Anda di halaman 1dari 34

UPAYA MENINGKATKAN MOTIvASI BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS DI KABUPATEN MERAUKE

MELALUI SARANA DAN PASARANA MEDIA GAMBAR

PROPOSAL

Diajaukan untuk menempuh ujian sarjana

Pada jurusan Bahasa Dan sastra Indonesia Fakultas skip

Merauke

DIAN FRANGKLIN DE FRETES

2018 88201 039

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULKUTAS SKIP UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE

2021
HALAMAM PENGESAHAN

KATA PENGATAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas

segala kasih-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul,

“Upaya Mengnikatkan Motifasi Siswa Belajar Siswa Smalb Bingkuk Melalui

Sarana Dan Prasarana Media Gambar”. Yang merupakan salah satu syarat

akademi untuk memperoleh gelar S1 pada program studi Bahasa Indonesia

Univesitas Musamus Merauke.

Dalam penyusunan proposal ini penulis banyak memperoleh bantuan bimbingan dan

motifasi serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesepatan ini

penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:


Abstrak

Kata kunci : media gambar dan motifasi belajar


Daftar Isi

Halaman Pengesahan ………………………………………………………… i


Kata Pengantar ………………………………………………………………. ii
Abstrak ………………………………………………………………………. iii
Daftar Isi …………………………………………………………………….. iv
Daftar Tabel …………………………………………………………………. v
Daftar Gambar ……………………………………………………………….. vi
BAB I. Pendahuluan ………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………… 2
1.4 manfaat …………………………………………………………………….. 3
1.5 Batasan Masalah …………………………………………………………… 3
1.6 Sistem Matika Penulisan ………………………………………………… 3
BAB II. Landasan Teori ……………………………………………………… 4
2.1 Defenisi Media ………………………………………………………… 4
2.2 Karakteristik Media Visual ………………………………………… 7
2.3 Dasar Pertimbangan Pemilihan ……………………………………….. 8
2.4 Media Gambar ……………………………………………………… 8
2.5 Kerangka Pikir …………………………………………………………. 10
2.6 Hipotesis ………………………………………………….. 11
BAB III. Metodelogi Penelitian ……………………………………… 12
3.1 Desain Penelitian …………………………………………………… 12
3.2 Tempat dan Lokasi Penelitian ………………………. 14
3.4 Subjek Penelitian …………………………………………………….. 15
3.5 Langkah – Lanhkah Penelitian ……………………………………. 16
3.6 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………… 19
3.7 Teknik Analisa Data ………………………………………………. 21
Daftar Pustaka ………………………………………………………….. 24

Daftar Tabel

Daftar Tabel
Daftar Gambar
.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak pada
umumnya. Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa)
didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk
mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna (Hallahan dan Kauffman,
2003: 12). Anak-anak berkebutuhan khusus ini tidak memiliki ciri-ciri perkembangan
psikis ataupun fisik dengan rata-rata anak seusianya. Namun meskipun berbeda, ada juga
anak-anak berkebutuhan khusus menunjukan ketidakmampuan emosi, mental, atau
fisiknya pada lingkungan sosial. Terdapat beberapa jenis anak berkebutuhan khusus yang
seringnya kita temui yaitu tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, autis,
down syndrome, dan retradasi mental (kemunduran mental). Proses pengolahan ilmu di
otak anak-anak berkebutuhan khusus itu relatif kurang. Pada awal kehidupan sel-sel otak
mulanya sedikit, ketika usia 6 tahun, sel-sel otak mulai bertahmbah, hingga akhirnya pada
usia 14 tahun dapat berkembang lebih pesat. Anak berkebutuhan khusus hanya tertuju
pada 1 pusat perhatian (topik menarik) dalam proses otak. Yang berinteligensi tinggi akan
menghadapi kesulitan dalam pembelajaran normal, suka merasa bosan dan cenderung
main-main sendiri. Sedangkan yang inteligensinya rendah akan kesulitan dalam
memahami materi pembelajaran dan kerap membutuhkan banyak pengulangan dalam
membahas suatu pembelajaran (Santoso: 2008). Ketika belajar, anak berkebutuhan khusus
kerap melakukan kesalahan sensory memory karena memori mereka hanya pendek sekali
jaraknya, mudah lupa, fakta tersimpan tetapi tidak dalam 1 kerangka konteks yang terjadi.
Anak-Anak Berkebutuhan Khusus sebenarnya bisa memberi respon terhadap sesuatu
dalam pembelajaran, tetapi mereka sulit menghadapi situasi baru. Dalam perihal interaksi
sosial anak-anak berkebutuhan khusus kurang kontak mata, represif, sulit berinteraksi baik
dengan teman-teman maupun para guru, tak bisa berempati, memahami maksud orang
lain, interaksi, kesulitan menyampaikan keinginan, takut dan cenderung menghindari
orang lain dan sulit memahami isyarat verbal-nonverbal. Anak-Anak berkebutuhan khusus
kerap kali kurang tangkas dan keseimbangan dalam perihal Gerak Motorik Kasar,
sedangkan dalam Gerak Motorik Halus. Anak-anak berkebutuhan khusus kerap kurang
terampil dan terkordinir dalam melaksanakan salah satu tugas. Ada beberapa jenis
penanganan anak berkebutuhan khusus yang bisa dipraktikan baik pihak orang tua
maupun pihak-pihak lainnya agar anak berkebutuhan khusus ini dapat mengembangkan
kemampuannya dalam belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya.
Dua metode pembelajaran yang khusus diberikan pada anak berkebutuhan khusus ini
adalah metode pembelajaran dengan berbagai aktivitas berat (untuk membantu
mengoptimalkan kemampuan anak dan perilaku anak) dan bekali anak berkebutuhan
khusus dengan teknologi informasi dan keterampilan. Beberapa prinsip umum yang perlu
diperhatikan dalam mendidik anak berkebutuhan khusus, seperti prinsip motivasi, prinsip
latar/ kompleks, prinisp keterarahan, prinsip hubungan sosial, prinsip individualisasi,
prinsip belajar sambil bekerja, prinsip pemecahan masalah, dan prinsip menemukan. Amin
(2004: 22) menjelaskan bahwa anak tunagrahita ringan anak yang mengalami hambatan
intelektualnya meskipun kecerdasan dan adaptasi serta sosialnya terhambat, namun
mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pengajaran akademik,
penyesuaian sosial dan berkembang bekerja. Slameto (2010: 54) berpendapat bahwa ada
tiga faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar, yakni faktor jasmani, faktor
psikologis dan faktor kelelahan Beberapa hal yang harus dikuasai anak tunagrahita dalam
motivasi belajar yaitu ketekunan belajar, keuletan dalam belajar, minat/perhatian dalam
belajar, tidak bosan belajar, belajar dan senang belajar. Berdasarkan keterbatasan tersebut
maka diperlukan pelayanan pendidikan khusus untuk mengembangkan motivasi anak. Di
Indonesia, perkembangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dan pendidikan
khusus lainnya, mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam dua dasa warsa
terakhir. Dengan lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 tahun 1989
yang kemudian disempurnakan menjadi UU No.20/ 2003, pendidikan luar biasa tidak saja
diselenggarakan melalui sistem persekolahan khusus (SLB), namun juga dapat
diselenggarakan secara inklusif di sekolah reguler pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah (Solopos, Pendidikan, Selasa 27 Nopember 2012). Motivasi berarti dorongan
atau daya penggerak untuk melakukan suatu kegiatan. Motivasi merupakan keadaan
pribadi seseorang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu
untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam pencapaian
tujuan (Suryabrata, 2011: 52). Menurut Usman (2009: 78) motivasi yang merupakan daya
pendorong tersebut dapat timbul dari dalam diri individu atau disebut sebagai motivasi
intrinsik yaitu motivasi yang timbul akibat pengaruh dari dalam diri individu seseorang
tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, dan dapat pula timbul akibat pengaruh
dari luar dirinya atau disebut dengan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul dari
pengaruh dari luar individu apakah adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi tersebut akhirnya mau melakukan kegiatan. Hasibuan (2003: 41)
mengatakan bahwa motivasi merupakan semangat atau dorongan yang dapat
mempengaruhi prestasi seseorang. Jadi yang dimaksud dengan motivasi orang tua disini
adalah dorongan belajar yang diberikan orang tua kepada putra-putrinya atau peserta didik
yang dapat berupa a) pemberian pujian; b) pemberian hadiah; c) pemberian pengarahan
atau komentar; d) pengawasan terhadap kegiatan belajar; e) penciptaan belajar yang
memadai; f) pemberian kesempatan untuk berkelompok dan g) pemberian gambaran
tentang masa depan yang dicita-citakan. Hal ini juga sesuan dengan pendapat Rahim
(2005: 18) bahwa motivasi yang diberikan orang tua merupakan suatu dorongan, dalam
hal ini semangat untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak. Motivasi yang
diberikan kepada anak berkebutuhan khusus berbedabeda tergantung pada kelainan yang
dialaminya. Hal ini dilakukan karena setiap kelainan memerlukan motivasi dalam bentuk
yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar yang dimiliki ABK
mengalami fluktuatif tergantung dengan faktor yang mempengaruhinya. Anak
berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan-kebutuhan yang terpenuhi dan setelahnya akan
memunculkan motivasi belajar. “Kebutuhan ABK berupa kebutuhan dasar dan kebutuhan
untuk berkembang” (Yohanika, 2012: 3). Anak memerlukan motivasi berupa dorongan
agar mereka terus belajar dan terus mampu dan mau untuk melakukan terapi agar mereka
tetap bisa beradaptasi dengan baik dengan orang lain disekitarnya. Harters (2003: 44)
memandang masalah motivasi pada anak yang terbelakang mental dapat di terima dengan
wajar. Harters mengkaji antar motivasi anak normal dengan motivasi anak yang
terbelakang mental terhadap penguasaan tugas. Sepanjang anak terbelakang mental
bersama dengan anak normal maka anak terbelakang mental tersebut akan dimanipulasi
dikuasai lingkungan mereka oleh anak yang normal. Hal ini disebabkan karena motivasi
anak terbelakang untuk menguasai tugas-tugas sosial lebih rendah ketimbang dengan
motivasi anak normal untuk menguasai tugas-tugas sosial. “Sepanjang sejarah
menunjukkan bahwa anak terbelakang mental sering gagal melakukan suatu tugas dari
pada anak normal. Anak terbelakang mental secara umum kurang memiliki motivasi untuk
sukses dan kurang percaya diri dalam berbuat sehingga sering mengalami kegagalan
dalam hidup yang sering dialami oleh anak yang terbelakang mental, juga menjadi faktor
penghambat bagi munculnya motivasi untuk hidup pada diri anak yang terbelakang
mental” (Haris, 2006: 12). Namun pada umumnya anak terbelakang mental yang hidup di
lingkungan masyarakat yang familiar dan bersikap sosial yang positif terhadap anak yang
terbelakang mental, akan dapat menumbuh kembangkan motivasi hidup kepada diri anak.
Semua pihak diharapkan, khususnya pihak orang tua, anggota keluarga seisi rumah, pihak
sekolah, dan masyarakat harus dapat menerima keberadaan anak terbelakang mental
dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat agar anak memiliki motivasi dan rasa
percaya diri untuk menjalani hidup dengan penuh kemandirian sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki. Dalam hal ini Gilbert Highest berpendapat sebagaimana dikutip Jalahudin
(2004: 77) bahwa “Kebiasaan yang dimiliki anak sebagaian besar terbentuk oleh
pendidikan keluarga, sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan kembali tidur, anak-anak
menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga.” Maka dari itulah Peranan
orangtua sangat penting dalam hal ini untuk dapat membantu dan memotivasi anaknya,
bukan membiarkan anaknya terpuruk anak atas kekurangan yang terdapat pada dirinya,
dan membiarkan anaknya berkembang dengan bimbingan orang lain.

Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini akan berjudul

UPAYA MENINGKATKAN MOTIvASI BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN


KHUSUS DI KABUPATEN MERAUKE MELALUI SARANA DAN
PASARANA MEDIA GAMBAR
1.2 Rumusan masalah

1 Apakah upaya meningkatkan membaca siswa smalb merauke?

2. Apakah upaya meningkatkan motifasi mebaca siswa smalb merauke melalui

Sarana dan media gambar?

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengtahui seberapa besarnya motifasi belajar siswa smalb Biangkuk

merauke melalui media gambar.

2. Untuk mengtahui seberapa besarnya pemahaman siswa smalb Biangkuk


Merauke

1.4 Manfaat penelitian

1 Manfaat teoritis, yaitu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang

motifasi belajar siswa smalb biangkuk merauke.

2. Manfaat praktis, yaitu dapat digunakan sebagai gambaran pada Pekerjaan

mengajar siswa

SMALB Bingkuk Merauke.

1.5 Batasan masalah

1. penilitian ini membahas tentang motivasi belelajar siswa.

2. penelitian ini membahas tentang media gambar untuk motivasi belalar Siswa

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 1 : Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan

masalah, defimisi tujuan penelitian dan manfaat penelitian, kajian pustaka dan

sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori dan Tinjauan pustaka

Pada bab ini berisi tentang Deskripsi teori (kajian pustaka) hasil penelitian

terdahulu dan relevan kerangka pikir penelitian. Pengertian motivasi fungsi motivasi

dalam belajar dan bentuk – bentuk motifasi disekolah.

BAB III : Metode Penelitian

Pada bab ini berisi tentang metode penelitian di SMALB Biangkuk Merauke

Seperti jenis penilitian teknik pengumpulan data dan analisis data.


http://eprints.ums.ac.id/28278/2/04._BAB_I.pdf

http://eprints.ums.ac.id/28278/2/04._BAB_I.pdf

https://repository.unsri.ac.id/7224/1/

RAMA_86205_06151281419046_0017105901_0011066005_01_font_ref.%20pdf.pdf

http://lib.unnes.ac.id/161/1/6126.pdf

http://etheses.iainmadura.ac.id/2102/6/Imroatus%20Sholihah_18381092054_BAB

%20I_BKPI.pdf

https://eprints.uny.ac.id/8469/3/bab%202%20-08502244024.pdf

http://lib.unnes.ac.id/161/1/6126.pdf

http://repository.unj.ac.id/4442/8/08%20BAB%20I.pdf
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Motivasi Belajar

a. Definisi motivasi

Proses pembelajaran di sekolah tentunya mempunyai tujuan – tujuan tertentu di antaranya

adalah untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Untuk memperoleh hasil belajar

tersebut seorang siswa harus mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Pada dasarnya

motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan

menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu

sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Pengertian motivasi di dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara

sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan yang dengan tujuan tertentu.

Motivasi juga diartikan merupakan usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau

kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang

dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan perbuatanya” (Depdiknas, 2002 : 756)

Menurut Sukmadinata (2003:61) istilah motivasi diartikan sebagai kekuatan yang menjadi

pendorong kegiatan individu.Kekuatan tersebut menunjukkan suatu kondisi dalam diri

individu untuk mendorong atau menggerakkan individu tersebut untuk mampu melakukan

kegiatan mencapai sesuatu tujuan. Pendapat yang diungkapkan oleh Purwanto (2003:61),

motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme

yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive).
Menurut Donald dalam Nashar (2014: 39) Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga

di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi

untuk mencapai tujuan.Akan tetapi, menurut Alderfer dalam Nashar (2004:42) Motivasi

belajar dalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh

hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Menurut Maslow dalam

Nashar (2004: 42) Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan

kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi

dan kreatif.Kemudian menurut Alderfer dalam Nashar (2004:42) motivasi belajar adalah

suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang (individu) untuk
bertindak atau berbuat mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi. Jadi,

motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar dengan

senang dan belajar secara sungguh-sungguh baik dorongan internal maupun eksternal

yang menyebabkan seseorang bertindak atau memiliki hasrat untuk mencapai suatu

tujuan, yang pada hasilnya akan membentuk sifat-sifat atau tingkah laku yang diharapkan

sehingga mampu untuk berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif. . Menurut

Sardiman (2018:73), motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di

dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk membangkitkan gairah belajar

siswa sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik.

2.2 Ciri-ciri motivasi

Ciri-ciri motivasi belajar merupakan tanda khas atau indikator untuk menentukan tingkat

motivasi seseorang. Lima ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yaitu: 1 a.
Ketekunan dalam belajar b. Ulet dalam menghadapi kesulitan c. Minat dan ketajaman

dalam belajar d. Berprestasi dalam belajar e. Mandiri dalam belajar. Pendapat lain

menyatakan bahwa “motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri”.

Tingkat motivasi belajar seseorang dapat dilihat melalui ciri-ciri sebagai berikut:4 a.

Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak

pernah berhenti sebelum selesai) b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik m c. Menunjukkan minat

terhadap bermacammacam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri e. Cepat bosan pada

tugas-tugas yang rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya g. Tidak mudah melepaskan

hal yang sudah diyakininya h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Ciri-

ciri motivasi tampak dalam perilaku sehari-hari siswa, baik perilaku di rumah atau

perilaku di sekolahungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya) c.

Menunjukkan minat terhadap bermacammacam masalah

d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

g. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Ciri-ciri motivasi tampak dalam perilaku sehari-hari siswa, baik

perilaku di rumah atau perilaku di sekolah.

2.3 Macam-macam motivasi


Motivasi terbagi menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia akan sadar

melakukam sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Siswa

termotivasi untuk belajar sematamata untuk menguasai nilai yang terkandung dalam bahan

pelajaran bukan keinginan lain, seperti pujian dan nilai tinggi. Berbeda dengan motivasi

ekstrinsik, motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya

perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar Pendapat lain

menyebutkan empat macam motivasi, diantaranya:6 a. Motivasi dilihat dari dasar

pembentukan b. Macam motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis c.

Motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah d. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, terdiri dari motifmotif bawaan dan motif-

motif yang dipelajari. Motif-motif bawaan adalah motif yang sudah ada sejak lahir, jadi

motivasi itu ada tanpa dipelajari, contohnya dorongan untuk makan, minum, dan tidur.

Motifmotif yang dipelajari, adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari, contohnya

dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan.

2.3 Fungsi Motifasi

Fungsi motivasi menurut Hamalik dikutip Yamin (2006: 158-159) meliputi sebagai

berikut: 1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka

tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. 2) Motivasi berfungsi sebagai

pengarah, artinya mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan. 3) Motivasi

sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu
pekerjaan. Fungsi motivasi menurut Sardiman A.M (2005:85) ada tiga fungsi, yaitu: 1)

Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan

energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan

sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan

perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang

siswa akan menghadapi ujian dengan harapan lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar

dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab

tidak serasi dengan tujuan. Simpulannya yaitu proses pembelajaran akan berhasil

manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu

menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru

dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Karena dengan guru kreatif

menjadikan siswa tergugah dalam pembelajaran yang akan dialami siswa atau siswa yang

sedang mengikuti proses pembelajaran.

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Slameto (2010: 26), motivasi belajar dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu: 1)

Dorongan kognitif, yaitu kebutuhan untuk mengetahuhi, mengerti, dan memecahkan

masalah. Dorongan ini timbul di dalam proses interaksi antara siswa dengan tugas/

masalah. 2) Harga diri, yaitu ada siswa tertentu yang tekun belajar dan melaksanakan
tugas-tugas bukan terutama untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, tetapi untuk

memperoleh status dan harga diri. 3) Kebutuhan berafiliasi, yaitu kebutuhan untuk

menguasai bahan pelajaran/ belajar dengan niat guna mendapatkan pembenaran dari orang

lain/ teman-teman. Kebutuhan ini sukar dipisahkan dengan harga diri. Selain itu, Arden N.

Frandsen yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata (2011: 236-237), menyebutkan ada

beberapa hal yang mendorong motivasi belajar, yaitu: 1) Adanya sifat ingin tahu untuk

belajar dan menyelidiki dunia yang lebih luas. 2) Adanya sifat yang kreatif pada manusia

dan berkeinginan untuk terus maju. 3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari

orang tua, guru, dan teman-teman. 4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan

yang lalu dengan usaha yang baik melalui kooperasi maupun dengan kompetisi. 5)

Adanya keinginan untuk mendapatkan kenyamanan bila menguasai pelajaran. 6) Adanya

ganjaran atau hukuman sebagai akhir kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat di

atas, Syamsu Yusuf (2009: 23), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar yaitu:

1. Faktor Internal Faktor internal meliputi:

a) Faktor fisik meliputi nutrisi (gisi), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik (terutama panca

indera). b) Faktor Psikologis Faktor psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang

mendorong atau menghambat aktivitas belajar pada siswa.

2. Faktor Eksternal (yang berasal dari lingkungan) a) Faktor Non-Sosial Faktor non-sosial

meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat

(sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas

belajar. b) Faktor Sosial Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang
tua), baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses

belajar akan berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara menyenangkan,

seperti bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa, serta selalu membantu

siswa yang mengalami kesulitan belajar

b. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Enco Mulyasa (2005: 114-115), menyebutkan bahwa prinsip yang dapat diterapkan untuk

meningkatkan motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Peserta didik akan lebih giat

apabila topik yang akan dipelajari menarik dan berguna bagi dirinya. 2) Tujuan

pembelajaran disusun secara jelas dan diinformasikan kepada peserta didik agar mereka

mengetahui tujuan belajar tersebut. 3) Peserta didik selalu diberi tahu tentang hasil

belajarnya. 4) Pemberian pujian dan reward lebih baik daripada hukuman, tapi sewaktu-

waktu hukuman juga diperlukan. 5) Memanfaatkan sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu

peserta didik. 6) Usahakan untuk memperhatikan perbedaan setiap peserta didik,

misalnya perbedaan kemauan, latarbelakang dan sikap terhadap sekolah atau subjek

tertentu. 7) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan selalu

memperhatikan mereka dan mengatur pengalaman belajar yang baik agar siswa memiliki

kepuasan dan penghargaan serta mengarahkan pengalaman belajarnya ke arah keberasilan,

sehingga memiliki kepercayaan diri dan tercapainya prestasi belajar.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu jika topik yang akan dipelajari menarik dan

berguna, tujuan pembelajaran pun disusun secara jelas, hasil belajar peserta didik harus

diberitahukan, pemberian reward bagi yang berprestasi, memanfaatkan sikap-sikap, cita-


cita dan rasa ingin tahu peserta didik, memperhatikan perbedaan mereka, dan berusaha

memenuhi kebutuhan peserta didik dengan memperhatikannya.

b. Pengertian belajar

menurut Djamarah (2002: 13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan

jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan ingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Dalam bukunya Catharina Tri Anni dkk (2006:2) konsep tentang belajar

telah banyak didefinisikan oleh para pakar psikologi. Gagne dan Berliner menyatakan

bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena

hasil dari pengalaman. Morgan dkk menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan

relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Slavin

menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif individu yang disebabkan oleh

pengalaman. Dari keempat pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar

mengandung 3 unsur utama, yaitu (1) belajar berkaitan dengan perubahan perilaku , (2)

perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman, dan (3) perubahan

perilaku karena bersifat relatif permanen.Unsur utama dari belajar adalah adanya

perubahan tingkah laku dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dan adanya latihan.

Latihan yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan yang disebut proses atau aktivitas

belajar. Aktivitas belajar dapat berupa kegiatan mengamati, membaca, meniru, mendengar

dan lain sebagainya. Perubahan yang terjadi dalam belajar bersifat relatif permanen.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar 


Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia menerima

pengalaman pembelajaran. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan

peserta didik dalam upaya mencapai tujuan belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa

dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor kemampuan siswa dan faktor lingkungan.

Menurut Slameto (2010 : 54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yakni: 1. Faktor Internal,

yaitu faktor yang berasal dari siswa, yang termasuk ke dalam faktor ini adalah: a) Faktor

Jasmaniah, yaitu meliputi : 1) Faktor kesehatan 2) Cacat tubuh b) Faktor Psikologis, yaitu

meliputi : 1) Intelegensi 2) Perhatian 3) Minat 4) Bakat 5) motif c) Faktor Kelelahan 2.

Faktor Eksternal, yang termasuk ke dalam faktor ini adalah: a) Faktor Keluarga Siswa

yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang tua mendidik,

relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. b)

Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah

pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas

rumah. c) Faktor Masyarakat Masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar siswa

karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Seperti kegiatan siswa dalam masyarakat,

teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

d. Anak berkebutuhan khusus

Pengertian ABK dari sudut pandang pendidikan, Arum (dalam Azwandi, 2007 : 12)

menjelaskan bahwa ABK adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau

perkembangan secara signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan dalam kelainan


fisik, mental intelektual, sosial atau emosi dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.

Menurut Prof. Dr. Bandhi Delphi dalam buku “Pembelajaran Anak Tunagrahita” bahwa

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk anak luar biasa yang

menandakan adanya kelainan khusus. ABK mempunyai karakteristik yang berbeda antara

satu dan lainnya. Beberapa definisi dari para ahli di atas tentang anak berkebutuhan

khusus dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang

mengalami penyimpangan atau perbedaan dari rata-rata anak normal lainnya. Pada proses

pertumbuhan atau perkembangannya terjadi kelainan seperti kelainan fisik, mental, sosial

dan emosi. Anak berkebutuhan khusus ini pun memiliki karakteristik yang berbeda antara

satu dan lainnya atau memiliki perbedaan sesuai dengan jenis kelainan yang dialami oleh

anak.

e. Jenis atau Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar

biasa yang berbeda perkembangan fisik, mental, atau sosial dari perkembangan gerak

anakanak normal seperti pada umumnya, sehingga dengan kondisi tersebut memerlukan

bantuan khusus dalam usahanya untuk mencapai tahap pekembangan gerak yang

maksimal (Dwi, dkk, 2012: 226). Anak berkebutuhan khusus dalam lingkungan

pendidikan dapat diartikan seseorang yang memiliki ciri-ciri penyimpangan fisik, mental,

emosi atau tingkah laku yang membutuhkan pelayanan modifikasi dan pelayan khusus

agar dapat berkembang secara maksimal. Anak berkebutuhan khusus meliputi tunarungu,

tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, autis, down syndrome, kemunduran

(retardasi) mental. Adapun sebagai berikut:


1. Tunanetra Anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan

menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat –alat

khusus, mereka masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

2. Tuna Rungu Anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya

sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah

diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan

pendidikan khusus.

3. Tuna Grahita Anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan

perkembangan mental intelektual jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga

mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun social, dan

karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus.

4.Tuna Daksa Anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak

(tulang,sendi,otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan

khusus.jika mereka mengalami ganguan gerakan karena kelayuan pada fungsi syaraf

otak,mereka disebut Cerebral Palsy (CP).

5. Anak Berkesulitan Belajar Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang

secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus terutama dalam

kemampuan membaca, menulis dan berhitung, atau anak dalam kesulitan pada mata

pelajaran tertentu yang diduga karena disebabkan faktor disfungsi neugologis dan bukan

disebabkan factor intelegensi, yang sehingga anak tersebut memerlukan pelayanan

pendidikan khuusus.

f. Definisi Media
Gearlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar

adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa

mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Atwi Suparman (1997)

mendefinisikan, media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau

informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam aktifitas pembelajaran, media

dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan

dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik. Simpulannya yaitu

setiap media pembelajaran memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut

dapat dilihat melalui tampilan media yang disajikan. Media pembelajaran ditampilkan

menurut kemampuan media tersebut untuk memberi atau membangkitkan rangsangan

indera penglihatan, pendengaran, perabaaan, pengecapan, maupun penciuman. Dari

karakteristik tersebut, maka guru dapat memilih menggunakan suatu media pembelajaran

menyesuaikan dengan situasi pembelajaran.

a. Media Gambar

Gambar juga merupakan komponen dari media gambar sebagai alat bantu penyampaian

materi pelajaran dan membantu mempercepat pemahaman atau pengertian pada siswa

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada mengingat

kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan Gambar yang

baik digunakan untuk sumber belajar yaitu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu, 2) Memberi kesan kuat dan menarik

perhatian, 3) Merangsang orang yang melihat untuk dapat mengungkapkan tentang objek-

objek dalam gambar, 4) Berani dan dinamis, 5) Ilsutrasi tidak banyak, tetapi menarik
dan mudah dipahami, dan peranan gambar seri sebagai media pembelajaran yaitu: (a)

Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam

belajar, (b) Menarik perhatian anak sehingga terdorong untuk lebih giat belajar, (c)

Dapat membantu daya ingat siswa, Simpulannya yaitu materi pelajaran dan membantu

mempercepat pemahaman atau pengertian pada siswa sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai.

b. Jenis-jenis media

Berdasarkan rancangannya, media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan terbagi

menjadi dua jenis yakni:

1. Media yang dirancang (by design), yakni media dan sumber belajar yang secara

khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem pembelajaran untuk

memeberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

2. Media yang dimanfaatkan (by utilization), yaitu media dan sumber belajar yang

tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat

ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Haryono,

2014:51-52).

3. kemampuan, dan ketersediaan media pembelajaran (Setyosari, 2007 dalam Haryono,

2014:3). Sedangkan dari beragam klasifikasi media pembelajaran dilihat dari bentuk

atau ciri fisiknya dapat dikelompokkan yaitu: (1) media dua dimensi, (2) media tiga

dimensi, (3) media pandang diam, dan (4) media pandang gerak. Berdasarkan

penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis media pembelajaran dibagi


menjadi tiga kelompok yaitu (1) media 12 pembelajaran yang dapat dimanfaatkan, (2)

media pembelajaran dilihat dari jenis yang diperlukan dan diperhatikan dan (3) jenis

media pembelajaran dapat dilihat dari bentuk fisiknya.

c. Fungsi dan maafaat media visual

Penggunaan bahasa verbal dalam penyampaian informasi selain dapat memunculkan

verbalisme dan kesalahan persepsi juga akan menurunkan minat siswa untuk menerima

pesan tersebut. Penyampaian informasi ini akan lebih mudah apabila dikaitkan dengan

pengalaman yang dialami oleh siswa itu sendiri. Memberikan pengalaman langsung

kepada siswa tidak sekedar menyangkut segi waktu dan perencanaan saja yang dapat

menjadi kendala, melainkan terdapat beberapa pengalaman yang tidak dapat dipelajari

secara langsung oleh siswa. Oleh sebab itu, diperlukanlah suatu media pembelajaran untuk

mempermudah penyampaian informasi terkait pengalaman tersebut. Melalui media

pembelajaran akan merubah hal yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih konkret. Menurut

Sanjaya (2011: 170) secara khusus media pembelajaran memiliki beberapa fungsi dan

peran antara lain: (1) merekam suatu objek langka atau kejadian-kejadian penting tertentu,

(2) memanipulasi objek, peristiwa, atau keadaan tertentu, dan (3) meningkatkan semangat

dan motivasi belajar siswa. Menurut Arsyad (2013: 16-17) media pembelajaran memiliki

4 fungsi. Fungsi dari media pembelajaran khususnya media berbasis visual yaitu antara

lain: (1) fungsi atensi; (2) fungsi afektif; (3) fungsi kognitif; serta (4) fungsi

kompensantoris. Fungsi atensi mengarah pada konsentrasi siswa agar fokus pada

pembelajaran. Fungsi afektif yaitu untuk memancing sikap serta emosi yang dimiliki oleh

siswa terhadap media pembelajaran yang ditampilkan


d. Prinsip-prinsip Pemilihan Media

Media Sadiman, dkk (2010:87) menjelaskan beberapa penyebab orang memilih media

antara lain adalah:

1) Bermaksud mendemokrasikannya, 2) Merasa sudah akrab dengan media tersebut, 3)

Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret, dan 4) Merasa bahwa media

dapat terbuat dari yang bisa dilakukannya Dasar petimbangan untuk memilih suatu media

sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau pencapaian tujuan yang

diinginkan atau tidak. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan, misalnya tujuan

instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar

yang diinginkan (audio, visual, gerak dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan,

kondisi setempat dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Kriteria pemilihan media

harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan

yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karaktesitik) media yang

bersangkutan (Sadiman, dkk, 2010:84-85).

f. Karakteristik Media visual

Karakteristik Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat

dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Pesan

verbal-visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan, dan pesan

nonverbal-visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-visual.

Posisi simbol-simbol nonverbal-visual yakni sebagai pengganti bahasa verbal, maka ia

bisa disebut sebagai bahasa visual. Bahasa visual inilah yang kemudian menjadi

softwarenya media visual (Munadi, 2008:81). a. Gambar secara garis besar dapat dibagi
pada tiga jenis, yakni sketsa, lukisan dan photo. Karena sketsa disebut sebagai draft kasar,

maka ia dapat dikembangkan menjadi karikatur dan kartun. Jadi, media yang akan

difokuskan dalam penelitian ini adalah media gambar sketsa yaitu kartun. b. Grafik,

meliputi: (1) grafik garis, (2) grafik batang, (3) grafik lingkaran, (4) grafik simbol. c.

Diagram merupakan susunan garis-garis dan lebih menyerupai peta dari gambar. d. Bagan,

meliputi: (1) bagan organisasi, (2) bagan arus, (3) bagan pohon, (4) bagan proses, (5) peta.

13 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik media visual adalah

media yang melibatkan indera penglihatan dengan memuat dua jenis pesan yaitu pesan

verbal dan nonverbal yang dibagi menjadi empat bentuk, antara lain: gambar, grafik,

diagram dan bagan.

2.6 Kerangkan pikir

Proses belajar mengajar merupakan proses yang dilakukan oleh peserta didik

atau siswa dalam rangka mencapai perubahan untuk menjadi lebih baik, dari

tidak tau menjadi tau, dari tidak bisa menjadi bisa, sehingga terbentuk pribadi

yang berguna bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Proses tersebut

dipengaruhi oleh factor yang meliputi mata pelajaran, guru, media, penyampaian

materi, sarana penunjang, serta lingkungan sekitarnya. Guru sebagai pemegang

peranan utama dalam pembelajaran di harapkan dapat memilih baik metode

maupum media ganbar yang tepat sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan

optimal. Selain guru sebagai sumber belajar, media pembelajaran dan media

gambar memberikan sumbangan yang signifikan terhadap kesuksesan

pembelajaran. Antara guru dengan media gambar sama-sama menunjang

pembelajaran secara efektif dan efisien. Media gambar sebagai alat bantu
mengajar, berkembang sedemikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi

ragam dan jenis media gambar pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan

sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang akan disampaikan.

Seorang guru dituntut untuk mampu memilih dan terampil mengunakan media

gambar Dalam kenyataan pemanfaatan media pembelajaran dan media gambar

disekolah-sekolah masih dirasakan kurang bahkan sering terlupakan. Hal ini

disebabkan salah satunya karena kurang kreatifnya guru dalam pengunaan media

pembelajaran.

Siswa sma-lb kurangnya motifasi


biangkuk siswa sma-lb biangkuk
merauke dalam
merauke
membaca

Diperlukan media
gambar yang tepat dan
sesuai dengan
kerakkteristis siswa Kemmapuan membaca siswa
sma-lb biangkuk sma-lb biangkuk merauke yang
merauke dalam rendah sehingga belum mampu
meningkatkan membaca kata
kemampuan membaca
Pengunaan media
gambar dan poster
g gambar peta dapat
Keunggulan media gambar membantu
dan poster gambar peta
mempermudah siswa
dapat menarik perhatian sma-lb biangkuk
siswa untuk menyusun kata
merauke dalam pelajaran
menjadi kalimat membaca

Kemampuan membaca siswa


sma-lb merauke biangkuk
meningkat

Kerangka Pikir

GAMBAR 1.2

2.7 Hipotesis

Berdasarkan beberapa teori pendukung dan kerangka pikir di atas maka

hipotesis jawaban sementara dalam penelitian tindakan kelas ini adanya

pengaruh penggunaan media gambar dalam meningkatkan motifasi

membaca siswa smalb biangkuk merauke.


BAB III

METOLOGI PENENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK)

Menurut suharsimi Arikunto (2010) penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan

penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah subjek yang menjadi sasaran yaitu peserta

didik, bertujuan memperbaiki situasi pembelajaran di kelas agar terjadi peningkatkan

kualitas pembelajaran. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2011:9) menyatakan

penelitian tindakan kelas adalah penelitian (action research) yang dilakukan oleh guru di

dalam kelas dan memiliki rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan...”, yang dilakukan

dalam rangkaian untuk memecahkan masalah. Penelitian Tindakan Kelas ini berbentuk

kolaborasi yaitu menjalin kemitraan dan bekerjasama dengan guru bertujuan memperoleh

informasi-informasi mengenai pembelajaran. Dengan demikian permasalahan


pembelajaran di kelas dapat teratasi bersama, sehingga kualitas pembelajaran dapat

ditingkatkan.

3.2 Model penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc

Taggart. Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2011:21) model yang

dikemukakan oleh Kemmis & Taggart berupa siklus. Pada setiap perangkat terdiri dari

empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan,observasi dan refleksi. Kedua komponen

tindakan dan observasi merupakan dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan karena

harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu.


3.2 Tempat dan waktu penelitian

3.3 Subjek penelitian

3.4 Prosedur penelitian langkah penelitan

3.5 Teknik pengumpulan data

Didalam melakukan penelitian ini peneliti dengan guru mata pelajaran bahasa indonesia

3.6 Indikator pencapain penelitan

Anda mungkin juga menyukai