Anda di halaman 1dari 33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Identitas Responden

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang memiliki satu

variabel dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang diperoleh

dari penelitian ini yaitu data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar SMP Se-Kecamatan

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta .

Data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya

kesadaran hukum berlalu lintas pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah

Istimewa Yogyakarta diperoleh melalui angket yang telah diisi oleh 86

responden dari sampel yang telah terpilih secara acak (random). Angket

terdiri dari lembar identitas dan lembar pernyataan. Untuk data identitas

responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12: Data Identitas Responden

Identitas Indikator Total Presentase


a. Kendaraan 1. Sepeda Motor 86 100%
2. Mobil 0 0%
b. Jenis 1. Laki-Laki 42 54,85%
Kelamin (dari 44 responden
laki-laki)
2. Perempuan 44 45,15%
(dari 56 responden
perempuan)
c. Sekolah 1. SMP Swasta 56 57,48%
(dari 58 responden
SMP Swasta)
2. SMP Negeri 30 42,52%

62
(dari 42 responden
SMP Negeri)
d. SMP 1. Kelas VII 21 34,62%
Swasta (dari 21 responden
kelas VII)
2. Kelas VIII 16 30,76%
(dari 18 responden
kelas VIII)
3. Kelas IX 19 34,62%
(dari 19 responden
kelas IX)
e. SMP 1. Kelas VII 13 43,33%
Negeri (dari 14 responden
kelas VII)
2. Kelas VIII 9 30,00%
(dari 14 responden
kelas VIII)
3. Kelas IX 8 26,67%
(dari 14 responden
kelas IX)
f. Umur 1. < 17 Tahun 85 98,84%
2. ≥ 17 Tahun 1 1,16%
g. Pekerjaan 1. Buruh 43 50%
Orang Tua 2. PNS 11 12,79%
3. Wiraswasta 8 9,30%
4. Pedagang 7 8,14%
5. Swasta 7 8,14%
6. Petani 5 5,81%
7. TNI/POLRI 5 5,81%
h. Anggota 1. Ayah dan Ibu 72 83,72%
Keluarga 2. Tanpa Ayah dan 6 6,98%
Ibu
3. Tanpa Ayah 4 4,65%
4. Tanpa Ibu 4 4,65%

Jika data identitas responden tersebut (lihat tabel 12), disajikan tiap

identitas, dapat dilihat pada gambar berikut:

63
a. Kendaraan

120%

100%

80%

60%

100%

40%

20%

0%
0%
Sepeda Motor Mobil

Gambar 2: Kendaraan yang Sering Dikemudikan oleh Responden

Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa semua responden

(86 responden) mengemudikan sepeda motor (100%) dan tidak ada

responden yang mengemudikan mobil (0%).

64
b. Jenis Kelamin

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%
54.85%
45.15%
20.00%

10.00%

0.00%
Laki-Laki Perempuan

Gambar 3: Rendahnya Kesadaran terhadap Berlalu Lintas ditinjau


dari Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar diatas, menunjukan bahwa dari 44 responden

yang berjenis kelamin laki-laki, 42 pelajar tersebut pernah membawa

sepeda motor sendiri (54,85%). Sedangkan dari 56 responden yang

berjenis kelamin perempuan, 44 pelajar tersebut pernah membawa sepeda

motor sendiri (45,15%). Jadi, pelajar yang berjenis kelamin laki-laki

mempunyai kesadaran hukum berlalu lintas yang lebih rendah daripada

pelajar yang berjenis kelamin perempuan, karena pelanggaran lalu lintas

lebih didominasi oleh pelajar laki-laki daripada pelajar perempuan.

65
c. Sekolah

70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%
57.48%

20.00% 42.52%

10.00%

0.00%
SMP Swasta SMP Negeri

Gambar 4: Rendahnya Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Ditinjau dari


Sekolah (SMP Negeri dan SMP Swasta)

Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa dari 58

responden SMP Swasta, 56 responden tersebut pernah membawa sepeda

motor sendiri (57,48%). Sedangkan dari 42 responden SMP Negeri, 30

responden tersebut pernah membawa sepeda motor sendiri (42,52%). Jadi,

pelajar SMP Swasta mempunyai kesadaran hukum berlalu lintas yang

lebih rendah daripada pelajar SMP Negeri, karena pelanggaran lalu lintas

lebih didominasi oleh pelajar SMP Swasta daripada SMP Negeri.

66
d. SMP Swasta

SMP SWASTA
35.00%

34.00%

33.00%

32.00%
34.62% 34.62%
31.00%

30.00%
30.76%
29.00%

28.00%
KELAS VII KELAS IX KELAS VIII

Gambar 5: Rendahnya Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Pelajar SMP


Swasta (Kelas VII, Kelas VIII dan Kelas IX)

Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa dari 19 responden

siswa kelas IX, semua responden (19 responden) pernah membawa sepeda

motor sendiri (34,62%). Dari 21 responden siswa kelas VII, semua

responden (21 responden) juga pernah membawa sepeda motor sendiri

(34,62). Sedangkan dari 18 responden siswa kelas VIII, 16 responden

pernah membawa sepeda motor sendiri (30,76%). Jadi untuk pelajar SMP

Swasta, kesadaran hukum berlalu lintas pelajar kelas 9 dan pelajar kelas 7

lebih rendah dibandingkan dengan pelajar kelas 8, karena pelanggaran lalu

lintas lebih didominasi oleh pelajar kelas 9 dan pelajar kelas 7 daripada

pelajar kelas 8.

67
e. SMP Negeri

SMP NEGERI
50.00%
45.00%
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
43.33%
20.00%
15.00% 30.00%
26.67%
10.00%
5.00%
0.00%
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX

Gambar 6: Rendahnya Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Pelajar SMP


Negeri (Kelas VII, Kelas VIII, dan Kelas IX)

Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa dari 14 responden

siswa kelas VII, 13 responden pernah membawa sepeda motor sendiri

(43,33%). Dari 14 responden siswa kelas VIII, 9 responden juga pernah

membawa sepeda motor sendiri (30,00%). Sedangkan dari 14 responden

siswa kelas IX, 8 responden pernah membawa sepeda motor sendiri

(26,67%). Jadi untuk SMP Negeri, kesadaran hukum berlalu lintas pelajar

kelas 7 lebih rendah dibandingkan dengan pelajar kelas 8 dan pelajar kelas

9, karena pelanggaran lalu lintas lebih didominasi oleh pelajar kelas 7

daripada pelajar kelas 8 dan pelajar kelas 9.

68
f. Umur

120.00%

100.00%

80.00%

60.00%

98.84%

40.00%

20.00%

1.16%
0.00%
<17 tahun ≥17 tahun

Gambar 7: Rendahnya Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Ditinjau dari


Segi Umur

Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa dari 86 responden

ternyata sebagian besar (85 responden) berumur kurang dari 17 tahun

(8,84%) dan hanya ada 1 responden saja yang umurnya lebih dari 17 tahun

(1,16%).

69
g. Pekerjaan Orang Tua

60%

50%

40%

30%

50%

20%

10%
12.79%
9.30% 8.14% 8.14%
5.81% 5.81%
0%

Gambar 8: Rendahnya Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Ditinjau dari


Pekerjaan Orang Tua

Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar

orang tua responden (43 orang) bekerja sebagai buruh (50%). Selain itu,

ada 11 orang tua responden yang bekerja sebagai PNS (12,79%), 8 orang

wiraswasta (9,30%), 7 orang pedagang (8,14%), 7 orang swasta (8,14%), 5

orang petani (5,81%), dan 5 orang TNI/POLRI (5,81%).

70
h. Anggota keluarga

90.00%

80.00%

70.00%

60.00%

50.00%

40.00% 83.72%

30.00%

20.00%

10.00%
6.98% 4.65% 4.65%
0.00%
Ayah & Ibu Tanpa Ayah & Tanpa Ayah Tanpa Ibu
Ibu

Gambar 9: Rendahnya Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Ditinjau dari


Anggota Keluarga (Bersama Siapa Mereka Tinggal di
Rumah)

Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar

responden (72 responden) tinggal di rumah dengan orang tua kandung

mereka masing-masing (Ayah dan Ibu). Selain itu ada 6 responden yang

tinggal di rumah tanpa ayah dan ibu (6,98%), 4 responden tinggal di rumah

tanpa ayah (4,65%), dan 4 responden juga tinggal dirumah tanpa ibu

(4,65%).

71
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Kesadaran Hukum

Berlalu Lintas

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum

berlalu lintas pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta terdiri dari faktor intern dan faktor ekstern. Data rendahnya

kesadaran hukum berlalu lintas pelajar tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 13: Data Rendahnya Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Ditinjau


dari Faktor Intern dan Ekstern
Faktor Sub Faktor Persentase Jumlah
a. Intern Personality Individu Remaja Sendiri 55,39% 55,39%
b. Ekstern Latar Belakang Keluarga 29,20% 44,61%
Latar Belakang Masyarakat 15,41%

Jika tabel diatas disajikan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada

gambar berikut:

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%
55.39%
44.61%
20.00%

10.00%

0.00%
Faktor Intern Faktor Ekstern

Gambar 10: Rendahnya Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Pelajar


Ditinjau dari Faktor Intern dan Faktor Ekstern

72
Jika faktor ekstern diatas (lihat tabel 13) disajikan dalam bentuk

diagram dapat dilihat pada gambar berikut:

35.00%

30.00%

25.00%

20.00%

15.00% 29.20%

10.00%
15.41%

5.00%

0.00%
Latar Belakang Keluarga Latar Belakang Masyarakat

Gambar 11: Rendahnya Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Pelajar


Ditinjau dari Faktor Ekstern (Latar Belakang Keluarga
dan Latar Belakang Masyarakat)
Jika faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kesadaran

hukum berlalu lintas pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta diatas (lihat tabel 13) dianalisis tiap faktor, dapat dilihat pada

tabel berikut:

73
a. Faktor Intern

Tabel 14: Data Rendahnya Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Ditinjau


dari Faktor Intern
Faktor Indikator Swasta Negeri Total Presentas
9 8 7 9 8 7 e
1) Personality Kepribadia 9 8 17 6 3 4 47 10,63%
remaja n Lemah:
individu karena
sendiri lingkungan
pembentuk
psikis yang
tidak tepat
Ciri-ciri 10 5 19 4 5 5 48 10,86%
kepribadia
n seperti:
- Remaja
terlalu
PD
- Membe 19 15 21 13 9 8 85 19,23%
rontak
- Ambiv 5 7 10 5 4 3 34 7,70%
alen
terhada
p
otoritas
- Destru 1 3 7 1 - - 11 2,50%
ktif
- Impulsi 11 10 12 12 8 5 58 13,12%
f
- Control 5 1 2 4 - - 12 2,71%
batin
kurang
Tidak suka 16 11 21 9 4 7 68 15,38%
mentaati
norma
Perilaku 1 5 5 1 - 1 13 2,94%
awal
ditunjukka
n dengan:
- Suka
membo
los
- Merok 3 - 6 1 1 - 11 2,49%
ok
pada
usia
awal

74
-Pelang 12 7 13 7 5 4 48 10,86%
garan
norma
sekitar
Sukar 1 1 3 2 - - 7 1,58%
didik
Jumlah Persentase Personality Individu Remaja Sendiri 100%

Jika tabel diatas disajikan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada

gambar berikut:

1) Personality individu remaja sendiri

25.00%

20.00%

15.00%

10.00% 19.23%

15.38%
13.12%
10.86% 10.86% 10.63%
5.00%
7.70%

2.94% 2.71% 2.50% 2.49%


1.58%
0.00%

Gambar 12: Faktor Personality Individu Remaja Sendiri

75
b. Faktor Ekstern
Tabel 15: Data Rendahnya Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Ditinjau
dari Faktor Ekstern
Faktor Indikator Swasta Negeri Total Persentase

9 8 7 9 8 7

1) Latar Keluarga 8 6 4 1 - - 19 8,15%


Belakang broken
Keluarga home
Situasi 8 2 9 9 2 3 33 14,16%
yang
memaksa
Orang 7 2 6 2 3 3 23 9,88%
tua kerja
seharian
Kurang 8 5 10 12 4 4 43 18,45%
perhatian
hanya
pemenuh
an
kebutuha
n materi
Orang 8 1 4 3 2 1 19 18,15%
tua
terlalu
melidung
i (over
protektif)
Orang 1 - 5 2 1 1 10 4,30%
tua yang
sangat
memanja
kan
Pengaruh 14 10 13 6 3 5 51 21,89%
ekonomi
keluarga
Duplikat 10 4 5 7 5 4 35 15,02%
orang tua
yang
berperila
ku jelek
Jumlah Persentase Latar Belakang Keluarga 100%
2) Latar Pengaruh 6 6 10 6 3 1 32 26,02%
Belakang peer
Masyarakat group
Media 3 1 8 2 1 1 16 13,01%
massa

76
Kekanga 1 2 1 2 1 - 7 5,69%
n sekolah
yang
tidak
menentu
Lingkung 15 12 13 12 9 7 68 55,28%
an sosial
yang
tidak
menentu
Jumlah Persentase Latar Belakang Masyarakat 100%

Jika tabel diatas disajikan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada

gambar berikut:

1) Latar belakang keluarga

25.00%

20.00%

15.00%

21.89%
10.00% 18%
15.02% 14.16%

5.00% 9.88%
8.15% 8.15%

4.30%

0.00%

Gambar 13: Faktor Latar Belakang Keluarga

77
Faktor latar belakang keluarga yang paling tinggi pengaruhnya

yaitu pengaruh ekonomi keluarga (lihat gambar 13). Pengaruh ekonomi

keluarga yaitu bahwa orang tua mereka tidak dapat selalu memenuhi

kebutuhan pribadi mereka sehari-hari dapat diidentifikasi dari pekerjaan

orangtua mereka masing-masing. Pekerjaan orang tua tersebut dapat

dilihat pada gambar berikut:

TNI/POLRI
5,88% PNS
5,88%
Wiraswasta
5,88% Buruh
Petani Pedagang
5,88% Buruh Swasta
54,90% Petani
Swasta Wiraswasta
9,80% TNI/POLRI
PNS
Pedagang
11,76%

Gambar 14: Pengaruh Ekonomi Keluarga (Tidak Terpenuhinya


Kebutuhan Sehari-hari) Jika Diidentifikasi
Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

78
Selain itu, faktor latar belakang keluarga yang mempunyai

pengaruh cukup tinggi yaitu keluarga broken home (lihat gambar 13).

Keluarga yang broken home yaitu bahwa mereka jarang sekali dapat

berkomunikasi dengan orang tua mereka sehari-hari walaupun sebagian

besar dari mereka tinggal bersama kedua orang tua mereka (orang tua

kandung) masing-masing. Anggota keluarga yang berada di rumah mereka

(bersama siapa mereka tinggal di rumah) tersebut dapat dilihat pada

gambar berikut:

Tanpa
Ibu, 5.26%
Tanpa Ayah
&
Ibu, 15.79%

Ayah & Ibu


Tanpa Ibu
Tanpa Ayah & Ibu
Ayah &
Ibu, 78.95%

Gambar 15: Keluarga Broken Home (Keluarga Jarang


Berkomunikasi) Jika Diidentifikasi Berdasarkan
Anggota Keluarga

79
2) Latar Belakang Masyarakat

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%
55.28%

20.00%

26.02%

10.00%

13.01%

5.69%
0.00%
Lingkungan Pengaruh peer Media massa Kekangan
sosial yang group sekolah yang
tidak menentu tidak menentu

Gambar 16: Faktor Latar Belakang Masyarakat

80
B. Pembahasan

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Kesadaran Hukum

Berlalu Lintas Pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum

berlalu lintas pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta terdiri dari faktor intern dan faktor ekstern. Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa faktorn intern (55,39%) lebih

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar SMP Se-

Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta dibandingkan dengan

faktor ekstern (44,61%) (lihat gambar 10). Untuk faktor ekstern yang

terdiri dari latar belakang keluarga dan latar belakang masyrakat,

menunjukkan bahwa latar belakang keluarga (29,20%) lebih

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar SMP Se-

Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta dibandingkan dengan

latar belakang masyarakat 15,41%).

Jika masing-masing faktor yang mempengaruhi rendahnya

kesadaran hukum berlalu lintas pelajar tersebut dianalisis dari faktor yang

tertinggi hingga terendah, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor Intern

1) Pesonality individu remaja sendiri

Dari beberapa faktor personality individu remaja sendiri, faktor

yang paling mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu

81
lintas pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta yaitu ciri-ciri kepribadian khususnya sikap

memberontak yang mencapai 19,23% (lihat gambar 12). Dalam hal

ini sikap memberontak pelajar Bantul tersebut ditunjukkan dengan

pelanggaran terhadap kelengkapan menggunakan kendaraan

bermotor mengenai kewajiban untuk memiliki SIM (Surat Izin

Mengemudi) yang diatur dalam Pasal 77 ayat 1 UU N0 22 Tahun

2009 yang berbunyi, “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan

bermotor di jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai

dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan”. Tetapi dalam

kenyataannya pelajar Bantul masih tetap saja mengemudikan sepeda

motor walaupun mereka belum memiliki SIM (Surat Izin

Mengemudi), karena usia mereka memang belum memenuhi

persyaratan untuk mendapatkan SIM. Terlihat dari data hasil

penelitian bahwa dari 85 siswa (84 siswa berusia kurang dari 17

tahun dan 1 siswa berusia 17 tahun) dari total 86 siswa yang pernah

membawa sepeda motor sendiri mengaku kalau mereka

mengemudikan sepeda motor tanpa SIM (Surat Izin Mengemudi).

Hal ini berarti hanya ada 1 siswa yang tidak memberontak terhadap

aturan, karena dia mengemudikan sepeda motor sendiri dengan

disertai SIM (Surat Izin Mengemudi) dan Surat Izin Mengemudi

(SIM) tersebut diperoleh dengan ujian terlebih dahulu.

82
Faktor kedua dari faktor personality individu remaja sendiri

yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas

pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

adalah individu itu sendiri yang memang tidak suka mentaati norma

yang mencapai 15,38% (lihat gambar 12). Misalnya, walaupun ada

peraturan bahwa pengemudi sepeda motor wajib menyalakan lampu

utama pada siang hari (berdasarkan ketentuan Pasal 107 ayat 2UU

No. 22 tahun 2009), tetapi pada kenyataannya masih ada pelajar

Bantul yang melanggar aturan tata cara berlalu lintas dan

berkendaraan tersebut. Dari 86 siswa yang pernah mengemudikan

sepeda motor, 68 siswa mengatakan bahwa mereka tidak suka

menyalakan lampu utama pada siang hari walaupun itu telah menjadi

ketentuan hukum yang berlaku.

Faktor ketiga dari faktor personality individu remaja sendiri

yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas

pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

adalah impulsif yang mencapai 13,12% (lihat gambar 12). Dalam hal

ini, sikap impulsif pelajar Bantul tersebut ditunjukkan dengan tidak

mempedulikan aturan mengenai tata cara berlalu lintas dan

berkendaraan yang terdapat pada Pasal 106 ayat 4 UU No.22 Tahun

2009, dimana setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor

di Jalan wajib mematuhi ketentuan kecepatan maksimal atau

minimal. Hal ini terbukti dari hasil penelitian terhadap 86 siswa yang

83
pernah mengemudikan sepeda motor, 58 siswa mengaku masih suka

ngebut dijalan tanpa memikirkan resikonya, yang terpenting mereka

cepat sampai tujuan.

Faktor keempat dari faktor personality individu remaja sendiri

yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas

pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

yaitu faktor perilaku awal pelajar yang ditunjukkan dengan

pelanggaran terhadap norma sekitar mencapai 10,86% (lihat gambar

12). Dari 86 siswa, 48 siswa mengaku bahwa mereka suka

melanggar peraturan-peraturan yang ada disekitarnya seperti

peraturan orang tua, peraturan masyarakat, dan peraturan sekolah.

Mereka mengaku paling sering dinasehati bahkan dimarahi oleh

orang tua mereka karena mereka tidak patuh dengan orang tua

mereka sendiri. Mereka juga mengatakan pernah ditegur/dinasehati

oleh masyarakat sekitar karena mereka pernah melakukan perbuatan

yang kurang baik. Selain itu, mereka juga mengatakan pernah

dinasehati bahkan dikenai sanksi oleh guru karena melanggar

peraturan sekolah.

Faktor kelima dari faktor personality individu remaja sendiri

yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas

pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

yaitu remaja yang terlalu PD mencapai 10,86% (lihat gambar 12).

Dari 86 siswa yang suka mengemudikan sepeda motor sendiri, 48

84
siswa mengaku tidak suka memakai helm. Padahal helm disini

berguna untuk melindungi setiap pengendara sepeda motor dari

gangguan/bahaya di jalan. Namun dalam kenyataannya pelajar

tersebut masih suka mengemudikan sepeda motor tanpa helm

(melanggar Pasal 106 ayat 8 UU No.22 tahun 2009, dimana setiap

orang yang mengemudikan sepeda motor wajib mengenakan helm

yang memenuhi standar nasional indonesia).

Faktor keenam dari faktor personality individu remaja sendiri

yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas

pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

yaitu faktor kepribadian yang lemah karena lingkungan pembentuk

psikis yang tidak tepat yang mencapai 10,63% (lihat gambar 12).

Ada aturan hukum mengenai tata cara berlalu lintas dan

berkendaraan dalam Pasal 106 ayat 4 UU No.22 tahun 2009, dimana

setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib

mematuhi ketentuan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL). Dari

86 siwa, 47 siswa mengaku bahwa mereka suka menerobos lampu

merah jika tidak ada polisi yang berjaga/memantau jalannya lalu

lintas. APILL sebenarnya sangat berguna agar kegiatan lalu lintas

lebih tertib dan aman, namun nampaknya mereka lebih takut dengan

polisi yang memantau jalannya lalu lintas karena polisi tentu dapat

memberi sanksi jika ada yang melanggar dibandingkan dengan

fungsi APILL sendiri.

85
Faktor ketujuh dari faktor personality individu remaja sendiri

yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas

pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

yaitu ambivalen terhadap otoritas yang mencapai 7,70% (lihat

gambar 12). Dari 86 siswa, 34 siswa mengaku kadang-kadang suka

mematuhi ketentuan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)

karena merasa lebih tertib dan aman jika mematuhinya, tetapi disisi

lain siswa tersebut mengaku kalau kadang-kadang juga tidak suka

mematuhi ketentuan APILL karena malas menunggu lama atau jika

dalam keadaan terburu-buru sehingga mereka suka menerobos lampu

merah juga.

Faktor kedelapan dari faktor personality individu remaja sendiri

yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas

pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

yaitu pelajar Bantul yang masih suka membolos sekolah yang

mencapai 2,94% (lihat gambar 12). Dari 86 siswa, 13 siswa mengaku

masih suka membolos sekolah jika mereka sedang merasa malas dan

bosan berangkat ke sekolah.

Faktor kesembilan dari faktor personality individu remaja

sendiri yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu

lintas pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta yaitu control batin kurang yang mencapai 2,71% (lihat

gambar 12). Dari 86 siswa, 12 siswa mengaku pernah berurusan

86
dengan polisi hingga mereka marah (emosi) kepada polisi karena

mereka ditilang padahal mereka pelajar, walaupun sebenarnya

mereka memang terbukti bersalah (melanggar lalu lintas).

Faktor kesepuluh dari faktor personality individu remaja sendiri

yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas

pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

yaitu destruktif yang mencapai 2,50% (lihat gambar 12). Ada aturan

hukum bahwa setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang

mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan jalan misalnya

rambu lalu lintas, marka jalan, APILL, alat penerangan jalan, dll

(berdasarkan ketentuan Pasal 28 ayat 2 UU No.22 tahun 2009).

Namun dalam kenyataannya, palajar Bantul masih suka bersikap

destruktif. Dimana dari 86 siswa, 11 siswa mengaku pernah

membuat kerusakan (misal mencoret-coret, menempel sesuatu, dll)

pada alat perlengkapan jalan.

Faktor kesebelas dari faktor personality individu remaja sendiri

yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas

pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

yaitu yaitu merokok pada usia awal yang mencapai 2,49% (lihat

gambar 12). Dari 86 siswa SMP, 11 siswa mengaku sudah pernah

merokok.

Faktor terakhir dari faktor personality individu remaja sendiri

yang mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas

87
pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

yaitu pelajar yang sukar didik yang mencapai 1,58% (lihat gambar

12). Dari 86 siswa, 7 siswa mengaku pernah melakukan pelanggaran

lalu lintas dan berurusan dengan polisi (ditilang) lebih dari satu kali.

b. Faktor Ekstern

1) Latar Belakang Keluarga

Dari beberapa faktor latar belakang keluarga, faktor yang paling

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar

SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu

pengaruh ekonomi keluarga yang mencapai 21,89% (lihat gambar

13). Dari 86 siswa, 51 siswa mengaku orang tua mereka jarang

mampu memenuhi kebutuhan mereka. Jika hal tersebut diidentifikasi

dari pekerjaan orang tua mereka (lihat gambar 14), ternyata sebagian

besar orang tua mereka itu bekerja sebagai buruh yang mencapai

hingga 28 orang (mencapai 54,90%). Sedangkan yang bekerja

sebagai pedagang berjumlah 6 orang (mencapai 11,76%), swasta 5

orang (mencapai 9,80%), petani 3 orang (mencapai 5,88%),

wiraswasta 3 orang (mencapai 5,88%), TNI/POLRI 3 orang

(mencapai 5,88%), dan PNS 3 orang (mencapai 5,88%).

Faktor kedua dari faktor latar belakang keluarga yang

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar

SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu

kurang perhatian hanya pemenuhan kebutuhan materi yang mencapai

88
18,45% (lihat gambar 13). Dari 86 siswa, 43 siswa mengaku

diperbolehkan membawa sepeda motor sendiri walaupun belum

memiliki Surat Izin mengemudi (SIM). Seharusnya sebagai orang

tua yang perhatian kepada anaknya, mereka tidak akan pernah

memperbolehkan anaknya mengemudikan sepeda motor sendiri jika

belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) karena memang

mereka belum cukup usianya untuk mengemudikan sepeda motor

sendiri.

Faktor ketiga dari faktor latar belakang keluarga yang

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar

SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu

duplikat orang tua yang berperilaku jelek yang mencapai 15,02%

(lihat gambar 13). Dari 86 siswa, 35 siswa mengatakan bahwa orang

tua mereka kadang berperilaku yang kurang baik, misalnya masih

sering membentak/memarahi mereka dengan nada yang keras dan

kasar bahkan pernah menampar/memukul mereka, ada juga orang

tua yang mengajari mereka berkelahi, dan yang paling sering orang

tua mereka lakukan yaitu membanding-bandingkan mereka dengan

teman mereka.

Faktor keempat dari faktor latar belakang keluarga yang

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar

SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu

situasi yang memaksa yang mencapai 14,16% (lihat gambar 13).

89
Dari 86 siswa, 33 siswa mengatakan bahwa mereka pernah

mengemudikan sepeda motor sendiri karena tidak ada yang bisa

mengantar mereka berangkat sekolah, karena takut terlambat

sekolah, atau situasi memaksa lainnya.

Faktor kelima dari faktor latar belakang keluarga yang

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar

SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu

orang tua kerja seharian yang mencapai 9,88% (lihat gambar 13).

Dari 86 siswa, 23 siswa mengatakan bahwa orang tua mereka sering

pulang larut malam karena sibuk dengan pekerjaannya sehingga

mereka jarang bisa berkomunikasi dengan orang tua mereka.

Faktor keenam dari faktor latar belakang keluarga yang

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar

SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu

keluarga broken home yang mencapai 8,15% (lihat gambar 13). Dari

86 siswa, 19 orang mengaku jarang bisa berkomunikasi langsung

dengan orang tua mereka setiap harinya walaupun sebagian dari

mereka tinggal bersama dengan kedua orang tua mereka (orang tua

kandung) sehingga mereka merasa tidak diperhatikan oleh orang tua

mereka. Jika hal tersebut diidentifikasi dari anggota keluarga mereka

(bersama siapa mereka tinggal di rumah) (lihat gambar 15), ternyata

15 siswa mengatakan mereka tinggal bersama dengan kedua orang

tua mereka (orang tua kandung) di rumah (mencapai 78,95%),

90
sedangkan 3 siswa mengatakan mereka tinggal di rumah tanpa ayah

dan ibu (mencapai 15,79%) dan 1 siswa mengatakan mereka tinggal

tanpa ibu (mencapai 5,26%).

Faktor ketujuh dari faktor latar belakang keluarga yang

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar

SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu

faktor orang tua yang terlalu melindungi (over ptotektif) yang

mencapai 8,15% (lihat gambar 13). Dari 86 siswa, 19 siswa

mengatakan bahwa orang tua mereka sering menyuruh mereka untuk

segera pulang jika mereka sedang pergi walaupun sudah izin/pamit

sebelumnya, bahkan sering melarang mereka pergi keluar rumah jika

mereka ingin bermain/bergaul dengan teman atau sedang ada

keperluan sehingga mereka sering merasa tidak nyaman (dikekang)

oleh orang tua mereka.

Faktor terakhir dari faktor latar belakang keluarga yang

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar

SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu

orang tua yang sangat memanjakan yang mencapai 4,30% (lihat

gambar 13). Dari 86 siswa, 10 siswa mengatakan bahwa apapun

yang mereka inginkan/minta sering bahkan selalu dituruti oleh orang

tua mereka.

91
2) Latar Belakang Masyarakat

Dari beberapa faktor latar belakang masyarakat, faktor yang

paling mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas

pelajar SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

yaitu faktor lingkungan sosial yang tidak menentu yang mencapai

55,28% (lihat gambar 16). Dari 86 siswa, 68 siswa mengatakan

bahwa di sekitar sekolah mereka disediakan penitipan kendaraan

bermotor karena di sekolah mereka ada larangan bagi siswanya

untuk tidak membawa sepeda motor jika belum memiliki Surat Izin

Mengemudi (SIM).

Faktor kedua dari latar belakang masyarakat yang

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar

SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu

pengaruh peer group yang mencapai 26,02% (lihat gambar 16). Dari

86 siswa, 32 diantaranya mengatakan bahwa mereka sering diajak

teman untuk menerobos lampu merah, sering balapan motor dengan

teman, dan yang paling sering mereka lakukan adalah

memboncengkan teman lebih dari satu orang ketika naik sepeda

motor. Padahal dalam Pasal 106 ayat 9 UU No.22 tahun 2009 ada

larangan bahwa setiap orang yang mengemudikan sepeda motor

tanpa kereta samping dilarang membawa penumpang lebih dari 1

(satu) orang, namun dalam kenyataannya pelajar Bantul masih suka

melanggar aturan tersebut.

92
Faktor ketiga dari latar belakang masyarakat yang

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar

SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu

media massa yang mencapai 13,01% (lihat gambar 16). Dari 86

siswa, 16 siswa mengaku mereka suka terpengaruh dengan adanya

tayangan di televisi misalnya saja setelah mereka melihat balapan-

balapan motor di televisi, kemudian mereka suka menirunya

(mempraktekannya).

Faktor terakhir dari faktor latar belakang masyarakat yang

mempengaruhi rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar

SMP Se-Kecamatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu

kekangan sekolah yang tidak menentu yang mencapai 5,69% (lihat

gambar 16). Dari 86 siswa, 7 diantaranya mengatakan bahwa

walaupun di sekolah mereka ada larangan siswanya membawa

sepeda motor jika belum memiliki SIM, tetapi jika ada kegiatan

ekstrakulikuler (setelah kegiatan belajar mengajar/KBM) terkadang

ada siswa yang membawa sepeda motor sendiri. Sekolah juga tidak

memberikan sanksi yang tegas jika ada yang melanggar aturan

tersebut, walaupun melanggarnya setelah KBM (Kegiatan Belajar

Mengajar) selesai. Terkadang sanksi yang diberikan juga cenderung

pilih kasih (ada yag diberi sanksi/hukuman, ada yang tidak) atau

tidak menentu (kadang diberi sanksi, kadang tidak).

93
2. Hasil Data Penunjang

Berdasarkan data responden yang diperoleh, menunjukkan bahwa:

a. Rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar SMP Se-Kecamatan

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta lebih didominasi oleh pelajar laki-

laki (54,85%) daripada pelajar perempuan (45,15%). Dari 44 responden

yang berjenis kelamin laki-laki, 42 pelajar tersebut pernah membawa

sepeda motor sendiri (54,85%). Sedangkan dari 56 responden yang

berjenis kelamin perempuan, 44 pelajar tersebut pernah membawa

sepeda motor sendiri (45,15%) (lihat gambar 3). Jadi, pelajar yang

berjenis kelamin laki-laki mempunyai kesadaran hukum berlalu lintas

yang lebih rendah daripada pelajar yang berjenis kelamin perempuan,

karena pelanggaran lalu lintas lebih didominasi oleh pelajar laki-laki

daripada pelajar perempuan.

b. Rendahnya kesadaran hukum berlalu lintas pelajar SMP Se-Kecamatan

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta lebih didominasi oleh pelajar SMP

Swasta (57,48%) daripada pelajar SMP Negeri (42,52%). Dari 58

responden SMP Swasta, 56 responden tersebut pernah membawa

sepeda motor sendiri (57,48%). Sedangkan dari 42 responden SMP

Negeri, 30 responden tersebut pernah membawa sepeda motor sendiri

(42,52%) (lihat gambar 4). Jadi, pelajar SMP Swasta mempunyai

kesadaran hukum berlalu lintas yang lebih rendah daripada pelajar SMP

Negeri, karena pelanggaran lalu lintas lebih didominasi oleh pelajar

SMP Swasta daripada SMP Negeri.

94

Anda mungkin juga menyukai