Anda di halaman 1dari 9

TEORI DAN KRITIK ARSITEKTUR A RTA-3322

KAJIAN & KRITIK SIMBOL SALIB PADA KARYA ARSITEKTUR


“CHURCH OF LIGHT “
KARYA TADAO ANDO

Oleh : Kelompok 6
M. Salman Ihsan (180406022)
Alivia Putri Aritonang (180406023)
Wan Aviva (180406025)
Monica Utami (180406026)

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020/2021
KAJIAN & KRITIK SIMBOL SALIB PADA KARYA ARSITEKTUR CHURCH OF LIGHT
KARYA TADAO ANDO

Abstrak
Church of Light merupakan salah satu bangunan religius karya Tadao Ando yang terkenal dengan
keberhasilannya sebagai bangunan tempat ibadah. Ia berhasil merangkul filosopi bingkai kerja antara
alam dan arsitektur melalui penggunaan elemen cahaya alami pada bangunan ini. bentuknya yang
berdasarkan modernisasi dan minimalisasi arsitektur membuat bangunan ini tampil tidak biasa
sebagai sebuah gereja. Dengan bentuknya yang terdiri dari dinding-dinding kotak dari beton polos
tanpa ornamen membuatnya benar-benar tidak sama dengan gereja-gereja pada umumnya. Terlebih
lagi pada simbol salib yang ada pada gereja ini. karena hal itu, muncullah pertanyaan mengenai
kehadiran bentuk salib pada bangunan ini. dengan dibuatnya salib dengan cara memotong dinding
gereja untuk memungkinkan masuknya cahaya dalam bentuk salib. Dengan begitu, Apa sebenarnya
yang kita lihat? Tembok atau salib, mana yang sebenarnya tidak ada? Salib ini hadir sebagai
ketiadaan, karena dipotong dari dinding. Bagi Ando, Salib menjadi non-objek, non-tempat,
negativitas murni, ekspresi murni. Ini lebih berfungsi untuk mengekspresikan, yaitu menghadirkan,
daripada mewakili.

Abstract
Church of Light is one of the religious buildings by Tadao Ando which is famous for its success as a
place of worship. He succeeded in embracing the framework between nature and architecture
through the use of natural light elements in this building. a form based on modernization and
architectural minimization makes this building appear unusual as a church. With a form consisting
of box walls made of plain concrete without ornaments, it is really not the same as churches in
general. What else on the symbol of the cross in this church. Because of that, the question arises
about the presence of a cross in this building. by making a cross by way of a church wall to allow
entry in the shape of a cross. So, what exactly do we see? The wall or the cross, which one doesn't
exist? This cross is present as, because it was cut from the wall. For Ando, the Cross becomes non-
object, non-place, pure negativity, pure expression. It functions more to express, i.e. present, rather
than represent.
1. PENDAHULUAN

Chruch of the light. Bangunan ini terletak di ibaraki,osaka jepang dibuat pada tahun 1989.
Kesederhanaan bangunan inilah yang menjadi daya tariknya. Bangunan ini tak lebih dari sekedar
kubus yang terbuat dari beton dengan goresan goresan sebagai bukaannya dan dinding yang
terpotong di belakang altarnya yang membuat cahaya dapat masuk membentuk palang yang sangat
terang didalam ruang yang gelap.
Desain ini didasarkan pada elemen sederhana tanpa hiasan,hanya dasar,lantai,dinding,langit-langit
dan bukaan untuk cahaya dan merupakan perlakuan cahaya yang sifatnya special.bentuk bangunan
seperti inilah yang membuat kesan berbeda dari gereja pada umumnya yang menaruh beberapa
ornamen atau detail spiritual khas bangunan gereja .

Gambar 01. Bentuk salib pada dinding gereja cahaya Gambar 02. Bentuk salib dari dinding luar

Kesan pertama dari gaya arsitektur Tadao Ando adalah materiality dengan dindingnya yang besar
dan dominan membentuk batasan. Kedja adalah tactility yaitu dindingnya terkesan lembut dan
hening. Serta yang ketiga adalah emptiness karena Orang dan pengunjung hanya disuguhi cahaya
disetiap karyanya. Selain itu. Karakter desain tadao ando juga dipengaruhi oleh Enso. Enso
merupakan lingkaran misterius menyimbolkan kekosongan, Kesepian, Kesatuan dan momen
pencerahan.
Tulisan ini berfokus pada bentuk symbol paradigmatic gereja yaitu salib yang di representasikan
dengan cara berbeda dalam konteks arsitektur kontemporer minimalis pada karya arsitektur Tadao
Ando ini. Kehadiran simbol salib dengan cara yang tak biasa cukup untuk menimbulkan sebuah
pertanyaan apabila disadari. Salib ini hadir bukan seperti salib-salib yang ada pada gereja pada
umumnya. Salib ini dijadikan bagian dari dinding yang dipotong membentuk salib yang
memungkinkannya menangkap cahaya dari luar yang dianggap sebagai salah satu elemen ilahi yang
memberi kesan sebagai penerang para jemaat.
2. KAJIAN TEORI
2.1 Penggunaan Salib
Salib menjadi simbol identitas bagi umat Kristiani. Pada setiap kesempatan, perjalanan, keseharian
umat Kristiani selalu menyertakan symbol salib ini. Bahkan setiap perayaan maupun upacara yang
dilakukan umat Kristiani selalu disertakan simbol salib, hal ini bertujuan agar dengan keberadaan
symbol tersebut selalu mengingatkan mereka akan keikutsertaan tuhan mereka dalam setiap kegiatan.
Namun pemaknaan salib seperti di atas tidak serta merta muncul ketika awal mula munculnya agama
kristen. Bahkan pada awal munculnya agama Kristen mereka tidak menyatakan bahwa salib sebagai
simbol bahkan identitas mereka, melainkan mereka menganggap bahwa salib sebagai simbol
kehinaan mengingat bahwa Tuhan mereka dihukum dengan di Salib.
Ide penggunaan salib sebagai simbol agama Kristen bersumber dari peristiwa penyaliban Kristus.
Karena jika tidak ada penyaliban yesus maka tidak akan munculnya ide pengagungan salib, dan
bahkan pemaknaan dari simbol salib secara mendalam. Namun setelah penyaliban Yesus umat
Kristen tidak menganggap bahwa salib adalah simbol mereka dan mereka pun bahkan tidak
menyatakan bahwa salib memiliki makna-makna yang terkandung di dalamnya. Sedangkan
penggunaan simbol salib ini berawal dari perjalanan rohani yang dilakukan Helena ibu Konstantin
sebelum abad keempat di palestina.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa asal mula ide dari penggunaan simbol salib adalah
penyaliban yesus. Sehingga Helena melakukan perjalanan rohani untuk mengunjugi kuil Yesus, lalu
menemukan salib Yesus dan membawanya samapai ke romawi. Lalu di perkuat dengan cerita yang
dikemukakan oleh Konstantin bahwa ia mendapatkan wahyu untuk menggunakan simbol salib ini
sebagai simbol bagi pasukannya sehingga dapat menaklukkan terbagai bangsa. Dari peristiwa-
peristiwa tersebut maka dikenallah salib, sehingga dijadikannya salib sebagai simbol agama Kristen.

2.2 Makna Simbol Salib


Salib dikatakan sebagai sebuah simbol. Dalam salib terdapat makna- makna yang terkandung di
dalamnya, salib menyiratkan sesuatu hal yang lebih dapi apa yang terlihat. Sehingga dalam upaya
memahami makna di balik simbol salib perlunya pemahaman yang mendalam dan menyeluruh
sehingga mencapai pengertian maksud dari makna simbol salib. Untuk memahami makna salib maka
perlu dikaitkan dan dihubungkan dengan makna dari segi simbolisasi terlebih dahulu, yakni
hubungan antara simbol dan salib dan simbol agama yang dimaksudkan dari salib agar mencapai
pemahaman dari makna yang tertera maupun makna yang tersembunyi dibalik simbol salib yang
suci.
Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa suatu simbol dapat menjelaskan suatu
pengalaman di luar dirinya sendiri, dari sini salib memiliki unsur simbol yang dapat menjelaskan
maksud di luar dirinya tersebut. Pada dasarnya salib hanya sebuah kayu yang di silang, namun bagi
umat Kristiani Salib memiliki makna yang sangat berarti dalam kehidupan mereka seperti yang
dikatakan Paulus “sesungguhnya kalimat salib bagi para penghancur adalah suatu kebodohan, namun
bagi orang-orang yang setia salib adalah kekuatan Allah”
Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa salib bagi umat Kristen merupakan kekuatan Illahi yang
termanifestasikan ke dalam simbol Salib. Bagi mereka hanya dengan melihat salib ini mereka akan
merasakan kekuatan Tuhan, bahkan bagi umat Kristiani salib merupakan jalan satu-satunya
menuju kebebasan dan mencapai kehidupan yang abadi.
Simbol salib mengingatkan umat Kristiani akan unsur-unsur keilahiyah dan kerohanian yang
terhubung melalui salib, sepertihalnya simbol salib ini mengingatkan mereka akan kecintaan dan
keselamatan maupun kebaikan yang harus mereka tanam dalam diri mereka, karena dengan salib
diselamatkannya manusia oleh tuhannya, dengan salib juga dihilangkannya permusuhan, karena
dengan salib ini telah menyatukan dua hal menjadi satu yakni menyatunya Tuhan Anak Yesus
dengan Tuhan Bapa Allah dalam satu kesatuan.
Simbol salib dengan dua tiang kayu yang disatukan, di mana salah satu kayu membentang secara
horizontal dan yang lainnya memanjang secara vertikal. Hal ini dimaksudkan bahwa posisi
horizontal di mana lengan Tuhan direntangkan mengacu pada tuntunan Tuhan kepada seluruh dunia
dan bersatunya dalam diri Allah. Kristus disalib untuk kebaikan seluruh dunia, dan posisi
memanjang mengacu kepada pesan bahwa Tuhan datang di kayu salib, tuhan bergerak dari bumi ke
surga, tuhan menghubungkan bumi dengan langit, bangsa dan bangsa, dan menyatukan jiwa dengan
raga.
Salib telah menjadi ciri khas orang Kristen yang percaya bahwa Yesus berkorban dan disalib demi
membebaskan dan mengahapus dosa-dosa manusia.

2.3 Salib pada Gereja


Simbol Salib merupakan salah satu elemen penting dalam gereja sebagai komunitas maupun sebagai
gedung. Salib selalu ada dalam kehidupan orang Kristen, bahkan terlalu sering digunakan dalam doa-
doa harian. Salib dalam gereja selalu ada dua, yaitu terletak di luar gereka dan di dalam gereja. Salib
di luar gereja digunakan untuk memberi tanda, sebagai tanda bahwa gedung adalah bangunan gereja.
Salib di dalam ruangan menjadi sarana untuk mendukung doa, berdoa di depan salib menjadi lebih
bermakna dibandingkan dengan berdoa di depan benda yang tidak menyimbolkan apa-apa. Dalam
agama katolik, mengenang berarti mengalami kembali peristiwa masa lalu, dan itu artinya Yesus
hadir pada saat ritual terjadi.

3. PEMBAHASAN
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, tulisan ini hanya berfokus pada bentuk salib dalam konteks
arsitektur minimalis, tanpa membahas lebih dalam mengenai masalah praktis keagamaan maupun
liturgi gereja Tadao Ando ini. Dengan bentuk ruang longitudinal klasik yang terdiri dari dua baris
bangku-bangku gereja dengan lorong tengah yang mengarah ke ruang kosong dengan meja dan
mimbar yang dapat dipindahkan, cukup menjelaskan bahwa Ando bukanlah seorang ahli liturgi
dalam konteks ke-kristenan dalam kasus ini. Ia tidak berusaha menciptakan bentuk liturgi baru atau
apapun. Murni hanya karya yang fenomenologis. Baginya mendesain arsitektur religius dengan yang
lain adalah pemberlakuan yang sama. Menurutnya, “ kita tidak harus membedakan satu dari yang
lain. Tinggal dirumah bukan hanya masalah fungsional, tetapi juga masalah spiritual. Rumah adalah
lokus hati(kokoro), dan hati adalah tempat tuhan. Tinggal dirumah adalah mencari hati (kokoro)
sebagai lokus tuhan, sama seperti orang pergi ke gereja untuk mencari tuhan. Peran penting dari
gereja adalah meningkatkan kesadaran spiritual. Di tempat spiritual orang menemukan kedamaian di
hati mereka seperti di tanah air mereka” dalam Jin Baek (2009).
Pada bangunan ini, beton yang merupakan material favorit Ando mendominasi dinding bangunan.
Ketegasannya akan kesederhanaan dan minimalisasi diwakili dengan penggunaan material beton
polos dan berusaha mengangkat potensi bawaannya lebih jauh lagi. Ia seperti berusaha menggunakan
material terendah untuk menjelaskan kejujuran paling tinggi dalam hidup. Pemanfaatan potensi alam
juga menjadi fokus utamanya dalam bangunan ini. terutama cahaya. Karena gereja biasanya identik
dengan penggunaan cahaya sebagai elemen ilahi, maka pencahayaan yang dihadirkan dalam ruang
diolah sebagai elemen pembentuk suasana ruang. Yang mana Ando menghadirkannya melalui
bukaan pada dinding yang berbentuk salib. Cahaya seakan-akan masuk memberikan cahaya ilahi
pada para jamaah yang ada di dalam ruangan. Dari sini timbul pertanyaan, apakah kehadiran salib
dalam bentuk yang seperti ini dapat merepresentasikan tanda salib yang sebenarnya dalam sebuah
gereja?
Jika ditelaah dari bangunannya sendiri, Ando sangat berusaha menghormati tempat bangunan ini
berdiri. Ia membingkai bagian tertentu dari alam, dalam hal ini adalah cahaya. Dengan bahan beton
yang merupakan bahan buatan manusia ditempatkannya sebagai elemen aneh yang tiba-tiba muncul
di tengah kosmos. Ini masih bisa dipahami sebagai panteisme belaka, melihat kosmos sebagai ilahi,
dalam arti mereduksi yang ilahi menjadi kosmos. Namun, Ando lebih seperti seorang panenteis,
dengan mengungkapkan yang ilahi di dalam kosmos dan tidak harus mengidentifikasi mereka. Yang
terakhir, jelas, dan bukan yang pertama, sesuai dengan teologi Kristen. Apa yang dilakukan Ando
dengan salib sebagai satu-satunya simbol Kristen di gereja-gerejanya tidak bertentangan dengan
kosmis atau "spiritualitas sekuler" ini. Dengan menempatkan simbol Kristen ini dalam konteks
kosmik, ia memperkayanya alih-alih menyangkalnya "mendukung spiritualitas kosmogonik" dan
melapisinya "dengan penyembahan alam simbolis," seperti yang dipikirkan Kenneth Frampton.
Seluruh dinding adalah simbol keagamaan: membentang di atas seluruh tinggi dan lebar dinding
beton (8 kali 6 meter) sebuah salib Latin dipotong. Apa yang kita lihat? Tembok atau salib, mana
yang sebenarnya tidak ada? Salib ini hadir sebagai ketiadaan, karena dipotong dari dinding. Sebagai
simbol Kristen itu ada, yaitu, tidak kurang tetapi lebih dari sana. Bagi seorang Kristen, ini bisa
menjadi simbol kematian dan kebangkitan yang luar biasa. Bagi Frampton, ini juga merupakan
penolakan yang mendukung spiritualitas kosmogonik. Semua gereja Ando diilhami dengan
konjungsi ini di mana ikonografi Kristen dan "lainnya" Jepang secara bersamaan dibangkitkan,
meskipun kebangkitan yang ilahi bergantung pada ketidakterbatasan alam yang diungkapkan
daripada pada penyajian simbolisme konvensional. Perspektif teologis, kita dapat mengatakan bahwa
itu adalah penyangkalan karakter representasional yang mendukung dimensi ekspresifnya. Salib
menjadi non-objek, non-tempat, negativitas murni, ekspresi murni. Ini lebih berfungsi untuk
mengekspresikan, yaitu menghadirkan, daripada mewakili. Di Ibaraki ini, salib dibuat dari cahaya
yang tak teraba, dibuat abstrak.
Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, salib bukan hanya merupakan kayu bersilang sebagai
penanda keagamaan bagi umat Kristiani namun salib memiliki makna yang lebih dalam dari itu.
Sedangkan untuk gereja, salib merupakan sebuah penanda ataupun simbol kristiani. Dalam hal ini,
Ando tidak semena-mena mengabaikan makna dari salib itu sendiri. ia berusaha memperkayanya
dengan campur tangan alam tanpa menghilangkan kedalaman yang sebenarnya.
Bagi Ando, ada evolusi yang jelas dalam penggunaan salib: dari objek renungan yang tergantung di
dinding, di atas simbol material pada jarak yang tidak dapat didekati, ke ketiadaan abstrak,
dematerialisasi, diringkas menjadi maknanya yang murni. Penting untuk menyatukan kedua dimensi:
dematerialisasi seperti itu dalam arsitektur hanya dapat dilakukan dengan materialisasi padat.
Spiritual hanya dapat diungkapkan melalui materi, melibatkan jasmani. Dengan menempatkan salib
di dalam kosmos dan dengan mengabstraksikannya ke cahaya murni, salib menjadi eskatologis,
yaitu, dalam bentuknya, anamnesis salib historis, penyelamatan (sudah), dan dalam prolepsis
pementasan kemenangan firdaus dari akhir zaman (belum).
4. KESIMPULAN
Dalam suasana ini, Ando menempatkan salib: bukan sebagai tanda representatif yang dapat
diuraikan, tetapi sebagai simbol ekspresif yang harus ditafsirkan. Dengan cara yang khusus untuk
arsitektur, Ando merentangkan makna Kristen aslinya untuk memberikan makna universal. Dia
melakukannya dengan cara yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Ando, Tadao. 1995. “Church of Light,” in Tadao Ando: Complete Works, ed. Francesco Dal Co. London:
Phaidon.

Audina, Natasya. 2017. Arsitektur Jepang Sesuai Perkembangan Zaman.


http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4382/142203101.pdf?
sequence=1&isAllowed=y (diakses pada 10 mei 2021)

Baek, Jin. 2010. “Emptiness and Empty Cross: Tadao Ando’s Church of Light,” in Divinity Creativity
Complexity, ed. Michael Benedikt. Austin, TX: University of Texas

Frampton, Kenneth. (2010). “The Secular Spirituality of Tadao Ando,” in Constructing the
Ineffable: Contemporary Sacred Architecture, ed. Karla Cavarra Britton. New Haven, CT: Yale
University Press.

Kartika, Fenny. 2019. Sejarah dan Teori Arsitektur Kuno Jepang.


https://www.academia.edu/40256801/Sejarah_dan_Teori_Arsitektur_Kuno_Jepang (diakses pada 10
mei 2021)

Lee, Rudy. Salib Bukan Simbol Orang Kristen. Diakses pada 8 juni 2021.
https://artikel.sabda.org/salib_bukan_simbolnya_orang_kristen

Sari, L. M. (2018). Simbol Salib dalam Agama Kristen. Religi: Jurnal Studi Agama-agama, 14(2),
155-168.

Sipahutar, Y. (2018). Nilai Estetika Wabi-Sabi dan Penerapannya pada Arsitektur Minimalis dalam
Bangunan “Church of The Light”, Ibaraki, Osaka, di Jepang Karya Tadao Ando.

Steele, James. (2017). Contemporary Japanese architecture : tracing the next generation. : New
York : Routledge.

Wijaya, Trifena. “Representasi Spiritualitas Kristen pada Arsitektur Gereja


Kristen Indonesia Pregolan Bunder Surabaya.” Commonline Departemen
Komunikasi 3, no. 2 (2014)

Anda mungkin juga menyukai