Anda di halaman 1dari 16

Meisin Tia Intansari

2020-11-152
MODUL I
HUKUM OHM DAN KIRCHOFF ARUS DAN TEGANGAN

I. TUJUAN
a. Memahami secara visual teori teori dasar dalam rangkaian listrik arus searah, khususnya yang
berkaitan dengan Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff
b. Mengenal lebih jauh hubungan antara tegangan dan arus dalam rangkaian listrik arus searah

II. ALAT & BAHAN


a. Sumber tegangan (power supply)
b. Multimeter
c. Kabel – kabel penghubung
d. Resistor

III. TEORI
1. Tegangan
Notasi : V atau E
Satuan : Volt
Tegangan antara 2 titik adalah energi yang diperlukan (kerja yang dilakukan) untuk
menggerakkan satu unit muatan negatif (elektron) dari titik yang berpotensial lebih rendah
(lebih negatif) ke titik yang berpotensial lebih tinggi (lebih positif), atau sama dengan energi
yang dilepaskan pada saat satu unit muatan bergerak (menurun bukit) dari potensial yang
lebih tinggi ke potensial lebih rendah.
W
V=
q
2. Arus
Notasi : I atau i (untuk arus yang berubah terhadap waktu)
Satuan : Ampere
Arus adalah besarnya aliran listrik yang melalui sebuah titik dalam satu satuan waktu. Arus
sebesar 1 ampere adalah sama dengan aliran satu coulomb muatan per satu detik. Dalam
kenyataan fisiknya, aliran arus adalah partikel pembawa muatan (elektron) yang bergerak dari
potensial lebih rendah (lebih negatif) ke potensial lebih tinggi (lebih positif). Dalam
perjanjian/kesepakatan internasional, arus didefinisikan dan dianggap mengalir dari arah yang
berlawanan (mengalir dari potensial lebih positif ke potensial negative).
Laboratorium Dasar Teknik Elektro
Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
q
I=
t
3. Resistansi dan Resistor
Bila suatu beda potensial diberikan kepada suatu material, maka terjadi usaha untuk
mengalirkan muatan melalui muatan tersebut. Setiap material mempunyai sifat
melawan/menghambat aliran muatan yang disebut sebagai sifat resistansi.
Material dengan resistansi kecil disebut sebagai konduktor/penghantar arus, sedangkan
material dengan resistansi besar disebut sebagai isolator. Ada suatu jenis material yang sifat
resistansinya bisa diubah dengan cara tertentu, yang disebut sebagai semikonduktor.
Suatu benda yang dibuat dari material dengan komposisi tertentu dapat menghasilkan suatu
nilai resistansi tertentu. Benda ini disebut sebagai resistor/tahanan. Bahan yang digunakan
biasanya dari jenis material yang mempunyai sifat menghantar yang buruk.
Fungsi utama dari tahanan adalah sebagai pembatas tegangan atau arus, serta fungsi-fungsi
lain yang lebih spesifik yang dikembangkan dari sifat-sifat dasar tahanan. Misalnya bila
digabung dengan kapasitor menghasilkan suatu konstanta waktu tertentu, untuk membagi
tegangan, pengukuran tegangan dan arus dll.
4. Hukum Ohm
Bunyi Hukum Ohm: “Suatu hambatan pada suatu rangkaian tertutup apabila diberi tegangan
maka akan timbul arus listrik pada rangkaian tersebut”
I

V R

Gambar 1.1
V = I.R (Pers 1.1)
Secara matematis, persamaan di atas adalah linier, artinya dengan nilai V dan R yang tertentu
akan didapatkan suatu nilai I yang tertentu juga. Dalam prakteknya dijumpai tahanan yang
bersifat linier dan non linier, tergantung dari penggunaan dari masing-masing komponen
tahanan.
5. Hukum Kirchoff
Hukum Kirchoff untuk arus (Hukum Kirchoff I) adalah :

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
Jumlah arus yang masuk ke dalam suatu titik pada suatu rangkaian adalah sama dengan
jumlah arus yang keluar dari titik tersebut (berlaku hukum kekekalan muatan).
Dari hukum ini terkandung suatu pengertian bahwa, pada suatu rangkaian (tanpa
percabangan) besarnya arus adalah sama, jadi :

I1 = I2 + I3 (Pers 1.2)

Gambar 1.2

Hukum Kirchoff untuk tegangan (Hukum Kirchoff II) adalah jumlah beda tegangan pada
suatu rangkaian tertutup adalah sama dengan nol.
ƩV = 0
V = VAB + VBC + VCD (Pers 1.3)

Gambar 1.3

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152

IV. TEORI TAMBAHAN

Hukum Kirchoff
Gustav Robert Kirchhoff adalah seorang fisikawan jerman yang berkontribusi pada pemahaman
konsep dasar teori rangkaian listrik, spektroskopi, dan emisi radiasi benda hitam yang dihasilkan oleh
benda-benda yang dipanaskan.

Dalam kelistrikan, sumbangan utamanya adalah dua hukum dasar rangkaian, yang kita kenal sekarang
dengan Hukum I dan Hukum II Kirchoff. Kedua hukum dasar rangkaian ini sangat bermanfaat untuk
menganalisis rangkaian-rangkaian listrik majemuk yang cukup rumit. Akan tetapi sebagian orang
menyebut kedua hukum ini dengan Aturan Kirchoff, karena dia terlahir dari hukum-hukum dasar yang
sudah ada sebelumnya, yaitu hukum kekekalan energi dan hukum kekekalan muatan listrik.

Untuk memecahkan persoalan-persoalan rangkaian yang rumit; yaitu rangkaian yang terdiri dari
beberapa buah sumber tegangan atau sumber arus serta beberapa buah hambatan/beban maka
dipergunakan hukum-hukum rangkaian, diantaranya hukum Kirchoff.

Hukum Kirchoff I berbunyi “jumlah aljabar dari arus yang menuju/ masuk dengan arus yang
meninggalkan/keluar pada satu titik sambungan/cabang sama dengan nol “.

Hukum I Kirchoff merupakan hukum kekekalan muatan listrik yang menyatakan bahwa jumlah
muatan listrik yang ada pada sebuah sistem tertutup adalah tetap. Hal ini berarti dalam suatu rangkaian
bercabang, jumlah kuat arus listrik yang masuk pada suatu percabangan sama dengan jumlah kuat arus
listrik yang ke luar percabangan itu. Untuk lebih jelasnya tentang Hukum I Kirchoff, perhatikanlah
rangkaian berikut ini:

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
Hukum Kirchoff 2

Hukum Kirchoff II ini berbunyi “di dalam satu rangkaian listrik tertutup jumlah aljabar antara sumber
tegangan dengan kerugian-kerugian tegangan selalu sama dengan nol.”

Hukum II Kirchoff adalah hukum kekekalan energi yang diterapkan dalam suatu rangkaian tertutup.
Hukum ini menyatakan bahwa jumlah aljabar dari GGL (Gaya Gerak Listrik) sumber beda potensial
dalam sebuah rangkaian tertutup (loop) sma dengan nol.

Secara matematis, Hukum II Kirchoff ini dirumuskan dengan persamaan, yaitu:

Di mana V adalah beda potensial komponen komponen dalam rangkaian (kecuali sumber ggl) dan E
adalah ggl sumber. Untuk lebih jelasnya mengenai Hukum II Kirchoff, perhatikanlah sebuah rangkaian
tertutup sederhana berikut ini:

Dari rangkaian sederhana di atas, maka akan berlaku persamaan berikut (anggap arah loop searah arah
arus)

I . R + I . r – E = 0…………..1)

E = I (R + r)

I = E/(R + r)

Persamaan 1 dapat ditulis dalam bentuk lain seperti berikut:

I.R=E–I.r

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
Di mana I . R adalah beda potensial pada komponen resistor R, yang juga sering disebut dengan
tegangan jepit. Jika berbagai arus listrik bertepatan di suatu titik, maka jumlah Aljabar dari kekuatan
arus-arus tersebut adalah 0 (nol) di titik pertepatan tadi.

Besar Arus listrik yang mengalir menuju titik percabangan sama dengan jumlah arus listrik yang
keluar dari titik percabangan.

Hubungan V=IR dapat diterapkan pada resistor apa saja di mana V adalah beda potensial antara kedua
ujung hambatan dan I adalah arus yang mengalir di dalamnya, sedangkan R adalah  hambatan atau
resistansi resistor tersebut.

Hukum ohm berbunyi “kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar (hambatan) besarnya
sebanding dengan beda potensial (tegangan) antara ujung-ujung penghantar tersebut”. Pernyataan
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut yaitu V = IR.

Dan dalam kehidupan sehari-hari kuat arus diperlukan seperti kuat arus listrik. Sebagai contoh jika
menghubungkan kawat ke baterai 6 V, aliran arus akan dua kali lipat dibandingkan jika dihubungkan
ke 3 V. Pada hokum ohm disini menghubungkan antara kuar arus, tegangan dan hambatan.Untuk
membuktikannya diperlukan sebuah percobaan.

SUMBER: https://www.gurupendidikan.co.id/hukum-ohm

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
V. PERCOBAAN
1. Hubungkan Arus dan Tegangan
A

V R

Gambar 1.5
a. Buat rangkaian seperti pada gambar 1.5 dengan suatu R sembarang (sebut R1).
b. Sebelum sumber tegangan dinyalakan mintalah asisten memeriksa rangkaian percobaan
sekali lagi dan pastikan selector multimeter sudah berada pada posisi yang benar
(multimeter sebagai amperemeter).
c. Naikan tegangan secara bertahap dari 0 V samapai dengan 10 V (sepuluh tahap) dan
amati besarnya arus yang mengalir pada setiap tahap kenaikan tegangan.
d. Turunkan kembali tegangan sumber dan matikan.
e. Ulangi percobaan a sampai dengan d diatas dengan tahanan yang berbeda (R2).
f. Catat nilai tahanan yang saudara gunakan berdasarkan kode warna dari masing-masing
tahanan.
g. Buat kurva I = f(V) untuk masing-masing tahanan dan hitung nilai tahanan yang
digunakan.
h. Bandingkan hasil perhitungan tersebut dengan nilai tahanan yang didapat dari kode
warna.

2. Hukum Kirchoff untuk Arus

Gambar 1.6

a. Buat rangkaian seperti pada gambar 1.6


b. Gunakan tegangan tetap 5 V dan tahanan R1, R2 dan R3 sembarang.

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
c. Sebelum sumber tegangan dinyalakan mintalah asisten memeriksa rangkaian percobaan
sekali lagi dan pastikan selector multimeter sudah berada pada posisi yang benar
(multimeter sebagai amperemeter).
d. Nyalakan sumber tegangan, amati dan catat arus yang mengalir pada semua cabang (A1,
A2 dan A3) serta tegangan sumber.
e. Matikan sumber tegangan dan catat nilai tahanan yang digunakan (R1, R2 dan R3).
f. Ulangi percobaan a sampai dengan e dengan konfigurasi nilai tahanan yang berbeda
(gunakan 3 konfigurasi).

3. Hukum Kirchoff untuk Tegangan

Gambar 1.7
a. Buat rangkaian seperti gambar 1.7 dibawah ini
b. Gunakan tegangan tetap 5 V dan tahanan R1, R2 dan R3 sembarang.
c. Sebelum sumber tegangan dinyalakan mintalah asisten memeriksa rangkaian percobaan
sekali lagi dan pastikan selector multimeter sudah berada pada posisi yang benar
(multimeter sebagai voltmeter).
d. Nyalakan sumber tegangan, amati dan catat tegangan yang terbaca pada rangkaian (V1,
V2 dan V3) serta tegangan sumber.
e. Matikan sumber tegangan dan catat nilai tahanan yang digunakan (R1, R2 dan R3).
f. Ulangi percobaan a sampai dengan e dengan konfigurasi nilai tahanan yang berbeda
(gunakan 3 konfigurasi).

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
MODUL II
ANALISA RANGKAIAN

I. TUJUAN
a.Memahami konsep Analisa Rangkaian dari satu rangkaian yang terdiri dari sekumpulan tahanan
seri dan pararel
b. Mempelajari hubungan arus dan tegangan pada rangkaian seri dan pararel
c.Memahami konsep rangkaian transformasi Wye – Delta beserta persamaannya

II. ALAT & BAHAN


a. Tahanan (resistor) dengan nilai yang ditentukan
b. DC power supply
c. Multimeter
d. Kabel – kabel penghubung

III. TEORI
1. Rangkaian Beberapa Tahanan
a. Rangkaian Tahanan Secara Seri
Gambar 2.1 Rangkaian Tahanan Seri

Rangkaian seri dari R1, R2, R3 dihubungkan dengan sumber tegangan V, maka arus
yang melewati R1= arus yang melewati R2= arus yang melewati R3 = I
V AD = V AB + V BC +V CD
V AB = I . R1
V BC = I . R2
V CD = I . R3
b. Rangkaian Tahanan Secara Paralel

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152

Gambar 2.2 Rangkain Tahanan Pararel


Rangkaian paralel dari R1, R2, dan dihubungkan dengan sumber tegangan V, maka
Tegangan antara ujung-ujung R1= Tegangan antara ujung-ujung R2= tegangan antara
ujung-ujung R3 = V
I = I 1 +I 2
V AB
I 1=
R1
V AB
I 2=
R2
c. Rangakaian Delta (∆) dan Rangkaian Wye (Y)

Gambar 2.3 Rangkaian Delta Gambar 2.4 Rangkaian Wye


Tahanan yang terangkai secara delta dapat ditransformasikan ke rangkaian Wye begitu
juga sebaliknya. Dari gambar 2.1 dan 2.2, transformasi dari delta ke wye diperoleh dari
persamaan :
R 1 . R2
Ra =
R1 + R2 + R3
R 2 . R3
Rb =
R1 + R2 + R3
R3 . R 4
Rc =
R1 + R2 + R3
Sedangkan transformasi dari Wye ke delta diperoleh dari persamaan :

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
(R ¿ ¿ b . R c )
R1=(R ¿ ¿ a . Rb )+( R ¿ ¿ a . Rc )+ ¿¿¿
Rb
( R ¿¿ b . R c)
R2=( R ¿ ¿ a . Rb )+( R ¿ ¿ a. Rc )+ ¿¿¿
Rc
( R ¿¿ b . R c)
R3=( R ¿ ¿ a . Rb )+( R ¿ ¿ a . Rc )+ ¿¿¿
Ra
2. Aturan Pembagian
a. Aturan Pembagian Tegangan
Pada rangkaian beberapa tahanan secara seri yang dihubungkan dengan sumber tegangan E
seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.5
Berlaku aturan yang disebut “Aturan Pembagian Tegangan” yang berbunyi : jika sejumlah
n tahanan dirangkai secara seri dan dihubungkan dengan sumber tegangan E, maka
besarnya tegangan antara ujung - ujung salah satu tahanannya, Rn, sama dengan tegangan
antara rasio tahanan Rn, terhadap jumlah semua tahanan yang di seri tersebut dengan
tegangan sumbernya, E.
Aturan Pembagian Tegangan tersebut dapat ditulis dengan rumus :
Rn
E Rn= xE
R 1+ R 2+ R 3+ …+ Rn
b. Aturan Pembagian Arus
Pada rangkaian beberapa tahanan secara paralel yang dihunbungkan dengan sumber
tegangan seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.6

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
Berlaku aturan yang disebut “Aturan Pembagian Arus” yang berbunyi : pada sejumlah n
tahanan yang dirangkai secara paralel dan dihubungkan dengan sumber tegangan E, maka
besarnya arus pada salah satu tahanannya, Rn, sama dengan perkalian antara rasio 1/Rn
(=Gn) terhadap jumlah seluruh konduktansi (G) yang diparalel tersebut dengan arus dari
sumber tegangannya.
Aturan Pembagian arus tersebut dapat ditulis dengan rumus :
1
Rn
I Rn= xI
1 1 1 1
+ + + …+
R 1 R 2 R3 Rn
Atau bisa juga ditulis dengan :
Gn
I Rn= xI
G1+ G 2+G3 + …+Gn

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
IV. TEORI TAMBAHAn
Pengertian Rangkaian Listrik
Alat atau komponen listrik adalah peralatan yang bekerja menggunakan listrik. Ada banyak contoh
peralatan listrik, seperti lampu, TV, bel sekolah, dan lain-lain. Sedangkan, penghubung adalah media
yang menghubungkan alat listrik dan sumber listrik, disebut konduktor, pembungkusnya
disebut isolator. Sementara, sumber listrik adalah alat pembangkit arus listrik dengan membuat beda
potensial listrik antara dua buah titik.  Arus pada rangkaian listrik merupakan aliran elektron yang
mengalir dari kutub negatif ke kutub positif.
Jenis Rangkaian Listrik
Cara alat listrik terhubung dengan sumber listrik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu melalui cara seri,
cara paralel, dan gabungan seri-paralel. Selanjutnya ketiga cara ini lazim disebut dengan rangkaian
seri, rangkaian paralel, dan rangkaian campuran.
Rangkaian Seri
Apa yang dimaksud dengan rangkaian listrik seri? Rangkaian seri adalah rangkaian alat/komponen
listrik yang disusun secara berurut, disebut juga rangkaian berderet. Rangkaian seri tidak memiliki
percabangan. Dengan kata lain, rangkaian seri adalah rangkaian yang arus listriknya mengalir hanya
pada satu jalur. Rangkaian seri terbentuk jika arus listrik dihubungkan secara berurut atau berderet.
Kutub negatif komponen pertama dengan kutub positif komponen kedua, kutub negatif komponen
kedua dengan kutub positif komponen ketiga, kemudian diteruskan ke kutub positif komponen
pertama. Berikut ini adalah contoh bentuk rangkaian seri sederhana yang menghubungkan tiga buah
lampu dan satu sumber tegangan (baterai)
Pada rangkaian seri, kuat arus listrik yang mengalir melalui beberapa hambatan listrik adalah sama
besar. Jumlah kuat arus pada rangkaian seri tidak dipengaruhi oleh nilai hambatan. Jika terdapat
beberapa hambatan berbeda yang dilalui, dalam hambatan mengalir arus yang besarnya sama. Namun,
berbeda dengan arus, tegangan di antara kaki-kaki hambatan yang disusun secara seri memiliki nilai
yang berbeda-beda, bergantung pada nilai hambatan tersebut. 
1. Ciri-Ciri Rangkaian Seri
Berdasarkan uraian di atas, maka ciri-ciri khusus rangkaian seri antara lain sebagai berikut:

1. Komponennya disusun secara berurutan atau berderet


2. Arus listrik mengalir tanpa melalui cabang
3. Arus listrik yang mengalir di berbagai titik dalam rangkaian besarnya sama
4. Tegangan listrik disetiap hambatan nilainya berbeda-beda 

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
2. Kelebihan dan Kekurangan Rangkaian  Seri
Rangkaian seri memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain sebagai berikut:
2.1. Kelebihan/Keuntungan Rangkaian Seri
Dari sisi penerapan, rangkaian seri memiliki kelebihan atau keutungan, yaitu: 

1. Kuat arus listrik yang mengalir pada tiap bagian besarnya sama.
2. Cara pembuatannya mudah karena bentuknya sederhana.
3. Rangkaian seri tidak membutuhkan terlalu banyak komponen karena pemasangannya secara
sejajar.
4. Rangkaian seri membutuhkan kabel yang lebih sedikit sehingga lebih murah.

Oleh karena itu, rangkaian seri pada lampu tepat digunakan pada ruangan atau area yang yang
berukuran besar seperti misalnya gedung perkantoran, gedung sekolah atau kampus, hotel dan juga
bangunan besar lainnya karena penerapannya yang sangat murah dan praktis.
2.2. Kekurangan/Kerugian Rangkaian Seri
Namun, disamping memiliki kelebihan, rangkaian seri juga memiliki beberapa kekurangan atau
kerugian, yaitu:

1. Rangkaian seri jika salah satu alat listrik dilepas atau rusak maka arus listrik akan terputus.
2. Rangkaian seri memerlukan daya listrik lebih banyak sehingga boros listrik, akibatnya baterai
cepat habis.
3. Rangkaian seri yang digunakan pada lampu akan menghasilkan nyala lampu yang agak redup
dan tidak stabil, semakin banyak lampu makin redup. 
3. Rumus Rangkaian Seri
Rumus yang berlaku pada rangkaian seri adalah rumus hukum Ohm dan rumus hambatan pengganti
(Rs).  Rumus hambatan pengganti sendiri merupakan hasil penurunan rumus hukum Ohm berdasarkan
analisis rangkaian seri. Pada rangkaian seri, nilai kuat arus di titik a dan b (I ab) sama dengan yang
mengalir di setiap hambatan:
Iab = I1 = I2 = I3....(1)
Berbeda dengan arus, tegangan dari titik a sampai b (V ab) merupakan hasil penjumlahan dari tegangan
pada masing-masing hambatan.  Dengan kata lain, tegangan di antara kaki-kaki hambatan (R) yang
disusun seri memiliki nilai yang berbeda-beda:
Vab = V1 + V2 + V3...(2)
Berdasarkan Hukum Ohm (V = I . R), berlaku:

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
V1 = I . R1, V2 = I . R2, V3 = I . R3...(3) 
Sehingga, persamaan (2) menjadi: 
I . Rs = I . R1 + I . R2 + I . R3
         = I (R1 + R2 + R3)
 Rs = R1 + R2 + R3.....(4, Rumus Hambatan Pengganti)
Persamaan (4) di atas menjelaskan bahwa hambatan yang dirangkai secara seri dapat digantikan
dengan hambatan pengganti (Rs). Selain itu, hambatan  pengganti (Rs) selalu lebih besar dari hambatan
yang diganti. Artinya, resistor (hambatan) yang dipasang secara seri maka nilai hambatannya
(resistansi totalnya) semakin besar. Rangkaian seri di dalam alat elektronik berfungsi sebagai pembagi
tegangan. Secara matematis berlaku persamaan:
V1 : V2 : V3 = R1 : R2 : R3
Rangkaian Paralel
Apa yang dimaksud dengan rangkaian paralel? Dalam ilmu kelistrikan, rangkaian paralel adalah
rangkaian alat-alat listrik yang disusun/dihubungkan secara berjajar atau bercabang. Rangkaian paralel
terbentuk terbentuk bila semua masukan komponen berasal dari sumber yang sama. Konfigurasi ini
membuat rangkaian paralel memiliki lebih dari satu jalur arus atau membentuk percabangan di antara
kutub-kutub sumber arus listrik. 
Setiap bagian dari percabangan itu disebut rangkaian percabangan. Arus listrik akan terbagi-bagi
begitu memasuki titik percabangan. 
Setelah keluar melalui kutub negatif sumber arus listrik dan melalui rangkaian percabangan, arus
listrik akan menyatu kembali sebelum menuju kutub positif sumber arus listrik kembali. 
Itulah sebabnya mengapa sehingga rangkaian paralel disebut sebagai rangkaian listrik yang berfungsi
untuk membagi arus.
1. Ciri-Ciri Rangkaian Paralel
Ciri-ciri khusus rangkaian paralel, antara lain sebagai berikut:

1. Memiliki percabangan
2. Hambatan total lebih kecil
3. Tegangan listrik pada setiap komponen sama besar
4. Arus listrik yang mengalir pada setiap komponen besarnya tidak sama 

SUMBER : https://www.fisika.co.id/2020/09/rangkaian-listrik.html

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN
Meisin Tia Intansari
2020-11-152
V. PERCOBAAN
Transformasi delta – wye

Gambar 2.7 Gambar 2.8

a. Buat rangkaian seperti gambar 2.7 (tentukan sendiri nilai R 1 sampai dengan R6 dan catat
nilai tahanannya masing-masing)
b. Beri tegangan sebesar 5 V dan catat arus yang mengalir.
c. Dengan metode transformasi wye-delta hitung tahapan pengganti rangkaian tersebut dan
pilih tahanan yang nilainya sama / mendekati hasil perhitungan.
d. Buat rangkaian seperti gambar 2.8
e. Beri tegangan 5 V dan catat arus yang mengalir
f. Ulangi langkah a – e sampai 3 konfigurasi

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi PLN

Anda mungkin juga menyukai