Anda di halaman 1dari 2

DARI KASUS, 

MENJADI KEBIJAKAN PUBLIK

Kebijakan publik awalnya bersentuhan dengan masalah pelayanan. Pada dasarnya,


setiap manusia membutuhkan pelayanan. Bahkan, ekstrimnya, bahwa pelayanan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia (Ridwan dan Sudrajat, 2012: 17).
Maka, tatkala masyarakat merasakan ada keganjilan dalam pelayanan yang
diberikan oleh lembaga publik, yang tidak atau belum memenuhi harapan mereka,
maka tentu akan menimbulkan komplain dari mereka. Karena sejatinya pelayanan
itu menjadi hak masyarakat. Lantas, orang perorang yang terlibat langsung dengan
kasus itu mengadukan permasalahan. Atau diangkat oleh media. Kasuspun
kemudian menyeruak ke ruang publik.

Suatu kasus menjadi masalah publik karena menyangkut hajat banyak orang. Dan
dampaknya menyangkut banyak orang pula (Sundarso, 2012: 8.2). Sebuah kasus
dapat dikategorikan menyangkut kebijakan publik, dengan 2 konsekuensi, lanjut
Sundarso, pertama, mempunyai dampak bagi orang lain yang secara langsung
bersangkutan, kedua, tindakan tersebut berdampak pada orang melebihi orang-
orang yang secara langsung terlibat.

Dalam dunia jurnalistik, bahwa kasus itu dipandang memiliki nilai karakteristik
jurnalistik (nilai berita, salah satunya adalah menyangkut kepentingan bersama,
atau berdampak untuk kepentingan bersama). Artinya kasus-kasus tersebut
kemudian menjadi perhatian dan kepentingan banyak orang (masyarakat), serta
diduga (oleh reporternya) akan memberi pengaruh kepada khalayak masyarakat
(Romli, 1999: 3).

selanjutnya, tatkala, kasus itu kemudian bertengger dalam perdebatan publik, hingga
menyebabkan ekses negatif, maka pemerintah melakukan pilihan untuk dilakukan
atau tidak, meneruskan menjadi ketetapan yang harus dibuat menjadi kebijakan
publik (Sundarso, 2012: 8.6).

Adapun tahapan sesuatu menjadi kebijakan publik, secara garis besar, analisa
kebijakan publik, sejak permulaan hingga penetapan kebijakan, adalah berikut ini:

 Penghimpunan informasi seputar kejadian (kasus) yang memiliki dampak luas,


 Memberikan informasi kepada policy maker, tentang permasalahan tersebut;

Kasus-kasus yang dikemukakan (Kasus Prita Mulyasari, Kasus Darsem, Kasus


Manohara, Kasus Nazaruddin, Kasus Sedot Pulsa, dll), dapat dikategorikan
kebijakan publik, karena dalam tahapan penanganannya mengikuti proses sebagai
berikut:

 Penyusunan agenda; sejak kasus menjuat dan menjadi perhatian publik, kemudian
dilakukan pengagendaan oleh pemerintah untuk dijadikan bahan pengkajian.
 Pengumpulan informasi; tahapan ini dimulai sejak mencuat hingga mengekplorasi
informasi tentang berbagai kasus tersebut. Karena berupa konflik, maka dilakukan
penanganan agar dapat dicarikan penyelesaian yang terbaik.
 Negosiasi; melakukan langkah–langkah inisiasi, mediasi dan berbagai fasilitasi antar
para pihak, dalam rangka menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut.
 Pengesahan; setelah diketahui masalah pokoknya, maka pemerintah sedapat
mungkin membuat kebijakan baik berupa mendesak mengeluarkan peraturan
pemerintah atau edaran atau ketetapan lain, dalam mensikapi kasus-kasus tersebut,
agar dapat mencegah peristiwa serupa terjadi di kemudian hari. Kasus Prita
Mulyasari, diselesaikan di ranah hukum; Kasus Darsem, Martin Natalegawa dan
Dubes RI di Arab Saudi, menebus Darsem dengan sejumlah uang agar bebas dari
hukuman pancung, Kasus Manohara, akhirnya pulang ke Indonesia; Kasus
Nazaruddin, ditangkap di Kolombia, menjemputnya oleh tim imigrasi, KPK, dan
Polri dan diproses hukum hingga kini; dan Kasus Sedot Pulsa dihentikan oleh
Menteri Komunikasi dan Informasi, Tifatul Sembiring.

Anda mungkin juga menyukai