BAB IV
Disusun oleh
2021
BAB IV
DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA
2. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki kemampuan
menguasai penyelesaian kasus diabetes mellitus pada orang dewasa
menggunakan metode SOAP.
3. Dasar Teori
Diabetes mellitus dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan
diabetes mellitus tipe 2. DM tipe 1 terjadi karena kerusakan sel beta pancreas atau
reaksi autoimun. Sel beta pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang
menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam tubuh.
Bila kerusakan sel beta pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai
muncul (Marzel, 2021). Pada pasien DM tipe 2 tubuhnya masih dapat
memproduksi insulin, namun insulin yang dihasilkan tidak cukup atau sel lemak
dan otot menjadi besar karena terhadal oleh insulin. DM tipe 2 merupakan
gangguan metabolisme dari sistem endokrin yang ditandai dengan
ketidakseimbangan glikemik. DM tipe 2 terjadi ketika pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar glukosa darah
normal atau ketika terjadi resistensi insulin. DM tipe 2 disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya faktor genetic, obesitas, sktifitas fisik, umur, gaya hidup yang
salah dan kebiasaan makan yang tidak sehat. Prinsip dari pengelolaan penyakit
DM tipe 2 yaitu melalui pelaksanaan 4 pilar pengelolaan DM diantaranya
edukasi, olahraga, obat-obatan dan pola makan atau diet nutrisi (Suryani,
Pramono, & Septiana, 2016).
4. Cara Kerja
a. Alat dan bahan:
Alat: laptop, LCD
Bahan: kasus, referensi penunjang
b. Cara kerja:
1) Mahasiswa dibagi menjadi 7 kelompok
2) Setiap kelompok diberikan satu kasus sesuai dengan materi praktikum
(kasus diberikan pada hari pelaksanaan praktikum dan penelusuran
informasi dilakukan mahasiswa pada jam kegiatan praktikum)
3) Masing-masing kelompok membuat laporan sementara yang berisi
hasil diskusi kelompok mengenai kasus
4) Kegiatan praktikum terdiri dari pre-test, presentasi serta diskusi antar
kelompok
5) Pada akhir praktikum, mahasiswa mengumpulkan laporan resmi dari
hasil penyempurnaan laporan praktikum sementara
SUBJECTIVE (S)
OBJECTIVE (O)
ASSESSMENT (A)
Problem
Terapi Assessment Rekomendasi
Medik
MRS Insulin Diagnose: DM Non farmakologis:
dengan Humulin N Tipe 1, KAD
(Ketoasidosis Diet rendah gula
sesak berat 0-0-12U
Diabetik) Banyak konsumsi
Tarikan
buah dan sayur
nafas cepat
Olahraga ringan
Temperature
seperti berjalan,
39°C
lari, bersepeda,
berenang selama
30 menit sehari
Menghindari
konsumsi alcohol
Farmakologi:
Insulin lispro
(rapid acting)
0.5–1 unit/kg/hari
secara subkutan
Parasetamol 500
mg 3 x sehari
PLAN (P)
1. Tujuan terapi:
- Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
- Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi
diabetes (ADA, 2017)
2. Terapi Farmakologi:
- Insulin lispro 0.5–1 unit/kg/hari sc
- Parasetamol 500 mg 3 x 1
3. Terapi Non-farmakologi:
- Diet rendah gula
- Banyak konsumsi buah dan sayur
- Olahraga ringan seperti berjalan, lari, bersepeda, berenang selama 30
menit sehari
- Menghindari konsumsi alcohol
4. Obat yang diberikan :
a) Alasan pemberian obat :
1. Insulin lispro 0.5–1 unit/kg/hari sc
Insulin Lispro umumnya digunakan dalam program diet dan olahraga
yang tepat untuk mengontrol gula darah tinggi pada penderita diabetes.
Mengontrol gula darah tinggi membantu mencegah kerusakan ginjal,
kebutaan, masalah saraf, kehilangan anggota tubuh, dan masalah
fungsi seksual. Kontrol diabetes yang tepat juga dapat mengurangi
risiko serangan jantung atau stroke.
2. Parasetamol 500 mg 3 x 1
Acetaminophen atau paracetamol adalah obat untuk penurun demam
dan pereda nyeri, seperti nyeri haid dan sakit gigi. Paracetamol tersedia
dalam bentuk tablet 500 mg dan 600 mg, sirup, drop, suppositoria, dan
infus. Paracetamol bekerja dengan cara mengurangi produksi zat
penyebab peradangan, yaitu prostaglandin. Dengan penurunan kadar
prostaglandin di dalam tubuh, tanda peradangan seperti demam dan
nyeri akan berkurang.
b) Efek samping obat yang diberikan :
1. Insulin lispro 0.5–1 unit/kg/hari sc
- Gatal ruam kulit di seluruh tubuh
- Napas berbunyi
- Sulit bernapas
- Denyut jantung meningkat
- Berkeringat
- Merasa seperti akan pingsan
- Hipoglikemia
- Hipokalemia
2. Parasetamol 500 mg 3 x 1
Jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi
- Hipersensitivitas
- Ruam kulit
- Kelainan darah (termasuk trombositopenia, leukopenia,
neutropenia)
- Hipotensi
- PENTING: Penggunaan jangka panjang dan dosis berlebihan atau
overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati
5. Peringatan :
1. Insulin lispro 0.5–1 unit/kg/hari sc
Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter
sebelum menggunakan Insulin Lispro :
- Pasien dengan gangguan ginjal atau hati
- Kehamilan, menyusui
- Mentransfer dari insulin lain
- Pantau glukosa serum, kalium, elektrolit, HbA1c, dan profil lipid
- Penyakit penyerta terutama infeksi.
2. Parasetamol 500 mg 3 x 1
- Jangan mengonsumsi dan menggunakan paracetamol jika memiliki
riwayat alergi dengan obat ini.
- Jangan memberikan paracetamol kepada anak berusia di bawah 2
tahun tanpa petunjuk dari dokter.
- Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan paracetamol jika
Anda menderita gangguan hati atau ginjal.
- Jangan mengonsumsi alkohol bersama dengan parasetamol karena
dapat meningkatkan risiko kerusakan hati.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, seperti obat
untuk epilepsi, tuberkulosis (TBC), obat pengencer darah, suplemen,
atau obat herbal.
- Segera ke rumah sakit jika demam tidak mereda, serta ketika muncul
kemerahan pada kulit.
- Segera ke dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis.
1. Monitoring
Adverse drug reaction Adverse Drug Reaction yang paling sering dimonitor
adalah munculnya efek samping dan interaksi obat. Efek samping obat
seringkali terjadi namun tidak dikenali. Farmasis seharusnya dapat
mengidentifikasi ESO potensial yang mungkin terjadi dan memonitor tanda-
tanda terkait ESO tersebut. Sedangkan interaksi obat yang perlu dimonitoring
adalah yang mengakibatkan perubahan klinis secara signifikan.
2. Monitoring toksisitas
Monitoring toksisitas terjadi akibat dosis yang berlebihan atau interaksi
potensial dengan obat lain.
Keluhan utama (Subjective): sesak berat disertai tarikan nafas cepat, temperature
390C.
A. Monitoring
1) Pasien dimonitoring terhadap pengurangan gejala dengan melihat gejala
klinisnya dan melalui pemeriksaan ulang beberapa test sudah mengalami
perbaikan.
2) Pasien dimonitoring terhadap timbulnya efek samping obat
B. KIE
1) Pasien dijelaskan tentang penyakit Diabetes Miletus dan faktor resiko yang
menyebabkan.
2) Pasien dijelaskan tentang pemakaian obat termasuk kemungkinan efek
samping yang ditimbulkan.
3) Pasien diedukasi tentang pencegahan yang menyebabkan memperburuk
kondisi pasien.
PEMBAHASAN
LAMPIRAN
-
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, N., Ariyani, A. D., & Hidayatin, N. (2018). Pengaruh Rebudan Terhadap
Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus di Kelurahan
Tukangkayu Wilayah Kerja Puskesmas Sobo Banyuwangi. Jurnal
Kesehatan , 122-135.
Hestiana, D. W. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Dalam Pengelolaan Diet pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2
di Kota Semarang. Jurnal of Health Education, 138-145.
Marzel, R. (2021). Terapi Pada DM Tipe 1. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 51-62.
Pulungan, A. (2019). Diabetes melitus tipe-1 pada anak: situasi di Indonesia dan
tata laksana. Sari Pediatri , 393-399.
Raditiya, B., & Aditya, M. (2016). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2
dengan Hiperkolesterolemia pada Seorang Pria Usia 60 Tahub dengan
Pendekatan Kedokteran Keluarga. Jurnal Medula Unila, 9-17.
Suryani, N., Pramono, & Septiana, H. (2016). Diet dan Olahraga sebagai Upaya
Pengendalian Kadar Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015.
Jurkessia, 1-10.