Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Wedana Volume IV No 2 Oktober 2018

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KODE DAN DATA WILAYAH
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
(Studi Di Kabupaten Kampar Dan Kabupaten Rokan Hulu)
Monalisa, Andriyus, Rafida Uyun

Dosen dan Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113, Pekanbaru 28284, Riau, Indonesia

E-mail : monalisa.ip@soc.uir.ac.id, andriyus@soc.uir.ac.id, rafidauyun@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun
2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Studi di Kabupaten Kampar dan Rokan
Hulu). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh
Edward III meliputi ; Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi, dan Struktur Birokrasi. Tipe penelitian ini adalah
tipe kualitatif, dan lokasi penelitiannya adalah di 5 (lima) desa yaitu Desa Tanah Datar, Desa Intan Jaya, Desa
Muara Intan, Desa Rimba Jaya dan Desa Rimba Makmur di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu.
Ada 14 orang yang dijadikan informan dalam penelitian ini dan untuk mengumpulkan dan mencari data peneliti
menggunakan wawancara dalam penelitian ini, setelah data-data dikumpulkan dan akan dianalisa secara
deskriptif, guna mendapatkan jawaban tentang Implementasi Pelaksanaan Peraturan Menteri ini. Setelah
dilakukan penelitian dan Wawancara mendalam, adapun hasil dari penelitian tentang Implementasi Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan di
Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu adalah “Cukup terimplementasi”, dengan beberapa hambatan
seperti belum ditetapkannya Tapal Batas Antara Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu sehingga masih
terjadi Dualisme Pemerintahan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 tahun 2015 itu hanya menetapkan
Kode wilayah administrasi pemerintahan sebagai identitas suatu wilayah administrasi sehingga tidak serta merta
menegaskan batas antara Kabupaten yang bersanding sehingga hal-hal yang terkait batas masih sering menjadi
Konflik selama belum ada kesepakatan batas tersebut dan kode wilayah ini masih dapat berubah apabila
kesepakatan batas telah dicapai.

Kata Kunci : Implementasi, Peraturan Menteri, Kode dan Data Wilayah Administrasi

ABSTRACT
This study aims to find out the Implementation Of The Minister Of Home Affairs Ministerial Regulation Number
56 of 2015 On Codes and Data Of Administrative Regions Of Government (Studies in Kampar and Rokan Hulu
districts). Theory used in this research is Edward III theory include; Communication, Resources, Disposition,
and Bureaucratic Structure. This type of research is qualitative type, and the research location is 5 (five)
villages, Tanah Datar village, Intan Jaya village, Muara Intan village, Rimba Jaya village, and Rimba Makmur
village in Kampar and Rokan Hulu districts. There are 14 people who made the informant in this research data,
researcher use interview in this research, after the data collected and will be analyzed descriptively, to get
answer about Implementation of Implementation of this ministerial regulation. After conducting in-depth
research and interviews, the result of research on the Implementation Of the Minister of Home Affairs
Ministerial Regulation number 56 of 2015 on codes an data on administrative areas of Kampar regency and
Rokan Hulu district are “Adequately Implemented”, with some obstacles such as the non-establishment of the
boundary between Kampar regency and Rokan hulu district so that there is still a dualism system of
government. The regulation of the minister of home affairs number 56 of 2015 only stipulates the code of the
administrative area of government as the identity of an administrative area so that it does not necessarily
confirm the boundaries of the antecedents of the adjacent districts so that border-related matters are still often
conflicts as long as there is no such boundary agreement and the territorial code can still change if a boundary
agreement has been reached.

Keywords: Implementation, ministerial regulations, codes and administrative area data

509
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

PENDAHULUAN Kabupaten Kampar pada tanggal 20 Mei tahun


A. Latar Belakang 2010 .
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Kelima Ketua Badan Permusyawaratan Desa
Indonesia Tahun 1945 diatur bahwa wilayah (BPD) ini, sebagai penggugat Menteri Dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Negeri (Mendagri) ke Pengadilan Tata Usaha
daerah-daerah Provinsi dan daerah Provinsi dibagi Negara (PTUN). Sebagai objek gugatan sengketa
atas Kabupaten/Kota yang masing-masing Tata Usaha Negara dalam perkara itu, surat
mempunyai Pemerintahan daerah untuk Menteri Dalam Negeri Nomor 135.6/824/Sj tangaal
menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya. 2 maret 2010 perihal lima desa.
Selanjutnya di dalam tiap daerah Kabupaten/Kota Secara umum terbentuknya Kabupaten Rokan
terdapat satuan Pemerintahan terendah yang Hulu dimekarkan dari Kampar pada Tahun 1999
disebut Desa dan Kelurahan. Dengan demikian, sesuai Undang-undang RI No 53 Tahun 1999.
Desa dan Kelurahan adalah satuan Pemerintahan Pemekaran Kabupaten Rokan Hulu, terdiri dari
terendah dibawah Pemerintah Kabupaten/Kota. enam kecamatan, termasuk Kunto Darussallam, di
Dalam konteks undang-undang nomor 6 tahun antaranya ada Desa Intan Jaya, Tanah Datar, Muara
2014 tentang Pemerintahan Daerah, Desa adalah Intan, Rimba Jaya dan Rimba Makmur, masuk
desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama kecamatan Kunto Darussallam.Dan akhirnya pada
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan tahun 2013 berujung pada penyelesaian di
masyarakat hukum yang memiliki atau mempunyai Mahkamah Agung dan 5 desa tersebut
batas-batas wilayah yang berwenang untuk dikembalikan ke Pemerintah Kampar. Putusan
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, Mahkamah Agung tersebut tidak serta merta
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan atas meredam Konflik yang sudah lama terjadi ini.
prakarsa masyarakat, hak asal usul desa, dan/hak Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu tetap
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem mengklaim bahwa lima desa tersebut masih
pemerintahan. menjadi bagian dari wilayahnya. Hal yang menarik
Berkenaan diberlakukannya Undang-Undang dari Konflik Lima Desa antara Kabupaten Kampar
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan dan Kabupaten Rokan Hulu ini selain dinamika
Daerah, memiliki kewenangan dan tanggung jawab penyelesaiannya adalah Administrasi Pemerintahan
untuk memberdayakan daerahnya agar sehari-hari, dinamika dua kabupaten ini
implementasi otonomi daerah berlangsung dengan menempatkan masing-masing pemerintahannya
baik. Indonesia sering disebut dalam era otonomi untuk melayani masyarakat.
daerah. Daerah otonomi diberi kewenangan dengan Maka tidak mengherankan jika kelima desa
prinsip luas, nyata dan bertanggung jawab. tersebut memiliki masalah yang sama, yakni
Menurut Siswanto (2012:19) Daerah otonom memiliki Pemerintahan ganda seperti Kepala Desa
sendiri mengandung pengertian kesatuan dan Perangkat Desa ganda. Tingkat kecamatan pun
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas demikian, Pemerintah Kampar mengklaim Kelima
wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus Desa tersebut adalah bagian dari Kecamatan
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat Tapung Hulu dan Mendirikan Kantor Camat
setempat menurut prakarsa sendiri, berdasarkan sebagai pusat Pelayanan Pemerintahan.
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Pemerintah Rokan Hulu pun demikian,
Republik Indonesia. mereka mengaku Kelima Desa tersebut masuk
Widjaja (1998:125) Otonomi daerah adalah dalam wilayah administratif Kecamatan Kunto
suatu keadaan yang memungkinkan daerah dapat Darussallam dan Pagaran Tapah juga mendirikan
mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang Kantor Camat sebagai pusat Pelayanan
dimilikinya secara optimal. Dimana untuk Pemerintahan. Konflik ini tentu saja yang dirugikan
mewujudkan keadaan tersebut, berlaku proposisi adalah masyarakat pada Kelima Desa tersebut,
bahwa pada dasarnya segala persoalan sepatutnya terutama masalah Pelayanan, baik Pelayanan
deserahkan kepada daerah untuk mengidentifikasi, tingkat Desa maupun tingkat Kecamatan.
merumuskan dan memecahkannya, kecuali untuk Terkait dengan masalah tersebut, masyarakat
persoalan-pesoalan yang memang tidak mungkin di lima desa menjadi bingung atas ketidak jelasan
diselesaikan oleh daerah itu sendiri dalam masuk ke kabupaten mana mereka. Yang terjadi
prespektif keutuhan Negara dan Bangsa. sekarang di setiap desa di lima desa tersebut terjadi
Konflik batas wilayah Kabupaten salah Dualisme Kepemimpinan, termasuk adanya dua
satunya adalah Konflik Lima Desa antara kepala desa dan dua kantor desa. Bahkan, warga
Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu. lima desa itu ada yang memiliki dua Kartu Tanda
Konflik ini muncul ke permukaan ketika adanya Penduduk yang dikeluarkan oleh Pemerintah
surat gugatan Ketua Badan Permusyawaratan Desa kabupaten Rokan hulu dan Kampar.
(BPD) Lima Desa Kecamatan Tapung Hulu, Persoalan ini, masalah besar bagi masyarakat
di 5 (lima) Desa, Dan juga, masing-masing desa

510
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

mendapatkandana Anggaran Pendapatan dan masuk di wilayah Kabupaten Kampar. Dalam


Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Penerimaan Peraturan Menteri Dalam Negeri itu, disebutkan
Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya. Misalnya, bahwa lima desa yang sebelumnya sempat
Kepala Desa Kampar mendapat dana Anggaran bersengketa dengan Kabupaten Rokan Hulu telah
Pendapatan dan Belanja Daerah Kampar dan begitu ditetapkan berada dalam wilayah Kabupaten
juga dengan Kepala Desa Rokan Hulu. Kampar.
Sesuai pasal 14 ayat 9 UU No. 53 Tahun Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
1999, yang mengatur (“dikutip”) sebagai berikut : Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Data
“Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat Wilayah Administrasi Pemerintahan Pasal 1 ayat
(1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), (1) dan (2), dan pasal 2 aya t(1) dan (2) dan Pasal
ayat (7), dan ayat (8) dituangkan dalam PETA yang 3 ayat (1) dan (2) yaitu :
merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang- Pasal 1 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :
undang ini”. Dalam hal ini, sesuai Peta dalam 1. Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan
Undang-Undang No.53 Tahun 1999, telah terbukti adalah identitas wilayah administrasi
dengan jelas dan pasti bahwa wilayah 5 (lima) pemerintahan, yang memuat kode dan nama
Desa, yakni Desa Tanah Datar, Desa Rimba Jaya, wilayah administrasi pemerintahan Provinsi,
Desa Rimba Makmur, Desa Muara Intan, dan Desa Kabupaten/Kota, Kecamatan atau yang disebut
Intan Jaya, terletak di Kecamatan Tapung Hulu dengan nama lain, dan Desa atau yang disebut
dalam Wilayah Kabupaten Kampar. dengan nama lain/Kelurahan seluruh Indonesia.
Maka dari itu Pemerintah Kabupaten Kampar 2. Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
menarik kembali penyelenggaraan Pemerintahan, adalah data dasar yang memuat nama wilayah,
Pembangunan dan Pelayanan masyarakat, di 5 luas wilayah dan jumlah penduduk yang dirinci
(lima) Desa yang sebelumnya dititipkan pada mulai dari Kabupaten/Kota dan Provinsi
Kecamatan Kunto Darussallam. seluruh Indonesia.
Namun demikian, Pemerintah Kabupaten Pasal 2 ayat (2), berbunyi :
Rokan Hulu tetap mengklaim wilayah 5 (lima) desa 1. Kode dan Data Wilayah Administrasi
tersebut adalah wilayahnya sesuai Pasal UU No.53 Pemerintahan menggunakan data bulan
Tahun 1999 tersebut, yang menyatakan Kecamatan Desember tahun 2014 sebagai dasar penetapan.
Kunto Darussallam adalah termasuk wilayah 2. Kode dan Data Wilayah Administrasi
Kabupaten Rokan Hulu. Akan tetapi didalam Pasal Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat
4 UU Nomor 53 Tahun 1999 tidak menyebutkan (1) adalah sebagaimana tercantum dalam
desa-desa mana saja yang masuk wilayah Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan
Kecamatan Kunto Darussallam. bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu masih ini.
mempertahankan 5 desa tersebut karena belum Pasal 3 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :
adanya ketegasan dari pemerintah provinsi Riau 1. Lampiran I sebagaimana dimaksud dalam Pasal
soal Tapal Batas Kabupaten Rokan Hulu dan 2 ayat (2) berupa Buku Induk yang memuat
Kampar serta belum direvisinya undang-undang Kode dan Data Wilayah Administrasi
nomor 53 tahun 1999 tentang pembentukan Pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Kabupaten Rokan hulu. Sebab di dalam Undang- Kecamatan atau yang disebut dengan nama lain
Undang Nomor 53 tahun 1999, 5 desa yang seluruh Indonesia.
dipolemikkan oleh kabupaten Kampar itu, masuk 2. Lampiran II sebagaimana dimaksud dalam
wilayah kecamatan Kunto Darussallam yang Pasal 2 ayat (2) berupa Buku I sampai dengan
merupakan bagian dari Rokan Hulu. Dan didalam Buku XXXIV yang memuat Kode dan Data
Undang-Undang tersebut tidak dikenal dengan Wilayah Administrasi Pemerintahan
adanya istilah dititipkan. Kabupaten/Kota, Kecamatan atau yang disebut
Berdasarkan Peta lampiran UU Nomor 53 dengan nama lain, dan Desa atau yang disebut
1999 terlihat bahwa 5 Desa tetap berada dalam dengan nama lain/Kelurahan setiap Provinsi
wilayah administrasi Kabupaten Kampar selaku seluruh Indonesia.
kabupaten induk, sehingga Pemerintah Kabupaten Kode wilayah Pemerintahan disusun untuk
Kampar kembali melaksanakan pembinaan mengelola administrasi Pemerintahan terutama
pemerintahan di 5 desa. Hal ini adalah awal mula kependudukan.Pengkodean ini diatur oleh
terjadinya pokok permasalahan sengketa batas Departemen Dalam Negeri, Kode dibuat dalam
wilayah 5 (lima) Desa antara Pemerintah angka desimal.
Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu. Dasar pertimbangan masyarakat dan
Kemudian berdasarkan Peraturan Menteri Pemerintah Kabupaten Kampar menyatakan bahwa
Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015, tentang kode 5 desa berada dalam wilayah Administrasi
dan Data Administrasi Pemerintahan, Menteri Kabupaten Kampar, dan menolak 5 desa berada
Dalam Negeri akhirnya memutuskan lima desa dalam wilayah Administrasi Kabupaten Rokan

511
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

Hulu sebagaimana maksud surat Mendagri Nomor : ditetapkan masuk dalam wilayah Kabupaten
135.6/824/SJ tanggal 2 maret 2010 adalah sebagai Kampar.
berikut : 6. Berdasarkan Resume hasil Peninjauan lapangan
 Aspek Yuridis dan Fakta Lapangan oleh TIM TPB Pusat dan TIM PBD Provinsi
1. Sejarah awal 5 Desa yaitu, Desa intan jaya, Riau tanggal 16 November 2006 disimpulkan
Desa Tanah Datar, Desa Muara intan, Desa bahwa 5 desa tersebut berada dalam wilayah
Rimba Jaya, Desa Rimba Makmur merupakan administrasi kecamatan Tapung Hulu
daerah permukiman Transmigrasi yang Kabupaten Kampar.
merupakan bagian dari wilayah Desa Sinama 7. Berdasarkan surat Gubernur Riau kepada
Nenek Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Menteri Dalam Negeri Nomor 140/PH/17.17
Kampar yaitu sebagai berikut : Tanggal 17 Juni 2008 perihal status 5 desa di
a. UPT. I (Rimba Jaya) penempatan tahun Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu
1990/1992; Provinsi Riau disebutkan bahwa status 5 Desa
b.UPT. III (Muara Intan) penempatan tahun Direkomendasikan berada dalam wilayah
1990/1992; Kabupaten Kampar.
c. UPT. IV (Rimba Makmur) penempatan 8. Berdasarkan Surat Menteri dalam Negeri
tahun 1990/1993; kepada Gubernur Riau Nomor : 136/957/PUM
d.UPT. V (Intan Jaya) penempatan tahun Tanggal 19 Juni 2008 perihal status 5 desa
1992/1993; antara Kabupaten Kampar dengan Kabupaten
e. UPT. VII (Tanah Datar) penempatan Rokan Hulu disebutkan bahwa penyelenggaraan
tahun 1993/1994; pilkada Gubernur Riau untuk 5 Desa dilayani
2. Karena kesulitan transportasi mengingat oleh Kabupaten Kampar. (Pemerintah
jaraknya yang cukup jauh dari ibu kota Kabupaten Kampar Tahun 2013 :Kronologis 5
Pemerintahan Kecamatan Siak Hulu, Desa yang Disengketakan oleh Kabupaten
Kabupaten Kampar maka untuk mempermudah Kampar dengan Kabupaten Rokan Hulu).
pelayanan masyarakat antara lain penyaluran Selain itu, pihak Pemerintah Provinsi sendiri
dana IDT, Dana Bangdes, dan pelayanan memberikan informasi tambahan sebagai referensi
Pemerintahan lainnya, maka saat itu Pemerintah Keputusan Menteri Dalam Negeri untuk
Kabupaten Kampar bersama Kantor mengambil keputusan.Diantaranya informasi
Transmigrasi Kabupaten Kampar, sepakat berupa infrastruktur yang telah di bangun masing-
kelima desa tersebut pelayanannya dititipkan masing Daerah, serta unsur budaya yang dimiliki
kepada Kecamatan Kunto Darussallam, Kabupaten Rokan Hulu maupun Kampar.
Kabupaten Kampar yang letaknya lebih dekat Sementara itu dalam Penegasan Batas Daerah
dengan 5 Desa tersebut. Mengingat waktu itu berpedoman dalam Peraturan Menteri Dalam
Kecamatan Kunto Darussallam merupakan Negeri No. 76 Tahun 2012 Pada Pasal (3) yaitu :
salah satu Kecamatan di Kabupaten Kampar. 1. Penegasan batas daerah berpedoman pada batas
3. Berdasarkan Peta Topografi Skala 1;100.000 daerah yang ditetapkan dalam Undang-Undang
edisi tahun 1945 ; Peta Bakosurtanal Tahun Pembentukan daerah, peraturan perundang-
1971 ; Peta RTRW Provinsi Riau ( Perda undangan, dan dokumen lain yang mempunyai
Nomor 10 Tahun 1994) ; peta Wilayah kekuatan hukum.
Kabupaten Rokan Hulu berdasarkan lampiran 2 2. Batas daerah hasil penegasan batas sebagai
Undang- Undang Nomor 53 tahun 1999 ; Peta mana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
wilayah Administrasi Kabupaten Rokan Hulu Menteri Dalam Negeri dengan Peraturan
dan Kabupaten Kampar yang dikeluarkan BPN Menteri.
Provinsi Riau, bahwa dari semua Dokumen 3. Peraturan menteri sebagaimana dimaksud pada
tersebut menunjukkan bahwa ke 5 desa tersebut ayat (2) memuat titik koordinat batas daerah
masuk dalam wilayah kabupaten Kampar. yang di uraikan dalam batang tubuh dan di
4. Pada pelaksanaan pemilihan kepala darah tuangkan dalam peta batas dan daftar titik
Kabupaten Kampar Tahun 2006, masyarakat 5 koordinat batas yang tercantum dalam lampiran.
desa melaksanakan Hak pilihnya dalam pilkada Dan juga Konflik Tapal Batas atau Perbatasan
Kabupaten Kampar, sedangkan pada saat Wilayah yang ada di Provinsi Riau salah satunya
pelaksanaan pemilihan kepala daerah Rokan yang masih menjadi perdebatan antara Kabupaten
Hulu masyarakat 5 desa tidak melaksanakan Kampar dan Rokan Hulu yakni Desa Tanah Datar,
hak pilihnya. Intan Jaya, Muara Intan, Rimba Makmur dan
5. Berdasarkan peraturan Gubernur Riau Nomor : Rimba Jaya menjadi urusan Kepala Biro
30 Tahun 2005 Tentang Penegasan Status Administrasi Pemerintah dan Otonomi Daerah
wilayah Administratif Pemerintahan Desa Intan Setda Provinsi Riau.
Jaya, Desa Tanah Datar, Desa Muara Intan,
Desa Rimba Jaya dan Desa Rimba Makmur

512
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

Adapun perbandingan jumlah Kartu Keluarga


(KK) Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan
Hulu di 5 Desa adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2 Daftar Jumlah Penduduk dan Jumlah Kartu Keluarga (KK) Kabupaten Rokan Hulu
Di 5 (lima) Desa
No Nama Desa Jumlah Jiwa Jumlah KK Jumlah Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Tanah Datar 1.778 108 911 867
2 Muara Intan 1.007 64 523 484
3 Intan Jaya 1.347 150 702 645
4 Rimba Makmur 2.266 217 1.153 1.113
5 Rimba Jaya 2.448 141 1.250 1.198
Sumber : Data Lapangan Tahun 2018

Dari tabel diatas maka dapat dilihat Nama- Datar yaitu 108 KK, pada Desa Muara intan terdapat
nama Desa dan Jumlah Penduduk yang telah 64 KK, pada Desa Intan Jaya terdapat 150 KK, pada
mengikuti Admisnistrasi di Kabupaten Kampar. Desa Rimba Makmur terdapat 217 KK, dan pada
Dimana Jumlah Jiwa pada Desa Tanah Datar Desa Rimba Jaya terdapat 141 KK.
Terdapat 1.778 jiwa, Desa Muara Intan Terdapat Sedangkan di Kabupaten Rokan Hulu,
1.007 jiwa, Intan Jaya 1.347 Jiwa, Rimba Makmur masyarakat yang ada di 5 Desa tersebut masih
terdapat 2.266 jiwa, Rimba Jaya terdapat 2.448 jiwa. banyak yang mengurus urusan administrasi
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa masih kependudukannya ke Kabupaten Rokan
sebagian masyarakat yang ada di 5 Desa yang telah Hulu.berikut penulis menyajikan data yang
mengikuti Administrasi Di Kabupaten Kampar, dan berbentuk table untuk Kabupaten Rokan Hulu.
telah mengganti Kartu Keluarga (KK) dari
Kabupaten Rokan Hulu menjadi Kabupaten
Kampar, seperti Kartu Keluarga (KK). Dalam table
di atas jumlah Kartu Keluarga pada Desa Tanah

Tabel 1.3 Daftar Jumlah Penduduk dan Jumlah Kartu Keluarga (KK) Kabupaten Rokan Hulu Di 5
(lima) Desa.
No Nama Desa Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Jiwa KK Laki-laki Perempuan
1 Tanah Datar 1.818 376 933 885
2 Muara Intan 1.150 261 599 551
3 Intan Jaya 1.573 368 813 760
4 Rimba Makmur 2.580 710 1.308 1.272
5 Rimba Jaya 2.911 683 1.479 1.432
Sumber : Data Lapangan 2017

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat Nama- Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga, dan surat
nama Desa dan Jumlah Penduduk di 5 Desa yang perizinan lainnya.
tetap melakukan administrasi di Kabupaten Rokan Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Hulu. Yaitu dimana pada Desa Tanah Datar Nomor 56 Tahun 2015 tentang Kode dan data
Terdapat 1.818 Jiwa, di Desa Muara Intan 1.150 wilayah administrasi wilayah di 5 (lima) desa
Jiwa, Desa Intan Jaya terdapat 1.573 jiwa, Desa tersebut masuk ke Kabupaten Kampar, akan tetapi
Rimba Makmur 2.580 jiwa, Desa Rimba Jaya kenyataaannya Kabupaten Rokan Hulu masih
Terdapat 2.911 Jiwa. Dan juga dalam table diatas mengklaim 5 (lima) desa tersebut masuk dalam
dijelaskan jumlah Kartu Keluarga (KK) pada Desa Pemerintah Kabupaten Kampar dan juga masih
Tanah Datar yaitu 376 KK, pada Desa Muara Intan banyaknya masyarakat yang mengurus administrasi
yaitu 261 KK, Desa Intan Jaya 368 KK, Desa Rimba di Kabupaten Rokan Hulu tersebut, sehingga
Makmur 710 KK, dan juga Desa Rimba Jaya yaitu terjadilah Dualisme Pemerintahan Desa.
683 KK. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Dari Kedua Tabel diatas dapat disimpulkan Nomor 56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data
bahwa masih banyaknya masyarakat yang berada di wilayah Kabupaten Kampar Provinsi Riau,
5 Desa tersebut, yang masih melakukan administrasi disebutkan bahwa Kode tersebut masuk ke dalam
di Kabupaten Rokan Hulu, seperti dalam pengurusan wilayah Kabupaten Kampar berdasarkan Amar
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor

513
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

395k/TUN/2011 tanggal 10 sepetember 2012 dan (lima) desa tersebut, dan juga Badan Usaha Milik
Surat Menteri dalam Negeri Nomor 135.6/2779/SJ Desa (Bumdes) untuk mendorong pertumbuhan
tanggal 31 mei 2013 perihal Penegasan Batas daerah ekonomi desa.
antara Kabupaten Rokan Hulu dengan Kabupaten Berdasarkan uraian-uraian yang penulis
Kampar yaitu : jelaskan, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
a. Desa Muara Intan, dengan kode (14.01.12.2005) panjang/dalam tentang status 5 (lima) desa tersebut
b. Desa Intan Jaya, dengan kode (14.01.12.2006) sebenarnya berada pada Pemerintahan Kabupaten
c. Desa Tanah Datar, dengan kode (14.01.12.2007) Kampar atau berada pada pemerintahan Kabupaten
d. Desa Rimba Jaya, dengan kode (14.01.12.2008) Rokan Hulu, dengan mendapatkan fenomena-
e. Desa Rimba Makmur, dengan kode fenomena yaitu sebagai berikut :
(14.01.12.2009) 1. Mengingat ada Dualisme kepemimpinan yang
Dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa di 5 menjabat, ada dua kepala desa di masing-masing
Desa terjadi Dualisme Kepemimpinan, yang 5 (lima) desa tersebut, sehingga masyarakat
ditandai dengan adanya Dua Kepala Desa yang menjadi bingung karena ketidak jelasan status
masing-masing mendirikan Kantor Desa yang desa mereka, di karenakan Kabupaten Kampar
berbeda tetapi terletak di wilayah yang sama. Hal dan Kabupaten Rokan Hulu masih sama-sama
lain yang dapat dilihat yaitu pada bangunan mempertahankan ke 5 (lima) desa tersebut.
puskesmas yang masing-masing Kabupaten 2. Selain itu bangunan yang di bangun seperti
mendirikan Puskesmas di wilayah yang sama, dan kantor desa, puskesmas, pengaspalan jalan,
juga masing-masing Kabupaten Memberikan jembatan dan lain-lain di 5 desa tersebut ada dua
bantuan berupa pengaspalan jalan, Pengerasan jalan, di masing-masing desa yang di bangun oleh
Box Coulvert, drainase serta pembangunan Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar.
jembatan dan lain sebagainya. 3. Terjadinya dua putusan yaitu Undang-Undang
Dan juga ada beberapa Potensi yang dimiliki Nomor 53 Tahun 1999 yang menyatakan masuk
oleh ke 5 desa tersebut adalah: wilayah Rokan Hulu, sedangkan Peraturan
1. Sumber Daya Alam : Potensi yang dimiliki oleh Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015
5 (lima) desa tersebut yaitu sumber daya alam tentang kode dan data wilayah administrasi
yang dimiliki oleh desa seperti Sungai, menetapkan 5 Desa masuk wilayah Administrasi
Perkebunan. Pemerintah Daerah Kampar pada lampirannya.
2. Sumber Daya Manusia : Potensi yang dimiliki 5
(lima) desa tersebut yaitu tenaga, kader, B. Rumusan Masalah
kesehatan, kader pertanian, dan tersedianya Berdasarkan fenomena dan konflik yang
SDM yang memadai, ini bisa dilihat dari tabel terindikasi dilapangan maka penulis merumuskan
tingkat pendidikan di 5 (lima) desa. permasalahan dalam penelitian sebagai berikut:
3. Sumber Daya Sosial : Potensi sumber daya 1. Bagaimanakah Implementasi Peraturan Menteri
sosial yang dimiliki ke 5 (lima) desa tersebut Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang
adalah banyaknya lembaga-lembaga yang ada di Kode dan Data Wilayah Administrasi
masyarakat seperti LPM, kelompok pengajian, Pemerintahan (Studi di Kabupaten Kampar dan
arisan, posyandu, karang taruna, risma, dan lain- Rokan Hulu)?
lain. 2. Mengapa masih terjadi dualism pemerintahan di
4. Sumber Daya Ekonomi : Potensi sumber daya 5 (lima) desa antara Kabupaten Kampar dan
ekonomi yang dimiliki ke 5 (lima) desa tersebut Kabupaten Rokan Hulu ?
adalah Lahan-lahan pertanian, perkebunan,
maupun peralatan kerja seperti perternakan dan C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
perikanan. 1. Tujuan Penelitian
Dan juga Pendapatan Asli Desa (PADes) a. Untuk mengetahui Implementasi Peraturan
merupakan salah satu sumber pendapatan desa yang Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun
Potensial Untuk ditingkatkan, walupun kontribusi 2015 tentang Kode dan Data Wilayah
PADesa terhadap APBDes masih rendah, untuk Administrasi Pemerintahan (Studi di
menentukan pengelolaan komponen PADes Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu).
diperlukan identifikasi potensi komponen PADesa b. Untuk mengetahui Sistem Dualisme
yang digunakan untuk mengetahui posisi komponen Pemerintahan di 5 Desa antara Kabupaten
PADesa sebagai sumber pendapatan desa dengan Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu.
mengkaji jenis penerimaan dan pendapatan tersebut.
Sumber PADes di 5 desa adalah pendapatan 2. Kegunaan Penelitian
yang sah dari sumber Tanah Kas Desa, bantuan a. Untuk menambah ilmu pengetahuan
keuangan hasil dari Koperasi Unit Desa (KUD) dari penulis dalam bidang ilmu sosial dan ilmu
kelapa sawit yang mampu memberikan kontribusi politik khususnya mengenai Implementasi
yang semakin meningkat terhadap PADesa di 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

514
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data dialokasikan untuk mewujukan tujuan dan sasaran
Wilayah Administrasi Pemerintahan (Studi tersebut.
di Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu). Proses implementasi kebijakan itu
b. Untuk menambah wawasan penulis sesungguhya tidak hanya menyangkut perilaku
terhadap Sistem Dualisme Pemerintahan di badan administrasi yang bertanggung jawab untuk
5 Desa antara Kabupaten Kampar dan melaksanakan program dan menimbulkan kekuatan-
Kabupaten Rokan Hulu. kekuatan politik, ekonomi, dan sosial langsungatau
c. Sebagai bahan bandingan bagi rekan-rekan tidak langsung dan mempengaruhi perilaku semua
mahasiswa untuk meneliti lebih lanjut pihak yang terlibat dan yang akhirnya berpengaruh
mengenai Implementasi Peraturan Menteri terhadap dampak, baik yang negative maupun yang
Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 positif (Wahab dalam Tangkilisan, 2002;9). Oleh
Tentang Kode dan Data Wilayah karena itu diperlukan kesamaan pandangan atau
Administrasi Pemerintahan. tujuan yang hendak dicapai dan komitmen semua
pihak untuk memberikan dukungan bagi
Studi Kepustakaan pelaksanaan.
A. Teori Implementasi Kebijakan Publik Keberhasilan implementasi kebijakan ini dapat
Implementasi kebijakan adalah tahap dilihat dari terjadinya kesesuaian antara
pembuatan kebijakan antara penetapan kebijakan pelaksanaan, penerapan kebijakan dengan desain,
dan konsekuensi kebijakan bagi orang-orang yang tujuan , dan sasaran kebijakan itu sendiri serta
dihadapinya. Edward III (1980, dikutip dari memberikan dampak atau hasil yang positif bagi
Tachjan, 2006;25). pemecahan permasalahan yang dihadapi. Asumsi
Selain itu menurut Edward III (1980, dikutip yang dapat dibangun mengenai konsep keberhasilan
dari Subarsono, 2005:90) bahwa yang menentukan implementasi kebijakan adalah semakin tinggi
keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu : derajat kesesuainnya, maka semakin tinggi pula
1. Komunikasi adalah keberhasilan implementasi peluang keberhasilan kinerja implementasi
kebijakan mensyaratkan agar implementator kebijakan untuk menghasilkan output yang telah
mengetahui apa yang harus dilakukan.apa yang digariskan (Tangkilisan, 2002;11).
menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus Menurut Harold Laswell (1956), agar ilmuan
ditransmisikan kepada kelompok sasaran dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang
sehingga akan mengurangi distorsi apa sesungguhnya kebijakan publik, maka kebijakan
implementasi. publik tersebut harus diuraikan menjadi beberapa
2. Sumberdaya adalah walaupun isi kebijakan bagian sebagai tahapan-tahapan, yaitu : agenda-
sudah dikomunikasikan secacara jelas dan setting, formulasi, legitimasi, implementasi,
konsisten, tetapi apabila implementator evaluasi, reformulasi, dan terminasi. Dari siklus
kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, kebijakan tersebut terlihat secara jelas bahwa
implementasi tidak akan berjalan efektif. implementasi hanyalah bagian atau salah satu tahap
3. Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dari proses besar bagaimana suatu kebijakan publik
dimiliki oleh implementator, seperti komitmen, dirumuskan.
kejujuran, sifat demokratis. Schneider (1982:718), sebagai salah satu
4. Struktur birokrasi adalah yang bertugas representasi para ahli tersebut, menyebutkan lima
mengimplementasikan kebijakan memiliki faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengaruh yang signifikan terhadap implementasi implementasi, yaitu : kelangsungan hidup (viability),
kebijakan. Salah satu aspek struktur yang integritas teori (theoretical integrity), cakupan
penting dari setiap organisasi adalah adanya (scope), kapasitas (capacity), dan konsekuensi yang
prosedur operasi yang standar (SOP). tidak diinginkan.
Pengertian tentang implementasi kebijakan Sementara itu Sabatier (1986:286) menyebut,
berbeda-beda, namun konsepnya tetap sama, yaitu setelah mereview berbagai penelitian implementasi,
merupakan rangkaian tujuan proses penerjemah dari ada enam variabel utama yang dianggap memberi
kebijakan yang direspon berupa aksi, tindakan para kontribusi keberhasilan atau kegagalan
pelaku pembangunan secara konsisten dalam rangka implementasi. Enam variabel tersebut adalah :
pencapaian tujuan dan sasaran yang telah digariskan 1. Tujuan atau sasaran kebijakan yang jelas dan
oleh kebijakan itu sendiri (Tangkilisan,2002;7). konsisten.
Tujuan implementasi kebijakan adalah untuk 2. Dukungan teori yang kuat dalam merumuskan
menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat kebijakan.
direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah 3. Proses implementasi memiliki dasar hukum yang
(wibawa, 1992 :14). Keseluruhan proses penetapan jelas sehingga menjamin.
baru ini bisa mulai apabila tujuan dan sasaran yang 4. Terjadi kepatuhan para petugas di lapangan dan
semula bersifat umum telah terperinci, program kelompok sasaran.
yang telah dirancang dan juga sejumlah dana telah

515
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

5. Komitmen dan keahlian para pelaksana 1. Kasubbag Perbatasan Antar Daerah;


kebijakan. 2. Kasubbag Administrasi Wilayah Pemerintahan;
6. Dukungan para stakeholder. 3. Kabag Tata Pemerintahan Kabupaten Kampar;
7. Stabilitas kondisi sosial, ekonomi, dan politik. 4. Kabag Administrasi Kewilayahan Kabupaten
Secara ontologis, subject matter studi Rokan Hulu.
implementasi adalah atau dimaksudkan untuk
C. Teknik Analisa Data
memahami fenomena implementasi kebijakan
Setelah semua data dikumpulkan melalui
publik, seperti : (i) mengapa suatu kebijakan publik
teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam
gagal diimplementasikan di suatu daerah. (ii)
penelitian ini, selanjutnya dikelompokkan dan
mengapa suatu kebijakan publik yang sama, yang
diolah menurut jenisnya, setelah itu di analisis
dirumuskan oleh pemerintah, memiliki tingkat
secara deskriptif, yaitu suatu analisa yang berusaha
keberhasilan yang berbeda-beda ketika
memberikan gambaran terperinci berdasarkan
diimplementasiakan oleh pemerintah daerah. (iii)
kenyataan atau fakta-fakta dilapangan dan hasilnya
mengapa suatu jenis kebijakan lebih mudah
akan disajikan dan dilengkapi dengan uraian-uraian
dibanding dengan jenis kebijakan lain. (iv) mengapa
serta keterangan yang mendukung untuk dapat
perbedaan kelompok sasaran kebijakan
diambil kesimpulan.
mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu
kebijakan (Erwan & Dyah, 2015;18). HASIL DAN PEMBAHASAN
Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri
METODE PENELITIAN Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Data
A. Tipe Penelitian Wilayah Administrasi Pemerintahan studi di
Sesuai dengan permasalahan, maka tipe Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu
penelitian menggunakan metode penelitian merupakan pelaksanaan dari kebijakan publik yang
Kualitatif. Penelitian kualitatif dieksplorasi dan telah diputuskan, akan tetapi konflik antara kedua
diperdalam dari fenomena sosial atau lingkungan Kabupaten tersebut belum selesai sampai saat ini,
sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat, dan dikarenakan Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu
waktu. Latar sosial tersebut digambarkan masih sama-sama mempertahankan ke 5 desa
sedemikian rupa sehingga dalam melakukan tersebut karena Tapal Batas antara kedua Kabupaten
penelitian kualitatif mengembangkan pertanyaan tersebut belum ditentukan, dalam rangka
dasar : apa dan bagaimana kejadian itu terjadi ; siapa menyelesaikan batas wilayah antara Kabupaten
yang terlibat dalam kejadian tersebut ; kapan Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu unsur
terjadinya ; dimana tempat kejadiannya. Untuk pelaksanaan untuk menyelesaikan batas wilayah
mendapatkan hasil penelitian kualitatif yang antara Kabupaten Yaitu di Fasilitasi oleh
terpercaya, masih dibutuhkan beberapa persyaratan Pemerintah Provinsi.
yang harus diikuti sebagai suatu pendekatan Untuk melihat bagaimana Implementasi
kualitatif, mulai dari syarat data, cara/teknik Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun
pencarian data, pengolahan data, sampai dengan 2015 Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
analisisnya. Pemerintahan studi di Kabupaten Kampar dan
Kabupaten Rokan Hulu, peneliti menggunakan
B. Informan dan Key Informan
model-model implementasi kebijakan yang
 Informan
dikemukakan oleh Edward III, dimana Kebijakan
Adapun yang menjadi informan dalam
Publik dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor berikut :
penelitian ini adalah :
1. Kepala Desa Kampar dan Rokan Hulu di Desa A. Komunikasi (Communication)
Tanah Datar Komunikasi merupakan proses penyampaian
2. Kepala Desa Kampar dan Rokan Hulu di Desa informasi dan komunikator kepada komunikan.
Muara Intan Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti
3. Kepala Desa Kampar dan Rokan Hulu di Desa merupakan proses penyampaian informasi kebijakan
Intan Jaya dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada
4. Kepala Desa Kampar dan Rokan Hulu di Desa pelaksana kebijakan (policy implementors),
Rimba Makmur informasi perlu disampaikan kepada pelaku
5. Kepala Desa Kampar dan Rokan Hulu di Desa kebijakan agar pelaku kebijakan dapat memahami
Rimba Jaya apa yang menjadi isi, tujuan, arah kelompok sasaran
6. 2 Masyarakat Kampar dan 2 Masyarakat Rokan (target group) kebijakan, sehingga pelaku kebijakan
Hulu di 5 Desa dapat mempersiapkan hal-hal apa saja yang
berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar
 Key Informan proses implementasi kebijakan bisa berjalan dengan
Adapun yang menjadi informan kunci (key efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu
informan) dalam penelitian ini adalah : sendiri.

516
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

Komunikasi yang baik salah satu penentu Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode
keberhasilan implementasi kebijakan publik. dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
Implementasi yang mencapai sasaran kebijakan kepada masyarakat di 5 (lima) desa tersebut. Hanya
tercipta jika para pembuat keputusan sudah saja pihak Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu
mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Hal Masih mempertahankan ke 5 desa tersebut
tersebut akan terlaksana bila komunikasi berjalan berdasarkan undang-undang Nomor 53 Tahun 1999
dengan baik. Sehingga setiap kebijakan yang akan tentang pembentukan Kabupaten Rokan Hulu, dan
diimplementasikan tersebut bisa dikoordinasikan belum ditetapkannya tapal batas antara kedua
dengan bagian yang tepat, selain itu juga kabupaten tersebut, sehingga walaupun telah
komunikasi terkait kebijakan yang akan disosialisasikan kepada masyarakat masih terjadi
dilaksanakan tersebut juga harus akuratdan Dualisme Kepemimpinan di 5 (lima) Desa tersebut.
konsisten. Sedangkan pihak Kabupaten Rokan Hulu
Dalam penelitian ini, yang dimaksud belum pernah menerima surat dari gubernur
komunikasi adalah menyampaikan isi maksud dan berdasarkan dokumen atau resmi hanya saja mereka
tujuan dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor mengetahuinya melalui internet bahwasannya 5 desa
56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Data Wilayah tersebut masuk ke dalam wilayah Kabupaten
Administrasi Pemerintahan studi di Kabupaten Kampar, dan secara peraturan yaitu peraturan
Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu kepada Unsur perundang undangan sampai atau tidaknya dokumen
pelaksana dan masyarakat. Undang-Undang tersebut apakah Undang-Undang,
Adapun item penilaian atau sub indikator atau Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri
Komunikasi dalam penelitian ini adalah: lainnya dengan berlaku itu tidak perlu dokumen
sepanjang peraturan tersebut sudah keluar mengikuti
1) Melakukan Sosialisasi Peraturan Menteri aturan tersebut. Dan juga pemerintah Kabupaten
Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Rokan Hulu belum pernah mensosialisaikan bahwa
Kode dan Data Wilayah Administrasi berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Pemerintahan (Studi di Kabupaten Kampar Nomor 56 Tahun 2015 masuk ke dalam wilayah
dan Rokan Hulu) Kabupaten Kampar.
Pelaksanaan sosialisasi merupakan salah satu Dan juga berdasarkan hasil wawancara kepada
tahapan dalam komunikasi, yang mana dalam kepala desa versi Kabupaten Rokan Hulu di 5 (lima)
penelitian ini adalah terkait usaha-usaha atau desa mereka belum mensosialisasikan Peraturan
langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah Menteri Dalam Negeri Tersebut, dengan alasan
untuk melaksanakan, memberitahukan dan belum di tetapkannya batas antara ke dua kabupaten
menjelaskan kepada masyarakat bahwa ke 5 (lima) tersebut jadi untuk sementara waktu pelayanan
desa tersebut masuk ke dalam wilayah Kabupaten dalam pengurusan administrasi serta surat-surat
Kampar berdasarkan Peraturan Menteri Dalam perizinan lainnya masih banyak dan hampir seluruh
Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan masyarakat yang mengurus administrasi di
Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. Kabupaten Rokan Hulu dan juga belum direvisinya
Tujuannya adalah agar tidak terjadi Dualisme undang-undang nomor 53 tahun 1999 tentang
Kepemimpinan di 5 (lima) Desa tersebut. pembentukan Kabupaten Rokan Hulu.
Berdasarkan hasil wawancara dapat Berdasarkan hasil wawancara antara
disimpulkan bahwa gubernur bersurat kepada Bupati masyarakat Kampar dan masyarakat Rokan Hulu
Kampar dan Bupati Rokan Hulu bahwa berdasarkan rata-rata jawaban mereka sama yaitu sebenarnya
“Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun mereka tidak mempermasalahkan masuk ke wilayah
2015 Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Kabupaten Kampar ataupun Kabupaten Rokan
Pemerintahan bahwa 5 (lima) desa tersebut masuk Hulu, dan mereka berharap agar permasalahan yang
kedalam wilayah Kabupaten Kampar dan sudah berlarut-larut ini cepat selesai agar tidak
mensosialisasikan kepada masyarakat di 5 (lima) membuat kebingungan warga untuk mengurus
desa tersebut agar penyelenggaraan di 5 desa administrasi, dan juga informasi yang di
tersebut untuk sementara dilaksanakan oleh sosialisaikan belum jelas, sebab masyarakat belum
Pemerintah Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten pernah di kumpulkan untuk mendengar sosialisasi
Kampar dan mengakhiri praktek dualisme tersebut secara resmi.
pemerintahan yang maih berlangsung, dan sampai Berdasarkan pernyataan dari uraian diatas,
menunggu batasnya diselesaikan akan tetapi karena peneliti menyimpulkan bahwa, pelaksanaan
batasnya belum ditentukan maka sampai saat ini Komunikasi dalam hal Implementasi Peraturan
kedua Kabupaten tersebut masih sama-sama Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015
mempertahankan ke 5 desa tersebut. tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Dan juga Dari uraian wawancara , dapat Pemerintahan “CukupTerlaksana”dengan baik.
diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten Kampar Akan tetapi masyarakat masih banyak yang
telah melakukan sosialisasi Peraturan Menteri mengurus urusan administrasi ke kabupaten Rokan

517
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

Hulu dan juga pemerintah Kabupaten Rokan Hulu berada di Kabupaten Rokan Hulu, sehingga masih
masih melayani masyarakat di 5 desa dalam terjadi dualisme pemerintahan, Kabupaten Rokan
pengurusan administrasi, dan juga masih belum Hulu masih berpedoman pada Undang-Undang
maksimalnya penyuluhan atau sosialisasi yang Nomor 53 Tahun 1999, dan juga Kabupaten Kampar
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten mengenai berpedoman Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun Nomor 56 Tahun 2015 yang menyatakan masuk ke
2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi dalam Kabupaten Kampar dan mendirikan bangunan
Pemerintahan sehingga masih terjadi dualisme di 5 (lima) desa tersebut.Dan berdasarkan Hasil
pemerintahan serta belum ditetapkannya tapal batas Penelitian tersebut dapat disimpulkan “Cukup
antara kabupaten Kampar dan kabupaten Rokan Terimplementasi”.
Hulu.
C. Sikap Pelaksana (Disposisi)
B. Sumber Daya ( Resouces) Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari
Sumber daya memiliki peranan penting dalam pelaksana kebijakan berperan penting untuk
implementasi kebijakan. Bagaimanapun jelas dan mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai
konsistennya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan dengan tujuan atau sasaran.Karakter penting yang
serta bagaimanapun akuratnya penyampaian harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya
ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran
para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab mengarahkan implementator untuk tetap berada
untuk melaksanakan kebijkan kurang mempunyai dalam asa program yang telah digariskan, sedangkan
sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan
secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut membuat mereka selalu antusias dalam
tidak akan efektif. Sumber daya disini berkaitan melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan
dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang telah
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. ditetapkan.
Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia, Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat
fasilitas, dan juga anggaran. berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila
Setelah melihat uraian dari masing-masing sub implementator memiliki sikap yang baik maka dia
indikator terkait sumber daya yang terdiri dari akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik
Sumber daya manusia, Fasilitas dan juga anggaran seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan,
untuk meningkatkan atau faktor pendukung demi sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka
tercapainya kesejahteraan masyarakat, peneliti implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.
menyimpulkan bahwa pemenuhan sumber daya Terkait Implementasi Peraturan Menteri Dalam
sudah “Cukup Terimplementasi” dengan baik. Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan
Seperti dapat diketahui bahwa masing-masing Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Studi di
Kabupaten telah cukup berkompetensi dalam Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu)
melaksanakan tugasnya dan juga anggaran maka yang menjadi item penilaian atau sub
Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar telah indikator disposisi adalah sebagai berikut :
memberikan anggaran untuk ke 5 desa tersebut
untuk menjalankan Peraturan Menteri Dalam Negeri 1) Dukungan Dari Pejabat Daerah Kabupaten
Nomor 56 Tahun 2015 Tentang kode dan Data Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu.
Wilayah Administrasi Pemerintahan dan juga Dukungan dari pejabat memiliki pengertian,
fasilitas yaitu sarana dan prasarana pendukung bahwa personil atau unit pelaksana yang
untuk memaksimalkan Pelayanan dari Kedua berhubungan dengan Peraturan Menteri Dalam
Kabupaten tersebut sudah “Cukup terimplementasi”. Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan
Akan tetapi masih terjadi sistem dualisme Data Wilayah Administrasi Pemerintahan,
seperti di bidang sumber daya kedua Kabupaten diharapkan dapat melakukan tugasnya dengan tepat,
Masih melayani masyarakat sehingga terjadi dan juga memiliki komitmen yang tinggi dan juga
tumpang tindih perizinan, di bidang fasilitas ke dua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap 5
Kabupaten sudah membangun sarana dan Prasarana (lima) Desa tersebut. Sebab dengan komitmen dan
seperti Kantor desa akan tetapi sebagian masyarakat tanggung jawab yang besar maka suatu kebijakan
masih mengurus di Kabupaten Rokan Hulu sehingga akan dapat terlaksana dengan baik. Adapun
bangunan yang didirikan oleh kedua Kabupaten komitmen atau tanggung jawab tersebut dapat
tersebut masih digunakan akan tetapi dari pihak dicontohkan seperti Anggaran Atau Dana yang
Kabupaten Rokan Hulu Kantor Desa sudah tidak diberikan Untuk ke 5 (lima) Desa tersebut, adanya
efektif di Kerenakan Dana sudah tidak diturunkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten terhadap desa
lagi, walaupun demikian sebagian masyarakat masih yang berkonflik, adanya pelayanan yang baik untuk
mengurus di Kabupaten Rokan Hulu di karenakan melayani masyarakat di 5 (lima) Desa, dan juga
surat kendaraan bermotor dan surat perizinan masih pembangunan-pembangunan yang dibangun untuk

518
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

ke 5 (lima) Desa tersebut. Dan saat ini Kabupaten Kabupaten tetap mempertahankan ke 5 desa
Kampar berpedoman kepada Peraturan Menteri tersebut, dan juga sebelum tapal batas antara kedua
Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode Kabupaten tersebut di tentukan maka Dualisme
dan Data Wilayah Administrasi Pemrintahan yang Pemerintahan akan terus berlangsung di 5 (lima)
menyatakan masuk ke dalam Kabupaten Kampar, Desa tersebut.
dan juga Kabupaten Rokan hulu berpedoman
kepada Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 yang F. Hasil Penelitian Dalam Wawancara Mengenai
menyatakan masuk ke dalam Kabupaten Rokan Implementasi Peraturan Menteri Dalam
Hulu. Sehingga keduanya masih mempertahankan 5 Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode
desa tersebut. dan Data Wilayah Administrasi
Berdasarkan Implementasi Peraturan Menteri Pemerintahan ( Studi di Kabupaten Kampar
Dalam negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Kabupaten Rokan hulu)
dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (studi Berdasarkan hasil penelitian mengenai
di kabupaten Kampar dan kabupaten rokan hulu) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun
dapat diklasifikasikan “cukup terlaksana”, kedua 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Kabupaten mempunyai komitmen yang tinggi untuk Pemerintahan (Studi di Kabupaten Kampar dan
mempertahankan 5 desa tersebut, akan tetapi belum Kabupaten Rokan Hulu), yaitu dari Kabupaten
maksimal dikarenakan masih terjadinya sistem Kampar implementasi dari Peraturan Menteri Dalam
dualisme pemerintahan dan juga masih membuat negeri Nomor 56 Tahun 2015 sudah dijalankan atau
masyarakat menjadi bingung dalam pengurusan sudah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten
administrasi, karena belum di tetapkannya tapal Kampar ditandai dengan Sosialisasi Peraturan
batas antara kedua Kabupaten tersebut dan belum Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015
ada mutasi secara sah dalam penggantian KTP dari bahwasannya 5 desa masuk ke dalam wilayah
Rokan Hulu menjadi Kampar. Sehingga sampai Kabupaten Kampar, pelayanan administrasi
sekarang masih terjadi dualisme kepemimpinan. kependudukan dan penyelenggaraan pemerintahan
dengan disalurkannya anggaran ke desa berupa
D. Struktur Birokrasi (Bureaucraitic Structure) ADD, DD,Bankeu, dan DBH berikut dengan
Struktur organisasi memiliki, pengaruh yang pelaksanaan pemilihan kepala desa di lima desa.
signifikan terhadap implementasi kebijakan.Aspek Dan Jika pihak Kabupaten Rokan hulu, tidak
struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mengindahkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri.Aspek tersebut, Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu masih
pertama adalah mekanisme, dalam implementasi “menitipkan” PJ Kepala Desa di Lima desa tersebut
kebijakan biasanya sudah dibuat standart dengan mengklaim bahwa lima desa masih masuk
operasional procedur (SOP). SOP menjadi pedoman Kabupaten Rokan Hulu karena batas antara
bagi setiap implementator dalam bertindak agar Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu
dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari belum ditentukan. Akan tetapi penyelenggaraan
tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah Pemerintah Desa pun tidak dapat dibiayai oleh
struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu Kabupaten itu sendiri di karenakan Kode dan data
panjang dan terfragmentasi akan cenderung wilayah administrasi telah masuk kedalam wilayah
melemahkan pengawasan dan menyebabkan Kabupaten Kampar.
prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang Menyusul surat Gubernur Riau Nomor
selanjutnya akan menyebabkan aktivitas menjadi 100/TAPEM/12.22 tanggal 20 November 2013
tidak fleksibel. perihal sebagaimana pokok surat diatas dan dengan
terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
E. Mekanisme Pelaksanaan Peraturan Menteri 56 Tahun 2015 tentang Kode dan data wilayah
Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang administrasi pemerintahan, sebagai tindak lanjut
Kode dan Data Wilayah Admnistrasi dari Amar Putusan Mahkamah Agung RI Nomor :
Pemerintahan 395K/TUN/2011 tanggal 10 september 2012,
Berdasarkan uraian dan penjelasan dari dimana ke 5 Desa di beri Kode ( Desa Intan Jaya,
indikator dan sub-sub indikator mengenai Struktur Desa Muara Intan, Desa Tanah Datar, Desa Rimba
Birokrasi, maka peneliti dapat menyimpulkan jaya dan Desa Rimba Makmur).
bahwa, implementasi Peraturan Menteri Dalam Sehubungan dengan hal diatas, sambil
Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan menunggu proses penegasan batas daerah antara
Data Wilayah Administrasi (Studi di Kabupaten Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan hulu
Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu) dapat dinilai secara untuh dan menyeluruh, maka guna
“Cukup Terimplementasi” dengan baik. Akan tetapi mendukung pelaksanaan administrasi pemerintahan,
masih ditemukan faktor penghambat yang ditemui administrasi kependudukan, Pembangunan dan
yaitu belum ditetapkannya batas antara Kedua Pembinaan kemasyarakatan di 5 (lima) desa
Kabupaten Tersebut sehingga masing-masing tersebut, perlu di perhatikan sebagai berikut:

519
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

1. Kepada Pemerintah Kabupaten Kampar dan Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 tentang
Kabupaten Rokan Hulu agar mensosialisasikan Kode dan Data Wilayah Administrasi
dan mempedomani Peraturan Menteri Dalam Pemerintahan yang secara jelas masuk ke dalam
Negeri Nomor 56 Tahun 2015 dimaksud kepada wilayah Kabupaten Kampar, sehingga kedua
masyarakat yang berada di wilayah 5 (lima) Kabupaten masih mempertahankan ke 5 (lima)
Desa. desa tersebut dan sampai saat ini Permasalahan
2. Agar penyelenggaraan administrasi ini menjadi berlarut-larut.
Pemerintahan di 5 (lima) desa dilaksanakan oleh
pemerintah Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten KESIMPULAN DAN SARAN
Kampar dan mengakhiri praktek dualisme A. Kesimpulan
penyelenggaraan pemerintahan yang masih Setelah peneliti melakukan pembahasan dan
berlangsung hingga saat ini. analisis mendalam terhadap implementasi Peraturan
3. Pemerintah Provinsi Riau melalui Tim Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015
Penegasan Batas Daerah Provinsi Riau akan Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
kembali memfasilitasi penyelesaian batas daerah Pemerintahan (studi di Kabupaten Kampar dan
antara Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Kabupaten Rokan Hulu), maka hasil penilaiannya
Hulu, dengan mempedomani peraturan menteri adalah “Cukup Terimplementasi” adapun uraiannya
dalam negeri nomor 76 tahun 2012 tentang sebagai berikut :
Pedoman Penegasan Batas Daerah. 1. Komunikasi yang dilakukan belum maksimal,
Dan berdasarkan penjelasan mengenai sebab sosialisasi yang dilakukan hanya sepihak
Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri saja yaitu dari pihak Kabupaten Kampar, dan
Nomor 56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data juga belum adanya sosialisasi yang dilakukan
Wilayah Administrasi Pemerintahan, sudah oleh pemerintah Kabupaten Rokan Hulu
dijalankan oleh Kabupaten Kampar, akan tetapi mengenai Peraturan Menteri Dalam Negeri
berhubung Tapal Batas antara Kabupaten Kampar Nomor 56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data
dan Kabupaten Rokan Hulu belum ditetapkan maka Wilayah Administrasi Pemerintahan, sehingga
Kabupaten Rokan Hulu tidak mengindahkan masih terjadi dualisme pemerintahan di 5 (lima)
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini, di buktikan desa tersebut.
dengan adanya Bupati membuat SK tentang pejabat 2. Sumber Daya dalam pelaksanaan Peraturan
kepala desa di lingkungan lima desa, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015
Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan data Wilayah Administrasi
tersebut hanya memuat Kode dan data administrasi Pemerintahan sudah cukup kompeten, akan
pemerintahan saja, dan untuk saat ini pelayanan, tetapi masih ditemukan dampak negative nya
pembangunan serta anggaran itu dilaksanakan oleh yaitu kedua Kabupaten masih melayani ke 5
pihak Kabupaten Kampar, dan walaupun Peraturan desa tersebut sehingga terjadi tidak tertipnya
Menteri Dalam Negeri ini Hanya Memuat Kode dan pelayanan administrasi di 5 (lima) desa, dan
Data Wilayah Saja tetapi harus di pedomani dan pelayanan menjadi tumpang tindih perizinan,
dijalankan oleh kedua Kabupaten tersebut agar tidak dan juga bangunan yang di bangun seperti
terjadi sistem dualisme Pemerintahan, dan Kantor Desa, Puskesmas, Pengaspalan Jalan
mengakhiri praktek dualisme pemerintahan sembari jembatan dan lain-lain di 5 (lima) desa tersebut
menunggu Tapal batasnya. Dan berdasarkan ada dua di masing-masing desa yang dibangun
kesimpulan tersebut dapat dinilai “Cukup oleh Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan
Terimplementasi”. Hulu.
3. Disposisi dalam hal dukungan dari para pejabat
G. Hambatan-Hambatan Kabupaten mempunyai komitmen yang tinggi
1. Belum di tetapkannya tapal batas antara untuk mempertahankan 5 desa tersebut, akan
Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu. tetapi belum maksimal dikarenakan masih
2. Sampai saat ini masih terjadi sistem Dualisme terjadinya sistem dualisme pemerintahan dan
Kepemimpinan yang mana kedua Kabupaten juga masih membuat masyarakat menjadi
yaitu Kabupaten Kampar maupun Kabupaten bingung dalam pengurusan administrasi, karena
Rokan Hulu masih sama-sama mempertahankan belum di tetapkannya tapal batas antara kedua
ke 5 desa tersebut, sehingga membuat Kabupaten tersebut dan belum ada mutasi secara
masyarakat menjadi bingung. sah dalam penggantian KTP dari Rokan Hulu
3. Adanya dua putusan yaitu Kabupaten Rokan menjadi Kampar. Dan juga terjadinya dua
Hulu tetap berpedoman kepada Undang-Undang putusan yaitu Undang-Undang Nomor 53 Tahun
Nomor 53 tahun 1999, dan juga masalah batas 1999 yang menyatakan masuk wilayah
antara Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Kabupaten Rokan Hulu, dan juga Peraturan
Hulu belum ditetapkan, dan juga Kabupaten Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015
Kampar berpedoman kepada Peraturan Menteri tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi

520
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

menetapkan 5 (lima) desa masuk wilayah Amriani, Nurnaningsih, 2012. Mediasi (Alternatif
Administrasi Pemerintah Daerah Kabupaten Penyelesaian sengketa perdata di pengadilan).
Kampar, sehingga sampai saat ini masih terjadi Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
sistem dualisme pemerintahan. Dirjen PUM, 2002. Kebijakan Umum Batas Daerah.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri ini hanya Jakarta : Departemen Dalam Negeri.
menetapkan kode wilayah administrasi Ghony, M. Djunaidi, 2016. Metode Penelitian
pemerintahan sebagai identitas suatu wilayah Kualitatif. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
administrasi, namun tidak serta merta Iskandar, 2008.Metode Penelitian Pendidikan dan
menegaskan batas antara Kabupaten yang Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta,
bersanding, sehingga hal-hal terkait batas masih Gaung Persada Press.
sering menjadi konflik selama belum ada Labolo, Muhadam, 2014. Memahami Ilmu
kesepakatan batas tersebut dan kode wilayah ini Pemerintahan : Suatu Kajian, Teori,
masih dapat berubah apabila kesepakatan batas Konsep, dan Pengembangannya. Cet. Ketujuh.
telah dicapai. Jakarta : Rajawali Pers.
Nurcholis, Hanif, 2011. Pertumbuhan Dan
B. Saran Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta
1. Sebelum menetapkan Status 5 (lima) desa, : Penerbit Erlangga.
seharusnya Pemerintah Provinsi Riau dan Purwanto, Erwan Agus & Sulistyastuti, Dyah Ratih,
Menteri Dalam Negeri menetapkan terlebih 2015. Implementasi Kebijakan Publik.
dahulu Tapal Batas antara Kabupaten Kampar Yogyakarta : Gava Media.
dan Kabupaten Rokan Hulu, dan ditunjuk tim Rauf, Maswardi, Konsesus dan Konflik Politik,
kerja yang turun kelapangan untuk menetapkan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
tapal batas tersebut dan disaksikan oleh Departemen Pendidikan Nasional, 2001.
Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hulu. Riduwan, 2009. Skala Pengukuran variabel-
2. Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu seharusnya variabel penelitian. Bandung : Alfabeta.
mengedepankan hak masyarakat dengan Siswanto, Sunamo H, 2012. Hukum Pemerintahan
dikembalikan nya 5 (lima) desa tersebut kepada Daerah di Indonesia. Jakarta :Sinar Grafika.
Pemerintah Kabupaten Kampar sambil Soekanto, Soerjono, 1982. Teori Sosiologi Tentang
menunggu tapal batasnya agar masyarakat tidak Pribadi Dalam Masyarakat. Jakarta : Ghalia
menjadi galau ataupun bingung. Indonesia
3. Dan diharapkan kepada Gubernur yang Subarsono, 2005.Analisis Kebijakan Publik.
memfasilitasi konflik antara Kabupaten Kampar Yogyakarta : Pustaka Pelajar
dan Kabupaten Rokan Hulu agar cepat Sumardi, I Nyoman, 2005. Efektivitas Implementasi
menetapkan Tapal Batas antara kedua Kebijakan Otonomi Daerah. Jakarta : Citra
Kabupaten tersebut agar tidak lagi terjadi Utama
Dualisme kepemimpinan. Suharto, 2012. Analisis Kebijakan Publik Panduan
Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan
DAFTAR KEPUSTAKAAN Sosial. Bandung : Alfa Beta
Abdul, Wahab, Solichin, 2014. Analisis Kebijakan : Syafie, Inu Kencana, 2004. Birokrasi Pemerintah
dari formulasi ke penyusunan Model-model Indonesia.Bandung : Mandar Maju.
Implementasi Kebijakan Publik. Edisi 1, cet. Syafie, Inu Kencana, 2013. Ilmu Pemerintahan.
Kedua. Jakarta:Bumi Aksara. Jakarta : Bumi Aksara
Abraham, M. francis, 1991. Modernisasi Di Dunia Tangkilisan, Hesel Nogi, 1998. Implementasi
Ketiga. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya. Kebijakan Publik. Yogyakarta : Lukman Offset
Afrizal, 2016. Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah YPAPI
Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Usman, Husaini, 2009. Metodologi Penelitian
Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Sosial, Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara.
Jakarta : Rajagrafindo persada. Widjaja, 1998. Otonomi Daerah dan Daerah
Agustino, Leo, 2016. Dasar-Dasar Kebijakan Otonom. Jakarta : Rineka Cipta
Publik. Bandung : Alfabeta. Widjaja, Percontohan Otonomi Daerah Di
, 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Indonesia. op.cit,hlm.120.
Alfabeta. Wirawan, 2013. Konflik dan Manajemen Konflik
Ahmadi, Rulam, 2016. Metode Penelitian Kualitatif. (Teori, Aplikasi dan Penelitian). Jakarta :
Yogyakarta : Ar-Ruzz Salemba Humanika.
Ali, Zaini & Al-Hafis Raden Imam, 2015. Teori
Kebijakan Publik. Pekanbaru : Marpoyan Tujuh Dokumentasi
Publishing. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

521
Jurnal Wedana
Volume IV No 2 Oktober 2018

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor


23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun
2012 Tentang Pedoman Penegasan Batas
Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun
2015, tentang kode dan Data Administrasi
Pemerintahan
Undang-Undang Nomor 53 tahun 1999, Tentang
Pembentukan Kabupaten Pelalawan,
Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan
Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun,
Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuansing dan
Kota Batam.

522

Anda mungkin juga menyukai