-Identitas pasien, tujuannya adalah untuk mengetahui data-data pribadi pasien dan juga
untuk pendekatan personal psikiater kepada pasien. Data yang akan diminta meliputi
nama, pekerjaan, status perkawinan, riwayat pendidikan, dan hal lain seputar latar
belakang sosial dan budaya pasien.
-Maksud utama pasien menjalani pemeriksaan medis kejiwaan. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi alasan utama pasien menjalani pemeriksaan
medis kejiwaan. Identifikasi ini seringkali dilakukan dalam bentuk pertanyaan
umum oleh psikiater yang memancing pasien untuk bercerita secara rinci,
terkait keluhannya kepada psikiater.
-Pola bicara.
Pola bicara dapat dilihat dari volume suara dan intonasi pasien selama
wawancara, kualitas dan kuantitas pembicaraan, kecepatan berbicara, serta
bagaimana pasien merespons pertanyaan wawancara, apakah pasien hanya
menjawab sekadarnya atau bercerita panjang lebar.
-Proses berpikir.
Proses berpikir pasien dapat dievaluasi dari bagaimana pasien bercerita selama
wawancara dilakukan. Hal-hal yang akan diperiksa dari proses berpikir pasien
yaitu hubungan antara pembicaraan, apakah pasien sering mengganti topik
pembicaraan, atau apakah pasien berbicara dengan kata-lata yang tidak lazim
dan tidak bisa dimengerti. Persepsi dan daya tanggap pasien terhadap kenyataan
atau apakah pasien memiliki halusinasi atau waham (delusi) juga akan diperiksa.
-Konten atau isi pikiran.
Pemeriksaan konten pikiran pasien dapat dilihat dari:
1. Orientasi pasien, terutama apakah pasien mengenal siapa
dirinya, mengetahui kapan dan di mana dia berada.
2. Kesadaran pasien.
3. Kemampuan pasien dalam menulis, membaca, dan mengingat.
4. Kemampuan berpikir abstrak, seperti persamaan dan
perbedaan antara dua benda.
5. Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien pada waktu
wawancara.
6. Keinginan membunuh.
7. Keinginan bunuh diri.
8. Fobia.
9 Obsesi, terutama pada penderita gangguan obsesif kompulsif (
OCD/ Obsessive Compulsive Disorder).
-Pemahaman diri sendiri (insight).
Check! Dokter akan mengevaluasi apakah pasien memahami tingkat keparahan atau
sadar akan gangguan mental yang sedang dideritanya. Sikap pasien terhadap
gangguan mental yang sedang dideritanya juga akan diperiksa, termasuk
sikapnya kepada petugas kesehatan yang berupaya menangani masalah
kejiwaan tersebut.
-Pertimbangan (judgement).
Pasien akan diperiksa terkait kemampuannya menimbang suatu perkara dan
membuat keputusan berdasarkan pertimbangan tersebut. Umumnya psikiater
akan menilai fungsi penilaian pasien dengan membuat suatu skenario
berbentuk cerita, yang akan melibatkan pasien untuk membuat suatu
keputusan di dalam skenario tersebut.
-Impulsivitas.
Pasien akan diperiksa terkait impulsivitasnya dan kemampuan mengontrol
impulsivitas tersebut. Psikiater juga akan menilai apakah pasien dapat
menahan dorongan (impuls) lewat wawancara.
-Keandalan (reliability).
Psikiater atau psikolog akan menilai apakah pasien dapat dipercaya atau
diandalkan, berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari observasi dan
wawancara yang telah dijalani.
3. Pemeriksaan Penunjang dan Psikotes
Jika diperlukan, pasien akan diminta untuk menjalani pemeriksaan penunjang
agar dapat membantu psikiater menentukan diagnosis. Pemeriksaan penunjang
ini dapat berupa pemeriksaan darah dan urine di laboratorium atau dengan
pencitraan, misalnya CT scan dan MRI otak.