Anda di halaman 1dari 16

NURULIA DIAH AGISTASARI (1012022018)

1.

JERAWAT

Jerawat adalah kondisi kulit yang sangat umum dialami oleh kebanyakan orang pada tahap kondisi dan usia
tertentu. Sebagian orang di usia remaja mengalami jerawat karena produksi minyak pada kulit yang berminyak.
Bintik-bintik jerawat dapat menjadi komedo dan benjolan kecil. Sebagian lagi jerawat dialami oleh orang di
usia lebih tua karena penyebab lainnya.

Ada beberapa faktor yang dapat memicu atau meningkatkan risiko seseorang mengalami jerawat, di antaranya:

1. Faktor hormonal
Perubahan hormonal dapat merangsang produksi minyak menjadi lebih banyak, sehingga dapat memicu
timbulnya jerawat . Selain perubahan hormonal tersebut, perubahan hormonal lainnya yang juga dapat
menyebabkan timbulnya jerawat batu adalah masa kehamilan, konsumsi pil KB, saat menstruasi, dan
juga stress.
 

2. Efek samping penggunaan kosmetik yang tidak tepat.


Penggunaan kosmetik yang tidak tepat seperti mengandung bahan-bahan kimia, jika dipakai terus
menerus dapat menimbulkan jerawat, selain itu berbahaya bagi kulit. Bagi kulit yang berminyak dan
berjerawat, penggunaan kosmetik berbahan dasar minyak juga tidak tepat, karena  menyumbat akan
semakin membuat kulit anda berminyak dan membuat pori-pori tersumbat, sehingga menyebabkan
timbulnya jerawat.
 

3. Efek samping penggunaan obat-obatan tertentu.


 

4. Kebersihan kulit wajah.


Jangan sepelekan kebersihan wajah anda. Usahakan 2x dalam sehari anda membersihkan wajah anda,
untuk mengangkat sel kulit mati, keringat, bakteri, minyak, debu, dan polusi yang menempel di wajah
anda, yang dapat menjadi pemicu timbulnya jerawat.
 

5. Sinar matahari
Terlalu lama terkena sengatan sinar matahari dapat merusak kulit, yang juga menjadi pemicu jerawat
batu. Oleh karena itu gunakan sunblock/ sunscreen saat anda keluar rumah. Bagi anda yang memiliki
kulit wajah berminyak, pilih yang non comedogenic.

Lalu apa yang membuat jerawat menjadi semakin parah?

1. Penggunaan kontrasepsi yang mengandung progesteron.

2. Penggunaan kosmetik dan make-up yang terlalu tebal dan berminyak.

3. Kebiasaan memencet jerawat dengan perlakuan yang tidak tepat.

4. Kondisi kulit yang lembab karena keringat berlebihan. Contohnya suasana panas di dalam dapur.

5. Mengenakan pakaian yang terlalu ketat.

 
Beberapa pendapat yang keliru yang masih beredar di masyarakat saat ini seperti

1. Jerawat tidak ada hubungannya dengan kebersihan yang tidak baik. Faktanya mencuci wajah dan kulit
yang terlalu seringpun akan memicu munculnya jerawat.

2. Stress tidak menyebabkan jerawat.

3. Konsumsi air putih tidak akan membantu mengatasi jerawat.

4. Jerawat tidak perlu ditangani secara medis. Faktanya jika jerawat sudah menjadi infeksi tetap
memerlukan penanganan medis yang tepat.

Beberapa hal berikut ini yang perlu dilakukan untuk membantu merawat kulit dan mencegah jerawat :

1. Mencuci kulit yang ditumbuhi jerawat minimal dua kali sehari. Namun terlalu sering mencuci wajah
dapat menyebabkan iritasi kulit yang dapat memperburuk gejala.

2. Menggunakan sabun dan pembersih wajah dengan air hangat. Air yang terlalu panas dan dingin dapat
membuat jerawat lebih buruk.

3. Jangan memencet atau mencoba untuk membersihkan komedo. Hal ini dapat membuat hal-hal buruk
atau menyebabkan bekas luka.

4. Jangan menggunakan terlalu banyak make-up atau kosmetik. Produk kosmetik  non-comedogenic yang


berbasis air dapat mengurangi menutup pori-pori.

5. Menghapus semua make-up sebelum tidur.

6. Mandi atau membersihkan diri setelah latihan atau olahraga untuk menghilangkan keringat.

7. Mencuci rambut secara teratur.

 
2.

Organ pernapasan merupakan bagian dari sistem vital dalam tubuh manusia. Proses pernapasan menghasilkan
oksigen yang penting untuk metabolisme tubuh manusia. Itulah sebabnya penyakit gangguan pernapasan harus
ditangani sesegera mungkin supaya tidak menyebabkan komplikasi penyakit lainnya hingga berakibat fatal.

Gejala gangguan sistem pernapasan sekecil apapun harus mendapat perhatian khusus, terutama bila terjadi pada
anak-anak dan lansia. Beberapa jenis penyakit gangguan pernapasan yang patut diwaspadai dan mendapat
penanganan intensif, yaitu:

Alergi
Reaksi alergi pada tubuh manusia ternyata dapat mengganggu sistem pernapasan. Penyebabnya sangat
beragam, antara lain debu, serbuk bunga, bulu binatang, jamur, suhu dingin, dan makanan yang mengandung
banyak protein. Kontak dengan penyebab alergi bisa menyebabkan gangguan pernapasan berupa batuk-
batuk, sesak napas, dan nadi berdenyut cepat.

Pada kondisi yang lebih parah, alergi juga bisa menyebabkan gagal napas dan penurunan kesadaran. Oleh sebab
itu, kamu harus cermat mengenali penyebab alergi pernapasan supaya bisa menghindarinya.

Asma
Asma menjadi penyebab sesak nafas, karena gangguan pernapasan berupa asma ditandai dengan beberapa
gejala khas seperti sesak napas, nyeri dada, batuk-batuk, dan napas berbunyi (mengi). Asma disebabkan oleh
peradangan dan atau penyempitan saluran pernapasan sehingga pengidapnya jadi sulit bernapas.

Kondisi asma yang diidap seseorang patut diwaspadai bila gejalanya tidak kunjung hilang meskipun sudah
mengonsumsi obat-obatan atau menggunakan inhaler. Pertolongan pertama harus dilakukan pada pengidap
asma supaya paru-paru memperoleh asupan oksigen yang memadai.

Bronkitis
Bronkitis adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan peradangan pada saluran
utama paru-paru (bronkus). Selain menyebabkan batuk dan sesak napas, biasanya penyakit bronkitis juga
membuat pengidapnya mengalami demam, nyeri tenggorokan dan otot, atau sakit kepala.

Jika tubuh kekurangan asupan oksigen akibat bronkitis, kulit bisa tampak dingin dan membiru hingga
menyebabkan akibat fatal. Pengidap bronkitis harus beristirahat yang cukup, menghirup udara, segar,
mengonsumsi makanan bergizi, dan minum obat secara teratur berdasarkan resep dokter.

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)


Istilah PPOK digunakan untuk menyebut sekumpulan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh radang,
misalnya bronkitis kronis dan emfisema (kerusakan alveolus paru-paru). Penyakit Paru Obstruktif Kronis
menyebabkan kerusakan saluran pernapasan sehingga memicu gangguan pernapasan dan bersifat progresif atau
bisa memburuk seiring berjalannya waktu.

Secara garis besar, gejala penyakit ini mirip dengan gangguan pernapasan lainnya, karena PPOK menjadi salah
satu penyebab batuk terus menerus, sesak napas, napas berbunyi disertai gejala tambahan seperti
pembengkakan tungkai kaki dan lemas. Biasanya PPOK dipicu oleh faktor genetik dan diperparah kebiasaan
buruk seperti merokok atau beraktivitas di tempat yang rentan polusi udara dan zat kimia dalam waktu lama.

COVID-19
Penyakit yang satu ini telah menyebabkan status pandemi sejak awal tahun 2020. Virus COVID-19 tidak hanya
menyerang sistem saraf pusat dan penciuman, tetapi juga berbahaya bagi sistem pernapasan. Gangguan
pernapasan yang disebabkan kontaminasi COVID-19 sangat berisiko fatal bila dialami oleh orang-orang dengan
penyakit bawaan (komorbid) seperti radang paru-paru, penyakit jantung diabetes, dan hipertensi.

COVID-19 menyebabkan gejala ringan berupa kehilangan penciuman (anosmia), batuk-batuk, sakit


tenggorokan, kehilangan nafsu makan, dan gangguan pencernaan. Namun, orang-orang dengan komorbid bisa
mengalami gejala yang lebih parah seperti sesak napas, saturasi oksigen menurun, dan tubuh lemas.
3.

Pengertian Sistem Endokrin

Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang memproduksi dan melepaskan hormon. Hormon ini yang
membantu mengontrol banyak fungsi penting, termasuk kemampuan mengubah kalori menjadi energi yang
digunakan untuk menjalankan fungsi seluruh sel dan organ tubuh. 

Sistem endokrin mempengaruhi detak jantung, pertumbuhan tulang dan jaringan, bahkan kemampuan
bereproduksi. Sistem endokrin memainkan peran penting peningkatan risiko diabetes, penyakit tiroid, gangguan
pertumbuhan, disfungsi seksual, dan sejumlah gangguan terkait hormon lainnya.

Jenis Kelenjar Sistem Endokrin

Setiap kelenjar dari sistem endokrin melepaskan hormon tertentu ke dalam aliran darah. Hormon-hormon ini
berjalan melalui darah menuju sel-sel lain dalam tubuh dan membantu mengendalikan atau mengoordinasikan
banyak proses. Berikut ini beberapa jenis kelenjar yang termasuk dalam sistem endokrin:

 Kelenjar adrenal, yaitu dua kelenjar yang berada di atas ginjal. Fungsinya adalah melepaskan hormon
kortisol.

 Hipotalamus, yaitu bagian otak tengah bawah yang memberi tahu kelenjar pituitari kapan harus
melepaskan hormon.

 Ovarium, yaitu organ reproduksi wanita yang melepaskan sel telur dan menghasilkan hormon seks.

 Sel pulau di pankreas, yaitu sel yang membantu mengontrol pelepasan hormon insulin dan glukagon.

 Paratiroid, yaitu empat kelenjar kecil di leher yang berperan dalam perkembangan tulang.

 Kelenjar pineal, yaitu kelenjar di dekat pusat otak yang berfungsi untuk mengatur pola tidur.

 Kelenjar hipofisis, yaitu kelenjar di dasar otak di belakang sinus. Kelenjar ini mempengaruhi tiroid,
yang memengaruhi pertumbuhan tulang, siklus menstruasi wanita, dan produksi ASI.

 Testis, yaitu kelenjar reproduksi pria yang menghasilkan sperma dan hormon seks.

 Timus, yaitu kelenjar di dada bagian atas yang membantu mengembangkan sistem kekebalan tubuh di
awal kehidupan seseorang.

 Tiroid, yaitu kelenjar berbentuk kupu-kupu di bagian depan leher yang berfungsi mengontrol
metabolisme.

Gangguan sistem endokrin adalah kondisi yang terjadi jika beberapa kelenjar tersebut mengalami masalah.
Akhirnya, seluruh fungsi dan sistem dalam tubuh akan mengalami perubahan yang berdampak pada munculnya
gangguan kesehatan tertentu.

Penyebab Gangguan Endokrin

Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:

 Penyakit endokrin yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon
endokrin. Kondisi ini disebut ketidakseimbangan hormon.

 Penyakit endokrin karena perkembangan lesi dalam sistem endokrin, yang bisa saja mempengaruhi
kadar hormon.

Sistem umpan balik endokrin dapat membantu mengontrol keseimbangan hormon dalam aliran darah. Jika
tubuh memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon tertentu, sistem umpan balik memberi sinyal pada
kelenjar yang tepat untuk memperbaiki masalah tersebut. 

Ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika sistem umpan balik ini mengalami kesulitan menjaga tingkat
hormon yang tepat dalam aliran darah, atau jika tubuh tidak mampu membersihkannya dari aliran darah.
Peningkatan atau penurunan kadar hormon endokrin dapat disebabkan oleh:

 Masalah dengan sistem umpan balik endokrin.


 Penyakit tertentu.

 Kegagalan kelenjar untuk merangsang kelenjar lain untuk melepaskan hormon.

 Kelainan genetik, seperti Multiple Endokrin Neoplasia (MEN) atau hipotiroidisme kongenital.

 Infeksi.

 Cedera pada kelenjar endokrin.

 Tumor kelenjar endokrin.

Kebanyakan tumor endokrin dan nodul (benjolan) tidak bersifat kanker. Mereka biasanya tidak menyebar ke
bagian lain dalam tubuh. Namun, tumor atau nodul pada kelenjar dapat mengganggu produksi hormon dalam
kelenjar yang ditumbuhinya.

Faktor Risiko Gangguan Sistem Endokrin

Selain penyebab yang mendasari, gangguan sistem endokrin juga dapat dipicu oleh beberapa faktor risiko
berikut ini:

 Peningkatan kadar kolesterol yang signifikan.

 Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama.

 Memiliki riwayat penyakit autoimun.

 Menjalani pola makan tidak sehat.

 Ibu hamil dengan kasus hipotiroid.

 Pernah menjalani operasi.

 Pernah mengalami trauma, infeksi, atau cedera serius.

Gejala Gangguan Sistem Endokrin

Ada banyak jenis gangguan sistem endokrin. Gejalanya sendiri dibedakan dari penyakit yang mendasari.
Berikut ini beberapa gejala berdasarkan penyakitnya:

 Diabetes

Diabetes adalah kondisi yang menyebabkan tingginya kadar glukosa darah. Hal tersebut terjadi akibat tubuh
tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin untuk mengatur glukosa. Diabetes memicu munculnya
gejala berupa:

 Peningkatan rasa haus.

 Peningkatan frekuensi buang air kecil.

 Peningkatan rasa lapar.

 Perubahan berat yang tidak terduga.

 Luka yang sulit sembuh.

 Mati rasa atau kesemutan di tangan atau kaki.

 Rasa lelah berlebihan.

 Pandangan kabur.

 Hipertiroidisme

Hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon. Hormon yang diproduksi
berfungsi untuk mengatur penggunaan energi di seluruh tubuh. Hipertiroidisme memicu munculnya gejala
berupa:
 Perubahan detak jantung.

 Kesulitan tidur.

 Cepat marah.

 Rasa lelah berlebihan.

 Pengaturan suhu yang buruk.

 Peningkatan frekuensi buang air besar.

 Penurunan berat badan dengan peningkatan nafsu makan.

 Penyakit gondok.

 Hipotiroidisme

Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon, sehingga fungsi organ dalam
tubuh menjadi lambat. Hipotiroidisme memicu munculnya gejala berupa:

 Kelelahan.

 Sensitif terhadap udara dingin.

 Bicara lambat.

 Kelopak mata turun.

 Pembengkakan wajah.

 Kulit kering.

 Melambatnya detak jantung.

 Kram otot.

 Kebingungan.

 Sembelit.

 Penambahan berat badan.

 Kesemutan di tangan.

 Sindrom Cushing

Sindrom Cushing terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon kortisol. Kortisol adalah hormon
yang membantu tubuh merespon stres, mengatur proses metabolisme, dan menjaga tekanan darah. Sindrom
Cushing memicu munculnya gejala berupa:

 Penambahan berat badan.

 Lengan dan kaki tampak kurus.

 Wajah bulat.

 Benjolan lemak di antara bahu.

 Pertumbuhan rambut berlebihan.

 Kelemahan otot.

 Pandangan kabur.

 Penurunan kesuburan dan gairah seksual.


 Rasa lelah berlebihan.

 Mudah memar dan muncul stretch mark.

 Akromegali

Akromegali terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon pertumbuhan. Kondisi tersebut
mengakibatkan pertumbuhan tulang, organ, dan jaringan lain yang tidak biasa. Akromegali memicu munculnya
gejala berupa:

 Pembengkakan tangan dan kaki.

 Pertumbuhan fitur wajah.

 Perubahan tulang, seperti rahang yang menonjol.

 Kulit tebal dan kering.

 Keringat dan bau badan.

 Suara terdengar lebih dalam.

 PCOS

PCOS terjadi ketika ketidakseimbangan hormon reproduksi menyebabkan masalah pada ovarium. PCOS
memicu munculnya gejala berupa:

 Siklus haid tidak teratur.

 Rambut berlebihan.

 Jerawat.

 Penipisan rambut.

 Penambahan berat badan.

 Kesulitan menurunkan berat badan.

 Kulit menggelap.

Diagnosis untuk Gangguan Sistem Endokrin

Jika kamu memiliki gangguan sistem endokrin, dokter akan merujuk ke spesialis yang disebut ahli endokrin.
Seorang ahli endokrin secara khusus terlatih dalam mengatasi masalah gangguan sistem endokrin. Gejala
gangguan endokrin sangat bervariasi, tergantung pada kelenjar spesifik yang terlibat. 

Namun, kebanyakan pengidap selalu mengeluh memiliki rasa lelah berlebihan. Setelah melakukan wawancara,
dokter akan melakukan beberapa langkah pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosis pada pengidap.
Berikut ini beberapa prosedur yang dilakukan:

 Tes urine, yaitu pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi dan mengelola berbagai gangguan, seperti
infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, dan diabetes.

 MRI, yaitu teknik pencitraan medis yang dilakukan dengan menggunakan medan magnet dan
gelombang radio untuk menampilkan gambar detail organ dan jaringan dalam tubuh.

 Tes genetik, yaitu pemeriksaan yang mengidentifikasi perubahan gen, kromosom, atau protein. Hasilnya
membantu menentukan peluang seseorang untuk mengembangkan atau meneruskan kelainan genetik. 

 Tes hormon, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi dan mengevaluasi ketidakseimbangan
hormon dalam tubuh.

 Tes darah, yaitu pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur atau memeriksa sel, bahan kimia,
protein, atau zat lain dalam darah.
Pengobatan Gangguan Sistem Endokrin

Gangguan sistem endokrin adalah kumpulan kondisi yang terkait dengan bagian dari keseluruhan sistem
endokrin. Proses identifikasi dan pengobatan bukan hal yang mudah, mengingat kondisi ini bisa disebabkan
oleh berbagai penyakit. Jika mengalami sejumlah gejalanya, diperlukan langkah perawatan yang tepat.

Pengobatannya sendiri akan tergantung pada gejala dari penyakit yang mendasari. Prosesnya bisa menjadi
sangat rumit, karena perubahan dalam satu tingkat hormon dapat menyebabkan gangguan lain. Dokter mungkin
menyarankan untuk melakukan pemeriksaan darah rutin untuk menyesuaikan langkah pengobatan.

Komplikasi Gangguan Sistem Endokrin

Jika sejumlah gejala yang muncul dibiarkan tanpa langkah penanganan, terdapat beberapa komplikasi gangguan
endokrin yang bisa saja terjadi. Berikut ini beberapa di antaranya:

 Kegelisahan atau insomnia pada pengidap penyakit tiroid.

 Koma pada pengidap hipotiroidisme.

 Depresi pada pengidap penyakit tiroid.

 Penyakit jantung.

 Kerusakan saraf.

 Kerusakan atau gagal pada organ.

 Penurunan kualitas hidup seseorang.


4.

Pengertian Gangguan Pencernaan

Gangguan pencernaan adalah sekelompok kondisi yang terjadi ketika sistem pencernaan tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Secara umum, gangguan pencernaan terbagi menjadi dua, yaitu gangguan pencernaan
organik dan fungsional.

Gangguan pencernaan organik terjadi ketika ada kelainan struktural pada sistem pencernaan, yang
mencegahnya bekerja dengan baik. Sementara gangguan pencernaan fungsional terjadi ketika saluran
pencernaan tampak normal secara struktural tetapi masih tidak berfungsi dengan baik.

Beberapa gangguan pencernaan yang umum terjadi dan akan dibahas dalam artikel ini adalah:

 Penyakit refluks gastroesofageal (GERD).

 Irritable bowel syndrome (IBS/sindrom iritasi usus).

 Inflammatory bowel disease (IBD/penyakit peradangan usus).

 Batu empedu.

 Penyakit Celiac.

Penyebab Gangguan Pencernaan

Penyebab gangguan pencernaan tergantung pada jenis penyakit yang dialami. GERD atau refluks asam
lambung disebabkan oleh asam lambung yang naik dari lambung kembali ke kerongkongan atau esofagus,
akibat melemahnya katup pada bagian bawah esofagus (sphincter). 

Penyebab dari IBS dan IBD, belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Batu empedu terjadi ketika kelebihan
kolesterol yang dihasilkan hati membentuk kristal dan menjadi batu.

Sementara penyakit Celiac adalah kondisi autoimun yang menyebabkan tubuh menyerang lapisan usus jika
seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung gluten.

Faktor Risiko Gangguan Pencernaan

Berbagai faktor risiko GERD, antara lain:

 Pengidap hiatus hernia.

 Pengidap obesitas atau kelebihan berat badan.

 Ibu hamil.

 Konsumsi makanan tinggi lemak.

 Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan minuman yang mengandung kafein.

 Kondisi psikologis, seperti stres atau memendam kemarahan.

 Konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat memicu GERD.

Berbagai faktor risiko IBS, antara lain:

 Infeksi di saluran pencernaan.

 Perubahan kondisi bakteri normal di dalam usus kecil.

 Gangguan pada fungsi otak saat mengirim sinyal ke usus.

 Makanan yang terlalu cepat atau terlalu lambat dicerna di saluran pencernaan.

 Makanan atau minuman tertentu yang sulit untuk dicerna, seperti makanan dengan kadar asam, lemak,
gula, atau karbohidrat yang tinggi.
 Perubahan kadar hormon atau neurotransmitter dalam tubuh.

 Gangguan kesehatan mental, seperti gangguan panik, cemas, depresi, dan stres.

Berbagai faktor risiko IBD, antara lain:

 Lingkungan.

 Pola makan.

 Genetik.

 Kebiasaan merokok.

Berbagai faktor risiko batu empedu, antara lain:

 Memiliki kelebihan berat badan atau obesitas.

 Sering makan makanan tinggi lemak dan rendah serat.

 Memiliki riwayat keluarga dengan batu empedu.

 Mengidap diabetes.

 Memiliki kelainan darah tertentu, seperti anemia sel sabit atau leukemia.

 Memiliki penyakit liver.

Berbagai faktor risiko penyakit Celiac, antara lain:

 Riwayat keluarga dengan penyakit Celiac.

 Infeksi virus.

 Menjalani persalinan dan operasi.

 Stres berlebihan.

Gejala Gangguan Pencernaan

Gejala dari GERD, antara lain:

 Rasa tidak nyaman di dada.

 Batuk kering.

 Rasa asam di mulut.

 Radang tenggorokan.

 Kesulitan menelan.

Gejala dari IBS, antara lain:

 Nyeri atau tidak nyaman pada perut.

 Perubahan frekuensi buang air besar.

 Perubahan bentuk kotoran.

Gejala dari IBD, antara lain:

 Nyeri pada perut.

 Diare.

 Kelelahan.
 Buang air besar tidak tuntas.

 Kehilangan nafsu makan.

 Penurunan berat badan.

 Berkeringat pada malam hari.

 Perdarahan pada rektum.

Gejala dari batu empedu, antara lain:

 Rasa sakit yang terus-menerus di bawah tulang rusuk, di sisi kanan tubuh.

 Penyakit kuning.

 Suhu tinggi.

 Mual.

 Muntah.

 Berkeringat.

Gejala dari penyakit Celiac, antara lain:

 Diare jangka panjang.

 Sembelit.

 Tinja yang pucat, lebih bau dari biasanya, dan mengapung.

 Sakit perut.

 Kembung.

 Gas.

 Mual.

 Muntah.

Diagnosis Gangguan Pencernaan

Dokter akan mendiagnosis jenis gangguan pencernaan pada seseorang dengan melakukan wawancara medis
lengkap, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang sesuai. 

Pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan pada GERD adalah endoskopi dan x-ray. Pada IBS, umumnya
dilakukan pemeriksaan intoleransi laktosa, pernapasan, darah, feses, sigmoidoskopi fleksibel, kolonoskopi, x-
ray, serta CT scan. 

Pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan pada IBD, antara lain pemeriksaan darah, endoskopi,
kolonoskopi, sigmoidoskopi fleksibel, x-ray, CT scan, dan MRI.

Pemeriksaan penunjang untuk batu empedu adalah USG, CT scan, tes darah, dan pemindaian radionuklida
kandung empedu. Sementara untuk penyakit Celiac adalah pemeriksaan serologi dan tes genetik untuk antigen
leukosit manusia (HLA-DQ2 dan HLA-DQ8).

Pengobatan Gangguan Pencernaan

Pengobatan untuk GERD, antara lain:

 Antibiotik.

 Beberapa jenis obat lainnya sesuai resep dari dokter.

 Tindakan operasi.
Pengobatan untuk IBS, antara lain:

 Menghindari kafein.

 Meminimalisir stres.

 Menggunakan obat sesuai dengan anjuran dokter.

Pengobatan untuk IBD, antara lain:

 Obat-obatan anti radang.

 Supresor sistem imun.

 Antibiotik.

 Tindakan operasi.

Pengobatan untuk batu empedu, antara lain:

 Obat-obatan.

 Operasi pengangkatan batu empedu.

Sementara itu, penyakit Celiac bisa ditangani dengan diet ketat bebas gluten seumur hidup sebagai satu-satunya
cara pengobatan.

Komplikasi Gangguan Pencernaan

Komplikasi yang dapat terjadi akibat GERD adalah:

 Esofagitis atau peradangan lapisan esofagus.

 Striktur, bekas luka yang terbentuk karena luka akibat asam lambung.

 Esofagus Barrett, perubahan pada sel dan jaringan lapisan esofagus akibat asam lambung.

 Komplikasi yang dapat terjadi akibat IBS adalah:

 Hemoroid (wasir).

 Malnutrisi atau kekurangan nutrisi.

 Gangguan mental, seperti cemas atau depresi.

 Penurunan kualitas hidup dan produktivitas kerja.

 Komplikasi yang dapat terjadi akibat IBD adalah:

 Dehidrasi.

 Kekurangan gizi atau malnutrisi.

 Sumbatan (obstruksi) pada usus.

 Fistula atau terbentuknya saluran abnormal di usus atau anus.

 Muncul luka atau robekan di anus (fisura ani).

 Penyumbatan di pembuluh darah di usus.

 Perforasi atau robekan pada usus besar.

 Kanker usus besar.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat batu empedu adalah:


 Peradangan kantong empedu (kolesistitis).

 Penyumbatan saluran empedu.

 Penyumbatan saluran pankreas.

 Kanker kantong empedu.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit Celiac adalah:

 Malnutrisi akibat tubuh tidak bisa menyerap nutrisi dengan baik.

 Intoleransi laktosa.

 Kanker usus besar, limfoma usus, dan limfoma Hodgkin.

 Gangguan sistem saraf, seperti neuropati perifer.

Pencegahan Gangguan Pencernaan

Upaya pencegahan untuk GERD, antara lain:

 Menjaga berat badan tetap ideal.

 Menghindari pakaian sempit.

 Menghindari makanan dan minuman yang memicu asam lambung.

 Menghindari berbaring setelah makan.

 Menghindari merokok.

Upaya pencegahan untuk IBS, antara lain:

 Mengonsumsi cukup serat.

 Menghindari makanan pemicu masalah, seperti makanan berlemak dan bergas.

 Makan dengan waktu rutin dan teratur.

 Membatasi produk-produk susu.

 Minum banyak cairan.

 Melakukan olahraga rutin.

 Menggunakan obat-obatan anti diare dan laksatif dengan hati-hati.

Upaya pencegahan untuk IBD, antara lain:

 Makan dengan porsi kecil.

 Minum banyak cairan.

 Mengonsumsi multivitamin sesuai anjuran dokter.

 Menghindari stres dengan olahraga, relaksasi, dan latihan pernapasan.

Upaya pencegahan untuk batu empedu, antara lain:

 Makan secara teratur.

 Konsumsi lebih banyak makanan tinggi serat.

 Pertahankan berat badan yang sehat. 

Upaya pencegahan untuk penyakit Celiac, antara lain:


 Menjalani diet bebas gluten saat hamil, jika ibu mengidap penyakit Celiac.

 Melakukan tes genetik untuk bayi.

 Menyusui bayi secara eksklusif setidaknya enam bulan.

 Memperkenalkan gluten secara perlahan setelah anak berusia antara 4 hingga 6 bulan.
5.

Perlu diketahui, sistem reproduksi wanita sangat rapuh. Sedikit ketidakseimbangan hormon saja dapat
berdampak besar pada fungsi dan kesehatannya. Dibandingkan pria, sebagian besar penyakit pada wanita
berkaitan dengan gangguan sistem reproduksi.

Berikut ini gangguan sistem reproduksi yang umum menyerang wanita:

1. Endometriosis

Gangguan ini adalah kelainan yang mempengaruhi rahim. Endometriosis terjadi ketika jaringan yang melapisi
rahim (jaringan endometrium) tumbuh di tempat lain di luar rahim seperti, di ovarium, daerah panggul, usus,
dan lainnya. Jaringan endometrium memungkinkan tumbuh di luar panggul. 

Perubahan hormonal terkait siklus menstruasi membuat jaringan yang ditempatkan secara abnormal ini
meradang dan menyebabkan rasa sakit. Sama seperti saat menstruasi, di mana lapisan rahim dilepaskan setiap
bulan dengan cara yang sama jaringan ini juga keluar setiap bulan.

Namun, karena tidak ada tempat untuk pergi, mereka menumpuk di daerah panggul, yang menyebabkan:

 Menstruasi yang sangat menyakitkan

 Gangguan reproduksi

 Infertilitas

 Pembentukan bekas luka. 

2. Displasia Serviks

Pada displasia serviks, terdapat pertumbuhan sel abnormal di dalam dan di sekitar serviks. Meski pertumbuhan
sel tidak normal di dalam dan sekitar serviks, bukan berarti seseorang mengidap kanker. Namun jika kondisi ini
tidak ditangani bisa menjadi kanker. 

Displasia menyebar melalui hubungan seks dan disebabkan oleh human papillomavirus. Gangguan ini tidak
menimbulkan gejala apa pun dan hanya bisa dipastikan dengan pemeriksaan pap smear. 

3. Fibroid Uterus

Fibroid uterus merupakan tumor yang terdiri dari jaringan dan sel otot yang tumbuh di dalam dan di sekitar
dinding rahim. Sebagian besar fibroid rahim bersifat jinak.

4. Gangguan Menstruasi

Gangguan yang berkaitan dengan siklus menstruasi hampir selalu disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon.
Selain itu kondisi ini juga berkaitan dengan pembekuan, kanker, kista ovarium, fibroid rahim, genetika, dan
penyakit menular seksual. Beberapa gangguan yang sangat umum terkait siklus menstruasi adalah:

 Tidak adanya menstruasi atau amenore.

 Sindrom pramenstruasi.

 Fibroid.

 Perdarahan menstruasi yang berkepanjangan atau berat. 

 Haid ringan atau tidak ada sama sekali.

 Gangguan dysphoric pramenstruasi (PMDD).

5. Kanker Ginekologi

Kanker ginekologi berarti semua jenis kanker yang pertama kali muncul di organ reproduksi wanita. Beberapa
jenis kanker ginekologi yang umum adalah:

 Kanker ovarium.
 Kanker serviks.

 Kanker vulva.

 Kanker Rahim.

 Kanker vagina. 

6. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Banyak wanita yang tidak tahu bahwa mereka memiliki penyebab umum kemandulan, hingga seorang wanita
mencoba untuk hamil. Hal ini terkait dengan ketidakseimbangan hormon yang memengaruhi ovulasi dan bisa
menyebabkan:

 Kista (kantung berisi cairan) pada salah satu atau kedua ovarium.

 Menstruasi tidak teratur.

 Kadar hormon yang tinggi bisa menyebabkan tubuh atau rambut berlebih di wajah.

Jika seorang wanita mengalami PCOS, segera tanyakan pada dokter apa yang bisa dilakukan agar bisa hamil
dan mendapatkan kehamilan yang sehat. Itulah beberapa gangguan sistem reproduksi yang umum menyerang
wanita.

Anda mungkin juga menyukai