetujui:

pada: tanggal post test

oleh: nama dosen praktikum

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2021
BAB IV
DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA

1. Capaian Pembelajaran Lulusan


a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi,
farmasi klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP
(Drug Related Problems), interaksi obat, EBM (Evidence-based
Medicine), POR (Pengobatan Obat Rasional), Undang-Undang
kefarmasian, Kode etik profesi farmasi
b. Mampu mengidentifikasikan masalah terkait obat dan alternatif solusinya
untuk mengoptimalkan terapi

2. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki kemampuan
menguasai penyelesaian kasus diabetes mellitus pada orang dewasa
menggunakan metode SOAP.

3. Dasar Teori

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai


dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah
sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau
sama dengan 126 mg/dl. DM dikenal sebagai silent killer karena sering tidak
disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi
(Kemenkes RI, 2014). DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh
manusia, mulai dari kulit sampai jantung yang menimbulkan komplikasi
(Hestiana, 2017). International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa
prevalensi diabetes mellitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM
sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2013 angka
kejadian diabetes di dunia adalah sebanyak 382 juta jiwa dimana proporsi
kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia.

Diabetes mellitus dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan
diabetes mellitus tipe 2. DM tipe 1 terjadi karena kerusakan sel beta pancreas atau
reaksi autoimun. Sel beta pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang
menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam tubuh.
Bila kerusakan sel beta pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai
muncul (Marzel, 2021). Pada pasien DM tipe 2 tubuhnya masih dapat
memproduksi insulin, namun insulin yang dihasilkan tidak cukup atau sel lemak
dan otot menjadi besar karena terhadal oleh insulin. DM tipe 2 merupakan
gangguan metabolisme dari sistem endokrin yang ditandai dengan
ketidakseimbangan glikemik. DM tipe 2 terjadi ketika pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar glukosa darah
normal atau ketika terjadi resistensi insulin. DM tipe 2 disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya faktor genetic, obesitas, sktifitas fisik, umur, gaya hidup yang
salah dan kebiasaan makan yang tidak sehat. Prinsip dari pengelolaan penyakit
DM tipe 2 yaitu melalui pelaksanaan 4 pilar pengelolaan DM diantaranya
edukasi, olahraga, obat-obatan dan pola makan atau diet nutrisi (Suryani,
Pramono, & Septiana, 2016).

DM tipe 1 merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal jika tidak di


tangani dengan tepat. Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Perkeni (2015) dibagi
menjadi terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis pada
pasien DM tipe 1 berupa pemberian terapi antihiperglikemia dan pemberian
insulin, atau kombinasi antihiperglikemia dengan insulin. Terapi farmakologi dari
golongan spesifik yaitu metformin, acarbose (menghambat absorbs glukosa di
usus), sulfonilurea (merangsang sel beta pankreas untuk memproduksi insulin),
biguanid (menurunkan fibrinogen plasma) (Aprilia, Ariyani, & Hidayatin, 2018).
Terapi non farmakologi berupa peraturan pola makan dan gaya hidup yang sehat
(Marzel, 2021). Pola makan dan gaya hidup perlu diatur untuk mencegah
komplikasi yang dapat muncul karena hiperkolesterolemia. Pasien juga dianjurkan
melakukan olahraga seperti jalan kaki, naik sepeda ataupun berenang, disesuaikan
dengan kemampuan dan kesengangan pasien yang penting dapat dilakukan secara
rutin (Raditiya & Aditya, 2016).

4. Cara Kerja
a. Alat dan bahan:
Alat: laptop, LCD
Bahan: kasus, referensi penunjang

b. Cara kerja:
1) Mahasiswa dibagi menjadi 7 kelompok
2) Setiap kelompok diberikan satu kasus sesuai dengan materi praktikum
(kasus diberikan pada hari pelaksanaan praktikum dan penelusuran
informasi dilakukan mahasiswa pada jam kegiatan praktikum)
3) Masing-masing kelompok membuat laporan sementara yang berisi
hasil diskusi kelompok mengenai kasus
4) Kegiatan praktikum terdiri dari pre-test, presentasi serta diskusi antar
kelompok
5) Pada akhir praktikum, mahasiswa mengumpulkan laporan resmi dari
hasil penyempurnaan laporan praktikum sementara

5. Hasil dan Pembahasan


a. Lampiran Kasus
Tn JH 49 tahun MRS dengan sesak berat disertai tarikan nafas cepat,
temperature 39°C. pasien mengaku memiliki riwayat DM dan selama ini
mendapatkan insulin Humulin N 0-0-12U, namun sudah selama 2 minggu
tidak suntik karena tidak ada biaya. Pasien selanjutnya didiagnosa sebagai
KAD dengan GDA 689 mg/dl.

b. Metode Penyelesaian Kasus Farmakoterapi


Metode yang digunakan untuk menyelesaikan kasus diatas adalah metode
SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan).

SUBJECTIVE (S)

Tabel 1.1 Data Subjektif

Data Subjektif yang Mungkin


Klasifikasi Penyakit
Ditemukan
DM Tipe 1, KAD (Ketoasidosis MRS, sesak berat, tarikan nafas
Diabetik) cepat, suhu tubuh 39°C, GDA 689
mg/dl.

OBJECTIVE (O)

Tabel 1.2 Data Objektif

Jenis Pemeriksaan Data Objektif yang Dihasilkan


Pemeriksaan Kondisi/Keadaan Suhu tubuh : 39°C
Umum (KU) dan Tanda-Tanda
Vital (TTV)
Pemeriksaan Laboratorium
GDA : 689 mg/dl
Darah Rutin

ASSESSMENT (A)

Tabel 1.3 Data Assessment Menggunakan Pendekatan Problem List

Problem
Terapi Assessment Rekomendasi
Medik
 MRS  Insulin Diagnose: DM Non farmakologis:
dengan Humulin N Tipe 1, KAD
(Ketoasidosis  Diet rendah gula
sesak berat 0-0-12U
Diabetik)  Banyak konsumsi
 Tarikan
buah dan sayur
nafas cepat
 Olahraga ringan
 Temperature
seperti berjalan,
39°C
lari, bersepeda,
berenang selama
30 menit sehari
 Menghindari
konsumsi alcohol

Farmakologi:
 Insulin lispro
(rapid acting)
0.5–1 unit/kg/hari
secara subkutan
 Parasetamol 500
mg 3 x sehari

Tabel 1.4 Monitoring Terapi

Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Efek Samping


Insulin lispro Diabetes Hipersensitivitas Gatal ruam kulit di
0.5–1 Mellitus Tipe 1 terhadap insulin seluruh tubuh,
unit/kg/hari Sc dan 2 lispro atau napas berbunyi,
komponen sulit bernapas,
formulasi lainnya denyut jantung
selama meningkat,
hipoglikemia. berkeringat, atau
merasa seperti akan
pingsan,
hipoglikemia,
hipokalemia
Parasetamol Penurun demam Gangguan fungsi Jarang terjadi efek
500 mg 3 x 1 dan pereda nyeri hati berat, samping, tetapi
(nyeri ringan hipersensitivitas dilaporkan terjadi
sampai sedang) reaksi
seperti nyeri hipersensitivitas,
haid dan sakit ruam kulit,
gigi kelainan darah
(termasuk
trombositopenia,
leukopenia,
neutropenia),
hipotensi juga
dilaporkan pada
infus, PENTING:
Penggunaan jangka
panjang dan dosis
berlebihan atau
overdosis dapat
menyebabkan
kerusakan hati

PLAN (P)

1. Tujuan terapi:
- Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
- Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi
diabetes (ADA, 2017)
2. Terapi Farmakologi:
- Insulin lispro 0.5–1 unit/kg/hari sc
- Parasetamol 500 mg 3 x 1
3. Terapi Non-farmakologi:
- Diet rendah gula
- Banyak konsumsi buah dan sayur
- Olahraga ringan seperti berjalan, lari, bersepeda, berenang selama 30
menit sehari
- Menghindari konsumsi alcohol
4. Obat yang diberikan :
a) Alasan pemberian obat :
1. Insulin lispro 0.5–1 unit/kg/hari sc
Insulin Lispro umumnya digunakan dalam program diet dan olahraga
yang tepat untuk mengontrol gula darah tinggi pada penderita diabetes.
Mengontrol gula darah tinggi membantu mencegah kerusakan ginjal,
kebutaan, masalah saraf, kehilangan anggota tubuh, dan masalah
fungsi seksual. Kontrol diabetes yang tepat juga dapat mengurangi
risiko serangan jantung atau stroke.
2. Parasetamol 500 mg 3 x 1
Acetaminophen atau paracetamol adalah obat untuk penurun demam
dan pereda nyeri, seperti nyeri haid dan sakit gigi. Paracetamol tersedia
dalam bentuk tablet 500 mg dan 600 mg, sirup, drop, suppositoria, dan
infus. Paracetamol bekerja dengan cara mengurangi produksi zat
penyebab peradangan, yaitu prostaglandin. Dengan penurunan kadar
prostaglandin di dalam tubuh, tanda peradangan seperti demam dan
nyeri akan berkurang.
b) Efek samping obat yang diberikan :
1. Insulin lispro 0.5–1 unit/kg/hari sc
- Gatal ruam kulit di seluruh tubuh
- Napas berbunyi
- Sulit bernapas
- Denyut jantung meningkat
- Berkeringat
- Merasa seperti akan pingsan
- Hipoglikemia
- Hipokalemia
2. Parasetamol 500 mg 3 x 1
Jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi
- Hipersensitivitas
- Ruam kulit
- Kelainan darah (termasuk trombositopenia, leukopenia,
neutropenia)
- Hipotensi
- PENTING: Penggunaan jangka panjang dan dosis berlebihan atau
overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati
5. Peringatan :
1. Insulin lispro 0.5–1 unit/kg/hari sc
Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter
sebelum menggunakan Insulin Lispro :
- Pasien dengan gangguan ginjal atau hati
- Kehamilan, menyusui
- Mentransfer dari insulin lain
- Pantau glukosa serum, kalium, elektrolit, HbA1c, dan profil lipid
- Penyakit penyerta terutama infeksi.
2. Parasetamol 500 mg 3 x 1
- Jangan mengonsumsi dan menggunakan paracetamol jika memiliki
riwayat alergi dengan obat ini.
- Jangan memberikan paracetamol kepada anak berusia di bawah 2
tahun tanpa petunjuk dari dokter.
- Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan paracetamol jika
Anda menderita gangguan hati atau ginjal.
- Jangan mengonsumsi alkohol bersama dengan parasetamol karena
dapat meningkatkan risiko kerusakan hati.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, seperti obat
untuk epilepsi, tuberkulosis (TBC), obat pengencer darah, suplemen,
atau obat herbal.
- Segera ke rumah sakit jika demam tidak mereda, serta ketika muncul
kemerahan pada kulit.
- Segera ke dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis.

1. Monitoring
Adverse drug reaction Adverse Drug Reaction yang paling sering dimonitor
adalah munculnya efek samping dan interaksi obat. Efek samping obat
seringkali terjadi namun tidak dikenali. Farmasis seharusnya dapat
mengidentifikasi ESO potensial yang mungkin terjadi dan memonitor tanda-
tanda terkait ESO tersebut. Sedangkan interaksi obat yang perlu dimonitoring
adalah yang mengakibatkan perubahan klinis secara signifikan.
2. Monitoring toksisitas
Monitoring toksisitas terjadi akibat dosis yang berlebihan atau interaksi
potensial dengan obat lain.

Dokumen Farmasi Pasien (DFP)

Nama Pasien : Tn.JH


Usia : 49 tahun
Jenis kelamin :-
BB/TB :-

Keluhan utama (Subjective): sesak berat disertai tarikan nafas cepat, temperature
390C.

Riwayat penyakit dahulu: riwayat DM dan selama ini mendapatkan insulin


Humulim N 0-0-12U

Riwayat pengobatan: insulin humulin

Diagnosis: KAD dengan GDA 689mg/dl


DATA KLINIK (Objective)

Parameter Nilai normal Nilai


Suhu tubuh0C 360C Tinggi

DATA LABORATORIUM (Objective)

Parameter Satuan Nilai normal Nilai


GDA Mg/DL 70-130 mg/DL Tinggi

ASSESSMENT AND PLAN

No. Problem Paparan Problem Rekomendasi


Terapi Farmakologi:
- Insulin lispro 0.5–1
unit/kg/hari sc
- Parasetamol 500 mg
3x1
Karena tidak Terapi Non-farmakologi:
mendapatkan insulin - Diet rendah gula
Sesak Nafas
Humulin N 0-0-12U, - Banyak konsumsi
1. Gula darah tinggi
namun sudah 2 minggu buah dan sayur
Suhu tinggi
tidak suntuk karena - Olahraga ringan
tidak ada biaya. seperti berjalan, lari,
bersepeda, berenang
selama 30 menit sehari
- Menghindari
konsumsi alcohol
TERAPI
Regimen Tanggal penggunaan
No. Nama Obat
dosis
1 2 3 4 5 6

Insulin lispro 0.5–1


1 unit/kg/hari
sc
Parasetamol 500 mg 3 x
2 1

A. Monitoring
1) Pasien dimonitoring terhadap pengurangan gejala dengan melihat gejala
klinisnya dan melalui pemeriksaan ulang beberapa test sudah mengalami
perbaikan.
2) Pasien dimonitoring terhadap timbulnya efek samping obat

B. KIE
1) Pasien dijelaskan tentang penyakit Diabetes Miletus dan faktor resiko yang
menyebabkan.
2) Pasien dijelaskan tentang pemakaian obat termasuk kemungkinan efek
samping yang ditimbulkan.
3) Pasien diedukasi tentang pencegahan yang menyebabkan memperburuk
kondisi pasien.
PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
b. Saran

LAMPIRAN
-

DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, N., Ariyani, A. D., & Hidayatin, N. (2018). Pengaruh Rebudan Terhadap
Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus di Kelurahan
Tukangkayu Wilayah Kerja Puskesmas Sobo Banyuwangi. Jurnal
Kesehatan , 122-135.
Hestiana, D. W. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Dalam Pengelolaan Diet pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2
di Kota Semarang. Jurnal of Health Education, 138-145.
Marzel, R. (2021). Terapi Pada DM Tipe 1. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 51-62.
Pulungan, A. (2019). Diabetes melitus tipe-1 pada anak: situasi di Indonesia dan
tata laksana. Sari Pediatri , 393-399.
Raditiya, B., & Aditya, M. (2016). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2
dengan Hiperkolesterolemia pada Seorang Pria Usia 60 Tahub dengan
Pendekatan Kedokteran Keluarga. Jurnal Medula Unila, 9-17.
Suryani, N., Pramono, & Septiana, H. (2016). Diet dan Olahraga sebagai Upaya
Pengendalian Kadar Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015.
Jurkessia, 1-10.

Anda mungkin juga menyukai