Anda di halaman 1dari 15

53

DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

BAB VI

LAPORAN

6.1 Pengertian Laporan

Beberapa ahli mempunyai definisi masing-masing mengenai laporan.

Menurut Gorys Keeraf dalam bukunya Komposisi (1980:284) laporan adalah suatu

cara komunikasi di mana penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau

suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Sedangkan

menurut Brotowidjoyo (1985:187) laporan adalah karangan ilmiah tentang

pemecahan suatu problem atau jawaban atas suatu pertanyaan yang didukung oleh

fakta dan dapat dibuktikan kebenarannya oleh penulisnya.

Meskipun kedua pengertian di atas berbeda, namun pada dasarnya memiliki

persamaan. Laporan itu ditulis oleh seseorang atau beberapa orang (tim) atau

suatu badan untuk disampaikan kepada seseorang atau suatu tim atau suatu badan

tertentu. Laporan ditulis pada umumnya karena si penulis ditugaskan untuk

membuat laporan, kemudian disampaikan kepada orang yang menyuruh membuat

laporan. Hanya saja laporan haruslah memiliki data yang dapat dipertanggung-

jawabkan kebenarannya.

Berdasarkan kedua pengertian laporan di atas, laporan pada dasarnya dapat

dibedakan antara laporan biasa dengan laporan ilmiah. Seorang ketua kelas yang

melaporkan mengenai kehadiran mahasiswa di kelas, misalnya, adalah laporan

biasa. Artinya ketua kelas hanya mencatat mengenai kehadiran mahasiswa, apakah

mahsiswa di kelas tersebut hadir semua atau ada yang tidak hadir. Dari laporan

ini kemudian diketahui, misalnya, berapa mahasiswa yang hadir dan berapa

BAB I LAPORAN 53
54
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

mahasiswa yang tidak hadir. Data mengenai kehadiran mahasiswa ini, tentu saja

dapat dibuktikan kebenarannya. Akan tetapi laporan seperti ini hanya laporan

biasa. Dikatakan laporan biasa, karena laporan seperti ini tidak berangkat dari

suatu problem dan tidak dalam rangka memecahkan problem tersebut.

Lain halnya andaikata seorang mahasiswa, misalnya, ditugaskan oleh jurusan

untuk membuat sebuah laporan dalam rangka mengetahui prestasi belajar

mahasiswa pada suatu kelas. Laporan seperti ini haruslah berangkat dari suatu

penelitian yang memerlukan observasi hingga mampu menuangkannya ke dalam

sebuah laporan. Dalam penelitian ini mahasiswa tersebut haruslah berangkat dari

suatu problem kemudian memecahkan problem tersebut melalui penelitiannya.

Dengan demikian, laporan ini juga memuat data yang dapat dibuktikan

kebenarannya. Namun laporan seperti ini bukanlah laporan biasa, melainkan

laporan ilmiah.

6.2. Dasar-dasar Laporan

Sebuah laporan biasa memiliki tiga dasar, yaitu pembuat laporan, penerima

laporan, dan tujuan laporan. Berikut ini akan dijelaskan ketiga dasar laporan

tersebut.

(1) Pembuat laporan

Pada pembuatan laporan yang tentunya melibatkan orang atau pihak yang

membuat/memberi laporan. Pembuat laporan dapat berupa perseorangan,

sekelompok orang (tim) yang ditugaskan untuk maksud tertentu. Selain itu,

laporan dapat pula dibuat oleh suatu badan untuk disampaikan kepada

seseorang, kelompok atau instansi yang dianggap perlu mengetahuinya

walaupun mungkin tidak diminta.

BAB I LAPORAN 54
55
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

Contoh pembuat laporan seorang atau sekelompok orang, misalnya seorang

atau sekelompok orang mahasiswa setelah melaksanakan praktik di bengkel

kemudian menyerahkan laporan tersebut kepada dosen yang menugaskannya.

Contoh laporan yang dibuat oleh suatu badan, misalnya suatu instansi yang

melaporkan kegiatan tahunannya (laporan tahunan) kepada instansi yang

diatasnya untuk diketahui atau untuk diperhatikan.

(2) Penerima laporan

Laporan bukan hanya dibuat seorang, sekelompok, atau suatu badan, tetapi

laporan juga ditujukan atau akan disampaikan kepada seseorang, sekelompok

atau suatu badan. Penerima laporan bisa seorang, sekelompok, atau suatu

badan yang menugaskan atau yang dianggap pelu untuk mendapatkan laporan

itu.

Contoh laporan yang diterima oleh seorang atau sekelompok (tim), misalnya

laporan yang dibuat oleh mahasiswa setelah praktik di bengkel atau di

laboratorium, kemudian laporan itu diserahkan kepada dosen (perorangan atau

tim apabila mata kuliah tersebut dipegang oleh suatu tim/beberapa orang

dosen) yang menugaskannya. Contoh ini memperlihatkan bahwa penerima

laporan adalah seorang atau sekelompok orang (tim).

Contoh laporan yang diterima oleh suatu badan, misalnya laporan yang dibuat

mahasiswa sebagai prasyarat untuk kelulusan seperti laporan akhir kemudian

diserahkan kepada jurusan. Contoh ini memperlihatkan bahwa penerima laporan

adalah suatu badan atau instansi.

(3) Tujuan laporan

Pada dasarnya tujuan sebuah laporan tergantung dari situasi yang ada antara

pembuat laporan dan penerima laporan. Bila pembuat laporan adalah orang yang

BAB I LAPORAN 55
56
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

ditugaskan untuk meneliti masalah, maka tujuannya ditentukan oleh penerima

laporan. Sebaliknya, bila pembuat laporan tidak menerima tugas khusus, maka

tujuan laporan terletak di tangan si pembuat laporan.

Tujuan laporan pada umumnya berkisar pada hal-hal berikut ; untuk mengatasi

masalah, untuk mengambil suatu keputusan yang lebih efektif, mengetahui

kemajuan dan perkembangan suatu masalah, untuk mengadakan pengawasan

dan perbaikan, untuk menemukan teknik-teknik baru, dan sebagainya.

Ketiga dasar laporan diatas, haruslah saling berkaitan. Apabila sebuah

laporan dibuat berdasarkan permintaan, baik oleh seorang atau kelompok atau

suatu badan, maka si pembuat laporan haruslah memenuhi apa yang dikehendaki

oleh si penerima laporan. Begitu pula dengan tujuannya, tujuan haruslah dibuat

berdasarkan apa yang diinginkan oleh si penerima laporan.

Namun sebaliknya jika sebuah laporan dibuat oleh si pembuat laporan bukan

karena tugas khusus, maka si pembuat laporan bebas menentukan tujuan laporan

yang dibuatnya. Dalam hal ini, si penerima laporan bukanlah seseorang atau suatu

badan yang menugaskan secara khusus kepada si pembuat laporan, tetapi hanya

seseorang atau suatu badan yang menurut si pembuat laporan dianggap perlu

menerima laporan tersebut.

Contoh penerima laporan bukanlah suatu badan yang menugaskan secara

khusus kepada si pembuat laporan, misalnya mahasiswa yang membuat laporan

akhir, kemudian memberikan laporan akhirnya ini kepada (kepala/petugas)

perpustakaan bukanlah suatu badan yang secara khusus menugaskan kepada si

pmbuat laporan, melainkan hanya suatu badan yang menurut si pembuat laporan

perlu mendapat laporan akhir yang dibuatnya, misalnya untuk koleksi

perpustakaan.

BAB I LAPORAN 56
57
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

6.3. Sifat Laporan

Seperti halnya dengan semua jenis tulisan yang lain, sebuah laporan akan

dianggap baik atau buruk tergantung dari keberhasilan si pembuat laporan dalam

memenuhi fungsinya yaitu mempengaruhi pembaca seperti yang diharapkan. Hasil

yang diharapkan dapat berujud perbaikan, perubahan, bantuan, perkembangan,

penegasan sikap, pengambilan keputusan, sejalan dengan tujuan laporan itu.

Hasil yang diharapkan pada sebuah laporan hanya mungkin dicapai bila sifat

laporan itu baik. Laporan yang baik tentu saja harus ditulis dalam bahasa yang

baik dan jelas, sehingga dapat menimbulkan pengertian yang tepat, bukan kesan

atau sugesti. Disamping itu isinya harus diurutkan dan dikembangkan sekian

macam sehingga dapat masuk akal. Fakta-fakta atau bahan-bahan yang disajikan

pelapor pun harus menimbulkan kepercayaan, terutama bila laporan itu

dimaksudkan untuk mengambil suatu tindakan tertentu.

Disamping sifat-sifat seperti disebutkan diatas, laporan harus pula

mengandung sifat-sifat berikut :

(1) Laporan itu harus mengandung imaginasi. Pengertian imaginasi di sini meliputi

masalah : pelapor harus tahu secara tepat siapa yang akan menerima laporan

itu, berapa dalam pengetahuannya menganai masalah yang dilaporkan, berapa

jauh penerima laporan perlu mengetahui permasalahan itu. Selain itu,

bagaimana selera penerima laporan.

(2) Laporan yang dibuat harus sempurna dan komplit, yang berarti tidak boleh ada

hal-hal yang diabaikan bila hal itu diperlukan untuk memperkuat kesimpulan

dalam laporan itu. Laporan yang baik juga tidak boleh memasukkan hal-hal yang

menyimpang, yang mengandung prasangka atau memihak.

BAB I LAPORAN 57
58
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

(3) Laporan juga harus disajikan secara menarik. Penulis laporan bukan hanya

sekedar menyampaikan sebuah laporan, tetapi ia menginginkan hasil dari

laporannya tersebut. Untuk itu, pemberi laporan harus mengusahakan agar

laporannya itu menarik, yaitu menarik perhatian penerima laporan yang

biasanya ditimbun kesibukan kesehariannya. Laporan itu menarik bukan karena

penerima laporan memerlukan laporan itu, tetapi karena nilainya bagi penerima

laporan itu.

6.4. Macam-macam Laporan

Berdasarkan bentuk, maksud, atau sifatnya, laporan itu dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Menurut Keraf (1980:287-292) laporan

dilihat dari bentuk dan maksudnya dapat dibagi menjadi tujuh macam, yaitu :

(1) Laporan berbentuk formulir isian

Biasanya berbentuk blanko daftar isian yang sudah disediakan oleh si penerima

laporan yang isinya biasanya diarahkan kepada tujuan yang ingin dicapai.

Laporan semacam ini biasanya bersifat rutin, dan seringkali berbentuk angka-

angka. Walaupun laporan berbentuk angka-angka itu bukan merupakan tulisan,

namun semua angka itu harus dilakukan dengan secermat-cermatnya.

(2) Laporan berbentuk surat

Laporan berbentuk surat tidak jauh berbeda dengan surat biasa, kecuali ada

subjek yang ingin disampaikan agar dapat diketahui oleh si penerima laporan.

Laporan seperti ini biasanya tidak banyak mengandung table, angka atau

sesuatu hal lain yang digolongkann dalam table dan angka. Apabila pemberi

laporan memutuskan untuk mempergunakan bentuk surat bagi laporannya,maka

nada dan pendekatan yang bersifat pribadi memegang peranan penting, seperti

BAB I LAPORAN 58
59
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

halnya dengan surat-surat lainya. Hanya saja laporan berbentuk surat biasanya

jauh lebih panjang dari surat-surat biasa.

(3) Laporan berbentuk memorandum

Laporan berbentuk memorandum biasanya tidak jauh berbeda dengan laporan

yang berbentuk surat, hanya saja laporan yang berbentuk memorandum ditulis

dengan singkat; biasanya ditulis antara atasan dengan bawahannya dalam suatu

hubungan kerja. Walaupun memorandum sering mengandung konotasi “sesuatu

yang bersifat darurat”, namun tidak terlalu demikian halnya. Ada juga

memorandum yang memang dipakai untuk meminta sesuatu bahan yang segera

diperlukan, tetapi dapat juga terjadi bahwa bahan laporan yang diberikan

melalui memorandum itu seringkali bermanfaat untuk sesuatu laporan yang

bersifat formal.

(4) Laporan perkembangan dan laporan keadaan

Laporan perkembangan pada prinsipnya berbeda dengan laporan keadaan.

Laporan perkembangan adalah suatu laporan yang bertujuan untuk

menyampaikan perkembangan, perubahan, atau tahap mana yang sudah dicapai

dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan.

Sebaliknya, laporan keadaan mengandung konotasi bahwa tujuan laporan itu

adalah mengambarkan kondisi yang ada pada saat laporan itu dibuat.

Dengan demikian, perbedaan antara kedua macam laporan itu terletak pada

segi aksentuasinya. Laporan perkembangan lebih menekankan apa yang sudah

terjadi dari permulaan sampai saat laporan itu dibuat, sedangkan laporan

Keadaan lebih menekankan kondisi yang ada sebagai akibat dari kejadian-

kejadian yang telah dicapai sebelum sampai saat laporan itu dibuat.

BAB I LAPORAN 59
60
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

(5) Laporan berkala/Periodik

Laporan berkala atau laporan periodis biasanya selalu dibuat dalam jangka

waktu tertentu secara terus menerus, misalnya setiap bulan, triwulan, catur

wulan, atau setiap tahun. Bila laporan itu dibuat dalam hubungan dengan sebuah

proyek, maka dapat juga dinamakan laporan perkembangan. Dalam bentuk yang

sederhana, laporan berkala ini dapat dibuat dalam bentuk formulir isian atau

dalam bentuk memorandum.

(6) Laporan laboratories

Laporan laboratories biasanya bertujuan menyampaikan hasil percobaan atau

kegiatan yang dilakukan dalam laboratorium. Laporan laboratorium ini

seringkali hanya memuat percobaan-percobaan yang telah dilakukan. Hasil-

hasil percobaan dilaporkan tanpa referensi mengapa laporan itu dibuat. Dalam

hal-hal tertentu laporan itu bukan hanya m

enyajikan hasil kegiatan di laboratorium, tetapi juga harus menerapkan

masalah-masalah khusus bahkan kegiatan-kegiatan yang diinginkan.

(7) Laporan formal dan laporan semi-formal, laporan non formal

Laporan formal adalah laporan yang memenuhi persyaratan-persyaratan

tertentu yang nadanya bersifat impersonal dan materinya disajikan dalam

suatu pola struktur seperti yang terdapat dalam buku-buku petunjuk penulisan

laporan. Sebaliknya, jika laporan itu tidak memuat satu atau dua persyaratan

tertentu tersebut, laporan sepertiini disebut laporan semi-formal.

Jika laporan itu tidak memenuhi sama sekali persyaratan tertentu, maka

laporan seperti ini disebut laporan non-formal. Apabila laporan itu bersifat

pribadi dan bentuknya mana suka sesuai dengan keinginan penulis, maka laporan

itu bersifat tak resmi atau laporan nonformal.

BAB I LAPORAN 60
61
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

Sebuah laporan dikatakan sebagai laporan formal (umumnya) bila memiliki

ciri-ciri sebagai berikut :

a) Harus ada halaman judul;

b) Biasanya ada sebuah surat penyerahan;

c) Walaupun tidak panjang, sebuah laporan formal selalu memiliki sebuah

daftar isi;

d) Ada sebuah ikhtisar (abstrak/ringkasan) mengawali laporan;

e) Ada bagian yang disebut Pendahuluan, sebagai suatu informasi awal bagi

pembaca;

f) Bila ada Kesimpulan dan Saran (Rekomendasi) biasanya diberi judul

tersendiri;

g) Isi laporan yang terdiri dari judul-judul dengan tingkat yang berbeda-beda;

h) Nada yang dipergunakan adalah nada resmi, gayanya bersifat impersonal;

i) Kalau perlu laporan formal disertai pula table-tabel dan angka-angka, baik

yang terjalin dalam teks laporan, maupun dikumpulkan atau dilampirkan

dalam suatu bagian tersendiri;

j) Laporan formal biasanya didokumentasikan secara khusus.

Menurut Brotowidjoyo (1985:166-167) dilihat dari sifatnya, laporan itu

dapat dibagi menjadi lima macam, yaitu :

(1) Laporan periodis/berkala

Laporan periodis diserahkan setiap periode reguler dan dimaksudkan untuk

menyediakan informasi tentang status organisasi atau aktivitasnya. Laporan

periodis ini dibuat misalnya setiap bulan, triwulan, catur wulan, atau setiap

tahun.

BAB I LAPORAN 61
62
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

(2) Laporan kemajuan

Laporan kemajuan diserahkan guna menyediakan informasi tentang kemajuan

suatu rencana usaha, seperti pembangunan gedung, pembangunan bendungan

atau proyek penelitian.

(3) Laporan hasil uji

Laporan hasil uji diserahkan guna menyediakan laporan tangan pertama

tentang pengetahuan suatu benda (biasanya berupa kesimpulan), seperti

kondisi suatu bangunan, pabrik, atau sumber alam.

(4) Laporan rekomendasi

Laporan rekomendasi diserahkan guna menyediakan keterangan dasar atau

pujian terhadap sesuatu guna pertimbangan dalam tindakan berikutnya,

misalnya laporan tentang letak daerah atau lokasi pabrik atau kompleks

perumahan dan nasihat dalam rangka menaikkan efisiensinya.

(5) Laporan penelitian

Laporan ini diserahkan guna memberi tahu tentang penemuan yang tidak

diketahui sebelumnya dan diperoleh dari percobaan, penyelidikan, kuisioner,

data akumulasi dan sebagainya.

Berbagai laboratorium lembaga penelitian, universitas, stasiun pertanian,

stasiun meteorology, kantor pemerintah, dan organisasi penelitian swasta

secara tetap menerbitkan laporan penelitian semacam itu.

Berdasarkan pembagian laporan seperti di atas, baik berdasarkan pendapat

Keraf maupun Brotowidjoyo, dilihat dari bentuk, maksud atau sifatnya, laporan itu

pada dasarnya dapat dibedakan antara laporan biasa dengan laporan ilmiah.

Laporan seperi laporan berbentuk formulir isian, laporan berbentuk surat, laporan

berbentuk memeorandum, laporan perkembangan atau laporan kemajuan, laporan

BAB I LAPORAN 62
63
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

keadaan, laporan berkala atau laporan periodis, pada dasarnya termasuk laporan

biasa.

Sebaliknya, laporan seperti laporan laboratorium, laporan formal, laporan

semi-formal, laporan hasil uji, laporan rekomendasi, dan laporan penelitian pada

dasarnya termasuk laporan ilmiah. Namun bisa pula suatu laporan termasuk

laporan biasa atau ilmiah, tergantung pada teknik laporan itu disampaikan

(dibuat), misalnya laporan perkembangan, laoran kemajuan atau laporan keadaan.

6.5 Ciri-ciri Laporan

Dilihat dari tujuannya, selera pembacanya, bentuknya, dan sifatnya,

menurut Brotowidjoyo (1985:167-168) laporan itu mempunyai beberapa ciri yaitu :

(1) Pembacanya seseorang atau sekumpulan orang tertentu. Laporan dibuat atas

dasar permintaan atau perintah. Mungkin juga laporan itu diserahkan atas

prakarsa penulis, misalnya untuk mendapat kritik dari para ahli. Adakalanya

laporan berbentuk buku dan ditujukan kepada pembaca umum. Jika ditujukan

kepada umum biasanya laporan berbentuk pamflet atau selebaran.

(2) Bentuk lapoan yang disajikan atas permintaan atau perintah itu biasanya

berupa laporan panjang atau laporan pendek. Laporan panjang biasanya terdiri

dari halaman judul, surat penyerakan, daftar isi, pendahuluan, uraian pokok,

penutup dan sering juga disertai lampiran. Laporan pendek biasanya terdiri

dari judul pokok dan nomor-nomor dengan perlengkapan seperti biasa dalam

surat menyurat formal.

(3) Laporan itu bersifat sangat obyektif, maksudnya terutama untuk menyajikan

fakta. Jika ditarik kesimpulan, maka kesimpulan itu berupa induksi berdasar

atas bukti spesifik. Jika dibuat suatu pujian atau rekomendasi, maka pendapat

BAB I LAPORAN 63
64
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

pribadi atau prasangka harus dihindari jauh-jauh. Apabila data laporan itu tak

cukup atau bertentangan satu sama lain, maka pembaca dipersilahkan untuk

menyadari bahwa konklusi dan rekomendasi yang disajikan bersifat tentative.

(4) Bahasa dan nadanya formal. Kata ganti orang harus dihindari. Titik berat dan

tekanannya tidak berdasarkan pendapat penyaji data, yaitu agar pembaca

terpenuhi seleranya. Seperti dalam karya tulis ilmiah, dalam laporan harus

tidak ada ungkapan pergaulan. Bahasa kasar atau makian, atau susunan kata

dan ungkapan yang ceroboh.

(5) Judul, sub judul dan sub-sub judul disusun dan diatur dengan perencanaan yang

mantik. Laporan yang disajikan dengan baik dapat digunakan sebagai acuan.

Berdasarkan beberapa ciri di atas, dapat dicontohkan misalnya laporan yang

ditulis mahasiswa dalam rangka menyelesaikan perkuliahan – laporan akhir – adalah

sebuah laporan yang ditulis atas permintaan atau perintah. Laporan seperti ini

dikatakan atas permintaan atau perintah, karena mahasiswa diharuskan oleh

jurusan untuk membuat/menyususn laporan tersebut sebagai prasyarat dalam

rangka menyelesaikan perkuliahan. Pembaca laporan tersebut jelas – terutama –

sekelompok orang tertentu; dalam hal ini terutama (para) dosen yang ada pada

jurusan yang mengharuskan mahasiswa membuat laporan.

Laporan yang ditulis oleh mahasiswa seperti diatas, biasanya disajikan dalam

laporan yang berbentuk panjang. Laporan seperti ini dibuat harus secara obyektif,

bahasa dan nadanya formal, kemudian judul, sub judul dan sub-sub judul, harus

disusun dan diatur dengan perencanaan yang mantic. Laporan yang ditulis oleh

mahasiswa seperti ini, dapat dikatakan sebagai laporan ilmiah, karena laporannya

ditulis berdasarkan prosedur ilmiah.

BAB I LAPORAN 64
65
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

6.6 Persyaratan bagi Pembuat Laporan

Menurut Brotowidjoyo (1985:168-170), persyaratan bagi pembuat laporan

antara lain yaitu :

(1) Memiliki pengetahuan tangan pertama tentang hal yang dilaporkan .

Maksudnya apa yang dilaporkan harus benar-benar merupakan hasil karya

mahasiswa sendiri, bukan cuplikan atau plagiat. Selain itu, apa yang dilaporkan

hendaknya sesuatu yang baru, bukan hal – masalah – yang sebenarnya sudah

pernah dikemukakan/ dilaporkan oleh pelapor – mahasiswa – sebelumnya.

Masalah yang dilaporkan itu hendaknya masalah yang actual.

Sehubungan dengan penentuan masalah – termasuk penentuan masalah yang

actual – seorang pelapor juga seorang peneliti sering dihadapkan pada

kesukaran dalam menentukan masalah, karena pemilihan dan penentuan

masalah itu dipengaruhi oleh hal-hal berikut :

a) Apakah benar masalah yang ditentukan itu belum pernah dicari jawabnya?

(orisinilitas masalah).

b) Apakah masalah yang ditentukan itu benar-benar menarik pada waktu

penulisan laporan – penelitian – dikerjakan ? (aktualitas masalah).

c) Apakah masalah yang ditentukan itu memenuhi jawaban lima macam kata

ganti penanya secara teoritis : apa, di mana, mengapa, bilamana, dan

bagaimana ? (filosofi keilmuan).

d) Apakah masalah yang dipilih itu mempunyai relevansi dengan gerak

pembangunan ? (relevansi manfaat praktis).

e) Apakah dana yang tersedia cukup memadai untuk memberi jawaban masalah

yang ditentukan itu sehingga dapat menghasilkan suatu pengetahuan yang

bulat ? (tersedianya dana).

BAB I LAPORAN 65
66
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

(2) Memiliki sifat tekun dan teliti

Dalam menyusun laporan, mahasiswa hendaknya memiliki sifat tekun dan teliti,

jangan sampai apa yang dilaporkan ada yang ketinggalan. Semua kesimpulan

yang dapat ditarik dari pernyataan-pernyataan umum harus dibuat secara

tepat. Apabila ada hal-hal yang tak lengkap, penulis laporan harus menyebutkan

kekurangan-kekurangan itu dan apa penyebabnya.

Semua data atau fakta harus dicocokkan ulang. Satu kali saja pembaca laporan

menemukan pernyataan yang salah dalam laporan yang disusun oleh pembuat

laporan, biasanya pembaca akan meragukan isi seluruh laporan. Pernyataan

yang meragukan lebih baik dibuang, atau dijelaskan bahwa hal itu meragukan.

Data yang meyakinkan tidak boleh dibuang.

(3) Bersifat obyektif

Apa yang dilaporkan mahasiswa hendaknya benar-benar berdasarkan data yang

diperoleh. Data yang diperoleh ini hendaknya dilaporkan secara apa adanya;

jangan dikurangi dan jangan juga ditambah. Biarkan data bebicara sendiri,

meskipun konklusi dan rekomentasi yang diperoleh berlainan dengan apa yang

diharapkan. Pembuat laporan itu seperti sebuah “mesin pemikir”, yaitu bekerja

tanpa nafsu dan prasangka yang dapat mengelirukan pengertiannya atau

pernyataannya tentang fakta.

(4) Kemampuan untuk menganalisis dan (tidak) menyamaratakan.

Semua data yang diperoleh haruslah dianalisis. Mahasiswa hendaknya

membagi-bagi subyek, memperhatikan bagian-bagain yang berbeda, dan

menunjukkan kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu

mahasiswa juga tidak membuat kesamarataan berdasarkan atas beberapa data

BAB I LAPORAN 66
67
DIKTAT TATA TULIS LAPORAN Dra. Rusmini Sri Maryati

yang diperoleh, atau membuang data yang dianggap tidak mendukung terhadap

konklusi yang diharapkan, padahal data itu tidak ameragukan.

(5) Kemampuan mengatur fakta secara sistematis.

Laporan yang dibuat oleh mahasiswa hendaknya disusun secara sistematis,

supaya pembaca – terutama penerima laporan – tidak meragukan tentang suatu

perencanaan dan penalaran yang dibuat mahaiswa.

(6) Pengertian akan kebutuhan pembaca

Mahasiswa hendaknya memperhatikan siapa yang akan membaca – membuat –

laporan yang dibuat. Apa yang dilaporkan, istilah apa yang dipakai, ilustrasi,

dan segala penjelasan hendaknya sesuai dengan kebutuhan pembaca, sehingga

isi laporan itu dapat dipahami oleh pembaca – penerima laporan – dengan baik.

Selain itu, masalah yang dilaporkan (diteliti) hendaknya masalah yang memang

benar-benar dibutuhkan oleh pembaca.

OPEN YOUR EYE

BAB I LAPORAN 67

Anda mungkin juga menyukai