Anda di halaman 1dari 24

EKOSISTEM DAN ANALISIS VEGETASI GULMA

(Laporan Praktikum)
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Pertanian
Disusun oleh :
Ridho Nugraha
Amala Tazkia Azzahra
Muhamad Dapid Darma
Faisal Afif
Kaisar Widiantara

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)

DHARMA WACANA METRO

2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Metro,27 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang dan Masalah ......................................................... 1
1.2. Tujuan Percobaan .......................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
2.1. Ekosistem ..................................................................................... 3
2.2. Vegetasi Gulma ............................................................................. 5
III. BAHAN DAN METODE............................................................. 6
3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ....................................................... 6
3.2. Bahan dan Alat .............................................................................. 6
3.3. Pelaksanaan Percobaan.................................................................. 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 8
4.1. Analisis vegetasi gulma ................................................................. 8
4.2. Analisis Ekosistem ........................................................................ 10
V. KESIMPULAN & SARAN ........................................................... 12
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 12
5.2. Saran ............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 13
LAMPIRAN ....................................................................................... 14

ii
Daftar Tabel

1. Jenis Gulma ..................................................................................... 8


2. Hasil Analisis Vegetasi Gulma ......................................................... 9
3. Ekosistem Biotik dan Abiotik........................................................... 10

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gulma adalah tanaman yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan
dan kehadirannya tidak diinginkan. Oleh karena itu gulma merupakan tanaman
yang harus dikendalikan karena menyebabkan kerugian secara langsung maupun
tidak langsung. Kerugian secara langsung dari keberadaan gulma pada budidaya
tanaman adalah terjadinya kompetisi antara tanaman pokok dengan gulma dalam
memperoleh cahaya, ruang, hara dan air. Sedangkan kerugian secara tidak
langsung terjadi apabila gulma tersebut menjadi tanaman inang dari hama dan
penyakit tanaman.
Gulma adalah tanaman yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan
dan kehadirannya tidak diinginkan. Oleh karena itu gulma merupakan tanaman
yang harus dikendalikan karena menyebabkan kerugian secara langsung maupun
tidak langsung. Kerugian secara langsung dari keberadaan gulma pada budidaya
tanaman adalah terjadinya kompetisi antara tanaman pokok dengan gulma dalam
memperoleh cahaya, ruang, hara dan air. Sedangkan kerugian secara tidak
langsung terjadi apabila gulma tersebut menjadi tanaman inang dari hama dan
penyakit tanaman.
Gulma dapat merugikan tanaman budidaya karena bersaing dalam
mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan air. Jenis gulma yang tumbuh
biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan, misalnya pada perkebuanan yang
baru diolah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim,
sedang pada perkebunan yang telah lama ditanami gulma yang banyak terdapat
adalah jenis tahunan. Gulma yang terdapat pada dataran tinggi relatif berbeda
1
dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah, Pada daerah yang tinggi terlihat
adanya kecenderungan bertambahnya keaneka- ragaman jenis, sedangkan jumlah
individu biasanya tidak begitu besar. Hal yang sebaliknya terjadi pada daerah
rendah yakni jumlah individu sangat melimpah, tetapi jenis yang ada tidak begitu
banyak (Soekisman, T. dkk. 1984).

1.2 Tujuan Percobaan

- Mengidentifikasi jenis jenis gulma


- Mengetahui ekosistem yang ada di lahan

2
II. Tinjauan Pustaka

2.1 Ekosistem
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem sebagai suatu tatanan kesatuan yang secara utuh dan menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup dan saling mempengaruhi. Ekosistem sebagai
penggabungan dari setiap unit biosistem. Melibatkan interaksi timbal balik antara
organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energinya menuju pada suatu
struktur biotik tertentu dan terjadi siklus materi antara organisme dan anorganisme.
Matahari sebagai sumber dari semua energy, dalam ekosistem, organisme pada
komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu
sistem. Organisme kemudian beradaptasi lagi dengan lingkungan fisik, sebaliknya
organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk kelangsungan hidupnya.
2.1.1. Komponen Ekosistem
Komponen ekosistem merupakan bagian dari suatu ekosistem yang menyusun
ekosistem ini sendiri sehingga terbentuk sebuah ekosistem. Komponen dalam
ekosistem kemudian dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu komponen hidup dan
komponen tak hidup. Selain itu komponen hidup dapat disebut juga sebagai
komponen biotik, dan komponen tak hidup dapat disebut sebagai komponen abiotik.
Setiap komponen memiliki anggota yang berbeda-beda pula.
a. Biotik
Biotik, memiliki arti “Hidup”. Komponen biotik pada suatu ekosistem adalah
makhluk hidup itu sendiri, sebab ekosistem tak akan pernah terbentuk tanpa adanya
makhluk hidup didalamya. Keberadaan makhluk hidup kemudian membentuk
3
suatu rantai makanan dalam suatu ekosistem. Beberapa contoh dari komponen
biotik yang ada lingkungan sekitar kita, antara lain Organisme Autotrof atau
Produsen, Organisme Heterotrof (Konsumen), Pengurai atau decomposer.
b. Abiotik
Komponen kedua dalam ekosistem adalah komponen abiotic atau komponen
yang tak hidup. Dengan kata lain, komponen abiotik adalah komponen yang terdiri
dari benda-benda bukan makhluk hidup tetapi ada di sekitar kita, dan ikut
mempengaruhi kelangsungan hidup. Beberapa jenis komponen abiotik yaitu suhu,
sinar matahari, air, angin, udara, kelembapan udara, dan banyak lagi benda mati
yang ikut berperan dalam ekosistem. Berikut beberapa diantaranya Suhu, Air,
Garam, Sinar Matahari
2.1.2. Macam-Macam EKOSISTEM
Ekosistem merupakan satu kesatuan fungsional antara komponen biotik
(makhluk hidup) dan komponen abiotik (komponen tak hidup atau lingkungan)
yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam bentuk hubungan timbal
balik antara satu dengan yang lain. Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu
ekositem air, ekosisten darat.
a. Akuatik (air)
Ekosistem akuatik merupakan ekosistem yang komponen abiotiknya sebagai
besar terdiri atas air. Makhluk hidup (komponen biotik) dalam ekosistem perairan
terbagi enjadi Ekosistem air tawar, Ekosistem Air Laut, Ekosistem Estuary (muara),
Ekosistem Pantai, Ekosistem Ekosistem terumbu karang, dan lain sebagainya.
b. Teseterial (darat)
Penentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh temperatur dan
curah hujan. Ekosistem terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan. Iklim

4
sangat penting untuk menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada
suatu tempat tertentu. Pola ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir,
kebakaran, atau aktivitas manusia. Beberapa diantaranya ekosistem darat yaitu
Tundra, karst (gua), hutan hujan tropis, hutan gugur, sabana, padang rumput, dll.

2.2 Vegetasi Gulma


2.2.1 Pengertian analisis vegetasi
Analisis vegetasi adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar sebaran berbagai macam spesies yang ada dalam suatu area. Kegiatan ini
umumnya dilakukan melalui pengamatan langsung dan dilakukan pula dengan
membuat plot, serta mengamati morfologi dan identifikasi vegetasi yang ada.
Greigh-Smith (1983) menjelaskan bahwa analisis vegetasi adalah cara untuk
mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur)
vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Bentuk atau struktur vegetasi yang
dimaksud ilah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan tutupan tajuk.
Untuk melakukan analisa terhadap suatu vegetasi, diperlukan data-data antara
lain jenis, diameter dan tinggi dalam menentukan indeks nilai penting penyusun
komunitas hutan. Analisis vegetasi dapat dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif untuk mengetahui sebaran ragam hayati pada suatu ekosistem.
2.2.2 Manfaat analisis vegetasi pada gulma
Untuk mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang
dominan. Biasanya hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan, misalnya
untuk memilih herbisida yang sesuai.

5
III. Metodelogi percobaan

3.1 Waktu dan tempat percobaan


Tempat dan waktu praktikum mata kuliah ekologi tentang analisis vegetasi
gulma di lakukan di lahan percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma
Wacana Metro. Praktikum ini di laksanakan pada hari Rabu tanggal 14 Desember
2022 oukul 10.00 WIB.
3.2 Bahan dan alat
Lahan sawah dan lahan kering, alat Square method ukuran 50x50cm, panduan
bergambar deskripsi gulma, kantong plastik, alat tulis, kantong kertas, oven,
timbangan analitis, kertas label, lem kertas, tali rafia, patok, scientific calculator,
lembar kerja atau panduan praktikum.
3.3 Pelaksanaan percobaan
1. Lemparkan kuadran sebanyak 3 kali pada lahan praktek untuk membuat petak
contoh dengan ukuran 50x50cm.
2. Amati penutupan (dominansi) gulma dalam petak
contoh tersebut.
3. Tentukan dominansi (%) setiap gulma (teki, rumput, daun lebar) yang ada
secara visual dan catat hasilnya dalam Lembar Pengamatan.
4. Cabut semua gulma tersebut dan masukkan kedalam kantong plastic dan diberi
label sesuai jenis lahan dan nomor petak contohnya.
5. Cuci atau bersihkan gulma dari sisa-sisa kotoran
lain atau tanah.
6. Lakukan identifikasi jenis gulma tersebut berdasarkan cirri morfologinya, yaitu
dikelompokkan berdasarkan gulma teki-tekian, gulma rumput, dan gulma
6
daun lebar. Gunakan Buku deskripsi gulma untuk membantu dalam
identifikasi.
7. Hitungjumlah setiap jenis gulma tersebut, lalu masukkan dalam kantong kertas
yang sudah diberi label berisi jenis gulma, nomor petak, dan nama anda
8. Setiap jenis gulma yang ada dalam kantong kertas, dikeringkan dalam oven,
selama dua jam, sampai kering konstan.
9. Setelah dua jam peng-ovenan, gulma dikeluarkan, lalu
ditimbang beratnya.
10. Selanjutnya, lakukan analisis data, dimulai dengan menentukan kerapatan,
frekuensi, dan dominasi masing-masing jenis gulma.

7
IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Analisis Vegetasi Gulma


Gulma sering menimbulkan berbagai masalah dalam lahan pertanian, kerusakan
tanaman atau penurunan produksi akibat gulma pada umumnya memiliki korelasi yang
searah dengan populasi gulma itu sendiri. Vegetasi dapat diartikan sebagai komunitas
tumbuh yang menempati suatu ekosistem, komposisi sering kali berubah seiring dengan
berjalannya waktu, perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Dalam kaitannya dengan
gulma, analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma-gulma yang memiliki
kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Penguasaan
sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Populasi
yang dominan ini nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan pengendalian gulma. Pada percobaan analisis vegetasi gulma pada laporan ini
dilaksanakan pada kebun percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana
Metro, dengan menggunakan metode kuadran dan plot percobaan memiliki luas 50cm x
50cm. Berikut adalah hasil pengamatan jenis gulma pada lahan percobaan Sekolah
Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro.
Tabel 1. Jenis gulma yang diamati
Kuadran
No Spesies I II III IV
1 Belulang 6 2 4 1
2 Grinting 11 9 8 5
3 bebadotan 3 1 1 2
4 Teki 12 8 23 13
5 Bayam bayaman 2 0 1 1
Jumlah 113

8
Hasil pengamatan yang dilakukan pada lahan percobaan Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian Dharma Wacana menggunakan metode kuadran, terdapat 2 petak contoh,
dan ditemukan 5 jenis vegetasi gulma pada kedua petak contoh tersebut. Total
jumlah individu gulma yang ditemukan pada kedua petak contoh sebanyak 113
gulma. Dominasi gulma diukur dengan menghitung indeks nilai penting (INP) dan
summed dominance ratio (SDR) masing masing spesies. Dominansi merupakan
kemampuan suatu jenis gulma untuk bersai ng dengan jenis gulma lainnya dan
bertahan hidup dalam suatu agroekosistem tertentu. berikut hasil analisis vegetasi
gulma yang terdapat pada plot percobaan.
Tabel 2. Hasil analisis vegetasi gulma

Nama lokal Kuadran I II III IV


Total KMN KR % FMN FR% DMN DR% INP% SDR%
Belulang 6 2 4 1 13 3,25 0,12 0,81 11,50 5,00 18,09 29,71 14,85
Grinting 11 9 8 5 33 8,25 0,29 2,06 29,20 6,11 22,11 51,60 25,80
Babadotan 3 1 1 2 7 1,75 0,06 0,44 6,19 4,38 15,83 22,08 11,04
Teki 12 8 23 13 56 14 0,50 3,50 49,56 9,66 34,93 84,98 42,49
Bayam Duri 2 0 1 1 4 1 0,04 0,25 3,54 2,50 9,04 12,62 6,31
Jumlah 113 28,25 1,00 7,06 100,00 27,64 100,00 201,00 100,00
Hasil analisis vegetasi gulma pada petak menunjukan Cyperus rotundus (rumput
teki) menjadi gulma yang mendominasi pada lahan percobaan Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian Dharma Wacana dengan nilai KRN sebesar 50%, FRN 49%, INP 84%, dan
SDR 42%, kemudian cynodon dactylon (rumput granting) dengan nilai KRN sebesar
29%, FRN 29%, INP 51%, serta SDR sebesar 25%, diikuti oleh eleusine indica
(rumput belulang) dengan KRN 12%, FRN 11%, DRN 18%, dan SDR sebesar 14%,
ageratum conyzoides (rumput babadotan) dengan nilai KRN 6%, FRN 6%, INP
22%, kemudian SDR sebesar 20%, Amaranthus spinosus ( bayam duri) memiliki nilai
KRN 4%, FRN 3%, DRN 9%, serta SDR sebesar 36%.
Cyperus rotundus (rumput teki) sangat adaptif, karena itu menjadi gulma yang
9
sangat sulit dikendalikan, ia membentuk umbi (tuber) dan geragih (stolon) yang mampu
mencapai kedalaman hingga satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman
olah tanah yang rata rata kedalamannya hanya 30 cm. Teki menyebar diseluruh penjuru
dunia, teki tumbuh dengan baik bila tersedia air yang cukup, toleran terhadap genangan,
dan mampu bertahan pada kondisi kekeringan.
4.2 Analisis Ekosistem
Hasil pengamatan pada kebun percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma
Wacana Metro menunjukan beberapa jenis ekosistem biotik dan abiotik, berikut adalah
berbagai ekosistem biotik dan abiotik
Tabel 3. Ekosistem biotik dan abiotik
abiotik Biotik

Flora Fauna

Tanah Jagung Belalang


Air Terong Capung

Batu Timun Cacing


Kerikil Selada Semut

Matahari Gulma Lalat


Tomat

Pembahasan dari analisis ekosistem tersebut diketahui bahwa biotik meliputi


makhluk hidup yang ada di bumi seperti manusia, tumbuhan dan hewan seperti
cacing, belalang, tanah,pohon,dll. golongan, yaitu produsen, konsumen, dan
pengurai. Organisme yang berperan sebagai produsen adalah semua organism yang
dapat membuat makanan sendiri. Organisme ini disebut organisme autotrof,
contohnya adalah tumbuhan hijau. Sedangkan abiotik adalah sekumpulan makhluk

10
tak hidup yang meliputi factor fisik dan kimia seperti air, udara, sinar matahari,
tanah dan angin. Secara ilmiah abiotik dapat kita temukan dimana-mana dan
berjumlah banyak tidak seperti biotik, contonya tanah, tanah yang gersang
berpengaruh dalam ekosistem karena air dibutuhkan oleh semua makhluk hidup
jika disuatu tempat jarang ditemukan air contohnya gurun pasir maka hewan yang
berada disitu harus bisa bertahan lama, contoh lainnya adalah air,hewan atau
tumbuhan yang tinggal di air akan berbeda dengan yang hidup ditanah maka
mereka memiliki kulit dan alat bernafas, seperti berkuliat sisik dan bernafas. Dalam
rantai makanan terdapat makhluk hidup yang berperan sebagai produsen,
konsumen, dan sebagai dekomposer (pengurai).
Pada peristiwa rantai makanan terjadi proses makan dan dimakan dalam urutan
tertentu. Dan setiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut
dengan tingkat trofik. Tumbuhan menggunakan sinar matahari untuk menghasilkan
makanan dalam bentuk gula, dan disimpan dalam dalam biji, batang, buah, dan
bagian lainnya. Tikus sebagai konsumen tingkat I {hewan herbivora/pemakan
tumbuhan}memakan tumbuhan. Kemudian tubuh tikus mengubah sejumlah
makanan menjadi energi untuk lari, makan, dan bereproduksi. Ular sebagai
konsumen tingkat II {hewan karnivora/pemakan daging} memakan tikus. Tikus
merupakan sumber energi untuk ular agar tetap hidup. Burung Elang sebagai
konsumen III/ konsumen puncak (karnivora) memakan ular. Tubuh elang
menggunakan energi yang tersedia dari ular untuk melangsungkan proses
kehidupan.
Jika elang mati, maka akan diuraikan oleh bakteri, cacing, dan lainnya yang
berperan sebagai dekomposer untuk diubah menjadi zat hara yang akan
dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Jika konsumen

11
tingkat 1 menipis maka produsen akan melimpah dan konsumen tingkat 2 akan
menipis karena tidak bisa memakan konsumen tingkat 1, jadi konsumen tingkat 1
berpengaruh dalam rantai makanan karena akan mengakibatkan produsen dan
konsumen selanjutnya akan berbeda.

12
V. KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis vegetasi gulma dan analisis ekosistem diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat 5 jenis gulma pada kedua petak contoh yang memiliki luas masing masing
sebesar 50cm x 50cm dengan total gulma sebanyak 113.
2. Cyperus rotundus (rumput teki) menjadi gulma yang mendominasi pada lahan
percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana dengan nilai KRN
sebesar 50%, FRN 49%, INP 84%, dan SDR 42%.
3. Analisis ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya yang terbagi menjadi 2 yaitu biotik dan abiotik, biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, dan tumbuhan sedangkan abiotik
adalah mahluk tak hidup seperti matahari, tanah, batu dan lainnya.

5.2 Saran
Perlu dilakukan analisis lebih lanjut tentang fungsi ekologi dari jenis jenis
gulma yang dominan di lahan percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma
Wacana Metro.

13
DAFTAR PUSTAKA

BKSDA. 2002. Rencana Pengelolaan Suaka Margasatwa Nantu Kabupaten


Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Manado: Balai Konservasi Sumberdaya
Alam Sulawesi Utara Boo, E. 1992.
The Ecotourism Boom. WHN Technical papaer. 2 , Washington DC, WWF
Clayton, L. M. 1996. Conservation Biology of The Babirusa (Babyrousa
babyrussa) in Sulawesi Indonesia. Disertasi. United Kingdom. Wolfson
College University of Oxford
Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia No 41 Tahun
1999 Tentang Kehutanan. Jakarta
Dunggio, I. 2005. Zonasi Pengembangan Wisata di SM Nantu Propinsi Gorontalo.
Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Greig-Smith, P., 1983. Quatitative Plant Ecology. Oxford: Blackwell Scientitific
Publication
Hamidun, M.S. 2012. Zonasi Taman Nasional dengan Pendekatan Ekowisata.
Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Kimmins, J.P, 1987. Forest Ecology. New York. Macmillan Publishing Co.
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: Penerbit Institut
Pertanian Bogor
Kanui Mary. 2014. Variety for security: A case study of agricultural, nutritional and
dietary diversity among small holder farmers in Western Kenya. LCIRAH
Seminar, 10 th January 2014.
Kastanja Ariance Y. 2011. Identifikasi Jenis dan Dominansi Gulma pada Pertanaman
Padi Gogo (Studi Kasus di Kecamatan Tobelo Barat, Kabupaten Halmahera
Utara).Jurnal Agroforestri 4(1): 40-46.
Kawada Kiyokazu, Mayu Kurosu, Yunxiang Cheng, Tsagaanbandi TsKupangekhuu,
Wuyunna, Toru Nakamura, Ichiroku Hayashi. 2008. Floristic Composition,
Grazing Effects and Above- ground Plant Biomassin the Hulunbeier Grass
lands of Inner Mongolia, China. J. Ecol. Field Biol. 31(4): 297-307.
Moenandir J. 1996. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PTR aja Grafindo Persada,
Jakarta
Rohman Fatchur, I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. JICA, Malang
Sebayang H.T. 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Unit
Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
14
15
LAMPIRAN

16
1. Prosedur Penghitungan
a. Kerapatan Mutlak
KRn = [(jumlah gulma-n)/(petak contoh)]
b. Kerapatan Relatif
KRn = [(KMn)/(Total KMn)] x 100%
c. Frekuensi Mutlak
FMn = [(∑ petak contoh-n ditemui)/( ∑ semua petak contoh)}
d. Frekuensi Relatif
FRn = [(FMn/(Total FMn)] x 100%
e. Dominasi Mutlak
DMn = [(Berat kering gulma – n)/(petak contoh)
f. Dominasi Relatif
DRn = [(DMn/(Total DMn)] x 100%
g. Indeks Nilai Penting
INP = KR + FR + DR
h. Summed Dominance Ratio
SDR = [(INPn)/(Jumlah peubah relatif)]
2. Tabel Berat Kering

No Jenis Gulma Berat Kering


1 Belulang 2,6
2 Granting 5,4
3 Babadotan 1,6
4 Teki 5,8
5 Bayam duri 1,6

17
3. Belulang

4. Grinting

18
5. Babadotan

19
6. Teki

7. Bayam Duri

20

Anda mungkin juga menyukai