PROPOSAL
Merauke
2021
HALAMAM PENGESAHAN
KATA PENGATAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas
Sarana Dan Prasarana Media Gambar”. Yang merupakan salah satu syarat
Dalam penyusunan proposal ini penulis banyak memperoleh bantuan bimbingan dan
motifasi serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesepatan ini
Daftar Tabel
Daftar Tabel
Daftar Gambar
.
BAB 1
PENDAHULUAN
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak pada
umumnya. Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa)
didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk
mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna (Hallahan dan Kauffman,
2003: 12). Anak-anak berkebutuhan khusus ini tidak memiliki ciri-ciri perkembangan
psikis ataupun fisik dengan rata-rata anak seusianya. Namun meskipun berbeda, ada juga
anak-anak berkebutuhan khusus menunjukan ketidakmampuan emosi, mental, atau
fisiknya pada lingkungan sosial. Terdapat beberapa jenis anak berkebutuhan khusus yang
seringnya kita temui yaitu tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, autis,
down syndrome, dan retradasi mental (kemunduran mental). Proses pengolahan ilmu di
otak anak-anak berkebutuhan khusus itu relatif kurang. Pada awal kehidupan sel-sel otak
mulanya sedikit, ketika usia 6 tahun, sel-sel otak mulai bertahmbah, hingga akhirnya pada
usia 14 tahun dapat berkembang lebih pesat. Anak berkebutuhan khusus hanya tertuju
pada 1 pusat perhatian (topik menarik) dalam proses otak. Yang berinteligensi tinggi akan
menghadapi kesulitan dalam pembelajaran normal, suka merasa bosan dan cenderung
main-main sendiri. Sedangkan yang inteligensinya rendah akan kesulitan dalam
memahami materi pembelajaran dan kerap membutuhkan banyak pengulangan dalam
membahas suatu pembelajaran (Santoso: 2008). Ketika belajar, anak berkebutuhan khusus
kerap melakukan kesalahan sensory memory karena memori mereka hanya pendek sekali
jaraknya, mudah lupa, fakta tersimpan tetapi tidak dalam 1 kerangka konteks yang terjadi.
Anak-Anak Berkebutuhan Khusus sebenarnya bisa memberi respon terhadap sesuatu
dalam pembelajaran, tetapi mereka sulit menghadapi situasi baru. Dalam perihal interaksi
sosial anak-anak berkebutuhan khusus kurang kontak mata, represif, sulit berinteraksi baik
dengan teman-teman maupun para guru, tak bisa berempati, memahami maksud orang
lain, interaksi, kesulitan menyampaikan keinginan, takut dan cenderung menghindari
orang lain dan sulit memahami isyarat verbal-nonverbal. Anak-Anak berkebutuhan khusus
kerap kali kurang tangkas dan keseimbangan dalam perihal Gerak Motorik Kasar,
sedangkan dalam Gerak Motorik Halus. Anak-anak berkebutuhan khusus kerap kurang
terampil dan terkordinir dalam melaksanakan salah satu tugas. Ada beberapa jenis
penanganan anak berkebutuhan khusus yang bisa dipraktikan baik pihak orang tua
maupun pihak-pihak lainnya agar anak berkebutuhan khusus ini dapat mengembangkan
kemampuannya dalam belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya.
Dua metode pembelajaran yang khusus diberikan pada anak berkebutuhan khusus ini
adalah metode pembelajaran dengan berbagai aktivitas berat (untuk membantu
mengoptimalkan kemampuan anak dan perilaku anak) dan bekali anak berkebutuhan
khusus dengan teknologi informasi dan keterampilan. Beberapa prinsip umum yang perlu
diperhatikan dalam mendidik anak berkebutuhan khusus, seperti prinsip motivasi, prinsip
latar/ kompleks, prinisp keterarahan, prinsip hubungan sosial, prinsip individualisasi,
prinsip belajar sambil bekerja, prinsip pemecahan masalah, dan prinsip menemukan. Amin
(2004: 22) menjelaskan bahwa anak tunagrahita ringan anak yang mengalami hambatan
intelektualnya meskipun kecerdasan dan adaptasi serta sosialnya terhambat, namun
mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pengajaran akademik,
penyesuaian sosial dan berkembang bekerja. Slameto (2010: 54) berpendapat bahwa ada
tiga faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar, yakni faktor jasmani, faktor
psikologis dan faktor kelelahan Beberapa hal yang harus dikuasai anak tunagrahita dalam
motivasi belajar yaitu ketekunan belajar, keuletan dalam belajar, minat/perhatian dalam
belajar, tidak bosan belajar, belajar dan senang belajar. Berdasarkan keterbatasan tersebut
maka diperlukan pelayanan pendidikan khusus untuk mengembangkan motivasi anak. Di
Indonesia, perkembangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dan pendidikan
khusus lainnya, mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam dua dasa warsa
terakhir. Dengan lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 tahun 1989
yang kemudian disempurnakan menjadi UU No.20/ 2003, pendidikan luar biasa tidak saja
diselenggarakan melalui sistem persekolahan khusus (SLB), namun juga dapat
diselenggarakan secara inklusif di sekolah reguler pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah (Solopos, Pendidikan, Selasa 27 Nopember 2012). Motivasi berarti dorongan
atau daya penggerak untuk melakukan suatu kegiatan. Motivasi merupakan keadaan
pribadi seseorang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu
untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam pencapaian
tujuan (Suryabrata, 2011: 52). Menurut Usman (2009: 78) motivasi yang merupakan daya
pendorong tersebut dapat timbul dari dalam diri individu atau disebut sebagai motivasi
intrinsik yaitu motivasi yang timbul akibat pengaruh dari dalam diri individu seseorang
tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, dan dapat pula timbul akibat pengaruh
dari luar dirinya atau disebut dengan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul dari
pengaruh dari luar individu apakah adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi tersebut akhirnya mau melakukan kegiatan. Hasibuan (2003: 41)
mengatakan bahwa motivasi merupakan semangat atau dorongan yang dapat
mempengaruhi prestasi seseorang. Jadi yang dimaksud dengan motivasi orang tua disini
adalah dorongan belajar yang diberikan orang tua kepada putra-putrinya atau peserta didik
yang dapat berupa a) pemberian pujian; b) pemberian hadiah; c) pemberian pengarahan
atau komentar; d) pengawasan terhadap kegiatan belajar; e) penciptaan belajar yang
memadai; f) pemberian kesempatan untuk berkelompok dan g) pemberian gambaran
tentang masa depan yang dicita-citakan. Hal ini juga sesuan dengan pendapat Rahim
(2005: 18) bahwa motivasi yang diberikan orang tua merupakan suatu dorongan, dalam
hal ini semangat untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak. Motivasi yang
diberikan kepada anak berkebutuhan khusus berbedabeda tergantung pada kelainan yang
dialaminya. Hal ini dilakukan karena setiap kelainan memerlukan motivasi dalam bentuk
yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar yang dimiliki ABK
mengalami fluktuatif tergantung dengan faktor yang mempengaruhinya. Anak
berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan-kebutuhan yang terpenuhi dan setelahnya akan
memunculkan motivasi belajar. “Kebutuhan ABK berupa kebutuhan dasar dan kebutuhan
untuk berkembang” (Yohanika, 2012: 3). Anak memerlukan motivasi berupa dorongan
agar mereka terus belajar dan terus mampu dan mau untuk melakukan terapi agar mereka
tetap bisa beradaptasi dengan baik dengan orang lain disekitarnya. Harters (2003: 44)
memandang masalah motivasi pada anak yang terbelakang mental dapat di terima dengan
wajar. Harters mengkaji antar motivasi anak normal dengan motivasi anak yang
terbelakang mental terhadap penguasaan tugas. Sepanjang anak terbelakang mental
bersama dengan anak normal maka anak terbelakang mental tersebut akan dimanipulasi
dikuasai lingkungan mereka oleh anak yang normal. Hal ini disebabkan karena motivasi
anak terbelakang untuk menguasai tugas-tugas sosial lebih rendah ketimbang dengan
motivasi anak normal untuk menguasai tugas-tugas sosial. “Sepanjang sejarah
menunjukkan bahwa anak terbelakang mental sering gagal melakukan suatu tugas dari
pada anak normal. Anak terbelakang mental secara umum kurang memiliki motivasi untuk
sukses dan kurang percaya diri dalam berbuat sehingga sering mengalami kegagalan
dalam hidup yang sering dialami oleh anak yang terbelakang mental, juga menjadi faktor
penghambat bagi munculnya motivasi untuk hidup pada diri anak yang terbelakang
mental” (Haris, 2006: 12). Namun pada umumnya anak terbelakang mental yang hidup di
lingkungan masyarakat yang familiar dan bersikap sosial yang positif terhadap anak yang
terbelakang mental, akan dapat menumbuh kembangkan motivasi hidup kepada diri anak.
Semua pihak diharapkan, khususnya pihak orang tua, anggota keluarga seisi rumah, pihak
sekolah, dan masyarakat harus dapat menerima keberadaan anak terbelakang mental
dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat agar anak memiliki motivasi dan rasa
percaya diri untuk menjalani hidup dengan penuh kemandirian sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki. Dalam hal ini Gilbert Highest berpendapat sebagaimana dikutip Jalahudin
(2004: 77) bahwa “Kebiasaan yang dimiliki anak sebagaian besar terbentuk oleh
pendidikan keluarga, sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan kembali tidur, anak-anak
menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga.” Maka dari itulah Peranan
orangtua sangat penting dalam hal ini untuk dapat membantu dan memotivasi anaknya,
bukan membiarkan anaknya terpuruk anak atas kekurangan yang terdapat pada dirinya,
dan membiarkan anaknya berkembang dengan bimbingan orang lain.
mengajar siswa
2. penelitian ini membahas tentang media gambar untuk motivasi belalar Siswa
BAB 1 : Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan
masalah, defimisi tujuan penelitian dan manfaat penelitian, kajian pustaka dan
sistematika penulisan.
Pada bab ini berisi tentang Deskripsi teori (kajian pustaka) hasil penelitian
terdahulu dan relevan kerangka pikir penelitian. Pengertian motivasi fungsi motivasi
Pada bab ini berisi tentang metode penelitian di SMALB Biangkuk Merauke
http://eprints.ums.ac.id/28278/2/04._BAB_I.pdf
https://repository.unsri.ac.id/7224/1/
RAMA_86205_06151281419046_0017105901_0011066005_01_font_ref.%20pdf.pdf
http://lib.unnes.ac.id/161/1/6126.pdf
http://etheses.iainmadura.ac.id/2102/6/Imroatus%20Sholihah_18381092054_BAB
%20I_BKPI.pdf
https://eprints.uny.ac.id/8469/3/bab%202%20-08502244024.pdf
http://lib.unnes.ac.id/161/1/6126.pdf
http://repository.unj.ac.id/4442/8/08%20BAB%20I.pdf
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
a. Definisi motivasi
adalah untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Untuk memperoleh hasil belajar
tersebut seorang siswa harus mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Pada dasarnya
motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan
menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Pengertian motivasi di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan yang dengan tujuan tertentu.
kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
Menurut Sukmadinata (2003:61) istilah motivasi diartikan sebagai kekuatan yang menjadi
individu untuk mendorong atau menggerakkan individu tersebut untuk mampu melakukan
kegiatan mencapai sesuatu tujuan. Pendapat yang diungkapkan oleh Purwanto (2003:61),
motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme
yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive).
Menurut Donald dalam Nashar (2014: 39) Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga
di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan.Akan tetapi, menurut Alderfer dalam Nashar (2004:42) Motivasi
belajar dalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh
hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Menurut Maslow dalam
Nashar (2004: 42) Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan
kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi
dan kreatif.Kemudian menurut Alderfer dalam Nashar (2004:42) motivasi belajar adalah
suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang (individu) untuk
bertindak atau berbuat mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi. Jadi,
motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar dengan
senang dan belajar secara sungguh-sungguh baik dorongan internal maupun eksternal
yang menyebabkan seseorang bertindak atau memiliki hasrat untuk mencapai suatu
tujuan, yang pada hasilnya akan membentuk sifat-sifat atau tingkah laku yang diharapkan
sehingga mampu untuk berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif. . Menurut
Sardiman (2018:73), motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di
dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk membangkitkan gairah belajar
Ciri-ciri motivasi belajar merupakan tanda khas atau indikator untuk menentukan tingkat
motivasi seseorang. Lima ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yaitu: 1 a.
Ketekunan dalam belajar b. Ulet dalam menghadapi kesulitan c. Minat dan ketajaman
dalam belajar d. Berprestasi dalam belajar e. Mandiri dalam belajar. Pendapat lain
menyatakan bahwa “motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri”.
Tingkat motivasi belajar seseorang dapat dilihat melalui ciri-ciri sebagai berikut:4 a.
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak
pernah berhenti sebelum selesai) b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik m c. Menunjukkan minat
terhadap bermacammacam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri e. Cepat bosan pada
hal yang sudah diyakininya h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Ciri-
ciri motivasi tampak dalam perilaku sehari-hari siswa, baik perilaku di rumah atau
perilaku di sekolahungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya) c.
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia akan sadar
melakukam sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Siswa
termotivasi untuk belajar sematamata untuk menguasai nilai yang terkandung dalam bahan
pelajaran bukan keinginan lain, seperti pujian dan nilai tinggi. Berbeda dengan motivasi
ekstrinsik, motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar Pendapat lain
Motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah d. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, terdiri dari motifmotif bawaan dan motif-
motif yang dipelajari. Motif-motif bawaan adalah motif yang sudah ada sejak lahir, jadi
motivasi itu ada tanpa dipelajari, contohnya dorongan untuk makan, minum, dan tidur.
Motifmotif yang dipelajari, adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari, contohnya
Fungsi motivasi menurut Hamalik dikutip Yamin (2006: 158-159) meliputi sebagai
berikut: 1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka
tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. 2) Motivasi berfungsi sebagai
sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu
pekerjaan. Fungsi motivasi menurut Sardiman A.M (2005:85) ada tiga fungsi, yaitu: 1)
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
siswa akan menghadapi ujian dengan harapan lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar
dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab
tidak serasi dengan tujuan. Simpulannya yaitu proses pembelajaran akan berhasil
manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu
menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru
dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Karena dengan guru kreatif
menjadikan siswa tergugah dalam pembelajaran yang akan dialami siswa atau siswa yang
Menurut Slameto (2010: 26), motivasi belajar dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu: 1)
masalah. Dorongan ini timbul di dalam proses interaksi antara siswa dengan tugas/
masalah. 2) Harga diri, yaitu ada siswa tertentu yang tekun belajar dan melaksanakan
tugas-tugas bukan terutama untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, tetapi untuk
memperoleh status dan harga diri. 3) Kebutuhan berafiliasi, yaitu kebutuhan untuk
menguasai bahan pelajaran/ belajar dengan niat guna mendapatkan pembenaran dari orang
lain/ teman-teman. Kebutuhan ini sukar dipisahkan dengan harga diri. Selain itu, Arden N.
Frandsen yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata (2011: 236-237), menyebutkan ada
beberapa hal yang mendorong motivasi belajar, yaitu: 1) Adanya sifat ingin tahu untuk
belajar dan menyelidiki dunia yang lebih luas. 2) Adanya sifat yang kreatif pada manusia
dan berkeinginan untuk terus maju. 3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari
orang tua, guru, dan teman-teman. 4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan
yang lalu dengan usaha yang baik melalui kooperasi maupun dengan kompetisi. 5)
ganjaran atau hukuman sebagai akhir kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat di
atas, Syamsu Yusuf (2009: 23), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar yaitu:
a) Faktor fisik meliputi nutrisi (gisi), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik (terutama panca
2. Faktor Eksternal (yang berasal dari lingkungan) a) Faktor Non-Sosial Faktor non-sosial
meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat
(sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas
belajar. b) Faktor Sosial Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang
tua), baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses
belajar akan berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara menyenangkan,
seperti bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa, serta selalu membantu
Enco Mulyasa (2005: 114-115), menyebutkan bahwa prinsip yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Peserta didik akan lebih giat
apabila topik yang akan dipelajari menarik dan berguna bagi dirinya. 2) Tujuan
pembelajaran disusun secara jelas dan diinformasikan kepada peserta didik agar mereka
mengetahui tujuan belajar tersebut. 3) Peserta didik selalu diberi tahu tentang hasil
belajarnya. 4) Pemberian pujian dan reward lebih baik daripada hukuman, tapi sewaktu-
waktu hukuman juga diperlukan. 5) Memanfaatkan sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu
misalnya perbedaan kemauan, latarbelakang dan sikap terhadap sekolah atau subjek
memperhatikan mereka dan mengatur pengalaman belajar yang baik agar siswa memiliki
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu jika topik yang akan dipelajari menarik dan
berguna, tujuan pembelajaran pun disusun secara jelas, hasil belajar peserta didik harus
b. Pengertian belajar
menurut Djamarah (2002: 13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan ingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
psikomotorik. Dalam bukunya Catharina Tri Anni dkk (2006:2) konsep tentang belajar
telah banyak didefinisikan oleh para pakar psikologi. Gagne dan Berliner menyatakan
bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena
hasil dari pengalaman. Morgan dkk menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan
relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Slavin
menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif individu yang disebabkan oleh
pengalaman. Dari keempat pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar
mengandung 3 unsur utama, yaitu (1) belajar berkaitan dengan perubahan perilaku , (2)
perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman, dan (3) perubahan
perilaku karena bersifat relatif permanen.Unsur utama dari belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dan adanya latihan.
Latihan yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan yang disebut proses atau aktivitas
belajar. Aktivitas belajar dapat berupa kegiatan mengamati, membaca, meniru, mendengar
dan lain sebagainya. Perubahan yang terjadi dalam belajar bersifat relatif permanen.
pembelajaran karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan
peserta didik dalam upaya mencapai tujuan belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor kemampuan siswa dan faktor lingkungan.
Menurut Slameto (2010 : 54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yakni: 1. Faktor Internal,
yaitu faktor yang berasal dari siswa, yang termasuk ke dalam faktor ini adalah: a) Faktor
Jasmaniah, yaitu meliputi : 1) Faktor kesehatan 2) Cacat tubuh b) Faktor Psikologis, yaitu
Faktor Eksternal, yang termasuk ke dalam faktor ini adalah: a) Faktor Keluarga Siswa
yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang tua mendidik,
relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. b)
Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Seperti kegiatan siswa dalam masyarakat,
Pengertian ABK dari sudut pandang pendidikan, Arum (dalam Azwandi, 2007 : 12)
menjelaskan bahwa ABK adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau
Menurut Prof. Dr. Bandhi Delphi dalam buku “Pembelajaran Anak Tunagrahita” bahwa
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk anak luar biasa yang
menandakan adanya kelainan khusus. ABK mempunyai karakteristik yang berbeda antara
satu dan lainnya. Beberapa definisi dari para ahli di atas tentang anak berkebutuhan
khusus dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang
mengalami penyimpangan atau perbedaan dari rata-rata anak normal lainnya. Pada proses
pertumbuhan atau perkembangannya terjadi kelainan seperti kelainan fisik, mental, sosial
dan emosi. Anak berkebutuhan khusus ini pun memiliki karakteristik yang berbeda antara
satu dan lainnya atau memiliki perbedaan sesuai dengan jenis kelainan yang dialami oleh
anak.
Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar
biasa yang berbeda perkembangan fisik, mental, atau sosial dari perkembangan gerak
anakanak normal seperti pada umumnya, sehingga dengan kondisi tersebut memerlukan
bantuan khusus dalam usahanya untuk mencapai tahap pekembangan gerak yang
maksimal (Dwi, dkk, 2012: 226). Anak berkebutuhan khusus dalam lingkungan
pendidikan dapat diartikan seseorang yang memiliki ciri-ciri penyimpangan fisik, mental,
emosi atau tingkah laku yang membutuhkan pelayanan modifikasi dan pelayan khusus
agar dapat berkembang secara maksimal. Anak berkebutuhan khusus meliputi tunarungu,
menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat –alat
2. Tuna Rungu Anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya
sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah
diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan
pendidikan khusus.
3. Tuna Grahita Anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan
4.Tuna Daksa Anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak
khusus.jika mereka mengalami ganguan gerakan karena kelayuan pada fungsi syaraf
5. Anak Berkesulitan Belajar Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang
secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus terutama dalam
kemampuan membaca, menulis dan berhitung, atau anak dalam kesulitan pada mata
pelajaran tertentu yang diduga karena disebabkan faktor disfungsi neugologis dan bukan
pendidikan khuusus.
f. Definisi Media
Gearlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa
mendefinisikan, media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau
informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam aktifitas pembelajaran, media
dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan
dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik. Simpulannya yaitu
dapat dilihat melalui tampilan media yang disajikan. Media pembelajaran ditampilkan
karakteristik tersebut, maka guru dapat memilih menggunakan suatu media pembelajaran
a. Media Gambar
Gambar juga merupakan komponen dari media gambar sebagai alat bantu penyampaian
materi pelajaran dan membantu mempercepat pemahaman atau pengertian pada siswa
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada mengingat
kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan Gambar yang
baik digunakan untuk sumber belajar yaitu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu, 2) Memberi kesan kuat dan menarik
perhatian, 3) Merangsang orang yang melihat untuk dapat mengungkapkan tentang objek-
objek dalam gambar, 4) Berani dan dinamis, 5) Ilsutrasi tidak banyak, tetapi menarik
dan mudah dipahami, dan peranan gambar seri sebagai media pembelajaran yaitu: (a)
Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam
belajar, (b) Menarik perhatian anak sehingga terdorong untuk lebih giat belajar, (c)
Dapat membantu daya ingat siswa, Simpulannya yaitu materi pelajaran dan membantu
mempercepat pemahaman atau pengertian pada siswa sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
b. Jenis-jenis media
1. Media yang dirancang (by design), yakni media dan sumber belajar yang secara
2. Media yang dimanfaatkan (by utilization), yaitu media dan sumber belajar yang
2014:51-52).
2014:3). Sedangkan dari beragam klasifikasi media pembelajaran dilihat dari bentuk
atau ciri fisiknya dapat dikelompokkan yaitu: (1) media dua dimensi, (2) media tiga
dimensi, (3) media pandang diam, dan (4) media pandang gerak. Berdasarkan
media pembelajaran dilihat dari jenis yang diperlukan dan diperhatikan dan (3) jenis
verbalisme dan kesalahan persepsi juga akan menurunkan minat siswa untuk menerima
pesan tersebut. Penyampaian informasi ini akan lebih mudah apabila dikaitkan dengan
pengalaman yang dialami oleh siswa itu sendiri. Memberikan pengalaman langsung
kepada siswa tidak sekedar menyangkut segi waktu dan perencanaan saja yang dapat
menjadi kendala, melainkan terdapat beberapa pengalaman yang tidak dapat dipelajari
secara langsung oleh siswa. Oleh sebab itu, diperlukanlah suatu media pembelajaran untuk
pembelajaran akan merubah hal yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih konkret. Menurut
Sanjaya (2011: 170) secara khusus media pembelajaran memiliki beberapa fungsi dan
peran antara lain: (1) merekam suatu objek langka atau kejadian-kejadian penting tertentu,
(2) memanipulasi objek, peristiwa, atau keadaan tertentu, dan (3) meningkatkan semangat
dan motivasi belajar siswa. Menurut Arsyad (2013: 16-17) media pembelajaran memiliki
4 fungsi. Fungsi dari media pembelajaran khususnya media berbasis visual yaitu antara
lain: (1) fungsi atensi; (2) fungsi afektif; (3) fungsi kognitif; serta (4) fungsi
kompensantoris. Fungsi atensi mengarah pada konsentrasi siswa agar fokus pada
pembelajaran. Fungsi afektif yaitu untuk memancing sikap serta emosi yang dimiliki oleh
Media Sadiman, dkk (2010:87) menjelaskan beberapa penyebab orang memilih media
Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret, dan 4) Merasa bahwa media
dapat terbuat dari yang bisa dilakukannya Dasar petimbangan untuk memilih suatu media
sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau pencapaian tujuan yang
instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar
yang diinginkan (audio, visual, gerak dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan,
kondisi setempat dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Kriteria pemilihan media
harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan
yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karaktesitik) media yang
Karakteristik Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat
dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Pesan
verbal-visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan, dan pesan
bisa disebut sebagai bahasa visual. Bahasa visual inilah yang kemudian menjadi
softwarenya media visual (Munadi, 2008:81). a. Gambar secara garis besar dapat dibagi
pada tiga jenis, yakni sketsa, lukisan dan photo. Karena sketsa disebut sebagai draft kasar,
maka ia dapat dikembangkan menjadi karikatur dan kartun. Jadi, media yang akan
difokuskan dalam penelitian ini adalah media gambar sketsa yaitu kartun. b. Grafik,
meliputi: (1) grafik garis, (2) grafik batang, (3) grafik lingkaran, (4) grafik simbol. c.
Diagram merupakan susunan garis-garis dan lebih menyerupai peta dari gambar. d. Bagan,
meliputi: (1) bagan organisasi, (2) bagan arus, (3) bagan pohon, (4) bagan proses, (5) peta.
13 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik media visual adalah
media yang melibatkan indera penglihatan dengan memuat dua jenis pesan yaitu pesan
verbal dan nonverbal yang dibagi menjadi empat bentuk, antara lain: gambar, grafik,
Proses belajar mengajar merupakan proses yang dilakukan oleh peserta didik
atau siswa dalam rangka mencapai perubahan untuk menjadi lebih baik, dari
tidak tau menjadi tau, dari tidak bisa menjadi bisa, sehingga terbentuk pribadi
yang berguna bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Proses tersebut
dipengaruhi oleh factor yang meliputi mata pelajaran, guru, media, penyampaian
maupum media ganbar yang tepat sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan
optimal. Selain guru sebagai sumber belajar, media pembelajaran dan media
pembelajaran secara efektif dan efisien. Media gambar sebagai alat bantu
mengajar, berkembang sedemikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi
ragam dan jenis media gambar pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan
sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang akan disampaikan.
Seorang guru dituntut untuk mampu memilih dan terampil mengunakan media
disebabkan salah satunya karena kurang kreatifnya guru dalam pengunaan media
pembelajaran.
Diperlukan media
gambar yang tepat dan
sesuai dengan
kerakkteristis siswa Kemmapuan membaca siswa
sma-lb biangkuk sma-lb biangkuk merauke yang
merauke dalam rendah sehingga belum mampu
meningkatkan membaca kata
kemampuan membaca
Pengunaan media
gambar dan poster
g gambar peta dapat
Keunggulan media gambar membantu
dan poster gambar peta
mempermudah siswa
dapat menarik perhatian sma-lb biangkuk
siswa untuk menyusun kata
merauke dalam pelajaran
menjadi kalimat membaca
Kerangka Pikir
GAMBAR 1.2
2.7 Hipotesis
METOLOGI PENENELITIAN
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah subjek yang menjadi sasaran yaitu peserta
penelitian tindakan kelas adalah penelitian (action research) yang dilakukan oleh guru di
dalam rangkaian untuk memecahkan masalah. Penelitian Tindakan Kelas ini berbentuk
kolaborasi yaitu menjalin kemitraan dan bekerjasama dengan guru bertujuan memperoleh
ditingkatkan.
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc
Taggart. Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2011:21) model yang
dikemukakan oleh Kemmis & Taggart berupa siklus. Pada setiap perangkat terdiri dari
tindakan dan observasi merupakan dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan karena
Didalam melakukan penelitian ini peneliti dengan guru mata pelajaran bahasa indonesia