Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK PSIKIATRI

Dosen Pengampu : Renita Rizkya Danti,SST.,M.Keb

Disusun oleh : Siti Ilmania Rahmadani

NIM : 202207023

Program Studi : Sarjana Kebidanan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

2023
Pemeriksaan psikiatri adalah pemeriksaan dari dokter yang dilakukan pada pasien
dengan keluhan dan kekhawatiran psikiatri atau dengan gangguan perilaku pada pasien.
Teknik pemeriksaan psikiatri berfokus pada anamnesis. Anamnesis selama pemeriksaan
psikiatri digunakan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menentukan
diagnosis pasien. Selain itu, Anamnesis dalam pemeriksaan psikiatri juga dapat
digunakan untuk menilai status kejiwaan pasien berdasarkan observasi dokter. Dalam
pemeriksaan psikiatri ini saya telah merangkum beberapa aspek penilaian psikiatri dari
anamnesis, di antaranya:

a. Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang


menggambarkan tentang keseluruhan pengamatan pemeriksa dan kesan tentang pasien
psikiatrik saat wawancara, yang meliputi penampilan, pembicaraan, tindakan, persepsi
dan pikiran selama wawancara. Ada beberapa hal yang harus dikerjakan saat
pemeriksaat status mental, di anataranya:

1. Mengamati bentuk tubuh, postur, ketenangan, pakaian, dandanan, rambut, dan kuku,
tanda kecemasan

2. Mengamati dan/atau memeriksa cara berjalan, gerakan dan aktivitas pasien saat
wawancara.

3. Mengamati dan merasakan sikap dan jawaban pasien saat wawancara psikiatrik

b. Penilaian Cara Bicara

Pada pemeriksaan cara bicara ini. Apakah pasien dapat berbicara secara lancar
atau terdapat gangguan berbicara, dokter biasanya menilai dari bagaimana kuantitas dan
kualitas pembicaraan pasien, ritme, volume, aksen, kelancaran, artikulasi dan jumlah
pembicaraan pasien. kemudian untuk normalnya pembicaraan dokter menilai dari
(spontan, logis, koheren, dan relevan). Dan yang terpenting mencatat apakah ada
sircumstantialisme, perservasi, verbigerasi

Bagaimana arus pembicaraan apakah flight of idea, retardasi atau blocking bagaimana
kualitas dan kuantitas bicaranya.
c. Penilaian Persepsi

Pada pemeriksaan persepsi ini, dokter biasanya melihat pada halusinasinya dan
ilusi nya. Pada halusinasi, apakah pasien mendengar suara atau melihat bayangan, isi,
sistem sensorik yang terlibat, kondisi yang terjadi, halusinasi hipopomik. Memandang
sesuatu yang tidak memiliki objek, seperti ditangkap oleh panca indera. Ini bisa berupa
visual, olfaktori, auditori (aukustik / phoneme), paling sering halusinasi auditorik dan
visual.

d. Penilaian Orientasi

Pada pemeriksaan orientasi ini biasanya dilakukan pemeriksaan dengan 3 cara,


yaitu yang pertama (Waktu) : Apakah pasien mengenal tanggal, hari, waktu secara
benar, jika dirawat di rumah sakit apakah dia mengetahui sudah berapa lama ia dia
berbaring disitu. Yang kedua, (Tempat) : Apakah pasien tahu dimana dia berada saat ini.
Yang ketiga (Orang) : Apakah pasien mengetahui siapa yang memeriksa dan apa peran
dari orang-orang yang bertemu denganya.

e. Penilaian Intelegensi

Pada pemeriksaan intelegensi ini dokter mengetahui tingkat intelegensi pada pasien
dengan cara memberi pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang sulit dengan tujuan
apakah pasien tersebut mampu menjawab pertanyaan tersebut atau tidak.

f. Penilaian Bentuk Dan Isi Pikiran

Pada pemeriksaan tahap ini bisa dilakukan dengan 2 hal, yang pertama yaitu
bentuk pikir (proses pikir cepat atau lambat), Apakah pasien menjawab pertanyaan
dengan sungguh-sungguh dan langsung pada tujuan, relevan atau tidak relevan, asosiasi
longgar, hubungan sebab akibat yang kurang dalam penjelasan pasien; tidak logis,
tangensial, sirkumstansial, melantur (rambling), bersifat mengelak (evasive),
perseverasi, pikiran terhambat (blocking) atau pikiran kacau (distractibility). Dan yang
kedua yaitu isi pikir membahas mengenai apa yang dipikirkan pasien, termasuk ide-ide,
keyakinan, preokupasi dan obsesi pasien, apakah pasien menyampaikan ketakutan atau
perhatian terhadap sebuah masalah tertentu, apakah terdapat preokupasi, pikiran obsesif,
kompulsif, adanya fobia, rencana atau kehendak tertentu dan dorongan tertentu, Pada
pemeriksaan ini juga diperhatikan apakah pasien memiliki ide bunuh diri atau
pembunuhan atau tindakan yang dapat mencelakakan dirinya atau orang lain, apakah
pasien memiliki delusi, termasuk erotomania, persekutorik, paranoid, grandeur, iri hati,
somatik, perasaan bersalah, nihilistik, thought insertion, thought withdrawal, thought
broadcasting dan erotomani.

g. Penilaian Mood Atau Perasaan

Pada pemeriksaan ini bisa dinilai dengan suatu emosi pasien yang meresap dan
bertahan yang mewarnai persepsi pasien terhadap dunianya : Bagaimana pasien
menyatakan perasaannya, kedalaman, intensitas, durasi, fluktuasi suasana perasaan–
depresi, berputus asa (despairing), mudah tersinggung (irritable), cemas, menakutkan
(terrify), marah, meluap-luap (expansived), euforia, hampa, rasa bersalah, perasaan
kagum (awed), sia-sia (futile), merendahkan diri sendiri (self– contemptuous),
anhedonia, alexithymic.

h. Penilaian Motoric

Pada meriksaan ini dokter mengamati perilaku motorik khusus seperti perilaku dan
gait yang abnormal atau tidak bertujuan dan perilaku yang berulang. perilaku khusus
yang dimaksud di atas seperti tremor, manerisme, tics, gerak-gerik, kejang, rigiditas dan
hiperaktivitas dan apakah pasien mengalami perlambatan umum. Kegelisahan fisik
pasien yang tampak seperti telapak tangan basah. Perilaku spesifik pasien, sebagai
respons terhadap halusinasi.

i. Penilaian Pengendalian Impuls

Pada pemeriksaan ini dokter melihat kemampuan pasien mengendalikan dorongan


kemarahan, agresi, seksual, birahi, cita, keinginan memiliki, berjudi, main api, dan
sebagainya

pada saat sesi wawancara dokter mengamati perilaku pasien bagaimana pasien bisa
mengatur dan mengendalikan impuls yang mengakibatkan melepaskan ketegangan dan
emosi yang tiba tiba tidak teratur, sewenang wenang tanpa merisaukan konsekwensinya.

j. Penilaian Kemampuan Menilai Realita


Pada pemeriksaan ini dokter melihat pasien mampu atau tidak membedakan
kenyataan dengan fantasi, apakah uji realita terganggu dengan menciptakan realita baru.
uji realita merupakan pemeriksaan dan pertimbangan keseimbangan objektif tentang
dunia di luar diri (berlawanan dengan Neurosis; gangguan mental di mana uji realita
adalah utuh, perilaku tidak jelas melanggar norma-norma sosial, relatif bertahan lama
atau rekuren tanpa pengobatan).
DAFTAR PUSTAKA

First MB. Routine Psychiatric Assessment. MSD Manuals, 2022.


https://www.msdmanuals.com/professional/psychiatric-disorders/approach-to-
the-patient-with-mental-symptoms/routine-psychiatric-assessment

Fanani, Mohammad et. all. 2018. KETERAMPILAN DIAGNOSTIK DAN


TERAPEUTIK. Surakarta: UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Redayani P. Wawancara dan Pemeriksaan psikiatri. In: Elvira SD, Hadisukanto G,


editors. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-3. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017. p.
48–62.

Buku panduan kepaniteraan klinik ilmu kedokteran jiwa. 2016. Banjarmasin: Ilmu
kedokteran jiwa sambang lihum.

Kartikadewi, d. 2015. BUKU AJAR Sistem Neurobehaviour (Psikiatri). Unimus Press.

BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN PEMERIKSAAN STATUS


MENTAL. 2014. Makassar: Skill Lab.Sistem Neuropsikiatri.

Effendy, Elmeida. 2021. Gejala dan tanda gangguan psikiatri. Sumatra Utara: Yayasan
Al-Hayat.

Anda mungkin juga menyukai