Anda di halaman 1dari 3

Nama : Salma Dhiya Wahid

NIM :030.018.092
Kelas B
Kelompok 2

Fatty Liver
Fatty liver adalah suatu keadaan di mana adanya penimbunan lemak yang berlebihan di sel-sel
liver sebagian besar trigliserida yang melebihi 5% berat hati. Perlemakan hati dapat digolongkan
menurut penyebabnya, dan yang paling banyak terjadi adalah karena konsumsi minuman beralkohol
yang berlebihan (alkoholic fatty liver disease). Akibatnya, hati tidak bisa memecah alkohol. Selain
alkohol, perlemakan hati juga dapat disebabkan oleh kondisi lain yang tidak terkait dengan konsumsi
alcohol (non-alkoholic fatty liver disease).

Penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD) adalah penumpukan lemak ekstra dalam sel-sel hati
yang tidak disebabkan oleh alkohol, normal bagi hati untuk mengandung sedikit lemak. Namun, jika
lebih dari 5% - 10% persen dari berat hati, maka disebut hati berlemak (steatosis). NAFLD cenderung
berkembang pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas atau memiliki diabetes, kolesterol
tinggi atau trigliserida tinggi. Prevalensi NAFLD diperkirakan sekitar 30% dari orang dewasa di negara
maju seperti Australia dan Amerika Serikat.

Faktor Resiko Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD )dianggap merepresentasikan


komponen hepatik dari sindroma metabolik berupa obesitas, kadar kolestrol darah yang tinggi,
resistensi insulin, diabetes,hipertrigliserida dan hipertensi.

Obesitas dikatakan sangat erat berkaitan dengan NAFLD, namun jelas bahwa tidak seluruh
individu dengan obesitas memiliki NAFLD kerena prevalensinya masih berkisar 20-90%. Studi lain
menunjukkan bahwa NAFLD juga terjadi tanpa obesitas dan hal ini umum terjadi pada pasien dengan
kelainan lipodistrofi kongenital atau yang ditandai dengan kurangnya jumlah jaringan adiposa.

Manifestasi Klinik

Non-Alcoholic Fatty Liver Disease Seperti pada penyakit hati kronis lainnya, sebagian besar
pasien dengan NAFLD adalah asimptomatik. NAFLD biasa ditemukan secara tidak sengaja pada
pemeriksaan laboratorium rutin atau pemeriksaan lanjutan dari keadaan-keadaan lain, seperti
hipertensi, diabetes dan obesitas berat.

Gejala yang mungkin muncul biasanya bersifat tidak spesifik. Gejala umum lainnya adalah rasa
tidak nyaman pada perut kanan atas yang bersifat samar-samar dan tidak dapat dikategorikan pada rasa
nyeri tertentu. Tidak terdapat tanda patognomonik untuk NASH.

Obesitas merupakan abnormalitas yang paling sering ditemukan pada pemeriksaan fisik dan
terdapat pada 30-100% pasien. Hepatomegali merupakan hal yang paling sering ditemukan pada pasien
dengan gangguan hati. Sebagian kecil pasien juga menunjukkan tanda-tanda stigmata penyakit hati
kronis, dimana eritema palmar dan spider nevi adalah yang tersering.
Patogenesis

Proses terjadinya NAFLD berkaitan erat dengan adanya sindroma metabolik, dimana pada
sekitar 90% penderita dengan NAFLD memenuhi satu kriteria dari sindroma metabolik, dan sekitar 33%
penderita memenuhi 3 kriteria dari sinroma metabolik. “two-hit hypothesis” menjelaskan proses
terjadinya steatosis, fibrosis, dan sirosis. Telah diduga bahwa komponen komponen dalam sindroma
metabolik terlibat dalam patogenesis teori “two-hit” ini.

“hit” yang pertama adalah terjadinya steatosis hepatic, dimana terjadinya ketidakseimbangan
antara pembentukan dan perombakan trigliserid. Adanya resistensi insulin memiliki pengaruh besar
pada awal terjadinya NAFLD, karena pada resistensi insulin akan terjadi peningkatan sintesis dan
transpor trigliserida menuju hati, serta terjadi peningkatan lipolysis khususnya pada adiposa di bagian
sentral tubuh, dimana asam lemak (free fatty acid) hasil lipolisis tersebut akan dibawa melalui vena
porta ke hati untuk diproses dan menyebabkan tingginya kadar FFA pada hati. Lipogenesis serta sintesis
trigliserida di hati yang berlebihan pada akhirnya menyebabkan terjadinya steatosis hepatic pada
sindroma metabolic.

Peningkatan kadar stress oksidatif dan inflamasi yang terjadi pada sindroma metabolic akan
mendasari “hit” yang kedua, dimana kadar reactive oxygen species (ROS) dan lipid peroxidase yang
meningkat akan mengaktifkan sel sel stealata, menyebabkan terjadinya steatohepatitis dan fibrogenesis,
yang akhirnya dapat terjadi perkembangan selanjutnya dari NAFLD menuju Non alkoholic
steatohepatitis (NASH) dan sirosis

Diagnosis

Diagnosis NAFLD ditegakkan dengan dua komponen adanya bukti perlemakan hati dan
steatohepatitis, dan diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsi hati, tetapi hal ini tidak mudah dilakukan.
Risiko biopsi tidak sebanding dengan manfaat yang didapatkan selain itu biopsi kurang dapat diandalkan
karena pengambilan sampel jaringan yang tidak tepat dan teknis lainnya. Namun biopsi tetap menjadi
satu-satunya alat untuk membedakan tiap-tiap spektrum histologis NAFLD.

Modalitas diagnostik yang paling banyak digunakan adalah USG. USG bersifat non invasif,
berguna untuk penilaian kuwalitatif, mempunyai sensitivitas dan spesifisitas masing masing sebesar 82-
94% dan 82%.Gambaran tekstur hepar yang terang (bright liver) dan deep attenuation pada USG
menunjukkan perlemakan hati. Salah satu keterbatasan USG adalah bahwa hati tidak dapat
divisualisasikan dengan baik pada pasien-pasien dengan obesitas,dan tidak cukup sensitif untuk
mendeteksi steatosis ringan misalnya yang mengenai < 33% dari hepatosit. Computed tomography (CT)
berguna untuk mendeteksi steatosis dan dapat juga mendeteksi splenomegaly dengan adanya
hipertensi portal yang mencurigakan adanya fibrolisis lebih lanjut pada NAFLD.

Penatalaksanaan

NAFLD dimulai dengan terapi non farmakologi terlebih dahulu yaitu melalui perubahan gaya
hidup. Pengaturan kuantitas dan kualitas makanan beserta aktivitas fisik dapat menunda progresivitas
penyakit. Sebuah studi melaporkan bahwa kombinasi antara aktivitas fisik, asupan makanan, dan
modifikasi pola hidup dapat menurunkan 7-10% berat badan pasien obesitas dengan NASH.
Terkadang, perubahan pola hidup tidak dapat memberikan hasil yang efektif untuk beberapa kasus.
Sehingga, dibutuhkan terapi obat seperti metformin dan thiazolidinediones (TZD) yang merupakan obat
sensitisasi insulin.

Metformin merupakan obat yang digunakan pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Obat ini dapat
menurunkan kadar gula darah dengan cara mengurangi glukogeogenesis (hati) dan penyerapan glukosa
pada usus. Dengan demikian, stimulasi glukosa otot dan oksidasi FFA dapat terjadi.

Sementara itu, thiazolidinediones (TZD) merupakan obat primer yang digunakan untuk meningkatkan
sensitisasi insulin di jaringan hati, otot, dan lemak. Obat ini juga meningkatkan oksidasi asam lemak dan
menurunkan lipogenesis hati. Vitamin E juga dapat digunakan sebagai salah satu terapi NAFLD. Vitamin
ini bekerja sebagai penghambat stress oxidative dan mengurangi fibrosis hepatis.

Anda mungkin juga menyukai