Elektronika Dasar I
DIODA SEMIKONDUKTOR
DISUSUN OLEH :
NAMA : ARINI QURRATA A’YUN
NIM : H21114307
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam elektronika diasanya diperlukan alat yang dapat mengalirkan arus satu arah
saja dan tidak mengalirkan arus pada arah yang berlawanan. Dikarenakan
banyaknya alat alat elektronika yang memerlukan jenis arus satu arah bukannya
dua arah.
Maka untuk memenuhi kebutuhan ini dibuatlah sebuah komponen elktronika yang
dapat melakukan tugas tersebut, yaitu dioda. Dimana dioda ini terbuat dari bahan
semikonduktor biasanya berupa silikon.
Dioda berbahan dasar semikonduktor ini biasanya digunakan pada tegangan yang
tidak terlalu tinggi sedangkan untuk tegangan tinggi biasanya digunakan dioda
vakum (Arifin, 2015).
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Semikonduktor
Bahan bahan logam seperti tembaga, besi, timah disebut sebagai konduktor yang
baik, sebab logam memiliki susunan atom yang sedemikian rupa, sehingga
elektronnya dapat begerak bebas. Dimana pada bahan konduktor memiliki elktron
valensi (misalkan tembaga) 1 buah dan letaknya jauh dari nukleus, sehinga
ikatannya tidak terlalu kuat. Hanya dengan energi yang sedikit saja elektron
terluar ini akan mudah terlepas dari ikatannya. Sedangkan isolator merupakan
bahan yang memiliki atom dengan elektron valensi sebanyak 8 buah, dan
dibutuhkan energi yang besar untuk dapat melepaskan elktron elekron ini (Oklilas,
2007).
Sehinga dapat disimpulakn bahwa bahan semikonduktor adalah sebuah unsur yang
susunan atomnya memiliki elektron valensi lebih dari 1 dan kurang dari 8.
Dimana bahan yang dikatakan paling semikonduktor adalah bahan dengan
elektron valensi sebanyak 4 buah (Oklilas, 2007).
Misalkan pada bahan silikon diberi doping phosphorus atau arsenin yang
pentavalen yaitu bahn kristal dengan inti atom memiliki 5 elektron valensi.
Dengan doping, silikon yang tidak lagi murni ini akan memiliki kelebihan
elektron (Oklilas, 2007).
2. Tipe-P
Kalau silikon diberikan doping Boron, Galium atau Indium, maka akan
didapatkan semikonduktor tipe-P. Untuk mendapatkan semikonduktor tipe ini,
bahan dopingnya adalah bahan trivalen yaitu unsur yang memiliki 3 elektron dapa
pita valensi. Karena ion silikon memiliki 4 elektron dengan demikian akan ada
ikatan kovalen yang bolong (hole). Hole ini digambarkan sebagai akseptor yang
siap menerima elektron. Dengan demikian kekurangan elektron menyebabkan
semikonduktor ini menjadi tipe-P (Oklilas, 2007).
Jika dua tipe bahan semikonduktor dilekatkan maka akan didapatkan sambungan
PN-Juction. Hubungan PN ini hanya dapat meneruskan arus apabila diberikan
tegangan bias maju, yaitu P (anoda) dihubungkan dengan terminal positif catu
daya dan N (katoda) dengan terminal negatif catu daya. Jika hubungan ini dibalik
maka dikatakan bahwa dioda menjadi tegangan bias mundur dan tidak dapat
mengalirkan arus listrik. Karakteristik inilah yang menyebabkan dioda dapat
bekerja sebagai penyearah arus listrik (Adi, 2010).
Fungsi utama dioda adalah penyearah arus AC menjadi arus DC. Selain itu dioda
juga berfungsi sebagai pengaman dari beban induktif, misalnya solenoid, relay
ataupun motor listrik. Pada saat dipadamkan maka beban induktif akan
menghasilkan tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat merusak transistor
maupun IC lain yang berfungsi sebagai input. Pada saat inilah dioda berfungsi
sebagai pengaman komponen lainnya (Adi, 2010) selain itu diode juga telah
memiliki fungsi yang lain yaitu pada penerapan diode PN-Juction ternyata juga
dapat diaplikasikan sebagai sel surya (Ginting, 2006).
Biasanya nilai breakdown voltage dioda cukuplah tinggi yaitu, >50V. Namun,
terdapat satu jenis dioda yang memiliki nilai breakdown yang rendah, dioda ini
dinamakan dioda Zenner. Dioda Zenner ini dapat mempertahankan tegangan
hingga mendekati konstan pada rentang besar arus yang berbeda hal ini
dikarenakan dioda ini memiliki breakdown voltage tertentu (Adi, 2010).
Pada dasarnya dioda zenner memiliki karakteristik maju mundur. Pada dioda
zenner bias maju bernilai Vji=0 sedangkan pada bias mundur terjadi pada saat
terjadi gejala yang serupa breakdown pada dioda rectifier. Dioda zenner akan
menghantarkan tanpa adanya kerusakan, tegangan inilah yang selanjutnya disebut
tegangan zenner (Ahmad, 2007).
Sedangkan pada Light Emiting Dioda memiliki prinsip kerja yang berbeda, pada
dioda ini ketika elektron bergerak melewati PN-Juction, maka akan terjadi
perpindahan elektron diantara pita valensi dan konduksi. Jika atom berpindah dari
pita konduksi yang tingkat energinya lebih tinggi menuju pita valensi yang
memiliki tingkat energi yang lebih rendah maka akan terdapat energi yang
dikeluarkan. Energi ini dapat berupa panas maupun cahaya. Prinsip inilah yang
mendasari kerja suatu LED (Adi, 2010).
Dimana ketika LED dialirkan arus maka akan menghasilkan output berupa
cahaya. Cahaya yang dihasilkan ini proposional terhadap arus yang mengalir.
Maksudnya intensitas cahaya yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan
banyaknya arus yang mengalir pada LED. Keuntungan dari penggunaan LED ini
adalah konsumsi daya yang rendah (Adi, 2010).
Apabila prinsip kerja dari LED dibalik maka akan terbentuk dioda jenis lain, yaitu
fotodioda. Dimana pada saat normal fotodioda tidak mampu mengalirkan arus
ketika diberi tegangan bias mundur. Namun saat terkena cahaya fotodioda dapat
mengalirkan arus saat diberi tegangan bias mundur (Adi, 2010).
Indeks bias dioda ada dua macam yaitu, bias positif atau bias maju (forward bias)
dan bias negatif atau bias mundur (reverse bias). Pada kondisi bias positif, anode
lebih positif dari katode (Ahmad, 2007)
Apabila nilai maka akan terjadi arus difusi didalam dioda untuk hole dari P
ke N untuk elekton dari N ke P. Arus difusi ini kemudian akan diimbangi oleh
aliran arus dari kutup positif sumber ke dioda dan berakhir ke kutub negatif
sumber. Dikatakan dioda penghantar apabila kondisi tegangan anode katode
berkisar Vji yang disebut dengan cut in thereshold untuk Si Vji 0,6-0,7 V Ge
0,30,4. Biasanya tegangan anode katode agak sedikit lebih diatas Vij. Pada bias
positif, dioda bersifat serupa dengan konduktor dengan nilai hambatan yang
disebut hambatan maju (RF). Nilai RF=RP+RN. RP dan RN disebut hambatan
bulk (Ahmad, 2007).
Karakteristik arus tegangan pada dioda dapat ditinjau melalui dua pendektan,
yaitu sebagai dioda ideal dan dioda rill (Ahmad, 2007):
1. Dioda Ideal
Diodal ideal di dekati melaluJi pendekatan setengah linear (Piece Wise Linier) ada
tiga macam pendekatan yang dapat di dekati secara grafis (Ahmad, 2007).
Dapat dilihat bahwa apabila anoda berada pada tegangan yang lebih tinggi dari
pada katodanya (untuk tegangan positif) dioda akan dikatakan mendapatkan bias
maju (Bias Foward), sedangkan ketika tegangan negatif maka disebut dioda
mengalami bias mundur (Bias Reserve). Dimana pada gambar (II.10) Vji disebut
cut in voltage, Is disebut arus pada daerah saturasi, Vbov diseut sebagai peak
inverse voltage. Bila diketahui nilai dari tegangan sumber dan hambatan pada
rangkaian maka tegangan dan arus pada dioda dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus (Arifin, 2015):
Bila hubungan diatas dilukiskan pada karakteristik dioda akan didapatkan garis
lurus dengan kemiringan . Dimana selanjutnya garis ini dikenal sebagai garis
beban (Load line) (Arifin, 2015).
Pada rangkaian ini terdapat beberapa rangkaian dimana rangkaian ini dapat
dirangkai secara seri dan sejajar. Tetapi untuk bagian ini hanya akan dibahas
rangkaian clipper secara seri. Untuk rangkaian clipper secara seri ini rangkaiannya
dapat dilihat seperti pada gambar (II.13). Dapat dilihat bahwa signal keluaran dari
rangkaian ini yaitu seperti pada dioda ideal, bila arus saturasi dan tegangan cut in
diabaikan (Arifin, 2015)
Bila bised diode clipper polarotas baterai dibalik maka akan diperoleh sebuah
rangkaian pengiris tegangan (Arifin, 2015).
Rangkaian ini dapat membuat agar puncak tegangan AC berada pada suatu titik
tegangan tertentu (Arifin, 2015).
Diode berfungsi sebagai pelipat tegangan dimana dirangkai seperti pada gambar
(II.19) pada gambar tersebut dapat dilihat terdapat tiga rangkaian bagian (a)
merupakan pelipat dua tegangan, (b) pelipat tiga tegangan, dan (c) pelipat empat
tegangan. Dapat dilihat pada gambar bahwa besarnya pelipatan tegangan yang
dihasilkan dipengaruhi oleh banyaknya dioda yang dipasang.
(a) (b)
(c)
Gambar II.17 Rangkaian pelipat tegangan (a) Doubler (b) Tripler (c) Quadrapler
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 11 November 2015, hari Rabu pukul
13.00 – 16.00 WITA bertempat di Laboratorium Elektronika Fisika Dasar
Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.
1) Papan Breadboard
2) Kabel Jumper
Berfungsi untuk mengukur tegangan, arus, dan hambatan dari rangkaian dioda. 4)
Catu Daya DC
5) Osiloskop
6) Signal Generator
Gambar III.6 Signal Generator
7) Catu Daya AC
2) Potensiometer
3) Capasitor
(a) (b)
4) Dioda Silikon
Gambar III.8 Dioda silikon
Dioda Zenner
1) Dioda Silikon
1. Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan, antara lain dioda silikon, resistor/
potensiometer (1K, 10 K, dan 100K), kabel jumper, papan PCB, multimeter dan
catu daya.
2. Merangkai komponen sesuai dengan gambar (III.10) untuk setiap nilai resistansi
yang digunakan, dimana sebelumnya telah diatur potensiometer sedemikian rupa
sehingga menghasilkan nilai resistansi yang diinginkan.
Gambar III.10 Rangkaian karakteristik dioda silikon
3. Menyambungkan rangkaian dengan catu daya yang telah ditentukan besar
tegangan masukannya (VDD).
4. Menghitung tegangan yang lewat pada resistor menggunakan multimeter (VR).
5. Menghitung tegangan yang lewat pada dioda menggunakan multimeter (VD).
6. Menghitung besarnya arus saturasi yang melewati dioda (ISAT).
7. Mencatat semua nilai data yang didapatkan kedalam tabel yang telah ditentukan.
8. Melakukan prosedur percobaan yang sama untuk tiap nilai resistansinya.
2) Dioda Zenner
1. Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan, antara lain dioda zenner, resistor/
potensiometer (560 K, 1,0 M dan 1,5 M), kabel jumper, papan PCB, multimeter
dan catu daya.
1. Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan, antara lain dioda silikon, resistor
(nilai resistor selanjutnya akan sama) kabel jumper, papan PCB, multimeter dan
catu daya.
1. Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan, antara lain dioda silikon, resistor,
kabel jumper, papan PCB, multimeter dan catu daya.
2. Merangkai komponen sesuai dengan gambar (III.11) untuk rangkaian penguat
tegangan doubler bagian (a), untuk rangkaian penguat tegangan tripler sesuai
bagian (b), dan penguat tegangan quadraplet bagian (c).
(a) (b)
(c)
Gambar III.11 Rangkaian pelipat tegangan (a) Doubler (b) Tripler (c) Quadraplet
3. Menyambungkan rangkaian dengan catu daya AC yang telah ditentukan besar
tegangan masukannya (VIN) dimana untuk rangkaian doubler 5 V, tripler 4 V, dan
quadraplet 3 V.
4. Menghitung besar tegangan masukan menggunakan multimeter.
5. Menghitung tegangan yang lewat pada rangkaian menggunakan multimeter (VD).
6. Mencatat semua nilai data yang didapatkan kedalam tabel yang telah ditentukan.
(a) (b)
Gambar III.13 Rangkaian clipping (a) positif negatif dioda silikon (b) dioda
zenner
3. Mengkalibrasi osiloskop.
4. Menghubungkan signal generator dan osiloskop chanel 1 pada input rangkaian.
Sedangkan pada output menghubungkan osiloskop chanel 2.
5. Menyalakan signal generator sehingga pada osiloskop didapatkan gambaran
signal masukan pada rangkaian. Mengubah chanel 1 pada osiloskop ke chanel 2
dan mengamati gambaran signal keluaran rangkaian.
6. Menyertakan gambar signal masukan dan keluaran rangkaian pada hasil
praktikum.
7. Menganti rangkaian clipping positif menjadi slincing negatif deangan membalik
arah dioda. Kemudian mengulangi prosedur percobaan.
8. Untuk dioda zenner menggunakan rangkaian pada gambar (III.13 (b)).
9. Melakukan prosedur percobaan seperti yang telah dilakukan sebelumnya pada
bagian ini.
3) Prosedur Percobaan Rangkaian Slicing dan Clamping
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Merangkai rangkaian sesuai dengan gambar (III.14). Dimana untuk gambar
(III.14 (a)) merupakan rangkaian climping dan gambar (III.14 (b)) merupakan
rangkaian slicing.
(a) (b)
Gambar III.13 Rangkaian (a) Clamping (b) Slicing
3. Mengkalibrasi osiloskop.
4. Menghubungkan signal generator dan osiloskop chanel 1 pada input rangkaian.
Sedangkan pada output menghubungkan osiloskop chanel 2.
5. Menyalakan signal generator sehingga pada osiloskop didapatkan gambaran
signal masukan pada rangkaian. Mengubah chanel 1 pada osiloskop ke chanel 2
dan mengamati gambaran signal keluaran rangkaian.
6. Menyertakan gambar signal masukan dan keluaran rangkaian pada hasil
praktikum.
BAB IV
1. Dioda Silikon
No. R (Ω) VR (V) VD (V) ISAT (mA)
1 1K 9,41 0,65 9,54
2 10 K 9,53 0,54 0,96
3 100 K 9,63 0,44 0,096
Keterangan :
VDD = 10,09 V
Resistansi berubah
2. Dioda Zenner
No. R (Ω) VR (V) VD (V) ISAT (mA)
1 560 K -0,059 -6,44 0
2 1,0 M -0,200 -4,86 0
3 1,5 M -0,160 -3,78 0
Keterangan:
VDD = -10,07 V
Resistansi berubah
Keterangan :
R = 1 KΩ
C=1 F
10
8
Arus (I) (mA)
Arus (I)
6
beban1
4 beban2
beban3
2
0
0 2 4 6 8 10 12
Tegangan (V)
0.6
0.5
0.4 Arus (I)
0.3
0.2
0.1
0
-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0
Tegangan (V)
10
8
Arus (I) (mA)
Arus (I)
6
beban1
4 beban2
2 beban3
0
0 2 4 6 8 10 12
-2
Tegangan (V)
(a) (b)
Gambar IV.8 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian clipping seri
b) Rangkaian Clipping Sejajar Dioda Silikon
(a) (b)
Gambar IV.10 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian clipping sejajar
positif
c) Rangkaian Clipping Positif Negatif Dioda Silikon
(a) (b)
Gambar VI.12 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian clipping
positif negatif dioda silikon
d) Rangkaian Clipping Positif Negatif Dioda Zenner
(a) (b)
Gambar VI.14 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian clipping dioda
zenner
2. Rangkaian Slicing
Gambar IV.16 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian Slincing positif
dioda silikon
(a) (b)
Gambar IV.18 (a) Signal masukan (b) Signal Keluaran rangkaian Slicing negatif
dioda silikon
3. Rangkaian Clamping
(a) (b)
Gambar IV.20 (a) Signal masukan (b) Signal keluaran rangkaian Clamping positif
IV.4 Pembahasan
Untuk menghitung nilai karakteristik dari dioda maka ada dua cara yang dapat
digunakan yaitu dengan mengubah nilai resistansi pada rangkaian atau dengan
mengubah nilai tegangan masukannya.
Untuk nilai resistansi yang diubah pada praktikum kali ini menngunakan dua jenis
dioda yaitu dioda silikon dan dioda zenner. Dimana tidak ada perbedaan dalam
merangkai rangkaian antara dua dioda tersebut.
Pada dioda silikon diberikan tiga jenis hambatan yaitu 1 K, 10 K, dn 100 K . Pada
praktikum ini tegangan masukan yang diberikan yaitu sebesa 10,09 V dimana
kemudian tegangan dioda yang didapatkan selanjutnya ternyata dipengaruhi oleh
besar hambatan yang diberikan. Semakin besar hambatan yang diberikan maka
akan semakin kecil tegangan dioda yang dihasilkan dari percobaan ini juga diukur
besar arus saturasi yang dihasilkan oleh rangkaian. Kemudian dapat dilihat bahwa
besarnya arus saturasi yang dihasilkan berbanding terbalik pula dengan besarnya
hambatan pada rangkaian.
Data yang didapatkan pada praktikum kali ini yaitu untuk besarnya arus saturasi
9,54 mA, 0,96 mA, dan 0,096 mA sedangkan berdasarkan teori didapatkan nilai
perhitungan arus saturasi sebesar 9,44 mA, 0,96 mA, dan 0,096 mA. Dapat dilihat
bahwa nilai yang didapatkan pada percobaan sesuai dengan teori yang ada. Hal ini
menunjukkan keakuratan data yang dihasilakn dari praktikum.
Pada dioda zenner diberikan tiga jenis hambatan yaitu 560 K, 1,0 K, dan 1,5 K .
Pada praktikum ini tegangan masukan yang diberikan yaitu sebesa -10,07 V
dimana kemudian tegangan dioda yang didapatkan selanjutnya ternyata
dipengaruhi oleh besar hambatan yang diberikan. Semakin besar hambatan yang
diberikan maka akan semakin kecil tegangan dioda yang dihasilkan dari
percobaan ini juga diukur besar arus saturasi yang dihasilkan oleh rangkaian. Nilai
tegangan pada dioda zenner berniai negatif karena pada dioda jenis ini terjadi bias
maju mundur. Kemudian dapat dilihat bahwa besarnya arus saturasi yang
dihasilkan bernilai 0 untuk setiap hambatan yang diberikan. Hal ini sesuai teori
dimana pada dioda zenner besar arus saturasi harus selalu bernilai nol, karena
fungsi dioda zenner sebagai regulator tegangan yang menuntut tegangan yang
dihasilkan haruslah selalu stabil.
Data yang didapatkan pada praktikum kali ini yaitu untuk besarnya arus saturasi
selalu bernilai nol. Sedangkan berdasarkan teori didapatkan nilai perhitungan arus
saturasi sebesar -0,00648 mA, -0,00521 mA, dan -0,00419 mA dan melalui
pendekatannya dengan menetapkan banyaknya angka penting yang dipakai adalah
1 maka dapat dilihat untuk semua nilai arus saturasi yang dihasilkan adalah
bernilai 0 pula. Dapat dilihat bahwa nilai yang didapatkan pada percobaan sesuai
dengan teori yang ada. Hal ini menunjukkan keakuratan data yang dihasilakan dari
praktikum.
Sedangkan untuk nilai tegangan berubah pada praktikum kali ini menggunakan
dioda silikon pada rangkaiannya, sedangkan untuk nilai resistansinya ditetapkan
sebesar 1 K.
Besarnya arus saturasi yang didapatkan pada percobaan ini yaitu berturut turut
untuk nilai tegangan masukan 10,08 V, 4,930 V, dan 2,010 V adalah 9,550 mA,
4,370 mA, dan 0,012 mA. Sedangkan berdasarkan teorinya didapatkan nilai arus
saturasi yaitu berturut turut 9,440 mA, 4,340 mA, dan 1,670 mA. Unutk data
pertana dan kedua dapat dilihat bahwa nilai arus saturasi yang terukur tidaklah
jauh berbeda berdasarkan teorinya, tetapi pada data ketiga memiliki perbedaan
nilai yang cukup besar (tidak sesuai dengan teori) hal ini kemungkinan
ditimbulkan oleh ketidak akuratan pada saat mengambil/mengukur nilai arus
saturasi yang melewati rangkaian.
Rangkaian dioda sebagai pelipat tegangan dapat dibuat menjadi tiga macam yaitu
pelipat dua tegangan, pelipat tiga tegangan, dan pelipat empat tegangan.
Pada pelipat dua tegangan sesuai teori akan didapatkan nilai tegangan keluaran
yang dua kali lebih besar dibandingkan tegangan masukan. Dimana pada
praktikum kali ini tegangan masukan yang digunakan sebesar 5 V maka
seharusnya tegangan keluaran dari rangkaian adalah , tetapi dapat dilihat
pada tabel data bahwa tegangan keluaran yang terukur adalah sebesar 12, 95 V.
Nilai ini bernilai lebih besar dari yang seharusnya. Sehingga dapat dikatakan pada
rangkaian tegangan keluaran yang dihasilkan dapat bernilai .
Maksudnya batas toleransi rangkaian adalah sekitar 3 V. Batas toleransi ini
sangatlah besar hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi dioda yang kurang
baik dan hambatan internal yang dihasilkan oleh rangkaian secara keseluruhan.
Pada pelipat tiga tegangan sesuai teori akan didapatkan nilai tegangan keluaran
yang tiga kali lebih besar dibandingkan tegangan masukan. Dimana pada
praktikum kali ini tegangan masukan yang digunakan sebesar 4 V maka
seharusnya tegangan keluaran dari rangkaian adalah , tetapi dapat dilihat
pada tabel data bahwa tegangan keluaran yang terukur adalah sebesar 16,01 V.
Nilai ini bernilai lebih besar dari yang seharusnya. Sehingga dapat dikatakan pada
rangkaian tegangan keluaran yang dihasilkan dapat bernilai .
Maksudnya batas toleransi rangkaian adalah sekitar 4 V. Batas toleransi ini
sangatlah besar hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi dioda yang kurang
baik dan hambatan internal yang dihasilkan oleh rangkaian secara keseluruhan.
Pada pelipat empat tegangan sesuai teori akan didapatkan nilai tegangan keluaran
yang empat kali lebih besar dibandingkan tegangan masukan. Dimana pada
praktikum kali ini tegangan masukan yang digunakan sebesar 2,9 V maka
seharusnya tegangan keluaran dari rangkaian adalah , tetapi dapat dilihat
pada tabel data bahwa tegangan keluaran yang terukur adalah sebesar 14,73 V.
Nilai ini bernilai lebih besar dari yang seharusnya. Sehingga dapat dikatakan pada
rangkaian tegangan keluaran yang dihasilkan dapat bernilai .
Maksudnya batas toleransi rangkaian adalah sekitar 3,13 V. Batas toleransi ini
sangatlah besar hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi dioda yang kurang
baik dan hambatan internal yang dihasilkan oleh rangkaian secara keseluruhan.
Dapat disimpulakan bahwa pada rangkaian pelipat tegangan berdasarkan
praktikum memiliki kelebihan tegangan yang sangat besar dibandingakan
perhitungan sesuai dengan teori. Hal ini menunjukkan bahwa pada rangkaian
adanya akumulasi tegangan komponen yang digunakan.
Dioda dapat juga digunakan pemotong, pengiris dan penggeser tegangan. Pada
rangkaian pemotong tegangan (rangkaian clipping) jenis seri, dapat dlihat untuk
clipping postif akan memotong signal keluaran pada daerah negatif sehingga
signal keluaran yang terlihat hanya signal pada daerah positif saja, sedangkan
pada clipping negatif akan memotong signal keluaran pada daerah positif sehingga
signal keluaran yang dihasilkan (yang terlihat) hanya signal keluaran pada daerah
negatif saja.
Pada rangkaian pemotong tegangan positif negatif untuk dioda silikon tegangan
masukan yang diiris adalah bagian atasnya (dekat dengan puncak tegangan)
sehingga bentuk pada signal keluarannya gelombang berbentuk seperti sinusoidal
kotak dengan nilai amplitudo yang relatif kecil. Hal yang sama juga berlaku pada
rangkaian pemotong dioda zenner, perbedaaannya hanyalah nilai amplitudo yang
dihasilkan lebih besar dari amplitudo rangkaian clipping positif negatif dioda
silikon.
BAB V
V.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Bahwa karakteristik dioda pada dioda silikon dan zenner dipengaruhi oleh
besarnya hambatan (resistansi) dan teganagn pada rangkaian.
2. Dapat melihat bentuk masukan dan keluran pada rangkaian clipping, slicing, dan
clamping. Dapat merangkai rangkaian dioda sebagai pelipat tegangan doubler,
dimana pada pelipat tegangan doubler tegangan keluaran akan dua kali lebih besar
dari tegangan masukan, pelipat tegangan tripler dimana tegangan keluaran akan
tiga kali lebih besar dibanding tegangan masukan sedangkan pada pelipat
teganagan quadrapler tegangan keluaran akan empat kali lebih besar dibandingkan
tegangan masukannya.
V.2 Saran
Saran saya untuk laboratorium untuk senantiasa merawat dan memeriksa alat alat
laboratorium secara berkala.
Pada pengolahan data nilai arus saturasi yaitu nilai tegangan masukan dikurangi
dengan tegangan dioda yang kemudian nilainya dibagi dengan hambatan pada
rangkaian.
Daftar Pustaka
Ginting, Hendra. 2006. “Jurnal Teknologi Proses Simulasi Peranti Model Sel Surya
Dioda n+(x)/p”. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas negeri Medan : Medan. ISSN 1412-7814. 145.