Kelompok 4
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENANGANAN HASIL PERIKANAN
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir Semester Praktikum
Teknologi Penanganan Hasil Perikanan
Kelompok 4
Atikah Ratna Anindita 05061182227009
Eka Putri Anna 05061182227012
Ahmad Rifqi 05061282227024
Manarul Hidayat 05061282227057
Sandi Dwi Andika 05061282227071
Ruhaini Jiyonowati 05061382227075
Mengetahui,
Asisten l Asisten ll
ii Univesitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami bisa menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Teknologi
Penanganan Hasil Perikanan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dwi Inda Sari, S. Pi., M. Si selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi
Penanganan Hasil Perikanan dan juga kami ucapkan terima kasih kepada kak
Permata Suci Sabella dan kak Susiandini selaku asisten praktikum yang telah
membimbing kami selama melakukan praktikum mata kuliah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu selama
praktikum dan selama pembuatan laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca yang membangun guna sempurnanya laporan ini. Semoga
laporan ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami
sendiri pada khususnya.
Halaman
iv Univesitas Sriwijaya
PENDINGINAN IKAN DENGAN ES
4.2. Pembahasan.................................................................................................... 19
v Univesitas Sriwijaya
2.2. Pendinginan Ikan ........................................................................................... 25
4.2. Pembahasan.................................................................................................... 30
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................33
3.3.1. Pemingsanan................................................................................................38
vi Univesitas Sriwijaya
3.3.1. Pengangkutan...............................................................................................38
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL
x
11
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Sriwijaya
2
Ikan adalah salah satu hasil perairan yang sudah lama dikenal peradaban,
banyak dicari orang, tetapi ikan ini termasuk jenis pangan yang paling cepat
menurun kesegarannya dan cepat membusuk pada suhu kamar, yang dapat
mengakibatkan kerugian besar secara nilai gizi, mutu kesegaran dan nilai uang.
Ikan hasil tangkapan yang pasti akan mengalami proses penurunan mutu
(deteriorasi) ini, berlainan atau berbeda antar species yang satu dengan species
yang lainnya. Penguasaan akan ilmu dan pengetahuan yang menyangkut
perubahan-perubahan yang menjurus ke arah penurunan mutu kesegaran yang
dialami species ikan setelah dipanen serta semua faktor-faktor penyebab
penurunan mutu, dimanfaatkan manusia untuk mencegah penurunan mutu dengan
cara menerapkan teknik pengawetan, terutama cara pendinginan (Rasyid, 2003).
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan adalah
sebagai berikut
1. Mahasiswa mengetahui berbagai bentuk ikan dan hubungan antara
struktur/bagian tubuh ikan dengan proses kemunduran mutu.
2. Mahasiswa memenuhi proses penurunan mutu pada ikan dengan perlakuan
penyiangan dan pembuangan isi perut disimpan disuhu kamar.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TUJUAN PUSTAKA
3 Universitas Sriwijaya
4
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
6 Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pada praktikum ini, kami melakukan uji kemunduran mutu pada ikan.
Adapun hasil pratikum kali ini mengenai ikan sarden sebagai berikut.
Tabel 1. Persentase berat ikan
No. Ikan Berat utuh Berat insang Berat isi Berat sisik
7 Universitas Sriwijaya
8
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami menggunakan ikan sarden (Sardinella
sp), dan jenis sarden yang kami gunakan pada praktikum kali ini adalah
jenis ikan sarden lemuru (Sardinella lemuru). Ikan lemuru adalah spesies
ikan Actinopterygii dalam genus Sardinella. Di perairan Indonesia ikan ini
banyak terdapat di perairan Selat Bali, ikan ini banyak sebutannya seperti,
jika badannya masih kecil disebut semenit atau sempenit, Jika beranjak
dewasa dan panjang badannya sekitar 12 cm dijuluki protolan. Ketika
badannya mencapai 15 cm disebut lemuru.Ikan ini banyak ditemukan di
timur Samudera Hindia dan di barat Samudera Pasifik, di daerah yang
membentang dari selatan Jepang menuju Kepulauan Indonesia sampai ke
barat Australia.Ikan Lemuru termasuk jenis ikan pelagis yang membentuk
gerombolan sangat besar. Penyebarannya terutama di wilayah Perairan
Pantai. Selat Bali adalah salah satu habitat ikan Lemuru yang dianggap
paling besar di wilayah Samudera Indonesia, dengan tipologi pantai yang
sering membentuk up-welling. Makanan utamanya adalah jenis
Fitoplankton dan juga jenis Zooplankton, yang terutama adalah Copepods.
Pada pratikum kali ini, metode pertama yang kami lakukan adalah
membersihkan masing masing ikan menggunakan air. Kemudian pisahkan
2 ikan. Ikan pertama disiang dengan memotong bagian perut ikan lalu
mengeluarkan semua kotoran yang ada di dalam perut ikan sarden. Kami
juga mengeluarkan bagian insang ikan sarden lalu dipisahkan dan
diperhitungkan dengan menimbang semuanya, hasil penimbangan yaitu
berat awal ikan sarden adalah 115 gram, berat insang 6 gram, dan berat isi
perut 6 gram. Selanjutnya pada ikan ke-2 dengan berat utuh 127 gram,
berat insang 9 gram, dan berat isi perut 7 gram. Kami juga menghitung
kemunduran mutu ikan sarden dan hasil yang kami dapatkan adalah
parameter ikan dengan dua hasil yang berbeda, ikan utuh 1 memiliki suhu
⁰C 24,6 24,5 dan 24,5 sedangkan ikan 2 memiliki suhu ⁰C 22,6 21,5 dn
22,5. Sementara itu,ikan yang sudah disiangi yaitu ikan 1 memiliki suhu
Universitas Sriwijaya
9
⁰C 24,1 25,2 dan 25,5 sedangkan ikan 2 memiliki suhu derajat ⁰C 25,1
24,2 dn 24,5.Selnjutnya kami menyajikan persentase insang yang kami
dapat pada ikan sarden tersebut adalah 5,21% dan 7,0%.sedangkan
persentase isi perut pada sarden tersebut adalah 5,21% dan 5,5%.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum teknologi penanganan hasil perikanan tentang
karakteristik hasil perikanan adalah:
1. Ikan segar memiliki kelemahan yaitu mudah mengalami kerusakan atau
kemunduran mutu.
2. Perubahan yang dialami ikan berlangsung pada empat fase yaitu fase pre
rigor, rigor mortis, post rigor mortis dan autolisis.
3. Ikan yang terlalu lamadi diamkan di tempat terbuka tentunya akan
mengalami perubahan secara fisik maupun kimiawi
4. Ikan Sarden lemuru (Sardinella lemuru) memiliki bentuk mulut non protaktil
dengan ukuran sedang, posisi sudut mulut ikan tersebut satu garis lurus
dengan sisi bawah bola mata, tubuh ikan sarden berbentuk torpedo, sirip
punggung berbentuk sempurna dan terletak di pertengahan dengan permulaan
dasar di depan sirip perut, sirip dada di bawah linea lateralis, sirip perut sub
abdominal, sirip ekor berbentuk bulan sabit. .
5. Ikan sarden lemuru mengandung asam lemak omega 3 6,56.Setiap 100 gram
ikan lemuru mengandung omega 3 sebanyak 3 g, protein sebesar 20 g,
kalsium sebesar 20 mg, fosfor sebesar 100 mg, zat besi, sebesar 1 mg,dan
vitamin B sebesar 10,05 mg.
5.2. Saran
Saran pada praktikum teknologi penanganan hasil perikanan tentang
karakteristik hasil perikanan adalah perlunya pemahaman lebih lanjut mengenai
materi yang akan di pratikumkan. Penggunaan waktu pratikum juga seharusnya
dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya agar mendapatkan hasil pratikum yang
baik.
10 Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
12 Universitas Sriwijaya
13
2.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan adalah
sebagai berikut.
1. Mahasiswa mengetahui kebutuhan es minimum untuk mendinginkan ikan.
2. Mahasiswa mengetahui laju penurunan mutu ikan dengan perlakuan pengesan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
14 Universitas Sriwijaya
15
begitu pula pada sirip dubur. Terdapat dua lunas (keel) kecil pada pangkal sirip
ekor, tanpa lunas tengah. Bagian dorsal berwarna biru keabuan (Adwyah, 2007).
2.2. Prinsip pendinginan ikan menggunakan es
Prinsip pendinginan adalah mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu
serendah mungkin tetapi tidak sampai menjadi beku. Umumnya pendinginan tidak
dapat mencegah pembusukan secara total. tetapi semakin dingin suhu ikan,
semakin besar penurunan aktivitas bakteri dan enzim.. Pendinginan ikan dapat
dilakukan dengan menggunakan refrigerasi, es, slurry ice (es cair), dan air laut
dingin (chilled sea water). Cara yang paling mudah dalam mengawetkan ikan
dengan pendinginan adalah menggunakan es sebagai bahan pengawet, baik untuk
pengawetan di atas kapal maupun setelah di daratkan, yaitu ketika di tempat
pelelangan selama distribusi dan ketika dipasarkan. Penyimpanan ikan segar
dengan menggunakan es atau sistem pendinginan yang lain memiliki kemampuan
yang terbatas untuk menjaga kesegaran ikan, biasanya kurang lebih 10-14 hari.
Pertama yang perlu diperhatikan di dalam penyimpanan dingin ikan dengan
menggunakan es adalah berapa jumlah es yang tepat digunakan. Es diperlukan
untuk menurunkan suhu ikan, dan udara sampai mendekati atau sama dengan suhu
ikan yang kemudian mempertahankan pada suhu serendah mungkin, biasanya
bekisar antara 0˚C-10˚C atau dengan kata lain yaitu suhu freezer (Junianto. 2003).
Perbandingan es dan ikan yang ideal untuk penyimpanan dingin dengan es
adalah 1:1. Hal lain yang juga perlu dicermati di dalam pengawetan ikan dengan
es adalah wadah yang digunakan untuk penyimpanan harus mampu
mempertahankan es selama mungkin agar tidak mencair. Wadah peng-es-an yang
ideal harus mampu mempertahankan suhu tetap dingin, kuat, tahan lama, kedap
air dan mudah dibersihkan. Untuk itu diperlukan wadah yang memiliki daya
insulasi yang baik. Dalam proses pendinginan ikan salam dengan menggunakan es
batu, terjadi perpindahan padas dari tubuh ikan ke Kristal es batu. Ikan dengan
suhu tubuh relative lebih tinggi akan melepaskan sejumlah energi panas yang
kemudian di serap oleh kristal es batu. Dengan demikian, suhu tubh ikan akan
menurun dan sebaliknya kristal es batu akan meleleh karena terjadi peningkatan
suhu. Proses pemindahan panas ini akan terhenti apabila suhu tubuh ikan telh
mencapai 0ºC, yaitu sama dengan suu es batu. Bila jumlah es batu yang digunakan
16
dalam proses pendinginan ikan masih cukup banyak maka sisa es batu yang belum
melelh bisa digunkan untuk mempertahankan suhu wadah (Wibowo, et al., 2007).
berlendir dan baunya busuk, sisik melekat kuat, mengkilap dan tertutup lendir
jernih, aramo bau. Perlu diketahui karakteristik tentang ikan segar (Andi, 2012).
suhu tetap dingin, kuat, tahan lama, kedap air dan mudah dibersihkan. Untuk itu
sangat diperlukan wadah yang memiliki daya insulasi yang baik (Irianto, 2007).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
19 Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil dari pratikum kali ini mengenai pendinginan ikan dengan es
debagai berikut.
Tabel 3. Pengamatan perubahan suhu Pada kebutuhan es minimum.
Perubahan Suhu
No Ikan Berat Ikan keterangan
t1 t2 t3 t4
1. Ikan Salam 148 gram 26,8˚C 25,1˚C 26,3˚C 18,4˚C Suhu turun
2. Ikan Salam 151 gram 27,0˚C 25,3˚C 24,1˚C 20,9˚C Suhu turun
3. Ikan Salam 151 gram 27,3˚C 24,9˚C 21,8˚C 20,9˚C Suhu turun
20 Universitas Sriwijaya
21
4.2. Pembahasan
Dari hasil pratikum yang telah kami lakukan dan perhitungan yang kami
lakukan kebutuhan minimum pada pendinginan ikan dengan es pada ikan salam.
Langkah awal yang di sediakan 3 ekor ikan dengan berat 148 gr pada ikan
tersebut yang di ukur suhu awal sebelum di masukan ke dalam es ikan tersebut
bersuhu 26,8 0C lalu simpan ikan salam pada es dan diamkan selama 10 menit
baru ukur lagi suhu ikan salam tersebut dan hasilnya menunjukan pada suhu
kedua ikan salam besuhu 25,1 0C lalu diamkan lagi didalam es selama 10 menit
dan ukur suhu ikan tersebut dan pada suhu ketiga ikan salam bersuhu 26,3 0C.
Lalu diamkan lagi ikan selama 10 menit dan ukur kembali dan hasilnya pada suhu
keempat ikan salam bersuhu 18,4 0C. Ikan kedua 151 gr dengan suhu awal 27,0 0C
seperti pada ikan pertama, ikan kedua juga di simpan ke dalam es dan diamkan
selama 10 menit baru di ukur kembali suhu kedua ikan tersebut dan hasilnya pada
suhu kedua ikan yaitu bersuhu 25,3 0C, selanjutnya di simpan kembali ke dalam es
dan diamkan selama 10 menit baru ukur kembali suhu ketiga dengan suhu 24,1
0
C, begitupun untuk mengetahui suhu keempat menggunakan cara yang sama.
Setelah melakukan perhitungan minimum Es untuk mendinginkan ikan, dan
sudah mendapatkan jumlah berat masing masing ikan tersebut, kita akan
melakukan pencarian jumlah energi panas dalam kilo kalori. Yang perlu kita
ketahui rumusnya adalah cara mencarinya atau rumus untuk mencari jumlah
energy panas tersebut dan mengetahui keterangan dan rumus yanga akan kita
gunakan. Rumunya yaitu, langkah pertama mencari jumlah energy panas dalam
kilo kalori dengan melakukan perkalian antara massa atau berat ikan dalam kilo
gram dikali panas pesifik ikan dan di kali dengan Δt atau Q = m. C (Δt). Dimana
rumus mencari Δt yaitu dengan cara dengan cara menambahkan berat ikan 1
ditambah berat ikan ke 2 ditambahkan berat ikan ke 3 kemudian di bagi 3. Dengan
keterangan Q adalah jumlah energy panas dalam kilo kalori (kkal), m adalah
massa berat ikan dakam kg, T1 adalah suhu ikan awal dalam 0C, T4 adalah suhu
akhir ikan dalam 0C, dan C adalah panas spesifik ikan. Oleh karena tiap kg es
meleleh pada 00C dapat menyerap 80 Kkal, maka berat es yang diperlukan untuk
pendinginan ikan adalah Q/80. Setelah mengetahui semua cara tentang
penghitungan tersebut akan memudahkan sipratikan dalam perhitungannya.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
1.5. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut.
1. Ikan sebaiknya disimpan pada suhu dingin minimal 0˚C agar mutunya teta
terjaga.
2. Ikan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu ikan salam sebanyak 3
ekor.
3. Semakin lama ikan ddidiamkan pada suhu es makan suhu pada ikan semakin
menurun.
4. Tiap 1 kg es meleleh pada 00C dapat menyerap 80 Kkal, maka berat es yang
diperlukan untuk pendinginan ikan adalah Q/80.
5. Rumus mencari Δt yaitu dengan cara dengan cara menambahkan berat ikan 1
ditambah berat ikan ke 2 ditambahkan berat ikan ke 3 kemudian di bagi 3.
5.2. Saran
Pada praktikum pendinginan ikan dengan es ini dalam memeriksa suhu tubuh
ikan harus berhati hati, apalagi ketika menusukkan jarum termometer ke dalam
tubuh ikan yang di gunakan karena termometer tersebut dapat merusak organ
dalam tubuh ikan. Dan untuk kedepannya praktikan di harapakan sebelum
melakukan pratikum harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana tahapan
tahapan yang harus dilakukan agar lebih mudah dalam menjalankan pratikum.
22 Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
24 Universitas Sriwijaya
25
Uap yang dihasilkan oleh refrigeran akan dihisap oleh kompresor dan
demikian seterusnya proses-proses tersebut berulang kembali. Refrigerasi dicapai
dengan melakukan penyerapan panas pada suhu rendah secara terus menerus,
yang biasanya bisa dicapai dengan menguapkan suatu cairan secara continue. Uap
yang terbentuk dapat kembali ke bentuk asalnya, biasanya dengan dua cara yang
paling umum, uap itu hanya akan ditekan lalu diembunkan (memakai fin seperti
pada kulkas). Cara yang lain, bisa diserap dengan cairan lainnya yang mudah
menguap yang setelah itu diuapkan pada tekanan tinggi (Murniyati, 2014).
1.2. Tujuan
Tujuan pada Pratikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan dengan materi
Pendinginan Ikan Dengan Pendinginan Meknik bertujuan agar mahasiswa
mengetahui laju penurunan suhu ikan dengan perlakuan penyimpanan refrigerator
dan agar mahasiswa dapat memahami perubahan karakteristik mutu ikan segar
(sensoris dan kimia) selama proses penyimpanan dengan refrigerator.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
26 Universitas Sriwijaya
27
30 Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil dari pratikum kali ini mengenai Pendinginan Ikan dengan Alat
Pendinginan Mekanik (Refrigator) sebagai berikut.
31 Universitas Sriwijaya
32
4.2. Pembahasan
Pada pratikum yang telah di lakukan kali ini membahas mengenai
pendinginan ikan dengan alat pendinginan mekanik (refrigator) menggunakan
ikan lele sebagai bahan utamanya. Ikan lele (Clarias Batrachus) ini memiliki
morfologi yang sangat mirip dengan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).
Bentuk tubuh yang memanjang, bulat, kepala yang agak melebar, tidak memiliki
sisik, memiliki kulit yang licin, warna kulit terdapat bercak-bercak berwarna
keputihan hingga kecoklatan abu-abu. Tengah badanya mempunyai potongan
membulat, dengan kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan bagian belakang
tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed) jadi lele ditemukan tiga
bentuk potongan melintang (pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping).
Pendinginan ikan dengan menggunakan alat pendinginan meknik (refrigator)
bertujuan untuk mengetahui laju penurunan suhu ikan dengan perlakuan
penyimpanan pada referigator serta memahami perubahan karakteristik mutu ikan
segar (sensoris dan kimia) selama proses penyimpanan di dalam alat refrigator.
Dalam hal ini, ikan lele merupakan ikan yang diamati, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi laju kemunduran mutu bahan uji diantaranya
kerusakan kimiawi, kerusakan fisikawi, dan kerusakan biologis. Sebelum ikan lele
di masukkan ke dalam alat pendingin mekanik (refrigator) ikan tersebut harus di
pingsankan atau dimatikan terlebih dahulu kemudian dilakukan pengukuran suhu
pada tubuh ikan lele tersebut menggunakan alat termokopel. Ikan lele yang sudah
di ukur suhunya kemudian dimasukkan ke dalam alat pendingin mekanik
(refrigator) selama tiga hari pengujian. Pada hari pertama didapatkan suhu tubuh
ikan lele yang di ukur menggunakan termokopel yaitu sebesar 2,6ºC. Kemudian
pada hari kedua suhu tubuh ikan semakin menurun seiring dengan lamanya ikan
lele berada di dalam alat pendinginan mekanik (refrigator) yaitu sebesr 1,4ºC.
Pada hari terakhir suhu tuuh ikan lebih rendah dari pada suhu hari pertama dan
kedua yaitu sebesar 0,1ºC. Kemunduran suhu tubuh ikan tersebut di iringi pula
dengan perubahan mutu ikan lele tetapi kemunduran mutu ikan lele di dalam
refrigator tersebut terjadi lebih lama daripada pendinginan ikan dengan
menggunakan pendinginan es. Pada dasarnya semakin lama ikan tersebut
disimpan di dalam refrigator, maka suhu ikan pula akan semakin menurun.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Ikan lele (Clarias batrachus) memiliki alat pernapasan tambahan yang
bernama (arborescentorgan) yang mana alat ini terletak di bagian depan
rongga insang, yang memungkinkan ikan mengambil oksigen langsung dari
udara.
2. Untuk menjaga kualitas mutu ikan dapat menggunakan cara pembekuan. Ikan
akan mulai membeku pada suhu antara -0,6ºC sampai -20ºC.
3. Ada 4 metode pembekuan ikan yang umum dikenal yaitu, blast freezing,
contact freezing, cryogenic freezing, dan immersion freezing.
4. Agar pengelolaan ikan beku memenuhi standar SNI, perlatan yang ada harus
meliputi alat pembeku, alat pembuang sisik, alat pemotong, alat pencucian,
alat penyimpanan bahan beku, bak penampung, keranjang pelastik, meja dan
timbangan.
5. Proses pembekuan bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan bakteri dan laju
reaksi enzim dengan merubah air dalam tubuh ikan menjadi butiran es pada
suhu -10ºC atau lebih rendah.
5.2. Saran
Pada saat pratikum pendinginan ikan menggunakan alat pendinginan
mekanik (Refrigator) ini diharapkan peserta pratikum dapat mengikuti,
melaksanakan, memperhatikan serta memahami apa yang sedang di lakukan atau
dipraktikan dan di jelaskan oleh asisten dosen saat pratikum berjalan. Pada
pratikum selanjutnya asisten dosen diharapkan dapat lebih jelas untuk
menyampaikan materinya.
33 Universitas Sriwijaya
34
BAB 1
PENDAHULUAN
36 Universitas Sriwijaya
37
1.2. Tujuan
Tujuan pada praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan dengan
materi Transportasi Ikan Hidup adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pemingsanan ikan dan mengetahui cara pengangkutan ikan hidup.
38
BAB 2
TINJAUAN PUASTAKA
39 Universitas Sriwijaya
40
42 Universitas Sriwijaya
43
4.1. Hasil
Adapun hasil dari praktikum kali ini dengan materi Transportasi Ikan
Hidup adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Proses pemingsanan ikan
Waktu Jumlah Suhu Perlakuan Tingkah Laku Ikan
Es Ikan 1 Ikan 2 Ikan 3
(gram)
Ikan Ikan Ikan
bergerak bergera berger
0 - 35°C
masih k masih ak
sangat sangat masih
aktif aktif sangat
aktif
44 Universitas Sriwijaya
45
i
pings
an
4.2. Pembahasan
Transportasi dalam keadaan hidup merupakan rangkaian tahap dalam
usaha budidaya ikan. Pengangkutan menjadi tahap yang sangat penting
apabila petani ikan tidak memproduksi sendiri benih ikan yang dibesarkan
tetapi membelinya pada petani yang khusus memproduksi benih ikan.
Harga jual benih ikan itu sendiri sangat ditentukan oleh ukuran dan tingkat
kesegaran ikan. Prinsip dari penanganan ikan hidup adalah
mempertahankan kelangsungan hidup ikan semaksimal mungkin sampai
ikan tersebut diterima oleh konsumen. Terdapat beberapa tahap
penanganan untuk mencapai maksud tersebut yaitu penanganan ikan
sebelum diangkut, selama pengangkutan dan setelah pengangkutan.
Transportasi ikan hidup pada dasarnya adalah memaksa menempatkan
ikan dalam suatu lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan
asalnya dan disertai perubahan-perubahan sifat lingkungan yang sangat
mendadak. Ada dua sistem transportasi yang digunakan untuk hasil
perikanan hidup di lapangan. Sistem transportasi tersebut terdiri dari
transportasi sistem basah dan transportasi sistem kering. pada transportasi
sistem basah, ikan diangkut di dalam wadah tertutup atau terbuka yang
berisi air laut, air tawar atau payau tergantung jenis dan asal ikan.
Pada pengangkutan dengan wadah tertutup, ikan diangkut di dalam
wadah tertutup dan suplai oksigen diberikan secara terbatas yang telah
diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan selama pengangkutan. Pada
pengangkutan dalam wadah terbuka, ikan diangkut dengan wadah terbuka
46
dengan suplai oksigen secara terus menerus dan aerasi selama perjalanan.
Transportasi basah biasanya digunakan untuk transportasi hasil perikanan
hidup selama penangkapan di tambak, kolam dan pelabuhan ke tempat
pengumpul atau dari satu pengumpul ke pengumpul lainnya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi transportasi ikan hidup dapat dibagi menjadi
beberapa macam diantaranya jenis ikan dan kepadatan. Kepadatan ikan
adalah bobot ikan yang berada pada suatu wadah dan waktu tertentu.
Kepadatan ikan yang dapat diangkut tiap wadah, dengan atau tanpa
kematian ikan merupakan persoalan penting dalam pengangkutan. Pada
pratikum kali ini Ikan yang di gunakan adalah jenis ikan nila
(Oreochromis niloticus) menggunakan transportasi sistem kering.
Transportasi sistem kering ini biasanya menggunakan teknik pembiusan
pada ikan atau ikan dipingsankan terlebih dahulu sebelum dikemas.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Adapaun kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum kali ini adalah
sebagai berikut.
1. Proses traspotasi ikan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu trasportasi
basah, trasnportasi kering, dan transportasi basah-kering.
2. Dari beberapa narasumber yang sudah diwawancarai 75% dari narasumber
menggunakan sistem trasnportasi basah atau basah tertutup.
3. Beberapa manfaat dari transportasi ikan hidup adalah dapat mempertahankan
Kualitas kesegaran ikan.
4. Trasnportasi ikan hidup juga memberikan keyakinan pada konsumen bahwa
ikan tersebut masih dalam kualitas segar.
4.2. Saran
Adapun saran untuk peraktikum ini adalah semoga praktikum ini semakin
baik kedepannya dan materi yang di sampaikan lebih dapat di mengerti.
Sehubungan dengan praktikum transportasi ikan hidup ini adalah praktikum
terakhir pada semester ini, ucapan terimakasih kami sampaikan kepada kakak
asisten praktikum.
47 Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
49 Universitas Sriwijaya
50
Pada transportasi sistem basah, ikan diangkut di dalam wadah tertutup atau
terbuka yang berisi air laut atau air tawar tergantung jenis dan asal ikan. Pada
pengangkutan dengan wadah tertutup, ikan diangkut di dalam wadah tertutup dan
suplai oksigen diberikan secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai dengan
kebutuhan selama pengangkutan. Pada pengangkutan dalam wadah terbuka, ikan
diangkut dengan wadah terbuka dengan suplai oksigen secara terus menerus dan
aerasi selama perjalanan. Transportasi basah biasanya sering digunakan untuk
transportasi hasil perikanan hidup selama penangkapan di tambak, kolam dan
pelabuhan ke tempat pengumpul ke pengumpul lainnya (Jailani, 2000).
1.2. Tujuan
Tujuan pada Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan dengan
materi Gambaran Umum Penanganan Ikan Di Pasar Tradisional dan Modern
Sumatera Selatan yakni untuk mengetahui gambaran umum, jenis penanganan
ikan dan non ikan, dan mengetahui proses transportasi berbagai jenis ikan dan
bukan ikan di pasar tradisional dan pasar modern Sumatera Selatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
51 Universitas Sriwijaya
52
55 Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil dari observasi pedagang ikan dipasar tradisional 26 Ilir
Palembang, sebagai berikut :
Nama : Panji
Alamat : Jl. Mujahidin, Palembang
Jenis ikan dan harga : 1. Ikan lele Rp 25.000/kg
2. Ikan patin Rp 22.000/kg
Jumlah ikan yang dijual/jenis : 1. Ikan gurami 20 kg
2. Ikan patin 80 kg
3. Ikan lele 80 kg
Sumber ikan : Pasar Induk Jakabaring.
Teknik penangan ikan dari tempat budidaya hingga tempat penjualan :
Teknik penanganan dari tempat budidaya hingga tempat penjualan dengan
menggunakan mobil.
Teknik penyimpanan selama penjualan :
Jika ikannya hidup di letakkan di penampungan air, jika belum ingin di jual di
simpan di freezer.
56 Universitas Sriwijaya
57
4.1. Pembahasan
Pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli
barang dan jasa. DiPasar antara penjual dan pembeli akan melakukan
transaksi. Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam
institusi ekonomi. Menurut cara transaksinya, jenis pasar dibedakan
menjadi pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan
tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya
transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-
menawar yang terjadi. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti
bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging,
kain, pakaian, barang elektronik. Jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula
yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih
banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan
perumahan dan perkampungan agar memudahkan pembeli untuk mencapai
pasar. Sisi negatif dari pasar tradisional adalah keadaannya yang
cenderung kotor dan kumuh sehingga banyak orang yang segan berbelanja
disana.
Kelebihan dan Kelemahan pada pasar tradisional adalah, Pasar
tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah
yang tidak miliki secara langsung oleh pasar modern. Keunggulan yang
dimiliki pasar tradisional adalah lokasi yang strategis, area penjualan yang
luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, serta sistem
tawar menawar yang menunjukkan sikap keakraban antara penjual dan
pembeli. Selain keunggulan tersebut, pasar tradisional juga merupakan
salah satu pendongkrak perekonomian kalangan menengah ke bawah, dan
itu jelas memberikan efek yang baik bagi negara. Pasar modern termasuk
pasar konkret/nyata, karena pasar modern memenuhi beberapa syarat pasar
konkret, yaitu : barang yang diperjualbelikan nyata (dapat dilihat dan
diraba), penjual dan pembeli dapat bertemu secara langsung, sistem
pembayaran dilakukan secarash and curry (tunai), dan barang yang kita
beli dapat kita ambil pada saat itu juga. Pasar modern termasuk pasar
barang konsumsi (pasar output), karena pasar modern merupakan pasar
58
5.1. Kesimpulan
Adapaun kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum kali ini
adalah
sebagai berikut.
1. Ikan masih dapat bertahan hidup selama proses transportasi dengan
menggunakan proses atau penanganan yang tepat.
2. Proses traspotasi ikan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu trasportasi
basah, trasnportasi kering, dan transportasi basah-kering.
3. Tranportasi ikan adalah tersedianya oksigen yang cukup untuk ikan selama
pengangkutan
4. Beberapa manfaat dari transportasi ikan hidup adalah dapat mempertahankan
kualitas kesegaran ikan.
5. Trasnportasi ikan hidup juga memberikan keyakinan pada konsumen bahwa
ikan tersebut masih dalam kualitas segar.
1.2. Saran
Adapun saran untuk peraktikum ini adalah semoga praktikum ini
semakin baik kedepannya dan materi yang disampaikan lebih dapat di
mengerti. Sehubungan dengan praktikum transportasi ikan hidup ini
adalah praktikum terakhir pada semester ini, ucapan terimakasih kami
sampaikan kepada kakak-kakak asisten praktikum.
59 Universitas Sriwijaya
60
DAFTAR PUSTAKA
Rasyid, A. 2003. Asam Lemak Omega 3 dari Minyak Ikan. Jakarta : Bidang
Sumber Daya Laut-Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI.
Saanin, 2004. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan (Jilid 1 dan 2). Bogor:
Binacipta.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bandung:
Bina Cipta.
Sanger, 2014. Mutu Kesegaran Ikan Tongkol (Auxis Tazard) Selama
Penyimpanan Dingin. (Warta WIPTEK, ISSN: 0854-0667, Nomor 35).
Manado.
Santoso, TM. 2017. Tinjauan Umum Pasar. Tersedia dalam :http://e-
journal.uajy.ac.id diakses tanggal 14 November 2022.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan Perikanan Republik Indonesia.
(2018). Buku Laporan Tahunan 2017 Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia.
Sufianto, B. 2013. Uji Transportasi Ikan Mas koki (Carassius auratus Linnaeus)
Hidup Sistem Basahdengan Perlakuan Suhu dan Penurunan Konsentrasi
Oksigen. Tesis Program Studi Teknologi Pascapanen. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sufianto. 2012. Uji transportasi ikan maskoki (Carassius auratus Linnaeus) hidup
sistem kering dengan perlakuan suhu dan penurunan konsentrasi oksigen
[tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Sumahiraewi, L.G. 2015. Pengaruh Konsentrasi Minyak Cengkeh (Eugenia
aromatica) Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis sp)
pada Proses Transportasi.Skripsi.Universitas 45 Mataram.
Sundoro, 2015. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Suyanto, 2013. Budidaya Ikan. Jakarta: Agromedia.
Swann L. 2012. Pedoman Pengangkutan Ikan. Universitas Marquette Komite
Institusional Perawatan dan Pemanfaatan Hewan.
Syafitri, Metusalach, Fahrul. 2016. Studi Kualitas Ikan Segar Secara Organoleptik
yang Dipasarkan di Kabupaten Jeneponto. Jurnal Ipteks PSP. 3 (6): 544 –
552.
Terry Gunawan, Harto Tanujaya, Asrul Aziz, 2014. Uji Eksperimental Mesin
Pendinginan Berpendinginan Air dengan Menggunakan Refrigeran. Jurnal
Ilmiah Teknik Mesin. Universitas Tarumanegara, 165- 175 hal.
Wibowo, S. 2013. Penerapan Teknologi Penanganandan Transportasi Ikan
Hidup di Indonesia. Sub Balai Penelitian Perikanan Laut, Departemen
Kelautandan Perikanan, Slipi, Jakarta.
Wudji, A., Suwarso, Wudianto, 2012. Hubungan panjang bobot, faktor kondisi
dan struktur ukuran Ikan lemuru (Sardinella Lemuru Bleeker 1853) di
Perairan Selat Bali. Bawal, 4(2): 83–89
LAMPIRAN GAMBAR
Berat Utuh Ikan Sarden Penyiangan Ikan Sarden Suhu Ikan Sarden
Suhu Awal Ikan Salam Pendinginan dengan Es Suhu Ikan Salam 5 Menit
Ikan Lele Utuh Suhu Ikan Lele Hari 1 Suhu Ikan Lele Hari 2
Penyimpanan Ikan di
Proses Wawancara Penyimpanan Ikan Lele
Pasar
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan Karakteristik Hasil Perikanan
Persentase insang
Berat Insang 6
1. × 100% = × 100% = 5,21 %
Berat Utuh 115
Berat Insang 9
2. × 100% = × 100% = 7,0%
Berat Utuh 127
Persentase Isi Perut
Berat Isi Perut 6
1. × 100% = × 100% = 5,21%
Berat Utuh 115
Berat Isi Perut 7
2. × 100% = × 100% = 5,5%
B erat Utuh 127
ikan1+ikan2+ikan3
Δt =
3
5,2+ (−7,7 ) +(−9,9)
=
3
−22,8
=
3
= -7,6
Q = m.C.Δt
Q1 = 0,141 kg . 0,84 . (-7,6) = -0,9001 kkal
Q2 = 0,108 kg . 0,84 . (-7,6) = -0,695 kkal
Q3 = 0,146 kg . 0,84 . (-7,6) = -0,9320 kkal