Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENERAPAN COMPUTATIONAL

THINKING PADA BIDANG HUKUM

MATA KULIAH

COMPUTATIONAL THINKING

DOSEN PENGAMPU

Hidayatus Sibyan., S.Kom., M.Kom.

Disusun oleh :

Nurohim 2022150016

Bimo Arif Restiyawan 2022150017

Alan Dharmawan 2022150020

Yanuar Satrio Wicaksono 2022150028

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN WONOSOBO

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

TEKNIK INFORMATIKA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Makalah Penerapan Computational Thinking Pada Bidang Hukum”.

Shalawat serta salam kami limpahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan kerabatnya. Dengan kehadiran makalah ini mudah-mudahan dapat
membantu dalam proses belajar mengajar dan bermakna bagi kita semuanya amin.

Namun, kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu ditemui berbagai
kesalahan, baik mengenai bahasa, susunan ataupun penulisannya. Untuk itu kami sebagai
manusia yang tak pernah luput dari salah dan kehilafan serta terbatasnya kemampuan kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2

A. Dekomposisi (Decomposition) ...........................................................................................2


B. Pengenalan Pola (Pattern Recognition)...............................................................................2
C. Abstrak (Abstract)................................................................................................................3
D. Algoritma (Algorithm).........................................................................................................4

BAB III PENUTUP........................................................................................................................6

A. Kesimpulan..........................................................................................................................6
B. Saran....................................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum di Indonesia pada dasarnya diciptakan untuk mengatur dan mengarahkan perilaku
manusia atau masyarakat kearah yang baik, hal ini ditangkan dalam undang undang baik tertulis
maupun yang tidak tertulis. Hukum tersebut memiliki konsekuensi hukuman yang harus diterima
bagi pelanggar undang undang itu sendiri, dari sanksi sosial, sanksi denda bahkan sanksi pidana
yang dapat dipenjaranya pelanggar peraturan tersebut.
Hukum yang berlaku di Indonesia memiliki beberapa sumber yang sebelum merdeka sudah
berlaku, antara lain hukum yang bersumber dari agama, hukum yang bersumber dari adat atau
kebiasaan dan hukum yang bersumber dari negara lain yang menjajah Indonesia. Ketiga sumber
hukum tersebut sangat erat kaitannya dan tidk dapat dipisahkan satu dengan lain, karena apabila
hukum negara ditegakkan di wilayah yang sangat menjunjung tinggi hukum adat maka
keberadaan hukum itu sendiri akan berbenturan dengan masyarakat. Hal ini sangat berbanding
terbalik dengan tujuan hukum itu sendiri yaitu menciptakan mengatur dan mengarahkan manusia
untuk lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana penerapan dekomposisi (decomposition) ?
2) Bagaimana penerapan pengenalan pola (pattern recognition) ?
3) Bagaimana penerapan abstrak (abstract) ?
4) Apa saja penerapan pada algoritma (algorithm) ?
C. Tujuan
1) Menjelaskan dekomposisi yang terdapat pada CT di bidang hukum teresebut.
2) Mengetahui apa penerapan pola yang terdapat pada CT di bidang hukum teresebut.
3) Mengetahui apa abstrak yang terdapat pada CT di bidang hukum teresebut.
4) Menjelaskan dan mendeskripsikan algoritma yang terdapat pada CT di bidang hukum
teresebut.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dekomposisi (Decomposition)

Kondisi penegakan hukum (law enforcement) di Indonesia saat ini sedang mengalami
krisis dan “sakit”. Fenomena ini terjadi karena aparat penegak hukum yang merupakan elemen
penting dalam proses penegakkan hukum sering kali terlibat dalam berbagai macam kasus
pidana, terutama kasus korupsi. Implikasi nyata dari kondisi ini adalah hukum kehilangan ruhnya
yakni keadilan.

Oleh karenanya, sudah menjadi rahasia umum bahwa saat ini hukum ibarat sebuah pisau
yang sangat tajam jika digunakan ke bawah namun sangat tumpul jika digunakan ke atas. Syafi’i
ma’arif menyatakan, jika fenomena ini tidak segera diatasi dan disembuhkan maka dalam jangka
panjang akan mengakibatkan lumpuhnya penegakkan hukum di Indonesia.

Fenomena tersebut belum banyak direspon secara khusus oleh institusi pendidikan hukum
di Indonesia. Oleh karenanya sebagai upaya menyehatkan proses penegakkan hukum, Centre for
Local Law Development Studies (CLDS) FH UII mengadakan Focus Group Discusion (FGD)
pada hari Sabtu 28 Januari 2012 yang dimoderatori oleh Prof. Jawahir Thontowi. SH., Ph.D, di
Ruang Audio Visual Kampus FH UII Taman siswa Yogyakarta. Dalam acara tersebut, CLDS FH
UII menghadirkan 2 pembicara, dari kalangan akademisi hukum (Dr. Mudzakkir, SH., MH) dan
praktisi hukum (Wirawan Adnan. SH) yang telah mengemukakan beberapa gagasannya terkait
penyehatan penegakkan hukum di Indonesia demi mewujudkan keadilan.

B. Pengenalan Pola (Pattern Recognition)

Dr. Mudzakkir, SH., MH selaku pembicara pertama mengemukakan dalam perjalanannya


dari masa ke masa, hukum tidak diorientasikan pada upaya mewujudkan keadilan. Hukum
cenderung digunakan sebagai alat untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan oleh penguasa
negara. Pada masa kolonialisme, hukum dijadikan alat untuk menjajah warga pribumi. Pada
masa Presiden Soekarno hukum dijadikan alat revolusi. Pada masa pemerintahan Presiden

2
Soeharto hukum dijadikan alat pembangunan. Adapun pada masa reformasi sampai sekarang
hukum dijadikan alat kekuasaan (politik). Hal ini yang menjadi salah satu faktor penyabab
“sakitnya” penegakkan hukum di Indonesia. Hukum tidak diorientasikan sebagaimana
seharusnya yakni mewujudkan keadilan, namun dijadikan alat untuk mencapai tujuan oleh para
penguasa Negara.

Wirawan Adnan SH (praktisi hukum) selaku pembicara kedua mengemukakan ada


beberapa penyakit dalam penegakan hukum yang menyebabkan sakitnya penegakkan hukum di
Indonesia. Pertama, penegak hukum menegakkan hukum sesuai dengan hukum namun tidak
mewujudkan keadilan. Hal ini sering terjadi dalam suatu persidangan yang menangani kasus
pidana. Contoh dari penyakit ini adalah kasus pencurian sandal jepit yang terjadi beberapa waktu
yang lalu. Kedua, penegak hukum menegakkan keadilan tanpa melandasinya dengan suatu
hukum. Hukum dan keadilan seharusnya berjalan seiringan. Penegak hukum perlu menegakkan
hukum namun juga penting memperhatikan sisi keadilan. Demikian juga penegak hukum perlu
menegakkan keadilan namun juga harus mendasarkannya pada suatu aturan hukum.

C. Abstrak (Abstract)

Berbicara tentang penegak hukum yang terjadi di Indonesia rasanya tidak ada habisnya.
Banyak di antaranya yang aneh dan membuat kita tertawa, bagaimana bisa ada kasus yang berat
dan dihukum ringan lalu kasus yang sebenarnya tidak penting untuk dibawa ke ranah hukum
malah dijatuhi vonis bertahun-tahun?

Hukum yang seharusnya tidak perlu dan tidak pantas di Indonesia contohnya sebagai berikut :

1) Derita nenek tua tebang jati milik sendiri dan dituduh mencuri

Tidak pernah terlintas sedikipun dalam benak Nenek Asyani bahwa dirinya yang telah
memasuki usia senja itu akan duduk di kursi pesakitan persidangan dan meringkuk di balik jeruji
besi. Hidupnya sudah penuh dengan nestapa, ditinggal berpulang suaminya dan menanggung
beban hutang luar biasa banyaknya. Harta terakhir milik perempuan sepuh yang masih harus
membayar biaya hidup cucunya ini hanya 5 buah pohon jati yang tumbuh di hutan dekat
rumahnya. Namun nasib buruk menimpanya. Usai menitipkan kayu jati miliknya di pengusaha
mebel, ia malah dituduh menebang kayu milik Perhutani dan didakwa hukuman penjara. Air

3
mata tak berhenti menetes di pelupuk matanya, salah apa ia hingga harus mendapatkan vonis
seperti itu? Janggal dan aneh sekali bukan?

2) Nenek Minah, Hanya Mencuri 3 Kakao Hukumannya Lebih Berat Dari Koruptor Kelas
Kakap.
Perut yang lapar dan kondisi perekonomian yang hancur berantakan bisa membuat
seseorang melakukan apa saja. Namun bagi Nenek Minah, ia tidak akan membegal motor
ataupun merampok toko emas. Untuk sekadar membeli makanan sederhana, ia terpaksa mencuri
kakao di sebuah perkebunandi Purwokerto tahun 2009 lalu. Lalu hukuman yang ia dapatkan?
Sungguh fantastis dan luar biasa. PN memberikan ia ganjaran vonis penjara 1 tahun 15 hari.
Benar, wanita berusia 55 tahun ini harus menebus pencurian 3 buah kakao dengan hukuman jauh
lebih berat dibanding koruptor yang mengambil uang negara hingga milyaran rupiah. Hukum
memang lebih sering runcing ke bawah.
3) Mencuri Sandal Jepit Dihukum 5 Tahun di Balik Jeruji Besi
Sepertinya yang namanya pencurian sandal jepit agak lumrah di Indonesia, apalagi jika di
keramaian. Mencuri memang salah dan harus dihukum, tapi apakah pantas remaja berinisial
AAL berusia 15 tahun ini dihukum 5 tahun penjara hanya karena sandal jepit yang harganya
tidak seberapa? Begitulah potret hukum di negara kita. Semoga kita semua selalu dihindarkan
dari hal-hal buruk agar jangan sampai berurusan dengan penegak hukum.

D. Algoritma (Algorithm)

Mengutip dari yang di sampaikan oleh Dr. Yanti Fristikawati beliau memberikan contoh,
ada tiga orang melakukan tindak pidana yang sama di daerah-daerah berbeda. Meskipun
ketiganya melakukan tindak pidana yang sama dan  semuanya terjadi di wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), namun hakim bisa saja memutuskan secara berbebeda-
beda. “Hakimnya tidak salah, karena tidak ada ketentuan hukum yang mewajibkan hakim
melihat putusan-putusan hakim sebelumnya untuk perkara-perkara serupa. Berbeda dengan
sistem Common Law, hakim wajib melihat yurisprudensi atau putusan hakim sebelumnya,”
Tantangan dan hambatan lain, menurut Dr. Yanti Fristikawati, yakni praktek korupsi.
“Presiden Joko Widodo meminta MA menegakkan hukum yang adil, pasti, dan bermartabat. Itu
sangat tepat. MA tidak boleh menjadi sarang mafia. Korupsi atau praktek suap-menyuap belum

4
bisa dihapus 100% dari proses peradilan kita. Integritas aparat penegak hukum kita belum
semuanya baik,” papar Dr. Yanti Fristikawati.

Untuk mengatasi tantangan dan hambatan tersebut di atas, Dr. Yanti Fristikawati menyarankan :

1) Setiap putusan hakim sebaiknya melihat juga putusan-putusan hakim sebelumnya atas
perkara-perkara serupa di wilayah hukum Negara RI,
2) Perlunya pendidikan etika dan moralitas bagi calon hakim sejak di bangku pendidikan,
3) Selanjutnya Setiap putusan hakim sebaiknya melihat putusan-putusan hakim sebelumnya
dalam perkara yang serupa,
4) Etika dan moralitas harus ditanamkan sejak di bangku pendidikan, khususnya
pembentukan pola pikir, sikap dan kebiasaan hidup jujur. Korupsi itu bukan masalah
kesejahteraan. Dari sisi kesejahteraan, hakim kita sudah sejahtera. Yang perlu adalah
pembiasaan yang terus-menerus untuk bersikap dan hidup jujur.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk menyelesaikan perkara-perkara yang terjadi di masyarakat secara adil, maka para
aparatur hukum harus menegakkan hukum dengan sebaik-baiknya. Penegakan hukum bertujuan
untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat sehingga masyarakat
merasa memperoleh pengayoman dan hakhaknya terlindungi. Dalam menegakkan hukum
terdapat tiga unsur yang harus selalu diperhatikan yaitu: kepastian hukum, kemanfaatan, dan
keadilan.
Dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional yang berlandaskan Pancasila dan
UUD NRI 1945, pembangunan bidang hukum mencakup sektor materi hukum, sektor sarana dan
prasarana hukum, serta sektor aparatur penegak hukum. Aparatur hukum yang mempunyai tugas
untuk menegakkan dan melaksanakan hukum antara lain lembaga kepolisian, kejaksaan, dan
kehakiman.
Peradilan umum merupakan peradilan bagi rakyat pada umumnya, sedangkan peradilan
militer, peradilan Agama, dan peradilan Tata Usaha Negara merupakan peradilan khusus karena
mengadili perkaraperkara tertentu dan mengadili golongan rakyat tertentu. Keempat lingkungan
peradilan tersebut masing-masing mempunyai lingkungan wewenang mengadili perkara tertentu
serta meliputi badan peradilan secara bertingkat, yaitu pengadilan tingkat pertama, tingkat
banding, dan tingkat kasasi. Penegakan hukum di Indonesia masih menghadapi masalah dan
tantangan untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat. Penegakan hukum sangat penting
diupayakan secara terus menerus untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam
masyarakat sehingga masyarakat merasa memperoleh perlindungan akan hak-hak dan
kewajibannya.
B. Saran

6
1) Lembaga hukum harus di perbaiki agar terwujud etika penegakan hukum yang
berkeadilan, tidak bersifat deskriminatif, dan mementingkan kepentingan sendiri di atas
kepentingan negara.
2) Masyarakat sebaikanya mengamalkan Pancasila sebagai etika dan nilai-nilai masyarakat
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Admin, K. A. (2019, November 11). 5 Kasus Hukum Aneh dan Janggal yang Hanya Terjadi di
Indonesia. Dikutip Desember 11, 2022, from 5 Kasus Hukum Aneh dan Janggal yang
Hanya Terjadi di Indonesia: https://www.kai.or.id/berita/16544/5-kasus-hukum-aneh-
dan-janggal-yang-hanya-terjadi-di-indonesia.html

Alwino, F. (2018, Maret 13). Solusi Atas Kendala Penegakan Hukum & Keadilan di Negara RI.
Dikutip Desember 11, 2022, from Solusi Atas Kendala Penegakan Hukum & Keadilan di
Negara.RI:http://staging_point.com/read/2018/03/13/094350/Solusi.Atas.Kendala.Penega
kan.Hukum.Keadilan.di.Negara.RI

Cahyani, I. (2018, April). Makalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan. Dikutip Desember 11,
2022, from Makalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan:
https://www.academia.edu/36539793/Makalah_Penegakan_Hukum_yang_Berkeadilan

Anda mungkin juga menyukai